Anda di halaman 1dari 8

Pemetaan Karbon di Padang Lamun Pantai Prawean Bandengan Jepara…………………………........................................(Septiani et al.

PEMETAAN KARBON DI PADANG LAMUN PANTAI PRAWEAN


BANDENGAN JEPARA
(Carbon Mapping in the Seagrass Beds at Prawean Beach Bandengan Jepara)
Elga Fitria Septiani1, Abdul Ghofar2, dan Sigit Febrianto3
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Diponegoro
2
Departemen Sumberdaya Akuatik Universitas Diponegoro
3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, 50275, Indonesia
Email : elgafi97@gmail.com
Diterima (received): 27 Mei 2018; Direvisi (revised): 01 Oktober 2018; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 15 Oktober 2018

ABSTRAK

Global warming atau pemanasan global adalah salah satu isu yang sedang berkembang di dunia pada
saat ini. Fenomena ini menyebabkan karbon dioksida (CO2) di atmosfer meningkat yang selanjutnya
berdampak pada naiknya suhu bumi. Lamun adalah salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang mampu
menyerap karbon atau disebut “Blue Carbon”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman,
kelimpahan dan menghitung luas area lamun, memetakan sebaran karbon, serta memprediksi potensi
serapan karbon (ton) di padang lamun Pantai Prawean. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan sengaja dan berdasarkan suatu pertimbangan dan tujuan
tertentu. Perhitungan kandungan karbon pada lamun menggunakan metode Loss on Ignition (LOI). Analisis
distribusi karbon menggunakan interpolasi data dengan IDW (Invers Distance Weighting). Total sebanyak 5
spesies lamun ditemukan, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Cymodocea
rotundata dan Halodule uninervis dengan luas padang lamun sekitar 4,98 ha. Cymodocea serrulata memiliki
kerapatan tertinggi (155,7 ind/m2). Stok karbon di Pantai Prawean menyebar tidak merata, berkisar antara
10,40 – 197,34 gC/m2 dengan kepadatan karbon 0,69 ton/ha dan potensi total stok karbon sebesar 3,46 ton.
Kandungan karbon lebih banyak tersimpan pada jaringan lamun bawah substrat (akar dan rhizoma).
Cymodocea serrulata juga diketahui berkontribusi besar terhadap stok karbon di lokasi kajian.

Kata kunci: Lamun, keanekaragaman, stok karbon, Pantai Prawean

ABSTRACT

Today, global warming is one of the emerging issues in the world. This phenomenon caused by the
increase of carbon dioxide (CO2) in the atmosphere, then influenced the rising temperature of the earth. As
one of coastal ecosystems, Seagrass can absorb carbon or often called as “Blue Carbon”. The study aims
were to determine the species diversity, abundance and the areas of seagrass, to map carbon distribution,
and to estimate the carbon uptake (tons) from the seagrass bed at Prawean Beach. The purposive sampling
method used for taking the sample, based on a particular consideration and purpose. Carbon content in
seagrass was calculated using the loss on ignition (LOI) method. The carbon distribution analysis used
interpolation with inverse distance weighting (IDW). A total of 5 species seagrasses found to consist of Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata and Halodule uninervis.
Cymodocea serrulata has the highest density of 155.7 ind/m2. The distribution of carbon stock is uneven,
ranging from 10.40 – 197.34 gC/m2. The estimated seagrass bed areas were 4.98 ha with a density of carbon
stock of 0.69 tons/ha and potential stock of 3.46 tons. The higher amount of carbon stock stored below the
substrate (roots and rhizome). Cymodocea serrulata found as the species that brought the most significant
contribution to the carbon stock in the study sites.

Keyword: Seagrass, diversity, carbon stock, Prawean Beach

PENDAHULUAN sebesar 55% dari emisi karbon yang dihasilkan oleh


aktivitas manusia. Jika emisi CO2 terus meningkat
Salah satu isu yang sedang berkembang di maka dikhawatirkan konsentrasinya akan mencapai
dunia saat ini adalah pemanasan global atau sering 900 ppm pada akhir abad ini (Solomon et al., 2009).
global warming. Peningkatan konsentrasi gas CO2 Konsentrasi CO2 di Indonesia mengalami
di atmosfer yang dikenal sebagai fenomena rumah peningkatan 2,66% sejak pengukuran tahun 2004
kaca telah mengakibatkan naiknya suhu (379,6 ppm). Provinsi yang paling banyak
permukaan bumi. Gas CO2 menjadi perhatian mengemisikan gas CO2 adalah Provinsi Jawa Barat
penting karena memiliki kontribusi yang paling yakni sebesar 95 juta ton, sedangkan provinsi yang
tinggi terhadap kandungan gas rumah kaca, yaitu

http://dx.doi.org/10.24895/MIG.2018.20-2.827 117
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 117-124

Gambar 1. Lokasi penelitian di padang lamun Pantai Prawean.

paling banyak menyerap gas CO2 adalah Provinsi antara koordinat lokasi sebaran lamun dari hasil
Papua yakni 20 juta ton (Samiaji, 2011). survey di lapangan dan citra bebas akses pada
Laut menyerap CO2 melalui fotosintesis oleh laman Google Earth 2018. Metode pengambilan
komunitas plankton dan vegetasi pesisir (lamun & sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
mangrove). Proses tersebut digunakan sebagai yaitu teknik pengambilan sampel dengan sengaja
salah satu konsep untuk mengurangi efek gas dan berdasarkan suatu pertimbangan dan tujuan
rumah kaca. Selain ekosistem mangrove, tertentu. Lokasi penelitian di Pantai Prawean Desa
ekosistem lamun berpotensi menyimpan karbon Bandengan, Jepara. Terletak pada koordinat
dalam jumlah besar, sehingga kemampuannya 110°38'54,08"LS dan 6°33'39,00"LU terdiri atas 9
tersebut dikenal sebagai “Blue Carbon”. Salah satu transek dengan 3 titik sampling pada setiap
wilayah Jawa Tengah yang masih memiliki transeknya, sehingga total ada 27 titik pengamatan
ekosistem lamun yang cukup baik yaitu di wilayah (Gambar 1).
perairan Jepara salah satunya di Pantai Prawean.
Ekosistem padang lamun dapat menyimpan Pengamatan dan Pengambilan Sampel Lamun
83.000 metrik ton karbon dalam setiap kilometer
persegi, lebih tinggi dibandingkan kemampuan Pengamatan lamun bertujuan untuk
hutan hujan tropis menyerap karbon yakni hanya mendapatkan informasi jenis dan kerapatan lamun.
sekitar 30.000 metrik ton/km2 (Fourqurean et al., Pengamatan lamun dilakukan dengan cara
2012). Terbatasnya kesediaan data dan informasi menempatkan transek kuadran dengan luas 100 x
tentang penyerapan karbon oleh padang lamun, di 100 cm yang dibagi menjadi 16 sub plot berukuran
Provinsi Jawa Tengah, menjadikan kajian 25 x 25 cm. Penilaian presentase tutupan dan jenis
mengenai kemampuan ekosistem lamun dalam lamun menggunakan buku identifikasi lamun
menyerap karbon dioksida (CO2), sangat (seagrasswatch) yakni buku panduan penilaian
diperlukan, khususnya di Pantai Prawean. secara cepat pada habitat lamun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengambilan sampel lamun dilakukan pada 27
keanekaragaman dan kelimpahan lamun, kuadran. Sampel lamun diambil sebanyak 3
memetakan area padang lamun, serta sebaran tegakan dengan mencuplik lamun sampai penetrasi
karbon dan memprediksi potensi serapan karbon akar dari setiap titik di dalam bingkai transek
(ton) di padang lamun Pantai Prawean. kuadrat. Hal ini dilakukan agar valid dan sampel
biomassa dari masing-masing titik pengamatan
METODE terwakili (Hartati et al., 2017). Tumbuhan lamun
dibagi menjadi tiga (3) bagian yaitu daun, rhizoma,
Waktu dan Lokasi Kajian dan akar. Kandungan karbon jaringan lamun
dihitung menggunakan metode pengabuan atau
Penelitian dilakukan di Pantai Prawean Loss On Ignition (LOI) yang dilakukan di
Jepara, Jawa Tengah pada bulan Februari 2018. Laboratorium Geologi Laut, FPIK Universitas
Lokasi sampling ditentukan berdasarkan kombinasi Diponegoro. Perhitungan nilai karbon dilakukan

118
Pemetaan Karbon di Padang Lamun Pantai Prawean Bandengan Jepara…………………………........................................(Septiani et al.)

terhadap semua spesies lamun yang ditemukan dimana:


dalam bingkai transek (Hulopi et al., 2017). Nilai
konsentrasi karbon yang diperoleh dari biomassa H’ = Indeks keanekaragaman
lamun yang memiliki spesies yang sama digunakan 𝑛𝑖 = Jumlah Individu Jenis ke-i
sebagai acuan untuk mengkonversi biomassa N’ = Jumlah Individu total
lamun menjadi nilai kandungan karbon (Misal 100 pi = Proporsi frekuensi jenis ke-I terhadap
gram lamun menghasilkan 1 gram karbon; atau jumlah total.
biomassa karbon = 1/100 biomass lamun).
Titik yang digunakan untuk analisis karbon Indeks keseragaman dihitung dengan
yaitu pada titik 2C dengan spesies Enhalus menggunakan Simpson’s Index Persamaan 5
acoroides, titik 4A dengan spesies Thalassia menurut Odum (1993).
hemprichii, titik 6A dengan Cymodocea serrulata,
𝐻′
titik 2A dengan spesies Cymodocea rotundata dan E= Hmax = log S ......................................... (5)
Hmax
titik 9C dengan spesies Halodule uninervis. Nilai
karbon pada titik-titik lainnya dihitung dengan cara dimana:
mengkonversi biomassa lamun menjadi nilai
karbon. Pengukuran parameter lingkungan meliputi E = Jumlah keseragaman
suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO) juga S = Jumlah taksa/jenis
dilakukan saat sampling. Proses interpolasi
kemudian dilakukan menggunakan software GIS Indeks dominansi berdasarkan Odum (1993)
dengan teknik IDW (Invers Distance Weighting) dihitung dengan Persamaan 6.
untuk memetakan sebaran dan mengestimasi
potensi penyerapan karbon di seluruh padang D = ∑𝑛𝑖=1(𝑝𝑖)2 ....................................................... (6)
lamun Pantai Prawean.
dimana:
Kerapatan Lamun dan Persentase Penutupan
D = Indeks Dominansi Simpson
Kerapatan jenis lamun dihitung menggunakan Pi = Proporsi jumlah ke I terhadap jumlah total
Persamaan 1 (Tuwo, 2011).
Biomassa Lamun
Ni
Kji = ………………………………………………(1)
𝐴 Rumus yang digunakan adalah dengan
Persamaan 7 sebagai berikut (Duarte, 1990).
dimana:
Kji = Kerapatan jenis ke-i (ind/m2) B = W X……………………………………………..(7)
Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i (ind)
A = Luas area total pengambilan sampel (m 2). dimana:
Penutupan jenis lamun dapat dihitung dengan B = Biomassa (kering) Lamun
Persamaan 2 (Tuwo, 2011). (gram berat kering/m2)
W = Berat Kering (gram/tunas)
ɑi D = Kepadatan Lamun (tunas/m 2)
PJ = ……………………………………………….(2)
A
Karbon Lamun
dimana:
PJ = Penutupan lamun jenis ke-I (%/m2) Persamaan 8 digunakan untuk menghitung
ɑi = Luas total penutupan jenis ke-I (%) kandungan karbon pada jaringan lamun (Helrich,
A = Jumlah total area yang ditutupi lamun (m 2). 1990):
𝑐−𝑎
Kadar Abu = x 100%………………………….(8)
Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan 𝑏−𝑎
Dominansi
Bahan organik dapat dihitung dengan
Indeks keanekaragaman Shanon-Wenner pengurangan berat saat pengabuan (Helrich, 1990)
dihitung berdasarkan Odum (1993), sebagaimana melalui Persamaan 9 sebagai berikut:
ditunjukan pada Persamaan 3 dan Persamaan 4 [(𝑏−𝑎)−(𝑐−𝑎)]
berikut: Bahan Organik = x 100%...............(9)
(𝑏−𝑎)

H’ = ∑𝑛𝑖=1(𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖)………………………………(3) dimana:


a = berat cawan
𝑛𝑖 b = berat cawan + berat kering jaringan lamun
pi = ……………………..………………………..(4)
𝑁 c = berat cawan + berat abu jaringan lamun

119
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 117-124

Setelah proses pengabuan, bahan organik, dapat dimana :


dikonversi menjadi biomassa menggunakan di0 = Jarak antara titik pengamatan I dengan titik
Persamaan 10 sebagai berikut: yang diduga

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 HASIL DAN PEMBAHASAN


Karbon = .................... (10)
1,724
Kerapatan dan Penutupan Lamun
dimana:
1,724 = konstanta nilai bahan organik (Helrich, Total ditemukan 5 Jenis lamun di Pantai
1990) Prawean, yaitu Enhalus acroides, Thalassia
Total stok karbon dihitung dengan menggunaan hemprichii, Cymodocea serrulata, Cymdocea
Persamaan 11 (Hartati et al., 2017) : rotundata dan Halodule uninervis. Kerapatan dan
distribusi jenis lamun di lokasi penelitian secara
Ct = ∑ (Li x Ci) ................................................... (11) keseluruhan disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2.
Cymodocea serrulata mendominasi padang lamun
dimana: dilokasi kajian dengan kerapatan tertinggi sebesar
Ct = karbon total (ton) 155,7 ind/m2 disusul Thalassia Hemprichii
Li = luas padang lamun (m 2) (130,4 ind/m2), sedangkan yang terendah adalah
Ci = rata-rata stok karbon lamun (gC/m 2) Enhalus acroides (5,63 ind/m2). Hasil tersebut
menunjukan bahwa tingkat kerapatan jenis lamun
Interpolasi Data pada setiap stasiun mempunyai kerapatan dan jenis
Rumus umum IDW (Invers Distance yang berbeda-beda. Kerapatan tunas lamun per
Weighting) disajikan pada Persamaan 12 yaitu luasan area tergantung pada jenisnya.
sebagai berikut: Pada umumnya Jenis yang mempunyai
morfologi besar seperti Enhalus acoroides
∑𝑛 𝑊𝑖𝑍𝑖 mempunyai kerapatan yang rendah dibandingkan
𝑖=1 dengan jenis lamun yang mempunyai morfologi
̂
𝑍𝑜 = ∑𝑛 𝑊𝑖
.....................................................(12)
kecil seperti Cymodocea serulata (Tishmawati et
𝑖=1
al., 2014). Selain itu ukuran butir sedimen yang
dimana: bervariasi akan memunculkan spesies yang
berbeda-beda (Roelfsema et al., 2014). Kerapatan
Z0 = Nilai yang diduga dan presentase Penutupan jenis lamun dipengaruhi
Zi = Sekumpulan Nilai Penduga faktor tempat tumbuh dari lamun tersebut. Nilai TSS
Nilai pembobot dalam teknik IDW (Invers Distance yang tinggi mempengaruhi fotosintesis dari lamun
Weighting) umumnya dihitung menggunakan itu sendiri, karena TSS yang tinggi menghalangi
Persamaan 13 sebagai berikut (Bonhman & Carter, cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan
1994): (Fajarwati et al., 2015). Berdasarkan Gambar 3,
dapat diketahui bahwa transek yang memiliki rata-
1
wi = ………………………………………………………………………(13)
rata tingkat penutupan lamun yang tinggi yaitu pada
𝑑𝑒 transek 1, 6 dan transek 9 yaitu berkisar antara
𝑖0
60,3-95,0%, sedangkan transek dengan tingkat
penutupan terkecil berada pada transek 2 titik C
yaitu sebesar 25,2% yang ditandai dengan gradasi
warna merah.

Tabel 1. Kerapatan lamun 9 transek di padang lamun Pantai Prawean.


Kerapatan lamun (individu/m2)
No Jenis
Tr. 1 Tr. 2 Tr.3 Tr.4 Tr. 5 Tr. 6 Tr. 7 Tr.8 Tr.9

1 Enhalus
7 46 42 0 0 53 0 0 4
acoroides
2 Thalassia
0 145 716 458 346 749 487 294 327
hemprichii
3 Cymodocea
1.582 291 0 489 347 259 379 265 592
serrulata
4 Cymodocea
0 533 427 57 131 61 0 0 0
rotundata
5 Halodule
0 0 0 0 407 0 664 1.620 278
uninevis

120
Pemetaan Karbon di Padang Lamun Pantai Prawean Bandengan Jepara…………………………........................................(Septiani et al.)

Gambar 2. Distribusi jenis lamun di Lokasi Penelitian.

Gambar 3. Persentasi tutupan lamun di Pantai Prawean.

Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan sampai tinggi. Nilai rata-rata indeks keseragaman
Dominansi berkisar antara 0,08-0,95. Nilai indeks dominansi
akan berbanding terbalik dengan nilai indeks
Nilai indeks meliputi indeks keanekaragaman, keseragaman dan nilai indeks keanekaragaman.
keseragaman, dan dominansi. Hasil perhitungan Nilai indeks dominansi ini berkisar 0,279-0,991
indeks ekologi pada ekosistem lamun pada setiap yang artinya hanya ada satu saja yang memiliki
stasiun di Pantai Prawean disajikan dalam dominansi yaitu pada transek 1. Nilai indeks
Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman dari semua dominansi mendekati 1 menunjukan bahwa
transek berkisar antara 0,06-2,64, hal ini terdapat satu spesies tertentu yang mendominasi
menunjukan bahwa di semua transek memiliki spesies lainya. Sedangkan nilai mendekati 0
keanekaragaman yang rendah hingga sedang. menunjukan bahwa dominansi tidak terjadi dan
Nilai indeks keseragaman yang didapatkan dari tidak ada satu spesies tertentu yang mendominasi
sembilan transek menunjukan kategori dari rendah spesies lainya (Saraswati et al., 2017).

121
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 117-124

Tabel 2. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi.


Keanekaragaman Keseragaman Dominansi
Stasiun
H' Kategori E Kategori D Kategori
1 0,056 Rendah 0,081 Rendah 0,991 A
2 2,229 Sedang 1,608 Tinggi 0,380 TA
3 1,581 Sedang 1,439 Tinggi 0,496 TA
4 1,742 Sedang 1,586 Tinggi 0,448 TA
5 2,636 Sedang 1,901 Tinggi 0,279 TA
6 1,821 Sedang 1,313 Tinggi 0,504 TA
7 2,144 Sedang 1,952 Tinggi 0,351 TA
8 1,493 Sedang 1,359 Tinggi 0,585 TA
9 2,121 Sedang 1,530 Tinggi 0,370 TA
Keterangan:
A = Ada Dominansi; TA = Tidak Ada Dominansi

Gambar 4. Distribusi simpanan karbon di Pantai Prawean.

Biomassa Lamun Distribusi Simpanan Karbon Lamun

Nilai persentase biomassa di bawah substrat di Hasil analisis karbon pada jaringan lamun yang
dapatkan dari penjumlahan antara biomassa dilakukan dengan metode LOI dan distribusinya
jaringan akar dan rhizome dimana nilainya lebih dipetakan pada Gambar 4. Berdasarkan peta
besar dibandingkan dengan diatas substrat (daun) tersebut, distribusi simpanan karbon pada padang
yaitu sebesar 63% dengan nilai biomassa berkisar lamun di Pantai Prawean memiliki sebaran tidak
antara 20,8-383,8 gbk/m2. Berbeda dengan merata, dimana beberapa stasiun memiliki nilai
presentase biomassa diatas substrat yakni sebesar simpanan karbon yang tinggi (Transek 2A dan 7B)
37% dengan nilai biomassa berkisar antara 11,1 - dan sebagian lainnya rendah (Transek 9B, 5C, dan
235,6 gbk/m2. Hal ini dikarenakan materi biomassa 8C). Jumlah simpanan karbon terbesar berada
yang terbentuk di bagian bawah substrat umumnya pada 2 transek titik A yaitu sebesar 197,4 gC/m2
berupa biomassa yang lebih padat dibandingkan dan yang memiliki jumlah simpanan karbon
dengan biomassa diatas substrat seperti daun. Akar terendah berada pada transek 9 titik B yaitu
dan rhizoma di bawah substrat mampu menyerap 10,4 gC/m2. Secara keseluruhan, jenis lamun yang
unsur hara yang mempengaruhi biomassa lamun memiliki penyerapan karbon paling tinggi di Pantai
(Wahyudi et al., 2016; Christon et al., 2012). Faktor Prawean yaitu jenis Cymodocea serrulata. Hal ini
lain yang mempengaruhi biomassa adalah dikarenakan jenis tersebut memiliki kerapatan yang
kerapatan, dimana semakin tinggi nilai kerapatan paling tinggi diantara jenis yang lainnya, sehingga
lamun maka semakin tinggi niai biomassa yang potensi kandungan karbonnya pun berhubungan
dihasilkan (Azizah et al., 2017). erat dengan besarnya biomassa (Stankovic et al.,
2017; Widyasari & Saharjo, 2010; Indriani et al.,

122
Pemetaan Karbon di Padang Lamun Pantai Prawean Bandengan Jepara…………………………........................................(Septiani et al.)

2017). Dalam perhitungan stok karbon teramati acoroides di Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta.
bahwa, padang lamun yang kerapatanya lebih Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3), 287-294.
tinggi tidak berarti memiliki stock karbon atau Duarte, C.M. (1990). Seagrass Nutrient Content. Marine
biomassa yang lebih tinggi pula, karena adanya Ecology Progress Series. Oldendorf, 6(2), 201-207.
Fajarwati, S.D., Setianingsih, A.I. & Muzani, M. (2015).
perbedaan morfologi daun yang sangat bervariasi Analisis Kondisi Lamun (Seagrass) di Perairan
dari berbagai jenis lamun yang selanjutnya dan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Jurnal Spatial
mempengaruhi kerapatanya (Irawan, 2017). Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi, 13(1),
Pantai Prawean dengan padang lamun seluas 23-32.
4,98 ha dan stock 0,69 ton C/ha memiliki stok Fourqurean, J. W., Duarte, C. M., Kennedy, H., Marbà,
karbon total sebesar 3,46 tonC. dimana 67,92 % N., Holmer, M., Mateo, M. A., … Serrano, O. (2012).
merupakan karbon bawah substrat dan 32,08 % Seagrass ecosystems as a globally significant
tersimpan di atas substrat. Hasil simpanan karbon carbon stock. Nature Geoscience, 5(7), 505–509.
yang didapat pada penelitian ini lebih rendah jika https://doi.org/10.1038/ngeo1477
Graha, Y.I., Arthana, I.W. & Karang, I.W.G.A. (2016).
dibandingkan dengan penelitan Supriadi et al. Simpanan Karbon Padang Lamun di Kawasan
(2013) yang dilakukan di Pulau Baranglompo Pantai Sanur, Kota Denpasar. ECOTROPHIC:
Makassar yang menyebutkan bahwa total stok Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental
karbon lamun sebesar 115 ton/ha. Hasil pada Science), 10(1), 46-53.
penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan Hartati, R., Pratikto, I., & Pratiwi, T. N. (2017). Biomassa
penelitian Graha et al. (2016) yang dilakukan di dan Estimasi Simpanan Karbon pada Ekosistem
Pantai Sanur Denpasar Bali dengan total stok Padang Lamun di Pulau Menjangan Kecil dan
karbon lamun sebesar 0,21 ton/ha. Pulau Sintok , Kepulauan Karimunjawa. Buletin
Oseanografi Marina. 6(1), 74–81.
KESIMPULAN Helrich, K. (1990). Method of Analysis of The Association
of Official Analytical Chemist. 5th Edition. Virginia.
Hulopi, M., Tuahatu, J. W., & Tuhumury, N. C. (2017).
Total stok karbon ekosistem lamun di Pantai
Seagrass potency as blue carbon source in Galala
Prawean diperkirakan sebesar 3,46 ton dengan and Tanjung Tiram waters, Ambon Island,
luas area 4,98 ha. Jenis lamun yang berperan Indonesia, Aquaculture, Aquarium, Conservation &
penting sebagai penyimpan karbon adalah Legislation 10(5), 1019–1025.
Cymodocea serrulata. Berdasarkan penelitian ini Indriyani, Wahyudi, A. J.,. & Yona, D. (2017). Carbon
dapat diketahui bahwa distribusi simpanan karbon Stock in Seagrass Meadows of Bintan Island, Riau
di Pantai Prawean menunjukan distribusi yang tidak Archipelago. Oseanologi dan Limnologi di
merata, hal ini berarti bahwa setiap jenis lamun Indonesia, 2(3), 1-11.
memiliki kemampuan untuk menyerap karbon Irawan, A. (2017). The Carbon Stock and Potential
Uptake of Seagrass Beds in the Northern and
berbeda-beda. Pentingnya fungsi ekosistem lamun
Eastern Part of Bintan Island. Oseanologi dan
dalam menyerap karbon, sehingga dapat Limnologi di Indonesia, 2(3), 35–48.
membantu mengurangi karbon dioksida yang ada di Odum, E.P. (1993). Dasar-dasar Ekologi, Ed 3. Gajah
atmosfer. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Mada University, Yogyakarta, 667.
untuk melihat kandungan karbon pada substrat dan Roelfsema, C. M., Lyons, M., Kovacs, E. M., Maxwell, P.,
perlu dilakukan penelitian secara periodik sehingga Saunders, M. I., Samper-villarreal, J., & Phinn, S.
dapat dilihat besaran serapan karbon setiap R. (2014). Remote Sensing of Environment Multi-
tahunnya. temporal mapping of seagrass cover , species and
biomass : A semi-automated object based image
UCAPAN TERIMA KASIH analysis approach. Remote Sensing of
Environment, 150, 172–187.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada https://doi.org/10.1016/j.rse.2014.05.001
Samiaji, T. (2011). Gas Co 2 di Wilayah Indonesia. Berita
seluruh pihak yang telah memberikan masukan dan
Dirgantara, 12(2), 68–75.
bimbingan dalam pembuatan jurnal ilmiah ini. Saraswati., Solichin, A., Hartoko, A. & Suharti, A.R.
Terima kasih kepada Fakultas Perikanan dan Ilmu (2017). Hubungan Kerapatan Lamun dengan
Kelautan Universitas Diponegoro atas fasilitas yang Kelimpahan Larva Ikan di Pulau Pramuka,
telah diberikan. Kepulauan Seribu Jakarta. Management of Aquatic
Resources Journal, 5(3), 11-153.
DAFTAR PUSTAKA Solomon, S., Qin, D., Manning, M., Marquis, M., Averyt,
K., Tignor, M. M. B. Leroy, H., & Chen, Z. (2009).
Azizah, E., Nasution, S. & Ghalib, M. (2017). Biomass and Climate Change 2007:The Physical Science Basis.
Density of Seagrass Enhalus Acoroides in The South African Geographical Journal, 91(2), 103.
Village Waters Jago Jago of Tapanuli Tengah North Supriadi, S., Kaswadji, R.F., Bengen, D. G., & Hutomo,
Sumatera Province. Jurnal Online Mahasiswa M. (2013). Potensi Penyimpanan Karbon Lamun
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Enhalus acoroides di Pulau Barranglompo
Riau, 4(2), 1-10. Makassar. Jurnal Ilmu Kelautan, 19(1), 1-10.
Bonham-Charter, G.F. (1994). Geographic Inforation Tishmawati, C.N. & Suryanti., Ain, C. (2014). Hubungan
Systems For Geoscientists Pergamon. Kidlington, Kerapatan Lamun (Seagrass) dengan Kelimpahan
UK, 398. Syngnathidae di Pulau Panggang Kepulauan
Christon,C., Djunaedi, O. S., & Purba, N. P. (2012). Seribu. Management of Aquatic Resources
Pengaruh Tinggi Pasang Surut Terhadap Journal, 3(4). 147-153.
Pertumbuhan dan Biomassa Daun Lamun Enhalus

123
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 117-124

Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Widyasari, N. A. E. & Saharjo, B. H. (2010). Pendugaan
Laut. Brillian Internasional. Sidoarjo. Biomassa dan Potensi Karbon Terikat di atas
Wahyudi, A. J., Rahmawati, S., Prayudha, B., Iskandar, Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut
M. R., & Arfianti, T. (2016). Vertical carbon flux of Bekas Terbakar di Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu
marine snow in Enhalus acoroides - dominated Pertanian, 15(1), 41-49.
seagrass meadows. Regional Studies in Marine
Science 5, 27–29.

124

Anda mungkin juga menyukai