1. Pengertian Incinerator
yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk ke dalam tempat
tersendiri.
Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan mencegah
kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan Logam tidak ikut dibakar.
Volume sampah yang berlebihan diatas mungkin tercecer (tumpah keluar)
sehingga menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada lokasi
pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila diperlukan diadakan pengaturan
pemulung yang akan menangani pemilahan sampah dengan baik, “ Sangat
memungkinkan terjadi perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan menjadikan
friksi-friksi sosial ”.
d. Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya
dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang
bersama gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua
dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam
cerobong,. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan
gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon.
Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka
butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang
disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat
dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu
halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan
didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke cerobong siklon
kembali.
Pada tipe moving grate stoker ini, pembakaran terdiri dari tiga zona seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu zona pengeringan (drying), pembakaran
(combustion), dan pasca pembakaran (post- combustion). Pada zona pengeringan,
sampah dikeringkan terlebih dahulu sebelum dibakar, sehingga bahan-bahan
volatile atau bahan yang mudah menguap seperti uap air yang terkandung pada
sampah kemudian dapat ber-evaporasi. Pada fase pembakaran, sampah terbakar
sempurna, mengalami distilasi kering yang dilanjutkan dengan oksidasi aktif pada
suhu tinggi, dan menghasilkan flue gas. Kemudian fase pasca pembakaran akan
membakar sisa sampah yang belum terbakar dan tersisa pada abu insinerator
hingga habis.
Pada umumnya beberapa material halus (disebut juga sifting) jatuh melalui grate.
Material ini kemudian ditampung pada bottom ash hopper. Material-material
halus ini dapat di-recover untuk produk lainnya, atau dikembalikan lagi ke proses
insinerasi. Peralatan stoker harus dibuat dan dioperasikan sehingga tahan terhadap
kerusakan api, dan mencegah jatuhnya aluminium, kaca, dan material meleleh
lainnya. Sehingga harus menggunakan material berkualitas yang memiliki
ketahanan panas yang baik dan mencegah keausan.
Pada perkembangan teknologi terkini secara praktis, nilai kalor LHV bahan
baku diharapkan lebih besar dari 6 MJ/kg dengan fluktuasi variasi antara 6-12
MJ/kg sebagai acuan. Kebutuhan operasi yang diperlukan jika bahan baku di luar
batas tersebut adalah kebutuhan pre-heater udara jika nilai kalor LHV bahan baku
rendah dan kapasitas uap cadangan jika nilai kalor melebihi nilai LHV.
Penggambaran daerah rancangan bahan baku terhadap produksi energi termal
Pada sisi operasi, proses pembakaran secara umum dilakukan pada dua
bagian yakni: pembakaran udara primer dan pembakaran udara sekunder.
Pembakaran udara primer akan terjadi ketika feedstock berada di atas grate dan
disuplai oleh udara primer dari bawah grate, sedangkan kebutuhan udara
sekunder dalam proses pembakaran diinginkan untuk mencapai pembakaran
sempurna dengan kondisi:
Dengan teknologi ini, produksi dioksin berkurang karena reaksi terjadi pada
temperatur tinggi, waktu retensi yang cukup, dan terjadi pencampuran/turbulensi
sebagai syarat pengontrolan produksi dioksin (3T). Selain itu, korosi pada boiler
juga berkurang karena gas yang tereduksi.
b. Incinerator RotaryKiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah
yang mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan
volumenya cukup besar. Sistem incinerator ini berputar pada bagian primary
chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata
keseluruhbagian.
Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali
pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang
Bakar 2 (Secondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar
dalam Primary Chamber.
Gambar 14. Incinerator Rotary Kiln
(Sumber : http://www.pollutionissues.com/Ho-Li/Incineration.html)
dengan kecepatan rendah (< 5 rpm) yang memungkinkan sampah akan terbakar
dengan waktu tinggal antara 30-90 menit. Temperatur pembakaran kiln berkisar
antara 850–1,000 °C atau dapat lebih tinggi antara 1,000–1,200 °C untuk
memastikan hancurnya komponen berbahaya dioxin dan furan.
Gambar 16. Diagram AlirSkema ruang bakar rotary kiln dalam sistem PLTSa