Anda di halaman 1dari 12

JURNAL

POTENSI PENYIMPANAN KARBON PADA LAMUN (Cymodocea


serrulata) DI PERAIRAN PULAU PONCAN SIBOLGA
PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH

INDRAWAN ADE PUTRA


1304115510

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
POTENSI PENYIMPANAN KARBON PADA LAMUN (Cymodocea serrulata)
DI PERAIRAN PULAU PONCAN SIBOLGA
PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh

Indrawan Ade Putra 1), Thamrin 2), dan Zulkifli 2)


Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Postal Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: indrawanadeputra090@gmail.com

Abstrak

Pertumbuhan sektor industri di berbagai negara yang relatif cepat


menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca (global warming) seperti karbon
dioksida (CO2) di atmosfer. Salah satu aspek penting dalam mengurangi gas
karbon adalah pemeliharaan hutan dan lautan untuk menyimpan karbon. Salah
satu sumberdaya laut yang cukup potensial sebagai penyimpan gas CO2 adalah
padang lamun. Pengembangan Pulau Poncan menjadi daerah wisata bahari
diperkirakan akan mengancam keberadaan vegetasi lamun sehingga membuat
ekosistem laut sebagai penyimpan karbon berkurang, salah satunya jenis
Cymodocea serrulata. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2017 di
perairan Pulau Poncan, Sibolga yang bertujuan untuk mengetahui kandungan
biomassa, C-organik, dan menemukan bagian lamun sebagai penyimpan karbon
terbesar. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode transek kuadrat yang
dilakukan pada 3 stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa dan
penyimpan karbon terbesar dari semua lokasi penelitian terletak pada bagian
Below Ground (akar dan rhizoma) dengan nilai 27,57 gbk/m2 dan 6,13 gC/m2.
Rata-rata kandungan C-organik tertinggi pada semua lokasi penelitain terletak
pada bagian akar lamun dengan nilai 24,17%..

Kata Kunci: Pemanasan Global, Lamun, Biomassa, C-organik, Simpanan karbon, Pulau
Poncan

1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
POTENCY OF BLUE CARBON ON SEAGRASS (Cymodocea serrulata) IN
SEAWATER OF PONCAN ISLAND SIBOLGA
NORTH SUMATERA PROVINCE

By

Indrawan Ade Putra 1), Thamrin 2), and Zulkifli 2)


Department of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau
Postal Address: Campus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: indrawanadeputra090@gmail.com

Abstract

The rapid growth of industrial sectors in various countries leads to an increase in


greenhouse gas emissions (global warming) such as carbon dioxide (CO2) in the
atmosphere. One important aspect of reducing carbon gas is the maintenance of forests
and oceans to store carbon. One of the potential marine resources as blue carbon is
seagrass beds. Development of Poncan Island into a marine tourism area estimated will
endanger the existence of seagrass vegetation that makes marine ecosystems as blue
carbon is reduced, one of them which is Cymodocea serrulata. The research was
conducted in March-May 2017 in the seawater of Poncan Island, Sibolga, which aims to
determine the content of biomass, average of C-organic, and find parts of seagrass as the
largest blue carbon. Sampling using a quadratic transect method performed at 3 station.
The results show that the largest biomass and blue carbon of all research sites located in
the Below Ground section (roots and rhizomes) with value is 27,57 gbk/m2 and 6,13
gC/m2. The highest average C-organic content in all research sites located in the root of
the seagrass with value is 24,17%.

Keywords: Global Warming, Seagrass, Biomass, C-organic, Blue Carbon, Poncan Island
1
) Student Faculty of Fisheries and Marine University of Riau
2
) Lecturer Faculty of Fisheries and Marine University of Riau
PENDAHULUAN Penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengetahui kandungan
Pertumbuhan sektor industri di biomassa, kandungan C-organik, dan
berbagai negara yang relatif cepat menemukan bagian yang menyimpan
menyebabkan peningkatan emisi gas karbon terbesar pada lamun C.
rumah kaca seperti karbon dioksida serrulata yang ada di perairan Pulau
(CO2) di atmosfer. Salah satu aspek Poncan Sibolga.
penting dalam mengurangi gas
karbon adalah pemeliharaan hutan METODE PENELITIAN
dan lautan untuk menyimpan karbon.
Pemanfaatan hutan dalam upaya Penelitian ini telah dilaksanakan
mitigasi tersebut sudah banyak pada bulan Maret-Mei 2017,
diimplementasikan, sedangkan pengambilan sampel dilakukan di
penerapan peran lautan belum Pulau Poncan Provinsi Sumatera
terlihat secara signifikan. Ekosistem Utara (Gambar 1). Analisis karbon
laut dan pesisir memiliki peranan dilakukan di Laboratorium Biologi
besar dalam siklus global karbon, Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
sekitar 93% CO2 di bumi Perikanan dan Kelautan Universitas
disirkulasikan dan disimpan di dalam Riau.
lautan.
Salah satu sumberdaya laut yang
cukup potensial sebagai penyimpan
gas CO2 adalah padang lamun. Salah
satu peran utama lamun adalah
sebagai penyimpan karbon di lautan
(carbon sink) atau dikenal dengan
istilah blue carbon dan digunakan
untuk proses fotosintesis (Kawaroe,
2009). Jenis lamun yang berperan
besar dalam peyimpanan karbon Gambar 1. Lokasi Penelitian
yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea
serrulata, Syringodium isoetifolium Metode yang digunakan dalam
(Rustam et al., 2014). Kontribusi penelitian ini adalah metode survei
vegetasi lamun terhadap yaitu pengamatan serta pengambilan
penyimpanan karbon dimulai dari sampel dilakukan secara langsung di
proses fotosintesis dan disimpan lapangan.
sebagai biomassa.
Pulau Poncan merupakan salah Penentuan Lokasi Sampling
satu daerah yang akan dikembangkan
menjadi daerah wisata karena Penentuan titik sampling tiap
berlokasi di Teluk Tapian Nauli yang stasiunnya dengan menggunakan
merupakan jalur pelayaran. metode purposive sampling. Ada 3
Pengembangan Pulau Poncan stasiun yang diteliti yaitu:
menjadi daerah wisata bahari 1. Stasiun I merupakan daerah
diperkirakan akan mengancam yang banyak terdapat sampah
keberadaan vegetasi lamun sehingga yang berasal dari dermaga,
membuat ekosistem laut sebagai 2. Stasiun II merupakan daerah
penyimpan karbon berkurang. ekowisata dimana daerah
tersebut dipengaruhi oleh Dimana:
aktivitas wisatawan, dan K = Kerapatan individu
3. Stasiun III merupakan daerah tak (ind/m2)
berpenghuni dimana daerah ∑Di = Jumlah individu/tunas
tersebut tidak dipengaruhi oleh setiap jenis
aktivitas antropogenik apapun ∑ni = Jumlah kuadrat
tetapi daerah tersebut banyak A = Luas kuadran (m2)
terdapat sampah dan ditumbuhi
mangrove. Pengambilan dan Perhitungan
Pengambilan sampel dan Biomassa Lamun
pengamatan kondisi umum lamun
dilakukan dengan menggunakan Pengambilan sampel untuk
metode line transect menggunakan biomassa lamun berupa spesies
petakan kuadrat 1x1 m2. Setiap lamun C. serrulata diambil pada
stasiun mempunyai 3 garis transek kawasan penelitian saat air sedang
dimana dalam 1 garis transek surut agar memudahkan peneliti
terdapat 3 plot. Jarak lokasi sampling dalam pengambilan sampel.
dari garis pantai yaitu sekitar 40 m Setelah sampel diambil, maka
ke arah laut (di mulai dari awal dilakukan analisis di laboratorium.
ditemukannya lamun) sedangkan Berat kering sebuah tunas dikalikan
jarak antar garis transek sekitar 20 m dengan jumlah tunas (kerapatan)
dan jarak antar petakan kuadran lamun dalam ukuran satu meter
sekitar 10 m (disesuaikan dengan persegi sehingga rumus yang
kondisi lapangan). digunakan merujuk pada Azkab
(1999), yaitu:
Pengukuran Parameter Kualitas
Perairan B=W×D

Pengukuran parameter kualitas Keterangan:


perairan pada penelitian diukur B = Biomassa lamun (gbk/m2)
langsung di lapangan pada saat W = Berat kering sebuah tunas
pengambilan sampel sebanyak satu lamun (gbk/tunas)
kali meliputi: pH, kecerahan, D =Kerapatan Lamun
salinitas, suhu, dan kecepatan arus. (tunas/m2)

Perhitungan Kerapatan Lamun Perhitungan berat kering menurut


Short dan Choles (2001) yaitu:
Untuk menentukan kerapatan
lamun maka dilakukan pengambilan DWT= Wd – We
sampel yang didasarkan pada metode
Transek Garis (English et al, 1994). Keterangan:
Kerapatan lamun dinyatakan DWT = Berat Kering
sebagai jumlah individu/satuan luas Wd = Berat dari sampel dan
dalam satuan meter persegi cawan setelah pengeringan
(Snedecor dan Cochran, 1980) (600C)
dengan perhitungan: We = Berat cawan

𝐾 = ∑ 𝐷𝑖 ⁄∑ 𝑛𝑖 × 𝐴
Analisis Karbon penyimpanan karbon pada bagian
Abg dan Blg, dianalisis dengan
Analisis karbon pada lamun pada menggunakan Uji-t. Pengolahan data
bagian akar, rhizoma, dan daun dibuat dengan bantuan software
dilakukan dengan metode Microsoft Excel dan Statistical
spektrofotometrik (Yunitha, 2015). Package for Social Science (SPSS)
Kadar C-organik dapat ditentukan versi 13.0.
dengan rumus:
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑐 − 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (𝑝𝑝𝑚)
HASIL DAN PEMBAHASAN

𝑎𝑏𝑠 × 𝑖𝑛𝑡
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
× 100 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
=
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔) Penelitian ini dilaksanakan di
perairan Pulau Poncan dimana
𝑝𝑝𝑚 daerah tersebut termasuk kedalam
𝐶 − 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (%) = × 100%
10000
wilayah administratif Kelurahan
Keterangan: Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga
Abs = Absorbansi Kota, Kota Sibolga, Provinsi
Int = Intersep (0,0923) Sumatera Utara. Pulau Poncan
Slope = 0,0015 merupakan pulau terbesar dari 7
pulau di Teluk Tapian Nauli, Kota
Penyimpanan karbon diperoleh dari Sibolga. Pulau Poncan terletak pada
total biomassa dikalikan dengan koordinat diantara 1°42’00” -
kandungan karbon sehingga 1°42’25” LU dan diantara 98°45’37”
biomassa dapat ditentukan dalam - 98°46’12” BT. Luas daratan dari
satuan gC/m2 (Blue Carbon pulau ini mencapai 10,7 hektare.
Inititative, 2014). Pulau Poncan sesuai untuk
investasi pariwisata, karena berlokasi
di Teluk Tapian Nauli yang
Penyimpanan Karbon(gC/m2)=
merupakan jalur pelayaran. Pulau ini
juga mempunyai pelabuhan yang
Biomassa(gbk/m2)×(kadar C-
paling besar di pesisir Pulau
organik (%)/100)
Sumatera. Akses melalui darat, laut
dan udara menuju Sibolga tersedia.
Analisis Data
Transportasi ke pulau tersedia oleh
perahu, perahu motor, dan kano. Ada
Penentuan perbedaan kandungan
sumberdaya pariwisata di pulau,
biomassa dan penyimpanan karbon
antara lain pantai pasir putih, air laut
per bagian lamun, dianalisis dengan
yang sejernih kristal, terumbu karang
menggunakan Uji Anova Satu Arah
di sekeliling pulau dan juga ada
dan apabila terdapat perbedaan yang
hutan mangrove kecil serta lamun.
signifikan maka di uji lanjut dengan
Pariwisata di Pulau Poncan didirikan
menggunakan Uji LSD, Penentuan
tahun 1984 dengan nama Poncan
perbedaan rata-rata persentase
Marine Resort, yang bisa dicapai 15
kandugan C-organik dari ketiga
menit dari Kota Sibolga. Pulau
bagian lamun dianalisis secara
Poncan merupakan pulau yang tak
deskriptif dengan mengacu pada
berpenghuni.
literature, dan Penentuan perbedaan
kandungan biomassa dan
Parameter Kualitas Perairan berkisar antara 0,3-1,14 gbk/m2.
Berdasarkan perhitungan biomassa
Parameter kualitas perairan yang lamun dimana Stasiun I memiliki
diukur di lapangan adalah pH, total biomassa 14,58 gbk/m2 dan
salinitas, kecerahan, dan suhu. Hasil Stasiun II memiliki total biomassa
pengukuran parameter kualitas air 11,97 gbk/m2, sedangkan Stasiun III
dapat dilihat dalam Tabel 1. memiliki total biomassa 11,88
gbk/m2 (Gambar 3).
Tabel 1. Parameter Kualitas 16
14 Daun
Perairan di Pulau Poncan Sibolga

Biomassa (gbk/m2)
12 Rhizoma
Parameter Satu Stasiun Kisara 10
an n Akar
I II III Optim 8
um 6
Suhu 0
C 32 32 34 28 –
4
33o*
Salinitas o
/00 20 20 22 29 – 2
34 ‰* 0
Kecerahan % 100 100 100 - Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Derajat 6 6 6 6–
Keasaman 8,5* Gambar 3. Biomassa bagian Lamun
(pH)
Titik LU 1045’9 1044’2 1044’5 -
koordinat ” 7” 0” Bagian lamun yang memiliki total
BT 98045’ 98046’ 98047’ -
59” 47” 18” biomassa terbesar terdapat pada
Ket : * = Kisaran optimum berdasarkan Kep Men LH bagian Blg (bawah substrat) yaitu
No. 51 Th 2004
27,57 gbk/m2, sedangkan bagian
Kerapatan Lamun lamun yang memiliki total biomassa
terkecil pada bagian Abg (atas
Dari pengukuran yang dilakukan di substrat) yaitu 10,86 gbk/m2 (Gambar
lokasi penelitian maka didapatkan 4).
hasil yaitu kerapatan lamun 16
Cymodocea serrulata di Stasiun I 14
Blg
Biomassa (gbk/m2)

yaitu 91,67 ind/m2 dan Stasiun II 12 Abg


yaitu 50,34 ind/m2, sedangkan 10
Stasiun III yaitu 38,66 ind/m2. 8
6
Kerapatan lamun C. serrulata di 4
lokasi penelitian disajikan pada 2
grafik Gambar 2. 0
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
100
Kerapatan (ind/m2)

80 Gambar 4. Biomassa Lamun Abg dan


60 Transek 3 Blg
40 Transek 2
20
0
Transek 1 Kandungan C-organik Lamun
Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Gambar 2. Kerapatan Lamun Rata-rata persentase kandungan C-


organik tertinggi terdapat pada
Biomassa Lamun Stasiun III yaitu 23,52 %, sedangkan
yang terendah terdapat pada Stasiun
Kandungan biomassa lamun di II yaitu 22,98 %, dan pada Stasiun I
perairan Pulau Poncan Sibolga pada yaitu 23,13 %. Untuk lebih jelasnya
setiap bagian lamun per stasiunnya dapat dilihat pada Gambar 5.
24 Penyimpanan Karbon Lamun

C-organik (% )
23,5
Penyimpanan karbon lamun di
23 perairan ini pada setiap bagian lamun
22,5
per stasiunnya berkisar antara 0,06-
Stasiun I Stasiun II Stasiun III 0,24 gC/m2.Berdasarkan perhitungan
Gambar 5. Rata-rata C-organik per penyimpanan karbon lamun dimana
stasiun Stasiun I memiliki total penyimpanan
Namun untuk rata-rata persentase karbon 3,12 gC/m2 dan Stasiun II
kandungan C-organik pada bagian memiliki total penyimpanan karbon
lamun yang tertinggi terdapat pada 2,75 gC/m2, sedangkan Stasiun III
bagian akar Stasiun I yaitu 27,52%, memiliki total penyimpanan karbon
sedangkan yang terendah terdapat 2,81 gC/m2. Untuk lebih jelasnya
pada bagian rhizoma Stasiun I yaitu dapat dilihat pada Gambar 8.
17,37%. Untuk lebih jelasnya dapat
3,5
dilihat pada Gambar 6.

Penyimpanan Karbon
3 Akar
2,5
Rhizoma

(gC/m2)
30 2
25 1,5 Daun
C-organik (%)

20 Daun 1
15 Rhizoma 0,5
10
Akar 0
5
Stasiun I Stasiun Stasiun
0
Stasiun I Stasiun II Stasiun III II III

Gambar 6. Rata-rata Kandungan C- Gambar 8.Penyimpanan Karbon per


organik pada bagian lamun per bagian lamun
stasiun
Bagian lamun yang memiliki total
Rata-rata kandungan C-organik penyimpanan karbon terbesar dari
pada bagian lamun tertinggi pada semua stasiun terdapat pada bagian
semua lokasi penelitian terdapat pada Blg (bawah substrat) yaitu 6,13
bagian akar yaitu 24,17 %, gC/m2, sedangkan bagian lamun
sedangkan yang terendah pada yang memiliki total penyimpanan
bagian rhizoma yaitu 21,93 %. Untuk karbon terkecil pada bagian Abg
lebih jelasnya dapat dilihat pada (atas substrat) yaitu 2,55 gC/m2.
Gambar 7. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
24,5
pada Gambar 10.
24 3,5
Penyimpanan Karbon

23,5 3
C-organik (%)

23 2,5 Abg
2
(gC/m2)

22,5
Blg
22 1,5
21,5 1
21 0,5
20,5
0
Akar Rhizoma Daun Stasiun I Stasiun II Stasiun
III
Gambar 7. Rata-rata Kandungan C-
organik per bagian lamun Gambar 9. Penyimpanan Karbon
bagian Abg dan Blg
PEMBAHASAN optimum bagi pertumbuhan lamun
sesuai dengan baku mutu air laut
Kerapatan Lamun untuk biota laut (lamun) yang
dikeluarkan oleh KepMen LH No.51
Perbedaan kerapatan lamun pada Tahun 2004.
masing-masing stasiun dapat
menggambarkan bahwa penyebaran Biomassa Lamun
yang bervariasi, hal ini dapat
diakibatkan adanya perbedaan Hasil dari perhitungan biomassa
kondisi lingkungan dan perlakuan lamun pada Gambar 4, dapat
yang diperoleh dari tiga stasiun yang diketahui bahwa nilai biomassa
mewakili kawasan padat aktivitas lamun terbesar terletak pada bagian
antropogenik (nelayan dan wisata Blg (rhizoma dan akar) pada semua
pantai) dan minim aktivitas lokasi penelitian dibandingkan
antropogenik. dengan bagian Abg (daun). Nilai
Kerapatan lamun C. serrulata di biomassa lamun C. serrulata tinggi
daerah yang banyak sampah lebih pada bagian rhizoma diduga
tinggi daripada kerapatan lamun pada disebabkan oleh ukuran bagian ini
daerah wisata maupun sekitar lebih besar dari bagian yang lain dan
mangrove. Rata-rata nilai kerapatan juga rhizoma memiliki 60-80%
lamun pada jarak 20 m (plot 1), 30 m kandungan biomassa dari lamun
(plot 2) dan 40 m (plot 3) pada (Imiliyana et al., 2012).
masing-masing stasiun dapat Tingginya biomassa lamun pada
menjelaskan bahwa penyebaran daerah yang banyak sampah lebih
lamun yang bervariasi dilihat dari besar dibandingkan dengan daerah
nilai rata-rata kerapatannya. Pada wisata dan daerah sekitar mangrove
daerah yang banyak sampah, rata- diduga disebabkan oleh tingginya
rata kerapatan lamun pada masing- kerapatan lamun pada stasiun
masing plot berbeda. Sebaliknya tersebut. Semakin tinggi kerapatan
pada daerah wisata dan sekitar lamun, maka semakin tinggi juga
mangrove, semakin menuju ke arah kandungan biomassanya (Azkab,
laut nilai kerapatan lamun semakin 2007). Kandungan biomassa yang
tinggi. tinggi pada daerah yang banyak
Menurut Nur (2004), tingginya sampah dapat menjelaskan bahwa
kerapatan jenis lamun sangat terkait kondisi daerah tersebut merupakan
dengan jumlah jenis yang ditemukan tempat yang cocok dan disukai
dan kemungkinan sangat terkait lamun C. serrulata meskipun daerah
dengan karakteristik habitat seperti tersebut terdapat aktivitas
kedalaman, dan jenis substrat yang antropogenik (kapal), tetapi dampak
sangat mendukung untuk yang ditimbulkan tidak berpengaruh
pertumbuhan dan keberadaan lamun terhadap biomassa lamun. Hal ini
karena sangat terkait dengan berbeda dengan daerah wisata dan
penetrasi cahaya yang dibutuhkan daerah sekitar mangrove, meskipun
oleh lamun dalam proses fotosintesis. daerah tersebut sedikit aktivitas
Secara umum nilai-nilai hasil antropogenik, tetapi daerah tersebut
pengukuran kualitas perairan tidak disukai oleh jenis lamun C.
cenderung hampir sama serta nilai serrulata.
yang diperoleh berada dalam kisaran
Kandungan C-organik Lamun dan daerah sekitar mangrove diduga
disebabkan oleh banyaknya guguran
Dari hasil yang didapat melalui serasah akibat gelombang yang
analisis di laboratorium dengan tinggi dan lamun lebih sering
metode spektrofotometrik didapatkan terpapar pada siang hari karena surut
bahwa rata-rata persentase yang rendah serta aktivitas nelayan
kandungan C-organik lamun C. dan wisatawan di sekitar lamun.
serrulata tertinggi terdapat pada Bagian lamun yang memiliki total
daerah sekitar mangrove. Hal ini penyimpanan karbon tertinggi
diduga disebabkan oleh pengaruh terdapat pada bagian rhizoma daerah
adanya hutan mangrove yang terletak yang banyak sampah, sedangkan
di daerah tersebut karena tingkat yang terendah terdapat pada bagian
terbenamnya karbon organik lebih akar daerah sekitar mangrove. Hal ini
tinggi terdapat di pinggiran laguna, diduga disebabkan oleh rhizoma ini
dimana vegetasi mangrove yang merupakan 60–80% dari biomassa
mendominasi (Gonneea et al., 2004). lamun sehingga persentase stok
Namun untuk rata-rata persentase karbon meningkat sejalan dengan
kandungan C-organik tertinggi per peningkatan biomassa (Imiliyana et
stasiun terdapat pada bagian akar al., 2012).
darah yang banyak sampah dan yang Bagian lamun sebagai penyimpan
terendah pada bagian rhizoma daerah karbon tertinggi terdapat pada bagian
yang banyak sampah. Sementara, Blg dibandingkan dengan bagian Abg
bagian lamun yang memiliki rata-rata pada semua lokasi penelitian.
persentase kandungan C-organik Distribusi biomassa yang lebih tinggi
tertinggi dari semua lokasi penelitian pada akar dan rhizoma sehingga
terdapat pada bagian akar, sedangkan berkontribusi terhadap tingginya
yang terendah terdapat pada bagian penyimpanan karbon pada jaringan
rhizoma. Tingginya rata-rata ini. Akar dan rhizoma berada
persentase kandungan C-organik beberapa sentimeter di bawah
pada bagian akar dari semua lokasi substrat sehingga merupakan karbon
penelitian diduga disebabkan oleh yang terkunci di sedimen (Imiliyana
proporsi simpanan karbon di bawah et al., 2012). Salah satu fungsi
substrat mempertinggi laju tingginya penyimpanan biomassa di
penguburan karbon organik di bawah substrat adalah memperkuat
sedimen (Kennedy dan Bjork, 2009). penancapan lamun (Supriadi dan
Arifin 2005).
Penyimpanan Karbon Lamun Simpanan karbon di Abg yang
menurun ditemukan pada plot-plot di
Dari perhitungan biomassa daerah wisata dan daerah sekitar
didapatkan hasil bahwa semakin mangrove, sementara pada plot-plot
tinggi biomassa maka semakin tinggi daerah yang banyak sampah
juga simpanan karbon. Hal ini ditemukan simpanan karbon yang
terlihat bahwa daerah yang banyak relatif naik. Hal ini diduga
sampah memiliki total penyimpanan disebabkan oleh karbon di bawah
karbon terbesar dibandingkan dengan substrat tidak terlalu terpengaruh
daerah wisata maupun daerah sekitar oleh pengaruh fisik lingkungan
mangrove. Rendahnya total sebagaimana simpanan karbon yang
simpanan karbon pada daerah wisata ada di bagian atas substrat (Supriadi,
2012). Penyebab menurunnya jenis lamun yang jarang diteliti
simpanan karbon pada setiap plot sehingga dapat tergambar potensi
daerah wisata dan daerah sekitar lamun dari berbagai jenis lamun
mangrove diduga disebabkan oleh sebagai penyimpan karbon.
adanya pengaruh aktivitas
antropogenik maupun aksi fisik DAFTAR PUSTAKA
perairan tersebut, contohnya adanya
aktivitas nelayan dan wisatawan juga Azkab, H. 1999. Pedoman
adanya gelombang yang besar Inventarisasi Lamun. Oseana,
membuat lamun sulit tumbuh dan XXIV (1): 1-16.
berkembang dengan baik sehingga Azkab, M.H. 2007. Status
berpengaruh terhadap simpanan Sumberdaya Padang Lamun di
karbon pada daerah tersebut. Teluk Gilimanuk, Taman
Simpanan karbon bagian Abg relatif Nasional Bali Barat. p.10-16.
berfluktuasi dibandingkan dengan Dalam: Ruyitno (Eds). Status
simpanan karbon bagian Blg. sumberdaya laut Teluk
Walaupun simpanan karbon di atas Gilimanuk, Taman Nasional
substrat relatif kecil dibandingkan Bali Barat. Pusat Penelitian
dengan yang di bawah substrat, Oseanografi-LIPI. Jakarta.
namun simpanan karbon di atas Blue Carbon Initiative. 2014. Coastal
substrat akan tetap terpelihara selama Blue Carbon Methods for
tunas lamun masih hidup. Selain itu, Assessing Carbon Stocks and
peran simpanan karbon lamun diatas Emissions Factors in
substrat bisa dikaitkan dengan Mangrove, Tidal Salt Marshes,
dinamika aliran karbon dari hasil and Seagrass Meadows.
akumulasi produktivitas (Supriadi, English, S., C. Wilkinson., and U.
2012). Baker. 1994. Survey Manual
for Tropical Marine Resources.
KESIMPULAN DAN SARAN ASEAN-Australia Marine
Science Project : Living
Biomassa terbesar dari semua Coastal Resources. Australian
lokasi penelitian terletak pada bagian Institute of Marine Science.
Blg (akar dan rhizoma) lamun C. Townswille, Australia. 368 pp.
serrulata. Gonneea ME, Paytan Adina,
Rata-rata kandungan C-organik Herrera-Silveira JA. 2004.
tertinggi dari semua lokasi penelitian Tracing Organic Matter
terdapat pada bagian akar, sedangkan Sources and Carbon Burial in
rata-rata kandungan C-organik Mangrove Sediments Over The
terendah terdapat pada bagian Past 160 Years. Estuarine,
rhizoma. Coastal and Shelf Science (61):
Penyimpanan karbon terbesar dari 211-227.
semua lokasi penelitian terdapat pada Imiliyana, A., M. Muryono., dan H.
bagian Blg (akar dan rhizoma) lamun Purnobasuki. 2012. Estimasi
C. serrulata. Stok Karbon Pada Tegakan
Pohon Rhizophora stylosa di
Dari penelitian ini diharapkan Pantai Camplong, Sampang-
adanya penelitian lanjutan tentang Madura (jurnal). Surabaya:
potensi penyimpanan karbon pada
Institut Teknologi Sepuluh Pulau Barranglompo Makassar.
November. Disertasi. Bogor: Institut
Kawaroe, M. 2009. Perspektif Pertanian Bogor.
Lamun Sebagai Blue Carbon Supriadi dan Arifin. 2005.
Sink di Laut. (Lokakarya Dekomposisi Serasah Daun
Lamun). Departemen Ilmu dan Lamun E. acoroides dan T.
Teknologi Kelautan. Bogor: hemprichii di Pulau
Institut Pertanian Bogor. Barranglompo Makassar.
Kennedy, H., and M. Bjork. 2009. Torani, 1(15): 59-64.
Seagrass Meadows. Dalam: Yunitha, A. 2015. Kandungan C-
Laffoley D, Grimsditch G, Organik Pada Lamun
editor. The Management of Berdasarkan Habitat Dan Jenis
Natural Coastal Carbon Sinks. Lamun Di Pesisir Desa Bahoi
Gland Switzerland: IUCN: 23- Kabupaten Minahasa Utara
29. Sulawesi Utara. Tesis Program
Keputusan Menteri Negara Studi Pengelolaan Sumberdaya
Lingkungan Hidup No. 200 Perairan Sekolah Pascasarjana
Tahun 2004 tentang Kriteria Institut Pertanian Bogor.
Baku Kerusakan dan Pedoman
Penentuan Status Padang
Lamun.
Rustam, A., Terry L. Kepel., Restu
Nur Afiati., Hadiwijaya L.
Salim., Mariska Astrid.,
August Daulat., Peter
Mangindaan., Nasir Sudirman.,
Yusmiana Puspitaningsih R.,
Devi Dwiyanti S., dan Andreas
Hutahean. 2014. Peran
Ekosistem Lamun Sebagai
Blue Carbon dalam Mitigasi
Perubahan Iklim (Studi kasus:
Tanjung Lesung Provinsi
Banten). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya
Laut dan Pesisir, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan-KKP.
Short, F.T., and R.G. Coles. 2001.
Global Seagrass Research
Methods. The Lowa State
University Press.
Snedecor, C.W., and N.G. Cochran.
1980. Statistical Methods 7th
Ed. The Lowa State University
Press.
Supriadi. 2012. Stok dan Neraca
Karbon Komunitas Lamun di

Anda mungkin juga menyukai