Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP

Semarang, 22 November 2016

PERTUMBUHAN ECENG GONDOK DI DANAU TOBA


KABUPATEN SAMOSIR
Naema Siahaan1,a*) Tri Retnaningsih Soeprobowati2,3,b) Hartuti Purnaweni4,c)
1) Magister Ilmu Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Indonesia
2) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Indonesia
3) Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Indonesia
4) Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Indonesia
a
e-mail: naemasiahaan@gmail.com, be-mail: trsoeprobowati@live.undip.ac.id,
c
e-mail: hartutipurnaweni@gmail.com

ABSTRAK
Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dipandang sangat penting bagi pengembangan
sektor ekonomi. Pemerintah telah menetapkan rencana aksi melalui Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) Toba sebagai upaya pemulihan ekosistem Danau Toba yang telah mengalami
kerusakan akibat aktivitas pemanfaatan Danau Toba. Pemanfaatan Danau Toba berupa budidaya
perikanan (keramba jaring apung), kegiatan domestik maupun pertanian menghasilkan limbah
seperti limbah nitrat dari penggunaan pupuk dan kegiatan domestic dan limbah phospat dari sisa
pakan ikan. Nitrat dan Phospat merupakan sumber nutrient yang dapat memicu terjadinya
eutrofikasi sehingga memicu pertumbuhan eceng gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pertumbuhan eceng gondok di Danau Toba menurut jumlah tunas, luas tutupan dan berat basah.
Pertumbuhan eceng gondok dianalisa dengan menggunakan metode mesocosm dengan membuat
plot ukuran 1x1 meter dan ditanami eceng gondok dengan berat basah ±55 gram serta morfologi
yang seragam (jumlah danu 5-6 helai) di 6 stasiun pengamatan. Rerata pertumbuhan eceng gondok
dari satu menjadi dua tunas membutuhkan waktu ±8 hari sementara rata-rata luas tutupan eceng
gondok yaitu 21% pada H28. Untuk rata-rata berat basah eceng gondok yaitu 179,22 gram pada H28
dengan kenaikan biomassa eceng gondok sebesar ±31%.
Kata kunci : Danau Toba, Eceng Gondok, Eutrofikasi, GERMADAN.

1. Latar Belakang Peranan Danau Toba dipandang sangat


penting dalam meningkatkan ekonomi dan
Pemerintah telah menetapkan 15 Danau
kesejahteraan masyarakat. Kegiatan yang
prioritas yang mengalami tingkat kerusakan
berkembang di perairan Danau Toba adalah
kritis dan menjadi prioritas permasalahan
usaha budidaya perikanan yaitu Keramba
lingkungan yang harus diselesaikan. Danau
Jaring Apung (KJA), sektor pariwisata, sektor
Toba merupakan salah satu danau prioritas
pertanian dan sebagainya. Akibat dari
nasional di Indonesia dimana langkah pertama
berbagai kegiatan pemanfaatan Danau Toba
dilakukan pada tahun 1961 dalam upaya
telah memberikan dampak terjadinya
penyelamatan danau Toba dan pada tahun
kerusakan lingkungan perairan Danau
2004 sudah ditetapkan rencana pengelolaan
tersebut. Masalah lingkungan yang berkaitan
ekosistem Danau Toba[1]. Upaya untuk
dengan Danau Toba seperti berkurangnya
memulihkan ekosistem Danau Toba telah
penutupan hutan sehingga terganggu fungsi
banyak dilakukan baik oleh pemerintah
hidrologis serta penurunan kualitas air Danau
maupun masyarakat serta lembaga swadaya
Toba akibat limbah yang masuk ke dalam
masyarakat. Salah satu program yang
Danau Toba. Daerah tangkapan air (DTA)
ditetapkan oleh Pemerintah dalam
Danau Toba akan terancam akibat
memulihkan ekosistem Danau Toba yaitu
menurunnya kualitas lingkungan danau
melalui Gerakan Penyelamatan Danau
tersebut[3].
(GERMADAN) TOBA[2].
Sumber pencemaran air yang berupa
masukan limbah organik dapat meningkatkan
82
Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 22 November 2016

pertumbuhan gulma air seperti eceng gondok bagaimana pertumbuhan eceng gondok di
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) dan perairan Danau Toba wilayah Kabupaten
mengganggu kehidupan biota air. Eichhornia Samosir. Untuk mengetahui laju pertumbuhan
crassipes atau yang lebih dikenal dengan populasi eceng gondok maka penelitian ini
eceng gondok adalah salah satu jenis menggunakan pendekatan mesocosms.
tumbuhan air mengapung yang berasal dari Mesocosms merupakan metode yang
lembah sungai Amazon dan secara alami sempurna untuk mempelajari dampak pada
tumbuh di daerah tropis dan sub tropis di ekosistem sesuai dengan kondisi lapangan
bagian Negara Amerika Serikat[4]. yang dibuat. Metode mesocosms merupakan
Pertumbuhan eceng gondok yang cepat percobaan yang dilakukan di luar (outdoor)/
terutama disebabkan oleh masuknya nutrien in-situ dan dibatasi dengan tetap
ke Danau terutama yang kaya akan nitrogen menggunakan kondisi alam dan
dan phospat. Eceng gondok dapat memperhatikan aspek – aspek tertentu[7].
menyebabkan perubahan kejernihan air, Metode mesocosms dilakukan dengan
fungsi hidrologi, konsentrasi oksigen terlarut, membuat plot ukuran 1x1 dengan
konsentrasi unsur hara dan pencemaran lain di menggunakan plastik dan bambu sebagai
permukaan air[5]. tiang pancangnya. Setiap plot ditanami
Pertumbuhan eceng gondok juga sering tanaman eceng gondok dengan berat basah
dikaitkan dengan penurunan jumlah ikan di ±55 gram dan morfologi yang seragam
perairan karena sebagian permukaan air (jumlah daun 5-6 helai). Masing – masing
ditutupi oleh eceng gondok[4]. Eceng gondok lokasi dibuat pengulangan sebanyak 3 kali.
memiliki nutrisi yang tinggi sebagai sumber
serat untuk pakan ternak dan memiliki
3. Hasil dan Pembahasan
selulosa tinggi yang membuat produksi
biogas semakin tinggi[6]. Pemanfaatan Yang menjadi isu lingkungan dalam
terhadap eceng gondok juga dilakukan oleh pengembangan kawasan Danau Toba adalah
masyarakat dan pemerintah Kabupaten pencemaran air. Kegiatan dari sektor
Samosir dalam bentuk kerajinan tangan dan pertanian, pariwisata, perikanan serta limbah
pupuk. domestik menjadi salah satu faktor utama
Berdasarkan rumusan latar belakang terjadinya penurunan kualitas air Danau Toba.
tersebut, maka penelitian ini dilakukan Kualitas air yang diamati sebelum menanam
dengan tujuan untuk mengkaji laju eceng gondok di perairan Danau Toba
pertumbuhan eceng gondok di perairan Danau meliputi pH, ammonia, phospat, nitrat serta
Toba khususnya wilayah Kabupaten Samosir. nitrit [Tabel 1]. Hasil penelitian terhadap
pertumbuhan eceng gondok menunjukkan
bahwa rerata jumlah tunas eceng gondok dari
2. Metode Penelitian satu tunas menjadi dua tunas bertambah
Penentuan lokasi penelitian dalam waktu 8 hari di perairan Danau Toba
menggunakan metode Random Sampling [Gambar 2]. Pada Kecamatan Pangururan
dimana lokasi penelitian didasarkan pada pertumbuhan eceng gondok lebih cepat
kegiatan yang memberikan pengaruh terhadap dibandingkan pada Kecamatan Palipi
pertumbuhan eceng gondok dengan 3 stasiun khususnya di daerah yang berlokasi dekat
masing – masing pada 2 Kecamatan di dengan Keramba Jaring Apung dan kegiatan
Kabupaten Samosir yaitu Kecamatan pertanian.
Pangururan dan Kecamatan Palipi. Stasiun I Berat basah eceng gondok rata–rata
merupakan lokasi kegiatan keramba jaring 179,22 gr pada H28 [Gambar 3]. Biomassa
apung, Stasiun II merupakan lokasi kegiatan (berat basah eceng gondok) mengalami
pertanian dan Stasiun III merupakan lokasi kenaikan berat basah hingga ±31% yang
kegiatan yang menghasilkan limbah domestik dihitung berdasarkan berat basah awal (H0)
[Gambar 1]. dan berat basah akhir (H28). Biomassa
Adapun waktu pelaksanaan penelitian tumbuhan air dapat bervariasi secara spasial
dilakukan selama 28 hari untuk melihat dan temporal yang disebabkan oleh beberapa

83
Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 22 November 2016

faktor terutama oleh nutrient dan cahaya. di perairan Danau Toba diakibatkan dari sisa
Selain itu juga sangat tergantung pada spesies pakan ikan yang berlebihan pada budidaya
dan kondisi perairan lokal lainnya seperti keramba jaring apung.
kecerahan air, sirkulasi air dan kedalaman, Hasil analisa laboratorium
panjang hari, suhu dan angin[8]. Laju menunjukkan bahwa kadar phospat tinggi
pertumbuhan relatif (Relative Growth Rate, RGR) dengan kisaran nilai 0,03 – 0,622 mg/liter
eceng gondok dihitung berdasarkan biomassa dimana kadar phospat yang diperkenankan
eceng gondok [9] dengan rumus sebagai berikut: pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,2
mg/liter. Untuk kadar pH, amonia, nitrat dan
Keterangan: nitrit masih sesuai dengan standar baku mutu
%RGR : Laju pertumbuhan relatif (%) sesuai dengan PP 82 tahun 2001. Namun hal
ini perlu diperhatikan karena kandungan nitrat
Xo : Berat basah awal (gram) sudah mencapai angka 1,6 mg/liter. Kadar
Xt : Berat basah akhir (gram) nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/liter
t : waktu pengamatan (hari) dapat menstimulir pertumbuhan algae dan
pertumbuhan air secara pesat (blooming)[11].
Dengan menggunakan rumus tersebut, Berdasarkan status trofiknya, kualitas
maka diperoleh rata-rata laju pertumbuhan relatif perairan danau dibagi menjadi 3 kategori
eceng gondok di Danau Toba yaitu 4,21% pada 28
yaitu oligotrofik, mesotrofik dan eutrofik[12].
hari.
Kadar phospat dan nitrat yang tinggi
Untuk tutupan eceng gondok pada plot
akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.
1x1 meter diperoleh luas tutupan rata-rata
Eutrofikasi mengakibatkan adanya
21% pada H28 [Gambar 4]. Menurut Gutierrez
penyuburan dari kelebihan nutrien di perairan
et al. (2001), satu batang eceng gondok dalam
yang menyebabkan terjadinya peningkatan
waktu 52 hari mampu menghasilkan
pertumbuhan vegetasi air[13] dan
tumbuhan baru seluas 1 m2[10].
menimbulkan dampak terhadap penurunan
Danau Toba yang merupakan danau
kualitas air dan punahnya biota endemik
terbesar di Indonesia memiliki luas yaitu
Danau Toba.
1.124 km2 dengan kedalaman maksimal 529
Danau Toba merupakan danau yang
meter dimana luas wilayah perairan Danau
oligotrofik. Namun, danau ini telah
Toba untuk Kabupaten Samosir yaitu ±624,80
mengalami pengayaan (eutrofikasi), karena
km2 sehingga jika diperkirakan luas tutupan
dampak dari berbagai aktivitas manusia serta
eceng gondok maka dalam jangka waktu satu
alam. Hal ini dapat dilihat dari kadar phospat
tahun luas eceng gondok menutupi Danau
yang telah melebihi standar baku mutu yang
Toba yaitu 2,55 m2 dan untuk menutup Danau
telah ditetapkan.
Toba khusus wilayah Kabupaten Samosir
Pengayaan ini telah menyebabkan
akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
penurunan kualitas air danau, padahal sekitar
Namun, kondisi pertumbuhan eceng gondok
88% penduduk yang bermukim di pinggiran
tidak akan sama untuk tahun – tahun ke depan
danau menggunakan air Danau Toba sebagai
apabila kualitas air Danau Toba semakin
air baku air minum[2].
menurun.
Tiga metode yang dapat digunakan
Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
untuk mengontrol eceng gondok
dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang terdapat
dikemukakan oleh Jones (2001) yaitu dengan
di perairan seperti phospat dan nitrat. Kadar
menggunakan sistem pembersihan secara
nutrisi dalam perairan dipengaruhi oleh
manual maupun menggunakan mesin,
kandungan limbah dari kegiatan pertanian
menggunakan herbisida dan pengendalian
seperti limbah pupuk yang mengandung
secara biologis serta berbagai upaya lainnya
nitrogen, dan limbah domestik yang
yang dilakukan dengan mengintegrasikan
mengandung senyawa ammonia anhidrat.
metode tersebut[14]. Sementara metode
Sementara kandungan phospat yang ditemui
pengendalian eceng gondok yang dilakukan di
84
Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 22 November 2016

Samosir masih bersifat manual sehingga 5. Referensi


pertumbuhan eceng gondok belum dapat [1] Soeprobowati, T.R., 2015. Integrated
dikendalikan secara maksimal. Lake Basin Management for Save
Indonesian Lake Movement. Procedia
4. Kesimpulan Environmental Sciences, 23(Ictcred
Peningkatan konsentrasi nutrien yang 2014), pp.368–374.
berkelanjutan di Danau Toba dalam jumlah [2] Kementerian Lingkungan Hidup, 2014.
yang cukup besar akan menyebabkan air Gerakan Penyelamatan Danau
Danau Toba menjadi sangat subur atau (GERMADAN) Toba.
eutrofik. Masuknya nutrien berupa phospat, [3] Ginting, N. & Simanihuruk, M., 2004.
amonia dan nitrat akan menyebabkan Pendekatan Partisipatif Dalam
terjadinya peningkatan terhadap gulma air Perencanaan Konservasi Lingkungan di
yaitu eceng gondok. Pengelolaan danau DTA Danau Toba. Jurnal Ilmu
penting untuk dilakukan karena akan Kesejahteraan Sosial, 3(3), pp.147–156.
mempengaruhi status trofik danau. Danau [4] Güereña, D. et al., 2015. Water hyacinth
Toba membutuhkan perlindungan dari control in Lake Victoria : Transforming
berbagai polutan air agar ekosistem danau an ecological catastrophe into economic ,
terjaga. Pengelolaan terhadap ekosistem social , and environmental benefits.
Danau Toba khususnya pengelolaan eceng Sustainable Production and
gondok yang selama ini dilakukan ternyata Consumption, 3(March), pp.59–69.
tidak menjawab berbagai permasalahan [5] Nguyen, T.H.T. et al., 2015. Habitat
lingkungan yang terjadi di perairan Danau suitability of the invasive water hyacinth
Toba. Meskipun sudah dilakukan upaya and its relation to water quality and
pengelolaan baik oleh masyarakat dan macroinvertebrate diversity in a tropical
pemerintah namun keberadaan eceng gondok reservoir. Limnologica - Ecology and
masih banyak ditemui di Danau Toba. Nutrien Management of Inland Waters, 52,
dari kegiatan keramba jaring apung, pertanian pp.67–74.
dan kegiatan domestik dapat kita cegah [6] Nurfitri, A., Soeprobowati, T.R. &
melalui pengendalian terhadap kegiatan Budiyono, 2011. Produksi Biogas Dari
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu Eceng Gondok (Eichhornia
komitmen dan ketegasan dalam mengelola crassipes(Mart.) Solms) dan Limbah
ekosistem Danau Toba seperti dibentuknya Ternak Sapi di Rawa Pening. Seminar
Rencana Aksi melalui Gerakan Penyelamatan Nasional X Pendidikan Biologi FKIP
Danau (GERMADAN) Toba. Beberapa UNS, (2000), pp.1–7.
rekomendasi kegiatan yang telah ditetapkan [7] Foekema, E.M., 2013. Mesocosms.
dalam GERMADAN TOBA untuk mengatasi Wageningen UR. Available at:
penurunan kualitas air sehingga eceng gondok https://www.wageningenur.nl/en/show/
dapat dikendalikan antara lain: Mesocosms.htm [Accessed May 14,
- Pengelolaan limbah domestik melalui 2016].
Pembangunan IPAL domestik pada kota- [8] Asriyana, D. & Yuliana, 2012.
kota utama di kawasan Danau Toba serta Produktivitas Pertanian Cetakan
menyusun regulasi/perda pendukungnya; Pertama., Jakarta: Bumi Aksara.
- Penanggulangan limbah pertanian/ [9] Gopal, B. and K.P. Sharma, 1981. Water
pemanfaatan lahan; Hyacinth (Eichhornia crassipes), the
- Fasilitasi dan pengawasan penggunaan Most Troublesome Weed of the World.
pupuk dan pestisida; Hindasia Publ, UK.
- Pengendalian konversi lahan agar tidak [10] Soeprobowati, T.R., 2014. Mitigasi
melebihi daya dukung lingkungan; Danau Eutrofik : Studi Kasus Dana
- Pembatasan budidaya perikanan Rawapening T. Prosiding Seminar
berdasarkan daya dukung dan daya tampung Nasional Limnologi, VI(January 2012),
perairan danau. pp.36–48.

85
Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 22 November 2016

[11] Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air [13] Istvanovics, V., 2009. Eutrophication of
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lakes and Reservoirs. Encyclopedia of
Lingkungan Perairan, Yogyakarta: Inland Waters, pp.157–165.
Penerbit Kanisius. [14] Hill, M.P. & Coetzee, J.A., 2008.
[12] Brown, T. & Simpson, J., 2001. Integrated control of water hyacinth in
Managing Phosphorus Inputs to Urban Africa. Bulletin OEPP/EPPO, 38,
Lakes. Urban Lake Management, 3(10), pp.452–457.
pp.771–781.

Gambar 1. Stasiun Pengamatan

Keterangan Stasiun Pengamatan:


1: Kegiatan KJA Kec. Pangururan
2: Kegiatan Pertanian Kec. Pangururan
3: Kegiatan Domestik Kec. Pangururan
4: Kegiatan KJA Kec. Palipi
5: Kegiatan Pertanian Kec. Palipi
6: Kegiatan Domestik Kec. Palipi

Gambar 2. Jumlah Tunas Eceng Gondok

Tabel 1. Data Kualitas Air di Lokasi Penelitian

Stasiun Pengamatan BM PP 82
No Parameter
1 2 3 4 5 6 Tahun 2001
1 pH 6,75 6,44 6,68 6,05 6,00 6,15 6-9
Amonia
2 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,5
(mg/L)
Total Phospat
3 sebagai P 0,146 0,622 0,273 0,179 0,172 0,03 0,2
(mg/L)
4 Nitrat (mg/L) 0,1 1,1 1,5 1,6 0,1 0,3 10
5 Nitrit (mg/L) <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,06

86
Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 22 November 2016

250
Berat Basah (gram)
200
150
100 Keterangan Stasiun Pengamatan:
50 1: Kegiatan KJA Kec. Pangururan
0 2: Kegiatan Pertanian Kec. Pangururan
3: Kegiatan Domestik Kec. Pangururan
1 2 3 4 5 6 4: Kegiatan KJA Kec. Palipi
5: Kegiatan Pertanian Kec. Palipi
Stasiun Pengamatan 6: Kegiatan Domestik Kec. Palipi

Gambar 3. Berat Basah Eceng Gondok

35%
30%
% Recovering

25%
20%
15%
10%
5%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun Pengamatan

Gambar 4. Luas Tutupan Plot Eceng Gondok

87

Anda mungkin juga menyukai