Anda di halaman 1dari 14

Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0 PISSN : 2089-3507 EISSN : 2550-0015

Estimasi Serapan Karbon pada Kawasan Mangrove Tapak di Desa Tugurejo


Semarang
Nurul Yaqin, Mayang Rizkiyah, Epafras Andrew Putra, Suryanti, dan Sigit Febrianto

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275, Telp/fax. +6224 747698
Email:nurulyaqin@students.undip.ac.id

Abstrak

Pemanasan global ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan bumi yang diakibatkan meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca diatmosfer seperti gas CO 2 dan CH4 yang dihasilkan dari sektor industri, aktivitas
transportasi, dan kegiatan pertanian maupun peternakan. Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yang penting
bagi wilayah pesisirsebagai penyerap dan penyimpan karbon dalam upaya mitigasi pemanasan global. Kawasan pesisir
pantai di Desa Tugurejo yangmemiliki mangove adalah wilayah Tapak. Luas mangrove di kawasan Tapak mencapai
±3,00 Ha. Maka perlu adanya penelitian tentang potensi mangrove tersebut sebagai penyerap dan penyimpan karbon.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui estimasi simpanan dan serapan CO 2 dikawasan desa Tugurejo
semarang.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey. Simpanan karbon pada batang mangrove
menggunakan metode non-destructive sampling dengan persamaan alometrik untuk jenis dan penentuan karbon organik
serasah dan sedimen menggunakan metode LOI (Loss On Ignition). Penentuan stasiun menggunakan metode purposive
sampling.Hasil penelitian yang diperoleh ditemukan 2 jenis mangrove yaitu Rhizopora mucronata dan Avicennia
marina. Kandungan karbon pada tegakan mangrove sebesar 399,06 tonC/ha. Serapan CO2 pada tegakan sebesar
1463,22 ton/ha. Kandungan karbon pada sedimen 76.090,80 tonC/ha. Serapan CO2 pada sedimen sebesar 278.999,60
ton/ha. Kandungan karbon pada serasah sebesar 8,19 ton/ha/hari dan serapan CO2 sebesar 30,02 ton/ha/hari.

Kata kunci : serapan CO2; stok CO2; mangrove; Desa Tugurejo.

Abstract

Global warming is marked by an increase in the earth's surface temperature due to the increasing
concentration of greenhouse gases in the atmosphere such as CO 2 and CH4 gases produced from the industrial sector,
transportation activities, and agricultural and livestock activities. Mangrove ecosystems have important ecological
functions for coastal areas as carbon sinks and stores in efforts to mitigate global warming. The coastal area in
Tugurejo Village which has a mangove is the Tapak area. The mangrove area in the Tapak area reaches ± 3.00 Ha. So
there is a need for research on the potential of mangroves as carbon sinks and stores. The purpose of this research is to
determine the estimated CO2 savings and absorption in the village area of Tugurejo, Semarang. The method used in this
research is the survey method. The survey method is direct observation and sampling in the field. Determination of the
station using purposive sampling method. The results obtained were found 2 types of mangroves, namely Rhizopora
mucronata and Avicennia marina. The carbon content in the mangrove stands was 399.06 ton C / ha. CO 2 uptake in
stands was 1463.22 ton / ha. The carbon content in the sediment was 76,090.80 tonC / ha. The absorption of CO 2 in the
sediment is 278,999.60 tonnes / ha. The carbon content in the litter is 8.19 tonnes / ha / day and CO 2 absorption is
30.02 tonnes / ha / day.

Keywords : CO2 Uptake; CO2 Stock; mangroves; Tugurejo Village

*Corresponding author http://ejournal.undip.ac.id/index.php/buloma Diterima/Received : tgl-bulan-20xx


buloma.undip@gmail.com Disetujui/Accepted : tgl-bulan-20xx
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

PENDAHULUAN menjadi lahan tambak oleh warga pesisir kota Semarang.


Permasalahan lingkungan pada ekosistem pesisir Alih fungsi lahan tersebut dapat menyebabkan
saat ini sudah menjadi perhatian yang cukup serius. berkurangnya fungsi mangrove sebagai penyerap karbon
Mangrove sebagai salah satu ekosistem pesisir memiliki di udara. Berkurangnya luas wilayah pesisir berdampak
berbagai permasalahan lingkungan seperti konversi pula pada peran kawasan mangrove sebagai vegetasi
lahan (seperti dijadikan sebagai tambak, tempat wisata), penyerap karbondioksida (Hakim et al., 2016; Irsadi et
penebangan pohon, kegiatan reklamasi dan abrasi, serta al., 2017).
terjadinya pemanasan global. Timbulnya permasalahan Mangrove di Dukuh Tapak memiliki kandungan
tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas manusia yang biomassa sebesar sebesar 1.507,91 ton/ha, kandungan
terjadi secara terus menerus yang mengakibatkan stok karbon sebesar 708,2 ton C/ha, dan mampu
ekosistem mangove mengalami kerusakan. menyerap CO2 sebesar 2.598,65 ton/ha. Pola hubungan
Mangrove merupakan salah satu ekosistem antara kerapatan dengan biomassa, biomassa dengan
pesisir yang memiliki peranan penting bagi kehidupan stok karbon, dan stok karbon dengan serapan CO 2
makhluk hidup. Peranan penting mangrove yaitu dapat menunjukkan adanya tiga macam persamaan yang
dijadikan sebagai daerah hidup biota perairan, daerah memiliki nilai korelasi (R) yang positif masing-masing
untuk mencari makan ikan, daerah asuhan dan daerah sebesar 0,67, 1,00, dan 1,00 (Irsadi et al., 2015) .
pemijahan ikan. Selain berfungsi secara ekologis bagi Berdasarkan potensi hutan mangrove Desa
biota air, mangrove memiliki peranan penting lainnya Tugurejo yang cukup tinggi dan mengingat pentingnya
seperti pencegah abrasi, penahan gelombang Tsunami, ekosistem tersebut dalam menyerap CO 2, penelitian
menahan terjadinya angin topan, penyerap limbah dan mengenai estimasi karbon tersimpan dalam vegetasi
pencegah intrusi air laut (Akbar et al., 2019). Mangrove mangrove penting dilakukan untuk mengetahui seberapa
juga berfungsi sebagai penyerap karbon di atmosfer dan besar kawasan hutan mangrove tersebut mampu
merupakan bagian dari konsep blue carbon, dimana menyerap CO2 dari udara, sehingga hal tersebut dapat
memiliki peranan dalam menyimpan karbon baik pada menunjang kegiatan pengelolaan kawasan secara
jaringan maupun didalam sedimen (Sondak dan Chung, berkelanjutan dalam kaitannya dengan pengurangan
2015; Nasprianto, et al. 2016). konsentrasi CO2 di atmosfer (Cahyaningrum, Hartoko,
Menurut Sondak, (2015) mangrove berperan dan Suryanti, 2014). Jika telah mengetahui besarnya
dalam upaya mitigasi akibat pemanasan global karena cadangan karbon tersimpan pada hutan maka dapat
hutan mangrove dapat berfungsi sebagai penyimpan diketahui besarnya fungsi kawasan tersebut dalam
karbon (C). Menurut Donato et al., (2011) mangrove mitigasi perubahan iklim. Usaha untuk mengetahui
dapat menyimpan lebih dari tiga kali rata-rata potensi hutan mangrove sebagai pengikat karbon dan
penyimpanan karbon per hektar oleh hutan tropis peranannya dalam mitigasi perubahan iklim dapat
daratan. Bachmid et al., (2018) menyatakan bahwa dilakukan melalui penelitian mengenai estimasi serapan
fungsi optimal penyerapan karbon oleh mangrove karbon pada hutan mangrove yang terserap melalui
mencapai hingga 77,9 %, dimana karbon yang diserap above ground, dan below ground. Peran penting
tersebut disimpan dalam biomassa mangrove yaitu pada mangrove dalam menyerap karbon dan mitigasi serta
beberapa bagian seperti pada batang, daun, dan sedimen. adaptasi perubahan iklim perlu dipelajari lebih lanjut,
Menurut Kauffman et al. (2012) simpanan karbon pada penelitian ini akan mengkaji tentang estimasi serapan
mangrove lebih tinggi dimana simpanan karbon terbesar karbon pada hutan mangrove.
terdapat pada sedimen mangrove. Daun dan ranting
pohon mangrove yang gugur didekomposisi oleh MATERI DAN METODE
mikroorganisme, dan menjadi salah satu sumber bahan Penelitian dilaksanakan pada bulan September
organik pada sedimen mangrove. hingga Oktober 2020 di Kawasan konservasi mangrove
Desa Tugurejo terletak di Kecamatan Tugu Kota Desa Tugurejo Kota Semarang. Peta lokasi penelitian
Semarang berada di wilayah pesisir utara Jawa Tengah. disajikan pada Gambar 1
Spesies mangrove yang mendominasi adalah Rhizophora
mucronata dan Avicennia marina. Adanya mangrove di
kawasan ini, memiliki beberapa potensi di antaranya
untuk kegiatan eco-eduwisata mangrove dan beberapa
kegiatan pelestarian lingkungan pesisir. Kawasan pesisir
pantai di Desa Tugurejo adalah salah satu wilayah
pesisir kota Semarang yang kondisi mangrovenya
mengalami kerusakan akibat adanya abrasi sebesar
1.211,20 ha dan mengalami kemunduran garis pantai
hingga 1,7 kilometer tepatnya di wilayah Tapak. Luas
mangrove di kawasan Tapak mencapai ±3,00 Ha. Abrasi
disebabkan oleh beberapa faktor seperti alih fungsi lahan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
mangrove yang berfungsi sebagai penahan ombak Metode yang digunakan yaitu metode survey,
yaitu pengamatan dan pengambilan data langsung
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

dilapangan. Penentuan titik stasiun dilakukan secara menetukan C organik. Kadar Bahan Organik = Kadar
purposive, yaitu menentukan lokasi secara sengaja Bahan Kering (%) - Kadar Abu (%) Selanjutnya karbon
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi organik diperoleh dari asumsi 1/1,724 dari kandungan
dilokasi penelitian (Fachrul, 2007). bahan organik, menurut Agus et al. (2011) dapat
Pengukuran Biomassa Tegakan dirumuskan sebagai berikut:
Pengukuran biomassa dilakukan dengan Karbon Organik (%) = BO (%) x 0,58
menggunakan data diameter breast height (DBH) Keterangan:
diameter setinggi dada atau kurang lebih 1.3 m dari BO = Bahan Organik
permukaan tanah yang diperoleh dari ukuran lingkar Simpanan karbon dapat ditentukan dengan
tegakan (Martha et al., 2019). Perhitungan biomassa menggunakan persamaan menurut Ariani et al., (2016)
menggunakan persamaan allometric biomassa batang sebagai berikut:
mangrove yang tersaji dalam table 1. Simpanan Karbon (g/cm2 ) = Kd x ρx %C-Organik
Keterangan:
Tabel 1.Persamaan Allometrik Batang Mangrove Kd = Kedalaman (cm)
Jenis Persamaan Sumber ρ = berat jenis tanah (bulk density) (g/cm3 )
Mangrove Allometrik Penelitian Menurut SNI 7724:2011 satuan untuk
Rhizophora B = 0,1466*ρ*D2.3136 Dharmawan, perhitungan simpanan karbon adalah ton per hektar
Mucronata 2010 (ton/ha). Maka dari itu konversi simpanan karbon
Avicennia B = harmawan sedimen adalah sebagai berikut:
marina 0,1848*ρ*D2.3524D dan Siregar, Karbon (ton/ha) = Karbon (g/cm2 ) x 100
2008 Konversi stok karbon ke total serapan
Ket : B = Biomassa (kg); D = Diameter at breast height CO2 dapat menggunakan perbandingan massa
(cm) atom relatif C. Menurut Kauffman dan Donato
Menurut SNI 7724:2011 satuan untuk (2012) dapat dirumuskan sebagai berikut:
perhitungan simpanan karbon adalah ton per hektar CO2 = Cn x 3,67
(ton/ha). Maka dari itu konversi simpanan karbon batang 3,67 = Angka ekivalen atau konversi unsur C ke CO2
adalah sebagai berikut: (massa atom C=12 dan O=16, CO2= (1x12)+(2x16) =
Simpanan Karbon (ton/ha) = Biomassa (kg/m2 ) x 10 44; konversinya (44:12) = 3,67).
Menurut Widyastuti et al., (2018) bahwa
karbon yang terkandung dalam bahan organik yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
46%, sehingga estimasi jumlah karbon tersimpan yaitu
dengan mengalikan 46% atau 0,46 dengan biomassa HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti persamaan berikut:
Cn (ton/ha) = Biomasa (ton/ha) x 0,46 Kondisi ekosistem mangrove di wilayah Desa
Pengukuran karbon pada serasah Tugurejo Semarang saat ini masih masuk kedalam
Sampel diambil menggunakan litter trap ukuran kategori cukup baik jika dibandingkan dengan mangrove
1 m x 1 m (farhaby dan utama, 2019). Sampel kemudian daerah lain. Hal tersebut dikarenakan di Wilayah Tapak
dianalisis untuk menentukan nilai C organik. Menurut sering dilakukan kegiatan- kegiatan penyuluhan dan
Agus et al. (2011) kandungan karbon organik sosialisasi penanaman mangrove. Kegiatan ini biasanya
merupakan massa karbon untuk setiap satuan berat dilakukan oleh masyarakat setempat maupun dari
sampel. Apabila analisis hanya menghasilkan kandungan lembaga-lembaga seperti lembaga pemerintah, swasta,
bahan organik (misalnya dengan metode LOI) maka LSM, pelajar, dan mahasiswa. Wilayah tapak sendiri
kandungan karbon organik sampel diasumsikan 1/1,724 memiliki komunitas masyarakat yang peduli akan
dari kandungan bahan organik, seperti rumus berikut: lingkungan khususnya mangrove serta menjadi
Karbon Organik (%) = BO (%) x 0,58 pengelola wisata mangrove disana. Kelompok
Keterangan: BO = Bahan Organik masyarakat tersebut tersebut bernama PRENJAK
Simpanan karbon pada bahan organik mati (Perkumpulan Pemuda Pemuda Peduli Lingkungan
seperti serasah dapat diestimasi menggunakan formula Tapak). Adanya kelompok tersebut menjadikan wilayah
nilai persentase karbon organik dikalikan dengan mangrove Desa Tugurejo menjadi lebih maju dari
biomassa (SNI 7724:2011), dengan rumus sebagai sebelumnya. Namun kondisi tersebut tidak serta merta
berikut: menjamin keamanan mangrove di desa tersebut dari
Simpanan Karbon (g/cm2 ) = Biomassa (g/cm2 ) x berbagai tekanan kerusakan akibat aktivitas masyarakat,
%COrg terutama masyarakat yang berada di sekitar mangrove
Keterangan: Corg = C Organik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu
Pengukuran karbon pada sedimen perlu pengelolaan dan pengamanan lebih tegas.
Sampel sedimen diambil menggunakan Spesies yang diperoleh saat penelitian pada
sedimen corer kemudian sedimen dianlisis untuk Stasiun 1 dan 2 ditemukan dua jenis sedangkan untuk
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

stasiun 3 dan 4 hanya ditemukan satu jenis. Berikut data dengan lingkungannya. Kerapatan mangrove dapat
nilai Indeks Nilai Penting (INP) dapat dilihat dalam dilihat pada Tabel 4.
tabel 2.
Tabel 1. Indeks Nilai Penting Kategori Pohon
Stasiu KR Rfi Rdi
n spesies (%) (%) (%) INP Tabel 4.Hasil analisis kerapatan mangrove
R. 91,2 91,9 Stasiu Katego K(ind/ Kriteria
Spesies
I mucronata 4 50 8 233,22 n ri h) Kerapatan
A.marina 8,76 50 8,02 66,78 R.
Sangat
R. 90,6 90,6 I Pohon Mucronat 4166,67
Padat
II mucronata 0 50 3 231,23 a
A.marina 9,40 50 9,37 68,77 A. Marina 400 Jarang
III R mucronata 100 100 100 300 R.
R. Pancang Mucronat 900 Jarang
IV mucronata 100 100 100 300 a
Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting ; Rdi = A. Marina 66,67 Jarang
dominasi relative ; Rfi = Frekuensi Relative Rata-rata 1383,33 Sedang
; KR = Kerapatan Relatif R.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat Sangat
II Pohon Mucronat 4500
diketahui bahwa jenis yang paling mendominasi dan Padat
a
mempunyai peranan penting di ekosistem mangrove A. Marina 466,67 Jarang
Desa Tugurejo adalah di stasiun III dan IV yaitu R.
R.mucronata yang mempunyai Indeks Nilai Penting Pancang Mucronat 533,33 Jarang
(INP) sebesar 300%, kemudian pada stasiun I dan II a
yaitu R.mucronata dan A.marina yang mempunyai INP
A. Marina 33,33 Jarang
lebih rendah dibandingkan dengan stasiun I dan II.
Tingginya nilai INP pada stasiun III dan IV dikarenakan Rata-rata 1383,33 Sedang
lokasi tersebut memiliki substrat berlumpur dimana R.
Sangat
sebagai habitat hidup dari R.mucronata. Menurut Hilmi III Pohon Mucronat 3166,67
Padat
(2007) dalam Rachmawati et al. (2014), spesies a
mangrove yang dominan hdup di daerah-daerah 3166,66 Sangat
Rata-rata
bersubstrat lumpur dalam adalah R. mucronata. 67 Padat
R.
Sangat
Tabel 2.Indeks Nilai Penting kategori pancang IV Pohon Mucronat 3000
Padat
Stasiu KR Rfi a
Jenis INP
n (%) (%) Sangat
Rata-rata 3000
168,1 Padat
I R. Mucranata 93,10 75
0 *)Kriteria Kerapatan Menurut Kep Men LH No. 201
A. Marina 6,90 25 31,90 Tahun 2004
169,1 Tabel 4 menunjukkan kerapatan jenis mangrove
II R. Mucranata 94,12 75 di keempat lokasi penelitian berdasarkan fase
2
A. Marina 5,88 25 30,88 pertumbuhan atau kategori vegetasi yaitu pancang dan
pohon. Kerapatan jenis yang masuk dalam kriteria
Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting ; Rfi =
sedang menurut Kep Men LH No. 201 tahun 2004
Frekuensi Relative ; KR = Kerapatan
terdapat pada stasiun I dan II yaitu secara berurutan
Relatif
memiliki nilai rata-rata sebesar 1383,33 ind/ha dan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
1383,33 ind/ha. Sedangkan pada stasiun III dan IV
diketahui bahwa mangrove kategori pancang ditemukan
memiliki kerapatan sebesar 3166,67 ind/ha dan 3000
pada stasiun I dan II yang didominasi spesies
ind/ha sehingga termasuk kriteria sangat padat.
R.mucronata dimana stasiun I memiliki indeks nilai
Hasil penelitian cadangan karbon pada tegakan
penting 168,10% dan Staisun II memiliki nilai 169,12%
mangrove di Desa Tugurejo didapatkan dari diameter
sedangkan A.marina memiliki INP 31,90% pada staisun
pohon setiap stasiun yang dilakukan 3 kali pengulangan
I dan 30,88% pada staisun II. Indeks nilai penting
sebanyak tiga plot per stasiun. Satu plot disebut satu
tertinggi terdapat pada spesies R.mucronata. Nilai
petak ukur dengan ukuran 100 m 2, kandungan biomassa
penting yang tinggi menunjukan bahwa jenis tersebut
didapatkan dari pengukuran diameter pohon.
merupakan jenis yang dominan. Menurut Renta et al.
Perhitungan didapatkan dari persamaan allometrik. Hasil
(2016), bahwa nilai penting yang tinggi menggambarkan
biomassa dikalikan dengan 0.46 kemudian didapat
jenis yang dominan dimana jenis tersebut dapat bersaing
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

cadangan karbon pada tegakan mangrove (Windarni, 500


Setiawan, dan Rusita, 2018) sehingga cadangan karbon
akan selalu berbanding lurus dengan kenaikan biomassa. 400
Berikut dapat diketahui jumlah tegakan mangrove serta 300

Ton/ha
perhitungan biomassa dan simpanan karbon pada
200
tegakan mangrove di semua stasiun yang ditulis dalam
tabel 4. 100
0
Tabel 5. Estimasi Cadangan Karbon pada Tegakan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4
Mangrove di Empat Stasiun di kawasan Desa
Biomassa ton/ha Simpanan Karbon ton/ha
Tugurejo,Semarang Serapan CO2 (ton/ha)
Simpana
Plo Biomassa
Stasiun n Karbon WCO2(ton/ha) Gambar 2. Estimasi Simpanan Karbon tegakan pada
t (ton/ha) setiap stasiun
(ton/ha)
TP1 1 30,69 14,12 28,23 Stasiun IV merupakan stasiun yang memiliki
2 26,03 11,97 23,94 biomassa dan karbon tertinggi yaitu biomassa sebesar
3 28,70 13,20 26,40 356,13 ton/ha, dengan jumlah karbon sebesar 163,82
Rata-rata+SE 28,47±2,34 13,10±1,08 26,19± 2 ,15tonC/ha dan serapan CO2 sebesar 327,64 ton/ha. Nilai
biomassa karbon terendah terdapat pada stasiun I yaitu
Total 85,41 39,29 78,57 85,41 ton/ha, jumlah karbon sebesar 39,29 tonC/ha dan
TP2 1 31,91 14,68 29,36 serapan CO2 sebesar 78,57 ton/ha. Berdasarkan hal
tersebut hubungan antara biomassa dengan karbon
2 29,71 13,67 27,34 adalah linear. Semakin tinggi biomassa yang terkandung
3 29,12 13,40 26,79 dalam pohon maka semakin tinggi juga karbon yang
Rata-rata+SE 30,25± 1 , 47 13,91±0,68 27,83± terkandung dalam pohon. Menurut Irsadi et al., (2017)
bahwa peningkatan kandungan stok karbon yang
Total 90,74 41,74 83,48 terserap oleh mangrove dipengaruhi oleh peningkatan
TP3 1 109,73 50,48 100,95 biomassa mangrovenya.
Kemampuan tegakan mangrove dalam
2 127,39 58,60 117,19
menyerap CO2 dari atmosfer juga dipengaruhi oleh
3 98,13 45,14 90,28
estimasi cadangan karbon yang terkandung didalam
Rata-rata+SE 111,75± 14,73 51,40±6,78 102,81± tegakan. Hubungan antara estimasi karbon dalam
tegakan dengan estimasi serapan karbon memiliki
Total 335,24 154,21 308,42
hubungan yang erat dan linear, dimana semakin tinggi
TP4 1 106,87 49,16 98,32 kandungan karbonnya maka kemampuan vegetasi
2 128,57 59,14 118,28 mangrove untuk menyerap CO2 dari atmosfer juga akan
3 120,69 55,52 111,03 semakin tinggi, perbandingan antara kandungan CO2
Rata-rata+SE 118,71± 10,98 54,61±5,05 109,21± pada tegakan mangrove dengan kemampuan menyerap
CO2. Menurut Irsadi et al., (2017) bahwa biomassa pada
Total 356,13 163,82 327,64
tegakan mangrove memiliki hubungan yang positif
Keterangan : TP = Stasiun Tapak ; SE = Standar Deviasi
terhadap kandungan stok karbon. Jumlah biomassa yang
;
terkandung berbanding lurus dengan kandungan stok
BD = bulk density ; W=serapan
karbon mangrove dimana semakin besar biomassa maka
akan semakin besar pula cadangan karbon pada
Tabel 5. menunjukkan biomassa dan cadangan
mangrove.
karbon pada tegakan mempunyai nilai yang berbeda
Tingginya biomassa, simpanan karbon dan
disetiap plot penelitian. Nilai cadangan karbon selalu
serapan CO2 pada stasiun IV dipengaruhi oleh diameter
meningkat diikuti dengan peningkatan biomassa. Data
pohon, dimana pada stasiun tersebut didominasi oleh
lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
pohon dengan diameter yang lebih besar dibandingkan
kategori pancang. Diameter pohon mempengaruhi
biomassa pada tegakan mangrove. Hal ini diperkuat oleh
Adinugroho dan Sidiyasa (2006) dalam Mardliyah et al.
(2019), bahwa diameter pohon memiliki hubungan erat
dengan biomassanya, dimana pertumbuhan suatu
tegakan pohon maka akan mempengaruhi besarnya nilai
biomassa dan karbon yang tersimpan, diakibatkan
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

terjadinya penyerapan CO2 dari atmosfer melalui stasiun berbeda, hal tersebut dikarenakan laju poduksi
fotosistensis yang menghasilkan biomassa dan serasah pada setiap tahunnya juga berbeda-beda. Berikut
menyebabkan penambahan diameter dan tinggi suatu hasil kandungan karbon pada serasah daun mangrove
pohon. Besar kecilnya diameter pohon dipengaruhi pada stasiun I yaitu sebesar 1,95 ton/ha/hari dengan
faktor usia dari tegakan pohon tersebut. Semakin tua tingkat serapan karbon dioksida dari atmosfer 7,14
usia dari tegakan pohon maka akan mengandung lebih ton/ha/hari, stasiun II sebesar 2,46 ton/ha/hari dengan
banyak biomassanya. Hal ini diperkuat oleh Yu et al. tingkat serapan karbon dioksida dari atmosfer 9,03
(2021), bahwa jumlah biomassa dan karbon pada ton/ha/hari, stasiun IIIsebesar 1,99 ton/ha/hari dengan
tegakan akan meningkat seiring bertambahnya usia kemampuan menyerap karbon dioksida dari atmosfer
tegakan pohon terebut. sebesar 7,31ton/ha/hari dan stasiun IV yaitu 1,78
Hasil pengukuran simpanan karbon tertinggi ton/ha/hari dengan kemampuan menyerap karbon
terdapat pada stasiun III dan IV. Tingginya simpanan dioksida dari atmosfer sebesar 6,54 ton/ha/hari.
karbon pada stasiun tersebut selain dipengaruhi oleh Kandungan karbon tertinggi terdapat pada stasiun II
diameter pohon, juga dipengaruhi oleh lokasi penelitian, sedangkan nilai karbon terendah terdapat pada stasiun
dimana lokasi tersebut dekat muara yang memiliki tanah IV. Tinggi rendahnya kandungan karbon pada serasah
yang subur sehingga kandungan biomassa dan karbon daun mangrove dipengaruhi oleh kerapatan pohon
tinggi. Hal ini diperkuat oleh Nedhisa dan mangrove. Hal ini diperkuat oleh Sopana dalam
Tjahjaningrum (2019), bahwa lokasi yang dekat dengan Andrianto et al. (2015), bahwa produksi serasah salah
muara merupakan lokasi yang mendapat suplai partikel- satunya dipengaruhi oleh kerapatan pohon mangrove,
partikel organik yang berasal dari daerah hulu sungai dimana semakin tinggi kerapatan suatu pohon, maka
ataupun pengaruh dari pasang surut yang mengirimkan semakin tinggi pula produksi serasah yang dihasilkan.
nutrient dimana dapat meningkatkan kesuburan tanah sedangkan jika kerapatan pohon mangrove semakin
tersebut. Hasil pengukuran pada stasiun IV (dekat rendah maka semakin rendah pula produksi serasahnya.
dengan muara) memiliki nilai simpanan karbon tertinggi Selain kerapatan pohon, jenis mangrove juga
namun cenderung lebih kecil jika dibandingkan mempengaruhi laju produksi serasah daun mangrove,
penelitian sebelumnya oleh Irsadi et al. (2017), dimana dimana laju produksi tersebut yang akan mempengaruhi
pada stasiun I dekat dengan muara dihasilkan simpanan tinggi rendahnya karbon yang tersimpan pada serasah
karbon tertinggi dengan jumlah pohon sebanyak 113 daun mangrove. Menurut Zamrono dan Rochyani (2008)
buah, dengan menyimpan karbon sebesar 211,03 ton C. jenis mangrove yang sama dengan umur berbeda akan
Tabel 7. Estimasi Cadangan Karbon pada Serasah memiliki laju produksi serasah yang berbeda
Mangrove di Empat Stasiun di kawasan Desa pula,mangrove dengan jenis Rhizopora memiliki serasah
Tugurejo,Semarang daun yang lebih banyak pada jenis mangrove yang lebih
WCO2 tua atau optimum. Apabila umur mangrove melebihi
Staisu Simpanan Karbon
%Corg (ton/ha/hari titik optimum, maka serasah yang jatuh akan berkurang,
n (ton/ha/hari)
) karena pada batang mangrove tua, bagian dalamnya
I 42,06 1,95 7,14 mulai keropos sehingga tajuk pohon mulai menyempit,
51,32 2,46 9,03 dan produksi serasah berkurang.
II
Perbedaan kandungan karbon pada serasah di
III 48,61 1,99 7,31 masing-masing stasiun diakibatkan oleh faktor kondisi
IV 42,93 1,78 6,54 lingkungan seperti salinitas Menurut Suryani et al.
Total 184,92 8,19 30,02 (2018) bahwa meskipun mangrove toleran terhadap
Keterangan : W=serapan kadar salinitas yang tinggi, mangrove tetap melakukan
adaptasi agar dapat bertahan hidup dengan cara
60 menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan
50 daun yang lebih tua lalu menggugurkannya untuk
40 mengeluarkan kelebihan garam yang dapat menghambat
proses pertumbuhan dan pembentukan buah. Hal
Ton/ha

30 tersebut mempengaruhi produksi serasah yang diperoleh.


20 Hal ini diperkuat oleh Farhaby dan Utama (2019) bahwa
10 perbedaan produksi serasah pada setiap lokasi dapat
terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor alam yang
0
tidak dapat dikontrol yaitu seperti kondisi cuaca,
%Corganik Simpanan Karbon ton/ha WCO2 (ton/ha) pengaruh arah dan kecepatan angin, gerakan-gerakan
pada tegakan mangrove oleh burung atau hewan primata
Gambar 7. Simpanan dan serapan karbon pada serasah dan pengaruh aktivitas manusia. Faktor lain yang
tiap stasiun menyebabkan perbedaan produksi serasah yaitu adanya
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dapat pengaruh pasang surut air laut yag mengakibatkan
diketahui nilai kandungan karbon pada masing-masing sebagian serasah terbawa oleh arus. Hal ini diperkuat
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

oleh Kusmanto et al. (2016) bahwa pengalihan material


berupa padatan mengalir melalui aliran sungai ke
kawasan pesisir akhirnya terdistribusi mengikuti pola
sirkulasi dan terendapkan di lokasi tertentu
Berikut hasil estimasi karbon ada sedimen di
empat stasiun di mangrove Desa Tugurejo, Semarang
dapat dilihat pada Tabel 6.
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

Tabel 6. Estimasi Cadangan Karbon pada Sedimen di Empat Stasiun di kawasan Mangrove Desa Tugurejo,Semarang
Simpanan
Soil Depth BD WCO2
Stasiun Plot pH Salinitas %C Org Karbon
(cm) g/cm3 (ton/ha)
(ton/ha)
TP 1 1 3678,43
10 1003,210
0,928 1,081 5
5750,94
20 1568,440
0,686 2,285 7
5282,33
6,52 38 30 1440,635
0,606 2,379 0
5469,70
40 1491,736
0,611 2,442 0
5296,08
50 1444,386
0,584 2,475 4
2 4670,13
10 1273,672
0,928 1,372 1
3246,41
20 885,385
0,849 1,043 1
4375,26
6,6 38 30 1193,254
0,997 1,197 4
5163,81
40 1408,313
0,946 1,488 4
6334,55
50 1727,606
0,971 1,779 4
3 5226,14
10 1425,311
0,589 2,418 1
6455,88
20 1760,696
0,656 2,682 4
5440,37
6,5 38 30 1483,737
0,611 2,429 0
5038,46
40 1374,126
0,552 2,490 3
5303,74
50 1446,476
0,609 2,376 5
rata-
rata+S 6,5±0,05 38 0,742±0,17 1,996±0,59 1395,132 5115,485
E
Total 19,6 114 11,123 29,937 20.926,983 76.732,273
TP 2 1 2022,93
10
0,881 0,626 551,710 7
2843,26
20
0,913 0,849 775,435 0
2406,74
6 38 30
0,922 0,712 656,384 3
4097,35
40
0,964 1,160 1117,459 1
3269,27
50
0,905 0,985 891,621 8
2 6 37 3847,22
10
0,921 1,139 1049,243 6
3748,83
20
0,898 1,138 1022,410 6
3718,61
30
0,923 1,099 1014,168 6
40 0,976 0,869 847,293 3106,74
3
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

4010,25
50
0,977 1,119 1093,706 7
3 3810,65
10
0,998 1,041 1039,268 0
3233,03
20
0,953 0,925 881,738 9
3246,87
6,1 37 30
0,976 0,907 885,511 2
3344,68
40
0,944 0,966 912,186 2
2894,14
50
0,888 0,888 789,312 4
rata-
rata+S 6,03± 0,05 37,33±0,5 0,936± 0,036 0,962± 0,962 901,830 3306,709
E
Total 18,10 112 14,041 14,423 13527,446 49600,634
TP 3 1 3263,08
10
0,405 2,197 889,932 4
4287,70
20
0,492 2,378 1169,375 8
4329,12
6,1 36 30
0,457 2,584 1180,670 3
4151,53
40
0,461 2,454 1132,236 0
5198,43
50
0,565 2,511 1417,754 2
2 5016,92
10
0,502 2,725 1368,252 4
5445,78
20
0,535 2,778 1485,214 6
5674,08
6,6 36 30
0,550 2,815 1547,477 3
5081,00
40
0,479 2,892 1385,728 2
4891,02
50
0,539 2,474 1333,915 2
3 3735,24
10
0,380 2,682 1018,702 1
4926,00
20
0,449 2,993 1343,456 6
3984,79
6,5 35 30
0,420 2,590 1086,763 8
4498,62
40
0,439 2,794 1226,897 3
4624,31
50
0,477 2,643 1261,178 9
rata-
rata+S 6,40± 0,26 35,67±0,5 0,477±0,05 2,634±0,21 1256,503 4607,179
E
Total 19,20 107,00 7,149 39,509 18847,550 69107,683
TP 4 1 6830,70
10
0,551 3,383 1862,919 3
7215,44
6,4 35 20
0,607 3,244 1967,848 4
6434,91
30
0,545 3,222 1754,977 5
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

6568,39
40
0,559 3,207 1791,381 6
5723,30
50
0,532 2,937 1560,902 6
2 4514,58
10
0,479 2,568 1231,251 5
3752,38
20
0,417 2,452 1023,378 5
5288,72
6,3 35 30
0,579 2,490 1442,380 7
6102,60
40
0,664 2,508 1664,346 1
5716,00
50
0,656 2,375 1558,911 8
3 5319,32
10
0,422 3,440 1450,724 0
5049,01
20
0,427 3,224 1377,005 8
4082,59
6,3 36 30
0,393 2,835 1113,436 9
5096,86
40
0,447 3,112 1390,053 1
5864,14
50
0,528 3,028 1599,312 3
rata-
6,33± 0.05 35,33±0,5 0,520±0,08 2,935± 0 , 03 1519,255 5570,601
rata
Total 19,00 106 7,804 44,026 22788,821 83559,010
Keterangan : TP = Stasiun Tapak ; SE = Standar Deviasi ; BD = bulk density ; W=serapan

100000 Corganik (%)


Kedalaman (cm)

0
80000 0 1 2 3 4 5
-10
60000
Ton/ha

40000 -20
20000 -30
0
Stasiun 1 stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 -40

Simpanan Karbon Ton/Ha -50


Stasiun I Stasiun II
Serapan CO2 ton/Ha -60 Stasiun III Stasiun IV
Gambar 3. Simpanan karbon dan serapan CO2 pada Gambar 5. Grafik perbandingan Nilai %Corganik sedimen
sedimen tiap stasiun berdasarkan tingkat kedalaman
ton/ha dan oleh Lestariningsih et al.
Kedalaman (cm)

Bulk Density (gr/cm3)


0 (2018), di Desa Timbulsloko sebesar
0 1 2 1.307,77 ton/ha. Perbedaan hasil
-10
kandungan karbon pada
-20 (ton/ha)

Kedalaman (cm)
0
-30 0 50000
-10
-40
-20
-50
Stasiun I Stasiun II
Stasiun III Stasiun IV -30
-60
Gambar 4. grafik Perbandingan Nilai Bulk density -40
sedimen berdasarkan tingkat kedalaman
-50
Perbedaan suhu disebabkan banyak sedikitnya
-60 Simpanan Karbon Serapan CO2
tutupan dari pohon mangrove serta jarak ke
pantai. Hal ini diperkuat oleh Aini et al .(2016), Gambar 6. Grafik simpanan karbon dan serapan
bahwa perbedaan suhu tersebut disebabkan oleh CO2 pada sedimen setiap kedalaman
pengaruh usia dari tanaman mangrove yang sudah
dewasa dan tinggi sehingga dapat menutupi sedimen di beberapa tempat, salah saatunya
hampir seluruh permukaan tanah. Hasil dipengaruhi oleh faktor fisika kimia. Hal ini
pengukuran pH pada semua stasiun didapatkan diperkuat oleh Mahasani et al. (2016) terdapat
rata-rata berkisar antara 6-6,6. Menurut Aini et al. berbagai faktor yang mempengaruhi simpanan
(2016), bahwa pH tanah pada hutan mangrove karbon dalam tanah, diantaranya faktor
pada umumnya berada pada kisaran 6 – 7, lingkungan seperti pemanfaatan lahan dan faktor
walaupun ada juga beberapa yang nilai pH fisika-kimia tanah seperti suhu, pH, salinitas air
tanahnya dibawah 5. Kisaran untuk salinitas pori, tekstur, bulk density.Menurut Rahmah et al.
berkisar antara 35-38 ppt. Menurut Ismoyo et al. (2015),semakin baik pertumbuhan mangrove
(2017), dalam Citra et al,(2020), bahwa kenaikan maka semakin banyak pula stok karbon yang
pada konsentrasi salinitas dipengaruhi oleh terdapat di dalam tanah, potensi kandungan
adanya air yang masuk ke dalam tanah dimana karbon organik tanah ini akan semakin meningkat
berasal dari intrusi air laut yang datang pada atau semakin tinggi seiring dengan pertambahan
pasang surut di mana air laut tersebut meresap ke biomassa tanaman. Nilai Corg memiliki nilai rata-
bawah dan sampai pada lapisan kedap air. rata 2,13 %Corganik, nilai ini lebih kecil dari
Salinitas merupakan faktor oseanografi yang penelitian Hakim et al, 2016 yang memiliki nilai
dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove, rata-rata 4,4 %Corg. Perbedaan tersebut
daya tahan dan zonasi spesies mangrove. disebabkan adanya beberapa factor antropogenik
Berdasarkan hasil penelitian serta kondisi lingkungan sekitar. Menurut
diperoleh bahwa kandungan karbon per Widiatmaka (2013), Kadar karbon organik secara
stasiun adalah pada stasiun I yaitu sebesar khusus bersifat sensitif terhndap sejumlah faktor
20.926,98ton/ha, stasiun II sebesar seperti iklim, topografi, tanah dan pengelolaan
13.527,45 ton/ha , stasiun III sebesar tanaman, serta kondisi anlropogenik Iainnya.
18.847,55 ton/ha, dan stasiun IV sebesar Kandungan karbon pada
22.788,82 ton/ha. Berdasarkan hasil kedalaman 50 cm memiliki kandungan
penelitian dapat diketahui nilai karbon tertinggi yaitu 16.125,08 tonC/ha
kandungan karbon total adalah dari sedangkan nilai terendah berada pada
keseluruhan stasiun adalah kedalaman 10 cm yaitu sebesar14.164,19
76.090,80ton/ha. Hasil tersebut jauh lebih tonC/ha. Simpanan karbon pada sedimen
tinggi dibandingkan penelitian oleh mengalami peningkatan seiring
Azzahra et al. (2020), di Desa Bedono bertambahnya kedalaman hal ini
Demak dengan kandungan karbon total disebabkan adanya pengendapan lapisan
pada sedimen yaitu sebesar 480,605 tanah yang lebih lama dan dipengaruhi
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

dari proporsi ukuran partikel serta nutrien atau di sedimenmangrove. Kemudian


yang mengandung bahan organik. menurut Kristensenet al (2008), C-
Menurut Ati et al. (2014),proporsi dari organik juga dapat berasaldari proses
ukuran partikel pasir, debu dan liat pasang surut atau bahansedimen dari
mempengaruhi permeabilitas, kesuburan sungai. C-organik tersediajuga
dan salinitas tanah. Keberadaan nutrien dipengaruhi oleh aktvitas
juga dipengaruhi oleh komposisi sedimen. mikrooranisme.Menurut Kordi (2012),
Sedimen yang banyak mengandung kandungan C-organik pada suatu
lumpur umumnya kaya bahan organik ekosistem mangrove dapat
dibandingkan sedimen berpasir.Sari et al., menggambarkan tingkat kesuburan atau
(2017) dalam penelitiannya yang berada produktivitas ekosistem tersebut. Hutan
pada lokasi Kalimantan barat dimana mangrove merupakan salah satu
penelitian sedimen dilakukan berdasarkan ekosistem pesisir yang paling produktif,
rentang kedalaman 0-5 cm, 5-10cm, 10- yang mampu menghasilkan serasah daun
20cm, dan 20-30cm. dimana pada dan ranting sekitar 9 ton/ha/tahun.
kedalaman 0-5 cm memiliki nilai Serasah yang gugur merupakan asupan
cadangan karbon 1.705,27 ton/ha dan bahan organik yang penting dalam rantai
mengalami peningkatan hingga 8.899,62 makanan di dalam lingkungan perairan.
ton/ha pada kedalaman 20-30 cm. Total produksi daun tersebut hanya
cadangan karbon organik tanah semakin sekitar 2% saja yang masuk dalam rantai
meningkat dengan bertambahnya makanan, sedangkan 98% masuk ke
kedalaman tanah. Hal tersebut disebabkan lingkungan perairan yang akan
kandungan karbon organik tanah pada mengalami proses dekomposisi untuk
lapisan 0-5cm berada proses pelapukan menghasilkan bahan-bahan organik yang
aktif dan sering mengalami perubahan. dapat menyuburkan ekosistem tersebut
Menurut (Lorenz & Lal, 2005) cadangan (Supriharyono 2007).Nybakken (1988)
karbon organik tanah pada lapisan atas menyatakanbahwa daerah yang bersubtrat
sering mengalami dekomposisi secara lumpurbanyak mengandung bahan
cepat oleh meningkatnya aktivitas organik, hal inikarena di daerah tersebut
mikroba dekat permukaan tanah dan biasanya gerakanair relatif kecil sehingga
fluktuasi suhu tanah. Cadangan karbon partikel organic yang tersuspensi dalam
organik tanah pada lapisan bawah air akanmangendap di dasar
terlindung dalam agregat tanah dan perairan.Tingginya kandungan C-organik
mempunyai laju dekomposisi yang pada penelitian ini dikarenakan jenis
rendah. sedimen areatersebut yang berupa lumpur
kandungan karbon organik berpasir. Lumpur merupakan hasil dari
memiliki hubungan negatif dengan nilai proses percampuran pertikel debu,
kerapatan tanah, hal ini diperkuat oleh liat,dan pasir pada proses sedimentasi.
Siringoringo, (2007) dalam Sari et al. Sedimentasi pada ekosistem mangrove
(2017), bahwa tinggi rendahnya nilai adalah hasil dari padatantersuspensi yang
kerapatan tanah dipengaruhi oleh masuk ke area pesisir melalui muara
kandungan karbon organic tanah, dimana sungai, pengerukan material, dan
semakin tinggi kandungan karbon organik resuspensi sedimenoleh gelombang
pada tanah maka kerapatannya semakin (Lestari 2016)
rendah. Kerapatan tanah yang meningkat
dapat mengakibatkan ruang pori pada KESIMPULAN
tanah mengecil oleh karena itu dapat
menyebabkan kandungan karbon organik Berdasarkan hasil penelitian yang
tanah menjadi lebih rendah. diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
Menurut Alongi (1998) 1. Simpanan karbon pada tegakan mangrove
menjelaskanbahwa bagian pohon sebesar 399,06 tonC/ha Sedangkan simpanan
mangrove yang mati menyumbang secara karbon pada sedimen sebesar 76.090,80
signifikan terhadapC-organik di tanah
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

tonC/ha dan pada serasah sebesar 7,54 Revolution, ICTC 2017, 2017- Decem(1),
ton/ha/hari. 1–4. https://doi.org/10.1590/S0034-
2. Serapan CO2 pada tegakan mangrove 1463,22 75902013000500003
ton/ha sedangkan Serapan CO2 pada sedimen Cahyaningrum, S. T., Hartoko, A., dan Suryanti.
278.999,60 ton/ha dan pada serasah sebesar (2014). Biomassa Karbon Mangrove pada
27,64 ton/ha/hari. Kawasan Mangrove Pulau Kemujan Taman
Nasional Karimunjawa. Management of
DAFTAR PUSTAKA Aquatic Resources, 3(3), 34–42.
Citra, L. S., Supriharyono, S., dan Suryanti, S.
Agus, F., Hairiah, K., & Mulyani, (2020). Analisis Kandungan Bahan
A.2010. Measuring carbon stock in peat Organik, Nitrat dan Fosfat pada Sedimen
soils: practical guidelines. World Mangrove Jenis Avicennia dan Rhizophora
Agroforestry Centre. di Desa Tapak Tugurejo, Semarang The
Aini, H. R., Suryanto, A., dan Hendrarto, B. Analysis of Organic Content, Nitrate,
(2016). Hubungan Tekstur Sedimen Phosphate in the Sediment of Mangrove
Dengan Mangrove Di Desa Mojo Rhizophora dan Avicennia at Tapak
Kecamatan Ulujami Kabupaten Village, Tugurejo Semarang. Management
Pemalang. Management of Aquatic of Aquatic Resources Journal
Resources Journal, 5(4), 209-215. (MAQUARES), 9(2), 107-114.
Akbar, C., Arsepta, Y., Dewiyanti, I., & Bahri, Donato, D. C., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D.,
S.2019. Dugaan Serapan Karbon Pada Kurnianto, S., Stidham, M., dan Kanninen,
Vegetasi Mangrove, Di Kawasan Mangrove M. (2012). Mangrove adalah salah satu
Desa Beureunut, Kecamatan Seulimum, hutan terkaya karbon di kawasan tropis.
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Laot Ilmu CIFOR Brief (Vol. 13)
Kelautan, 1(2), 11-22. Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi.
Andrianto, F., Bintaro, A., & Yuwono, S. B. Jakarta: PT Bumi Aksara.
(2015). Produksi dan laju dekomposisi Farhaby, A. M., & Utama, A. U. 2019. analisis
serasah mangrove (Rhizophora sp) di Desa produksi serasah mangrove di Pantai Mang
Durian dan Desa BAtu Menyan Kecamatan Kalok Kabupaten Bangka. Jurnal
Padang Cermin . Sylva Lestari, 9-20 Enggano, 4(1), 1-11
Ariani, E., Ruslan, M., Kurnain, A., & Kissinger, Febrianto, S., Hartoko, A., dan Suryanti. (2019).
K.2016. Analisis Potensi Simpanan Karbon Buku Ajar ekosistem mangrove coastal
Hutan Mangrove Di Area PT. Indocement blue carbon.UNDIP press Semarang.ISBN:
Tunggal Prakarsa, Tbk P 12 979-979097-670-2:43.
Tarjun. EnviroScienteae, 12(3), 312-329. Firmansyah, R., Choesin, D. N., dan Ramdan, H.
Azzahra, F. S., Suryanti, S., & Febrianto, S. (2019). Analisis Potensi dan Usulan
(2020). Estimasi Serapan Karbon Pada Pengelolaan Jasa Ekosistem di Kawasan
Hutan Mangrove Desa Bedono, Demak, Cagar Alam Gunung Tilu Ciwidey.
Jawa Tengah. Hakim, M. A., Martuti, N. K. T., dan Irsadi, A.
Bachmid, F., Sondak, C., dan Kusen, J. (2018). (2016). Estimasi Stok Karbon Mangrove di
Estimasi penyerapan karbon hutan Dukuh Tapak Kelurahan Tugurejo Kota
mangrove Bahowo Kelurahan Tongkaina Semarang. Life Science, 5(2), 87-94.
Kecamatan Bunaken. JURNAL PESISIR Irsadi, A., Kariada, N., Martuti, T., dan Nugraha,
DAN LAUT TROPIS. S. B. (2015). Estimasi Stok Karbon
https://doi.org/10.35800/jplt.6.1.2018.1946 Mangrove Di Dukuh, 2(2014), 119–128.
3 Irsadi, A., Martuti, N. K. T., dan Nugraha, S. B.
Boronina, L., Bannikova, L., Baliasov, A., Huang, (2017). Estimasi Stok Karbon Mangrove Di
Y. Y. Y.-H., Cheng, T.-C., Tsai, Y.-Y., … Dukuh Tapak Kelurahan Tugurejo Kota
Jenkins, C. (2017). Introduction. Semarang. Sainteknol: Jurnal Sains dan
International Conference on Information Teknologi, 15(2), 119-128.
and Communication Technology Kauffman, J. B., & Donato, D. C.
Convergence: ICT Convergence (2012). Protocols for the measurement,
Technologies Leading the Fourth Industrial monitoring and reporting of structure,
Buletin Oseanografi Marina [bulan] [tahun]Vol 00 No 0:0–0

biomass, and carbon stocks in mangrove Suryono, S., Soenardjo, N., Wibowo, E., Ario, R.,
forests (pp. 50-p). Bogor, Indonesia: Cifor. dan Rozy, E. F. (2018). Estimasi
Kordi MGH. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Kandungan Biomassa dan Karbon di Hutan
fungsi, dan pengelolaan. Jakarta: Rineka Mangrove Perancak Kabupaten Jembrana,
Cipta Provinsi Bali. BULETIN OSEANOGRAFI
Lestariningsih, W. A., Nirwani, S., & Rudhi, P. MARINA, 7(1),
(2018). Estimasi Cadangan Karbon pada 1.https://doi.org/10.14710/buloma.v7i1.190
Kawasan Mangrove di Desa Timbulsloko, 36
Demak, Jawa Tengah. Buletin Oseanografi Susilowati, M. W., Purnomo, P. W., dan Solichin,
Marina Oktober, 7(2), 121-130. A. Estimasi Serapan Co2 Berdasarkan
Lorenz, K & Lal, R, 2005, ‘The Depth Simpanan Karbon Pada Hutan Mangrove
Distribution Of Soil Organic Carbon In Desa Tambakbulusan Demak Jawa
Relation to Land Use And Management Tengah. Jurnal Pasir Laut, 4(2), 86-94.
And The Potential Of Carbon Sequestration Windarni, C., Setiawan, A., & Rusita, R. 2018.
in Subsoil Horizons’, Advance in Carbon Stock Estimation of Mangrove
Agronomy, Vol. 88, Hal: 35-66 Forest in Village Margasari Sub-District
Mardliyah, R., Ario, R., dan Pribadi, R. 2019. Labuhan Maringgai District East
Estimasi Simpanan Karbon Pada Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 6(1) , 66-
Ekosistem Mangrove Di Desa Pasar 74
Banggi Dan Tireman, Kecamatan Yani, F. (2015). Peran Pemuda Dalam
Rembang Kabupaten Rembang. Journal of Mengembangkan Eco Edu Wisata
Marine Research, 8(1) : 62-68. Mangrove Dan Implikasinya Terhadap
Martha., P. Peñaranda, J. R. C. Kintz, Enrique dan Ketahanan Lingkungan Daerah (Kasus
P. Salamanca. 2019. Carbon stocks in pada: Perkumpulan Pemuda Peduli
mangrove forests of the Colombian Lingkungan “Prenjak” Dusun Tapak,
Pacific. Manuscript. 1-15 Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu,
Nedhisa, P. I., dan Tjahjaningrum, I. T. 2020. Kota Semarang, Provinsi Jawa Tenga.
Estimasi Biomassa, Stok Karbon dan Jurnal Ketahanan Nasional, 21(2), 128.
Sekuestrasi Karbon Mangrove pada https://doi.org/10.22146/jkn.10156
Rhizophora mucronata di Wonorejo Yu, C., Guan, D., Gang, W., Lou, D., Wei, L.,
Surabaya dengan Persamaan Zhou, Y., dan Feng, J. 2021. Development
Allometrik. Jurnal Sains dan Seni of ecosystem carbon stock with the
ITS, 8(2) : 61-65. progression of a natural mangrove forest in
Rachmawati, D., Setyobudiandi, I., dan Hilmi, E. Yingluo Bay, China. Plant and Soil, 1-11.
(2014). Potensi estimasi karbon tersimpan
pada vegetasi mangrove di wilayah pesisir
Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Omni-
Akuatika, 10(2) : 85-91.
Renta, P. P., Pribadi, R., Zainuri, M., dan Utami,
M. A. F. (2016). Struktur komunitas
mangrove di Desa Mojo Kabupaten
Pemalang Jawa Tengah. Jurnal
Enggano, 1(2) : 1-10.
Sondak, C. F. (2015). Estimasi potensi
penyerapan karbon biru (blue carbon) oleh
hutan mangrove Sulawesi Utara. Journal of
Asean Studies on Maritime Issues, 1(1), 24-
29.
Sondak, C. F. A., dan Chung, I. K. (2015).
Potential blue carbon from coastal
ecosystems in the Republic of Korea.
Ocean Science Journal.
https://doi.org/10.1007/s12601-015-0001-9

Anda mungkin juga menyukai