com
Konten ini diunduh dari alamat IP 140.213.74.121 pada 14/11/2021 pukul 10:34
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
Abstrak. Formasi batugamping Tonasa di daerah ini terdiri dari interbedded antara napal dan batugamping, yang
berkembang secara intensif di lingkungan laut dari Eosen Akhir sampai Oligosen. Salah satu komponen penting batuan
ini adalah Calcareous nannofossil sebagai penghasil utama CaCO3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
data dari distribusi nanofosil berkapur, kumpulan dan penyelidikan awal tentang implikasinya terhadap
paleoenvironment. Nannofosil berkapur merupakan indikator yang baik untuk menentukan kondisi paleoenvironmental
seperti coccolithophores modern yang menunjukkan stratifikasi air laut. Bahan yang diteliti berasal dari singkapan
Sungai Barru yang dikumpulkan dengan metode pengukuran penampang, kemudian sampel disiapkan dengan teknik
smearslide. Hasilnya adalah adanya beberapa spesies penanda sepertiSphenolithus distentus, Distyococcites bisectus,
Zygrhablithus bijugatus, Phontosphaera enormis, Cyclicarg, olithus abisectus, Sphenolithus predistentus, Discoaster
saipanensis, Spenolithus pseudoradians. Kehadiran Discoaster sebagai organisme air hangat yang khas mencirikan zona
fototik yang dalam, oleh karena itu menunjukkan kolom air yang bertingkat serta nutriklin yang lebih dalam..
1. Perkenalan
Sulawesi merupakan salah satu tempat yang paling menarik untuk diteliti. Bentuk K-nya yang merupakan hasil
tumbukan kratonik Asia dengan benua mikro menyebabkan wilayah ini memiliki kondisi geologi yang kompleks.
Contoh daerah yang unik ini adalah lengan barat Sulawesi memiliki kerangka geologi yang berbeda dengan
bagian timur (gambar 1). Sedimen Tersier tersebar luas di Sulawesi bagian barat, dan batugamping Tonasa
merupakan salah satu batuan sedimen yang paling tebal, yang tersusun oleh batugamping koral, batugamping
bioklastik dan napal interbedded, serta redeposit batugamping [1], [2]. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa
batugamping Tonasa diendapkan pada perairan dangkal yang relatif stabil, yang dikenal sebagai platform
karbonat Tonasa [2]. banyak penulis telah melakukan penelitian tentang Formasi Tonasa, seperti litologi pada
umumnya, urutan stratigrafi, dan biostratigrafi foraminifera, namun tidak ada penelitian tentang nannofosil
berkapur. Kajian detail foraminifera yang berkorelasi dengan paleotemperatur juga dilakukan di daerah Palakka
[3].
Dalam makalah ini kami hasil penyelidikan kumpulan nannofosil berkapur dari interbeds batugamping
dan napal bagian Sungai Barru. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis korelasi antara
kumpulan nanofosil berkapur dan implikasinya terhadap paleoenvironmental.
Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuan Lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut dari
karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
identifikasi. Ini merupakan studi pendahuluan nanofosil berkapur di daerah ini, oleh karena itu
penyelidikannya belum dalam penelitian kuantitatif.
Banyak penulis telah menjelaskan bahwa nanofosil berkapur memiliki aplikasi yang lebih luas, serta
alat yang baik untuk analisis paleoenvironmental, penentuan usia, termasuk kondisi paleoekologi dan
paleoklimat [4, 5, 6, 7, 8]. Penelitian kuantitatif nanofosil berkapur juga telah dilakukan, misalnya
hubungannya dengan produktivitas [7, 9,10,11].Diskoaster spesies yang melimpah pada interval
Paleogen hingga Neogen dan telah diinterpretasikan sebagai spesies khas air hangat [12], dan
hubungan antara ukuran coccolith dan kelimpahan Discoaster berguna untuk merekonstruksi
perubahan stabilitas permukaan laut [13, 14, 15]
2. Pengaturan Geologi
Pulau Sulawesi memiliki tektonik yang kompleks di dunia, yang terletak pada pertemuan tiga lempeng
utama yang merupakan urutan Tersier yang hampir lengkap [16]. Karbonat Tersier dikembangkan secara
luas di Asia Tenggara, salah satunya adalah Formasi Tonasa dengan ketebalan mencapai ribuan meter.
Perpaduan batugamping dan napal tersingkap dengan baik di Sungai Barru dan sekitarnya. Formasi
Batugamping Tonasa memanjang dari utara daerah Barru sampai Jeneponto di selatan. Formasi Tonasa
merupakan endapan batuan karbonat dari Eosen Akhir sampai Miosen Tengah [1], terlebih lagi formasi ini
diendapkan sebagai endapan perairan dangkal dan lereng luar/endinal platform karbonat, terutama di
daerah Pangkajene dan Jeneponto. 17].
Secara stratigrafi, Formasi Balangbaru merupakan batuan sedimen tertua yang secara tidak selaras
menutupi kompleks basement bagian barat, yang tersusun oleh sedimen laut dalam, Formasi Balangbaru
di atasnya bersudut tidak selaras dari Formasi Mallawa yang dicirikan oleh endapan transisi marginal dari
umur Paleosen, dan dilapiskan. oleh endapan karbonat, awalnya terbentuk sekuens transgresif [1, 17, 18].
Daerah penelitian terletak di Sungai Barru, Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan (gambar 1). Daerah
ini terdiri dari endapan batuan karbonat interbedded.
Gambar 1. Setting Litotektonik Pulau Sulawesi dan Peta Geologi Sulawesi Selatan
(setelah [1,2,18,19] diubah)
2
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
4. Hasil
Daerah Barru merupakan salah satu lokasi di mana batugamping Tonasa tersingkap dengan baik, dan bagian Sungai
Barru menunjukkan interbeds napal dan batugamping dan merupakan bagian yang baik untuk pengukuran stratigrafi
(gambar 2). Marl mendominasi pada bagian ini dengan ketebalan lapisan 1,5 – 40 cm, dan ketebalan batugamping
sekitar 1 – 60 cm. Strike/dip lapisan umumnya memiliki orientasi N 325°E/34°. Panjang bagian pengukuran adalah 353,96
meter dan ketebalan total sekitar 23 m.
kamu
Gambar 2. Foto singkapan antara lapisan napal (X) dan batugamping (Y) di Sungai Barru
3
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
4
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
Biostratigrafi
Umur sampel yang diteliti dari total 25 spesies penanda berkapur ditentukan dari Kejadian
Pertama (FO) dan Kejadian Terakhir (LO) spesies penanda, dan berdasarkan hasil identifikasi spesies
penanda, mereka adalah FO dari Sphenolithus pseudoradians Bramlette & Wilcoxon, LO dari
Discoaster saipanensis Bramlette & Riedel, LO dari Discoaster barbadiensis Tan, juga FO dan LO dari
Sphenolithus distentus (Martini) Bramlette & Wilcoxon, LO dari Sphenolithus predistentus Bramlette &
Wilcoxon, Pontosphaera enormis Loker, Perch-Nielsen, dan LO of Dictyococcites bisectus (Hay, Mohler
& Wade) Bukry & Percival, dan LO dari Zygrhablithus bijugatus (Deflandre) Deflandre, oleh karena itu
umur batuan di singkapan Sungai Barru ditentukan berdasarkan kemunculan pertama dan terakhir
spesies penanda berdasarkan zonasi standar Martini [20] adalah NP 16 – NP 24 dan zonasi standar
oleh Okada dan Bukry [21] adalah CP 14a – CP 19a atau setara usia Eosen Tengah hingga Oligosen.
5
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
Analisis Paleoenvironmental
Kehadiran beberapa spesies yang menunjukkan lingkungan tertentu dapat diidentifikasi. Lingkungan
paleo kawasan Palakka khususnya bagian hulu Sungai Barru direkonstruksi berdasarkan data fosil
nan berkapur. Dari hasil identifikasi nannofosil, spesies Discoaster ditemukan hampir di setiap lapisan
batuan, keberadaan spesies tersebut sebagai tipikal air hangat yang hidup di zona fotik rendah.
Spesies nannofossil yang hidup, seperti Florisphaera profunda, saat ini terdapat di zona fotik bawah,
yang merupakan proksi untuk merekonstruksi stabilitas kondisi permukaan laut Kuarter dengan nutriklin
dan termoklin. Spesimen ini tidak ditemukan pada Pliosen hingga berumur lebih tua, sehingga sulit untuk
merekonstruksi kondisi permukaan laut pada masa Neogen. Sebaliknya Discoaster yang hidup di Paleogen
hingga Neogen (Tersier).
Referensi
[1] Sukamto R 1982 Geologi Pangkajene dan Watampone bagian barat, Sulawesi
(seri segi empat) skala 1:250.000, 1 lembar Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung
[2] Wilson MEJ & Bosence DWJ 1996 Evolusi Tersier Sulawesi Selatan: rekor dalam
karbonat redeposisi Formasi Batugamping Tonasa Publikasi Khusus Masyarakat
Geologi tidak. 106, ed R Hall dan D Blundell hlm 365 – 389
[3] Farida M, Pratiwi, Husain R 2014 Paleotemperatur Eosen Tengah berdasarkan foraminifera pada
daerah palakka sulawesi selatan Int. J. Dari Eng. & Sains. aplikasijilid 1 hal 77 – 84
[4] McIntyre A 1967 Coccoliths sebagai Indikator Paleoklimat Glasiasi Pleistosen Sains jilid
158 1314 – 17
[5] Bukry D 1971 Tren evolusi bencana Mikropaleontologi jilid 17 hal 43 – 52
[6] Haq BU 1980 Sejarah biogeografis nannoplankton berkapur Miosen dan paleoceanografi
Samudra Atlantik Mikro. jilid 26 hal 414 – 443
[7] Sato T dan Chiyonobu S 2009 Paleoceanografi Kenozoikum ditunjukkan dengan perubahan ukuran
nanofosil berkapur dan Diskoaster kelimpahan Fosil, The Palaentological Soc. dari Jepangjilid 86
hal 12 – 19
[8] Adeigbe OC, Adebowale M, Ola-Buraimo AO, Bankole SA dan Ayinla HA 2014 Berkapur
nannofossils dan studi foraminifera: pendekatan terpadu untuk studi lingkungan
pengendapan dan biostratigrafi sumur Dep-1 di lepas pantai timur Dahomey Basin, Nigeria
Barat Daya Inggris. J. dari aplikasi Sains & Teknologi.jilid 4(2) hal 319 – 337
[9] Stoll HM, Shimizu N, Archer D, dan Ziveri P 2007 Coccolithophore respon produktivitas untuk acara
rumah kaca dari Paleosen-Eosen termal maksimum. Bumi & Planet. Sci. Suratjilid 258 hal 192
– 206
[10] Farida M, Imai R, dan Sato T 2012 Paleoceanografi Miosen hingga Pliosen barat
Samudra Pasifik khatulistiwa berdasarkan lubang ODP nannofosil berkapur 805B Buka J.Geol. jilid 2 hal
72 – 79
[11] Imai R, Farida M, Sato T, dan Iryu Y 2015 Bukti eutrofikasi di Pasifik barat laut dan
Samudra Hindia timur selama Miosen hingga Pleistosen berdasarkan laju
akumulasi nannofosil, kelimpahan Discoaster, dan distribusi ukuran coccolith
Reticulofenestra Mar. Micropal. jilid 116 hal 15 – 27
[12] Bukry D 1973 Zonasi Biostratigrafi Coccolith Lintang Rendah Laporan Awal Proyek Pengeboran
Laut Dalam jilid 15 hal 685 – 703
[13] Sato T dan Chiyonobu S 2009 Paleoceanografi Kenozoikum Ditunjukkan oleh Perubahan Ukuran
Nannofosil Berkapur dan Diskoaster Kelimpahan Fosil, Pala. Masyarakat Jepangjilid 86 hal 12
– 19
[14] Farida M, Imai R dan Sato T 2012 Miosen hingga Pliosen Paleoseanografi Samudra Pasifik
Ekuatorial Barat Berdasarkan fosil nan berkapur, Lubang ODP 805B Buka Jurnal
6
Simposium Internasional ke-5 tentang Material, Mekatronika dan Energi Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material619 (2019) 012016 doi:10.1088/1757-899X/619/1/012016
[20] Martini E 1971 Standar Tersier dan Kuarter nanoplankton berkapur. Di dalamFarinacci,
A., eds., Prok. II Planktonic Conf., Roma, jilid 2 hal 739 – 785
[21] Okada H & Bukry D 1980 Modifikasi tambahan dan pengenalan nomor kode untuk
zonasi biostratigrafi coccolith lintang rendah (Bukry, 1973; 1975). Mar.
Micropaleontol., vol 5 (3) hal 321 – 5