Link Terkait:
Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran dirancang
dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya,
sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa
material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana.
Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 600 0C-8000C dan untuk
mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh
energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri.
Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.
Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak
terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi
arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara continue
selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat
diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu.
Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan
baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas
hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup.
Udara untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam
jumlah yang terkontrol.
Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara sempurna
oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar
8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon
lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
back to top
back to top
back to top
back to top
Negative
Pressure
Combustion
Chamber
Smokeless
(tidak
berasap)
Ordoless
(tidak
berbau)
Emisi
sesuai
dengan
peraturan
(Kep
03/Bapedal/9/1995)
Incinerator mempunyai Izin Pengoperasian dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(khusus untuk limbah B3 baik industri maupun limbah medis Rumah Sakit)
back to top
memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/
MENLH/3/1995.
Keuntungan dari incinerator mini ini adalah :
berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran
tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Pemilihan incinerator yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan lingkungan, jenis dan
komposisi sampah, serta volume sampah, sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien baik
prosesnya maupun transportasi dan tenaga operasionalnya, serta pula penggunaan lahan lebih
efisien. Meminimalkan sampah yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk ke dalam
tempat tersendiri.
Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan mencegah kerusakan pada dinding
pembakar, maka Gelas dan Logam tidak ikut dibakar. Volume sampah yang berlebihan diatas
mungkin tercecer (tumpah keluar) sehingga menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada
lokasi pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila diperlukan diadakanpengaturan pemulung yang
akan menangani pemilahan sampah dengan baik, Sangat memungkinkan terjadi perebutan lahan
kerja dari pemulung dan akan menjadikan friksi-friksi sosial .
Ruang Bakar Utama :
Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan
defisiensi udara dimana udara yang dimasukan didistribusikan dengan merata kedasar ruang
bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluara dari sampah
dan naik memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas
karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar
selama pembakaran normal dalam waktu pembakaran.
Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 8000 1.0000 C dengan sistem close
loopsehingga pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah Blower radial digerakan
langsung dengan impeller, dengan casing almunium dan Motor Listrik, lubang masuk udara dari pipa
udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang penyalaan dan
pembakaran, berfungsi membakar gas gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam ruang bakar
utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang
Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar habis.
Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari gas karbonisasi suhunya cukup
tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika karbonisasi selesai maka Ruang Bakar Dua bekerja seperti
sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam
temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0 C dengan
sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara
manual atau menggunakan lift conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum dan
maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara automatic dengan sitemclose
loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai
kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali burner dan blower dengan terdapatnya
lampu isarat yang memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water
spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas
buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran
siklon di dalam cerobong,. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan
gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan terlempar
kedinding cerobong siklon.
Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus
tersebut akan turun kebawah bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung.
Bak penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan
abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat
ketiga, siap untuk dipompakan ke cerobong siklon kembali.
Burner dan Blower :
Incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara otomatis. Burner yang
digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan blower untuk
mempercepat proses pembakaran hingga mampu menghasilkan panas yang tinggi
FUNGSI INCENERATOR
Dewasa ini incinerator bahkan sudah menjadi sarana standar untuk menangani limbah
medis yg dihasilkan dari berbagai kegiatan medis di rumah sakit. Fungsi atau kegunaan
Incenerator selain dapat mengurangi massa dan volumenya yg lebih utama dan penting
adalah mendestruksi materi-materi yg berbahaya seperti mikroorganisme pathogen dan
meminimalisir pencemaran udara yg dihasilkan dari proses pembakaran sehingga gas buang
yg keluar dari cerobong menjadi lebih terkontrol dan ramah lingkungan.
Sebuah incinerator dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi kriteria tersebut diatas
dan ada beberapa parameter yg harus dipenuhi diantaranya yaitu Suhu, Waktu dan
Turbulensi
Suhu : suhu menjadi faktor yg sangat berperan dalam pembakaran, keberhasilan dari
suatu proses pembakaran ditentukan oleh tercapainya suhu yg diingin kan dari jenis
materi limbah yg akan dibakar, hal ini juga berhubungan erat dengan pasokan udara atau
oksigen untuk mengoksidasi limbah, bentuk ruang bakar, jenis refraktori yg digunakan
dan ketebalan dinding incenerator juga akan mempengaruhi suhu ruang bakar. Ruang bakar
berbentuk bulat rambatan suhunya menjadi lebih sempurna dibanding ruang bakar
berbentuk kotak, karenanya suhu yg tidak cukup akan menghasilkan pembakaran yg tidak
sempurna sehingga akan menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran udara.
Waktu : materi-materi yg terdapat dalam limbah mempunyai nilai kalor yg berbeda-beda,
sampah yg basah tentu akan lebih panjang waktu pembakarannya dibanding sampah
kering, oleh sebab itu waktu ada kaitannya dengan kebutuhan berapa lama suatu bahan
harus dibakar dan berapa derajad temperatur yg dibutuhkan agar dapat terbakar dengan
sempurna.
Turbulensi : untuk incenerator kapasitas besar hal ini sangat perlu untuk diperhatikan
karena berkaitan dengan jumlah sampah yg akan dibakar dengan suplai oksigen yg masuk
agar sampah tersebut dapat terurai dengan sempurna.
PRINSIP KERJA INCENERATOR
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
- Tahapan pertama adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah
menjadi kering dan siap terbakar.
- Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana
temperature belum terlalu tinggi.
- Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai
pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C.
Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara
600 C ~ 1200 C
Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi
limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran
yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.
A. Pengertian Incinerator
Incinerator adalah metode penghancuran limbah organik dengan melalui
pembakaran dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan
sekitarnya. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya
didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah
sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas
yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer.
Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.
Incinerator yang akan dibahas pada artikel ini dirancang dengan menggunakan 2
(dua) ruang pembakaran, yaitu Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) dan Ruang
Bakar 2 (Secondary Chamber).
1. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran dirancang
dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya,
sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa
material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana.
Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 6000C-8000C dan
untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber
dibantu oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah
itu sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam
jumlah yang terkontrol.
Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak
terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi
arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara continue
selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat
diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu.
2. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan
baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas
hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup.
Udara untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam
jumlah yang terkontrol.
Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara sempurna
oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar
8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon
lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
B. Jnis- Jenis Incinerator
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat
B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber,
multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua
jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut
dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
C. Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah yang
mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya
cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary Chamber,
dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata keseluruh
bagian.
Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali pembakaran
dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2
(Seacondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar dalam
Primary Chamber.
Gambar 1. Incinerator Rotary Kiln
D. Pengembangan Incinerator dengan Dryer
Tipe ini sangat cocok digunakan limbah yang mempunyai nilai kalor yang tinggi
seperti plastik dengan volume cukup besar. Energi panas yang keluar dari
cerobong incinerator dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan limbah sludge ex
WWT yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi namun tidak ekonomis
apabila dibakar didalam incinerator, karena karakteristik limbah yang memiliki
nilai kalor rendah, sisa abu yang masih cukup tinggi ataupun kedua-duanya.