Prinsip :
Timbulan
Komposisi
Karakteristik
8 hari berturut-turut dan 2 musim
Peralatan :
Timbangan Pegas
Timbangan kue
Sarung Tangan
Trashbag
sampling box
masker
a. Pemilihan dan jumlah sampel
Prinsip:
o acak (random): setiap anggota populasi berkesempatan sama untuk menjadi
sampel
o sesuai strata – stratified: geografi, administratif, social – ekonomi, dsb
o proporsional terhadap strata yang ditentukan
b. Titik sample:
Prinsip = rumah tangga, tetapi dengan kantong plastik yang sesuai kebutuhan
Timbulan sampah dapat dinyatakan sebagai: liter atau kg per-unit-satuan perhari
o unit satuan: per-m (jalan), per-m2 (pasar, industri, dsb), per-pelajar, per- produk
industri (yard kain, ton barang, …), per-tempat tidur (hotel, RS)
Bila langsung diukur apa adanya : liter/unit/hari dan kg/unit/hari, densitas dinyatakan
sebagai as-received
Bila diukur menggunakan SNI kotak sampling 500 liter (simulasi gerobak)
o gunakan kotak sampling 500 liter (100 cm x 50 cm x t=100 cm)
o angkat 20 cm, lalu jatuhkan, lakukan 3 x
o diperoleh liter atau kg/unit/hari, dengan densitas gerobak
Hasil seluruh data sampel selama 8 hari, ambil hanya 7 hari, akan diperoleh:
o sampah non-RT: liter atau kg/unit/hari, dengan standard deviasi
Bila rata-rata tsb x jumlah unit, diperoleh m3 atau ton per-hari sampah dari non-
permukiman
Total sampah kota (m3 atau ton per-hari): jumlah sampah permukiman + jumlah sampah
non-permukiman, misalnya A
Bila A dibagi jumlah penduduk kota, akan diperoleh y liter atau kg per – ekivalen
penduduk per-hari, atau dikenal sebagai MSW = liter atau kg/cap-day
Cara lain bila sulit untuk mendapatkan data jenis dan jumlah unit sumber non- RT di kota
tsb, dengan asumsi:
o Asumsi porsi sampah RT terhadap total sampah kota, atau diambil dari nilai data
sebelumnya, atau diambil dari nilai dari kota yang sejenis, misalnya 60%
o Maka total sampah kota adalah = total sampah RT : 0,60
Menentukan lokasi TPS yang akan dijadikan titik sampel dengan pendekatan yang sama
seperti di atas: acak, terstratifikasi dan proporsional
Jumlah sampel gerobak dari sebuah TPS juga ditentukan seperti di atas
Ukur volume sampah dalam gerobak demikian juga beratnya
Bila sulit mengukur semua sampah dalam gerobak, maka ukur sebagian saja, misalnya ¼-
nya, dengan catatan berat sampah yang akan diukur adalah benar – benar mempunyai
volume ¼ gerobak
Dapatkan data KK yang dilayani oleh gerobak tersebut. Mungkin gerobak yang sama
melayani KK yang berbeda setiap harinya
Dapatkan rata-rata jiwa per-KK
Dari sana akan diperoleh data rata-rata timbulan sampah: liter atau kg/orang/hari
Hal yang sama dilakukan pada gerobak atau mobil pengumpul lainnya yang melayani
sumber non-RT
Jumlah timbulan sampah kota atau rata-rata MSW dihitung dengan cara seperti di atas
Sampel untuk timbulan dan atau karakteristik biasanya dilakukan di TPS atau di TPA
Bila metodenya adalah sampling dari rumah ke rumah, maka seluruh sampel terkumpul
diangkut dengan gerobak ke TPS, lalu sampah tsb dituang di pelataran datar dengan alas
plastik, diaduk agar merata
Bila metodenya adalah sampling dari gerobak, maka sampah dalam gerobak setelah tiba
di TPS kemudian dituang di pelataran datar dengan alas plastik
Timbunan sampah tsb kemudian secara metode kuadran, diambil sebagian membentuk
timbunan baru, aduk, lalu bentuk kuadran lagi, ambil sampel sampai terkumpul sekitar
500 liter (200 kg-an), lalu bentuk kuadran lagi, aduk, ambil sampel sekitar 10-15 liter (3-
5 kg), masukkan dalam kantong plastic berlabel keterangan, tanggal, nomor, dsb, untuk
dibawa ke laboratorium guna analisa karakteristik
Sampel sampah semula (500 liter setelah diambil sampel untuk karakteristik), lalu
timbang (misalnya X kg)
Lalu dipilah berdasarkan komponen (komposisi) penyusunnya: sisa makanan, kertas,
plastik dsb. Kalau perlu masing-masing jenis komponen tsb dipilah lagi lebih detail,
kalau perlu dipilah mana bagian plastik yang bisa didaur-ulang. Biasanya ini melibatkan
pemulung yang sudah terbiasa.
Masing-masing komponen komposisi tsb kemudian ditimbang. Akan ada bagian yang
sulit terindentifikasi, misalnya abu dan bagian hilang lainnya. Maka komponen terakhir
dari komposisi biasanya dinyatakan sebagai “dan lain-lain”, dengan total semua tetap =
X kg
Berat masing-masing komposisi tsb kemudian ditimbang, atau bila akan diukur volume-
nya, gunakan metode SNI wadah 40 liter. Nyatakan hasilnya dalam: % berat basah, atau
% volume (densitas sumber)
Pemilahan sampah untuk mengetahui komposisi sampah
https://jujubandung.wordpress.com/2012/04/21/metode-pengukuran-timbulan-komposi-sampah-kota/
Metode Pengukuran Timbulan Sampah
Assalamualaikum wr wb . . .
Pa kabar sobat bloger, semoga sehat selalu dan bersykur untuk nikmat Allah yang tiada batas.
Hari ini, cuaca minggu pagi dikota bengkalis cerah & panas mentari memanjakan kulit untuk seberkas
kenyamanan. Minggu pagi ini, tetap masuk kerja, jaga Pos Kesehatan Pelabuhan di Dermaga Bandar Sri
Laksmana, untuk mengisi waktu kosong, mending dimanfaatkan untuk nulis di weblog, maklum
saja;belakangan ini sudah jarang posting blog.
Topik kita kali ini adalah metode pengukuran timbulan sampah. Bagaimana metode pengukuran
timbulan sampah ? setelah membaca tulisan ini, sobat bloger dapat menghitung timbulan sampah dari
rumah masing-masing, dapat juga menghitung satu RT atau kelurahan, atau satu kecamatan. Perhitugan
sampah sangat penting dilakukan dalam tahap perencanaan pengelolaan sampah, hal ini diperlukan
dalam hal perencanaan tempat pembuangan akhir (TPA), tempat pembuangan sementara (TPS), dan
metode pengumpulan sampah yang akan dilakukan.
Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survey pengukuran atau
analisa langsung dilapangan, yaitu :
1. Mengukur langsung timbulan sampah dari sejumlah sampel, (rumah tangga/non rumah tangga)
yang ditentukan secara random proporsional disumber selama 8 hari berturut-turut. (SNI 19-
3964 dan SNI M 36-1991-03).
2. Load account anaysis : mengukur jumlah berat (berat dan / atau volume) sampah yang masuk ke
TPS, misalnya diangkut dengan gerobak , selama 8 hari berturut-turut. Jadi dengan melacak
jumlah dan jenis penghasil sampah yang dilayani gerobak yang mengumpulkan sampah berikut
sehingga akan diperoleh timbulan sampah per ekuivalensi penduduk.
3. Weigh-volume analysis : Bila tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang masuk
kefasilitas penerima ke fasilitas penerima sampah akan diketahui dengan mudah dari waktu
kewaktu. Jumlah sampah harian kemudian digabung dengan perkiraan area yang layanan,
dimana data penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh satuan
timbulan sampah per ekuivalensi penduduk.
4. Material balance analysis merupakan analisa yang lebih mendasar , dengan menganalisa secara
cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam sistem dan aliran bahan yang
menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya (system Boundary).
Dalam survey, frekuensi pengambilan sampel sebaiknya dilakukan delapan hari berturut-turut guna
menggambarkan fluktuasi harian yang ada. Dilanjutkan dengan kegiatan bulanan guna menggambarkan
fluktuasi dalam tahunan. Namun di Indonesia telah disederhanakan, seperti :
Metode pengambilan & pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah di Indonesia berdasarkan
SNI M 36 -1991-03 (21):
P=Cd.√Ps
P=Cd.Cj. .√Ps
Cj=€ penduduk/10 6
Keterangan :
Cd=Koifisien
Contoh :
Penyelesaian :
Jumlah sampel yang harus diambil untuk masing-masing strata pendapatan adalah :
High Income = X→
Medium Income = Y→
Low Incomea = Z→
Jadi untuk memprediksi timbulan sampah maka digunakan persamaan sebagai berikut :
Qn=Qt(1+Cs)n
Dimana :
Cs=peningkatan/pertumbuhan kota
Contoh :
Timbulan sampah Kota Panai Tengah saat ini (tahun 2013) = 2,32 l/o/hari
Jadi :
Referensi
Damanhuri Enri, Tri Padmi, 2011, Diktat Pengelolaan Sampah, Program Studi Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Insistut Teknologi Bandung