Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK OTOMOTIF

CHARGING SYSTEM

Shanji Christian Komaling


BIV/I.13.09.115
D.III.TEKNIK MEKANIKAL BANDARA 6
SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya sehingga tugas makalah
ini dapat selesai dikerjakan. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen yang memberikan
tugas ini sehingga bertambah wawasan kami tentang bidang otomotif yang menjadi program
studi Teknik Mekanikal Bandara.
Makalah ini diperuntukan bagi pembaca terutama taruna/i program studi Teknik Mekanikal
Bandara dengan tujuan agar dapat mengetahui dan memahami tentang materi Sistem Pengisian
(Charging System). Sebagaimana kita tahu bahwa sistem pengisian digunakan pada kendaraan
untuk menghasilkan arus listrik guna mensuplay ke komponen-komponen yang membutuhkan
dan juga untuk mencharge baterai agar tidak cepat rusak dan tegangan baterai yang keluar tetap
optimal. Makalah ini dibuat sebagai tugas pribadi yang diberikan dosen mata kuliah Teknik
Otomotif kepada saya.
Demikianlah kata pengantar dari saya. Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat
bagi pembaca atau taruna/i dan dapat dijadikan acuan dalam belajar. Saran-saran yang bersifat
membangun selalu saya terima dengan senang hati.

Curug, 9 September 2014


Hormat Saya,

(Shanji Christian Komaling)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1

SISTEM PENGISIAN

BAB 2 PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN


2.1

ALTERNATOR

2.2

ALTERNATOR DENGAN NEUTRAL-POINT DIODE

2.3

ALTERNATOR DENGAN 3 DIODA EXCITING

2.4

COMPACT ALTERNATOR

2.5

REGULATOR

BAB 3 CARA KERJA SISTEM PENGISIAN


3.1.

CARA KERJA PADA SAAT KUNCI KONTAK ON DAN MESIN MATI

3.2.

CARA KERJA MESIN DARI KECEPATAN RENDAH KE KECEPATAN SEDANG.

3.3

CARA KERJA MESIN DARI KECEPATAN SEDANG KE KECEPATAN TINGGI

BAB 4 THROUBLE SHOOTING SISTEM PENGISIAN


4.1

PEMERIKSAAN DEFLEKSI TALI KIPAS

4.2

PEMERIKSAAN RANGKAIAN SISTEM PENGISIAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

SISTEM PENGISIAN
Baterai pada mobil berfungsi untuk memberikan tenaga listrik dalam jumlah yang

cukup pada bagian-bagian kelistrikan mobil seperti motor starter, lampu-lampu besar dan
wiper. Akan tetapi, kapasitas baterai terbatas dan tak mampu memberikan semua tenaga yang
diperlukan secara terus-menerus oleh mobil. Oleh karena itu, baterai harus terisi penuh agar
mampu memberikan tenaga listrik yang diperlukan oleh bagian-bagian kelistrikan. Untuk
memproduksi tenaga listrik dan mempertahankan baterai tetap terisi. Sistem pengisian
memproduksi tenaga listrik untuk mengisi baterai serta untuk memberikan arus yang
dibutuhkan oleh bagian-bagian kelistrikan yang cukup selama mesin bekerja.

Gambar 1

Rangkaian sistem pengisian

Kebanyakan mobil dilengkapi dengan alternator arus bolak-balik karena ini lebih baik
dari dynamo arus searah dalam hal kemampuan membangkitkan tenaga listrik dan
ketahanannya. Karena mobil membutuhkan arus searah, maka arus bolak-balik yang
diproduksi oleh alternator disearahan (diubah menjadi arus searah) sebelum dikeluarkan.

Komponen-komponen sistem pengisian:


a.

Battery

b.

Kunci kontak

c.

Fuse

d.

Ampere meter

e.

Lampu indikator

f.

Voltage regulator

g.

Alternator

Rotor coil

Stator coil

Rectifier

Slip ring

Brush

Fulley

Fan

Bearing

Rangkaian sistem pengisian:

Gambar 2 Diagram rangkaian sistem pengisian

BAB 2
PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN
2.1

ALTERNATOR

a.

Magnet Berputar Di Dalam Kumparan

Gambar 3 Magnet berputar di dalam kumparan

Arus listrik dibangkitkan dalam kumparan pada saat kumparan diputarkan dalam
medan magnet. Jenis arus listrik yang dibangkitkan adalah arus bolak-balik yang arah
alirannya secara konstan berubah-ubah dan untuk merubahnya menjadi arus searah
diperlukan sebuah komutator dan brush (sikat-sikat). Ini adalah untuk menarik arus searah
yang dibangkitkan pada setiap stator coil. Armature dengan komutator dapat diputarkan di
dalam kumparan. Akan tetapi, konstruksi armature akan menjadi rumit dan tidak dapat
diputarkan pada kecepatan tinggi. Kerugian yang lainnya adalah bahwa arus mengalir melalui
komutator dan brush, maka keausan akan cepat terjadi karena adanya lompatan api.

Gambar 4 Brush atau sikat

Untuk mendapatkan arus searah dapat dilakukan dengan menyearahkan arus bolakbalik yang dihasilkan stator coil tepat sebelum dijadikan output dengan menggunakan
rectifier, atau dengan cara mengganti putaran stator coil dengan memutarkan magnet di
dalam kumparan, maka kumparan semakin panas dikarenakan aliran arus. Oleh karena itu,
pendinginan akan menjadi lebih baik kalau stator coil ditempatkan di luar dengan rotor coil
berputar di dalamnya. Untuk tujuan itulah maka alternator mobil menggunakan kumparan
pembangkit (stator coil) dengan magnet berputar (rotor coil) di dalamnya.

Gambar 5 arus bolak balik menjadi arus searah

b.

Kumparan Menghasilkan Elektromagnet

Listrik dibangkitkan pada saat magnet diputarkan di dalam kumparan dan besarnya
tergantung pada kecepatan putaran magnet. Jadi, melalui proses induksi elektro magnet,
semakin cepat kumparan memotong garis-garis gaya magnet semakin besar kumparan
membangkitkan gaya gerak listrik. Untuk memperoleh tegangan yang tetap, maka diperlukan
putaran magnet yang tetap, ini tidak mungkin dipertahankan karena mesin akan berputar
dengan kecepatan yang tidak tetap sesuai dengan kondisi pengemudi. Elektromagnet
digunakan untuk mempertahankan tegangan supaya tetap.

Gambar 6 kumparan menghasilkan elektromagnet

Elektromagnet mempunyai inti besi dengan kumparan dililitkan di sekelilingnya. Pada


saat arus mengalir melalui kumparan, inti besi akan menjadi magnet. Besarnya magnet yang
dibangkitkan tergantung pada besarnya arus yang mengalir melalui kumparan. Jadi, pada saat
alternator berputar dengan kecepatan rendah, arusnya naik, sebaliknya jika alternator berputar
pada kecepatan tinggi maka arusnya menurun. Arus yang mengalir melalui electromagnet
diberikan oleh baterai dan besarnya diatur oleh voltage regulator. Maka alternator akan
mengalirkan tegangan yang tetap meskipun putaran mesin berubah-ubah.

c.

Arus Bolak-Balik Tiga Phase


Pada saat magnet berputar di dalam kumparan akan timbul tegangan di antara kedua

ujung kumparan. Ini akan memberikan kenaikan pada arus bolak-balik.

Gambar 7 proses arus bolak-balik 3 phasa

Arus tertinggi akan bangkit pada saat kutub N dan S mencapai jarak yang terdekat
dengan kumparan. Setiap setengah putaran arus akan mengalir dengan arah yang berlawanan.
Arus yang membentuk gelombang sinus dengan cara ini disebut Arus bolak-balik satu
phase. Perubahan 360o pada grafik berlaku untuk satu siklus dan banyaknya perubahan yang
terjadi pada setiap detik disebut frequency.

Gambar 8 grafik arus bolak-balik 3 phasa

Untuk membangkitkan listrik dengan lebih efisien alternator mobil menggunakan tiga
kumparan yang dirangkai. Masing-masing kumparan A, B dan C berjarak 120o. pada saat
magnet berputar di antara mereka, akan bangkit arus bolak-balik pada masing-masing
kumparan. Alternator mobil membangkitkan arus bolak-balik tiga phase.

Gambar 9 hubungan arus bolak-balik dengan magnet

d.

Penyearahan
Bagian-bagian kelistrikan mobil membutuhkan arus searah untuk kerjanya dan baterai

memerlukan arus searah untuk pengisian. Alternator menghasilkan arus bolak-balik tiga
phase tetapi sistem pengisian tidak dapat menggunakannya kecuali jika dirubah menjadi arus
searah. Merubah arus bolak-balik menjadi arus searah disebut penyearahan. Penyearahan
dapat dilakukan dengan beberapa cara tetapi alternator mobil menggunakan dioda yang
sederhana dan efektif. Dioda memungkinkan arus hanya mengalir pada satu arah, jika
digunakan 6 dioda, arus bolak-balik tiga phase dirubah menjadi arus searah dengan jalan
penyearahan gelombang penuh.

Gambar 10 penyearahan arus

Arus dari masing-masing kumparan sampai ke dioda terus-menerus berubah arah pada
ketiga lead wire sehingga arah arus dari dioda tidak berubah tetapi membentuk sirkuit dengan
polaritas yang tidak berubah-ubah. Sebagai alternator dengan kemampuan tinggi
menggunakan lebih dari 6 dioda. Bila penyambungan baterai terbalik, dioda akan rusak
dikarenakan aliran arus yang besar.

2.2

ALTERNATOR DENGAN NEUTRAL-POINT DIODE

a.

Tegangan Neutral Point


Alternator konvensional menggunakan 6 dioda untuk menyearahkan arus AC tiga phase

menjadi DC. Tegangan output yang dibangkitkan pada titik neutral dpergunakan sebagai
sumber listrik untuk relay lampu charge. Tegangan netral point adalah 1/2 tegangan output
DC. Selama arus output mengalir melalui alternator tegangan pada netral point sebagian
besar DC tetapi juga mempunyai bagian AC. Bagian AC terinduksi pada masing-masing
phase oleh aliran arus output. Pada saat kecepatan putaran alternator melampaui 2000 rpm
3000 rpm, peak value dari bagian AC melebihi tegangan output DC. Dibandingkan dengan
karakteristik dari alternator tanpa netral point diode, outputnya naik secara bertahap 10%
sampai 15% pada putaran tertentu sekitar 5000 rpm.

Gambar 11 tegangan netral point

b.

Sirkuit Dan Konstruksi


Untuk menambah variasi potensial pada titik netral ini ke output DC yang dikeluarkan

oleh alternator dengan neutral point diode, dua diode penyearah dipasang pada terminal
output (B) dan massa (E) dan dihubungkan ke neutral point. Dioda-dioda ini dipasang pada
rectifier holder.

Gambar 12 sirkuit alternator dengan netral point diode

Gambar 13 dioda pasitif dan negatif


c.

Cara Kerja
Pada saat tegangan neutral point menjadi lebih tinggi dari pada tegangan DC output

atau lebih rendah dari 0 volt, arus mengalir malalui neutral point dioda dan ini ditambahkan
ke arus output.

Gambar 14 neutral point voltage above 14 V

Gambar 15 neutral point voltage below 0 V

2.3

ALTERNATOR DENGAN 3 DIODA EXCITING


Alternator ini dilengkapi dengan 3 field dioda merangsang field coil sebagai tambahan

bagi dioda output biasa untuk penyearahan. Bila kunci kontak ON akan mengalirkan field
melalui dioda pencegah arus balik dan exciting resistor dari terminal IG. Karena initial
exciting resistor berada di dalamnya maka arus fieldnya 0,5 A pada saat alternator berhenti
dengan kunci kontak ON. Oleh karena itu, pengeluaran dari baterai kecil. Pada saat alternator
mulai bekerja, sebagian arus yang dibangkitkan dialirkan langsung dari 3 dioda selama
pambangkitan tenaga.

Gambar 16 diagram 3 dioda exciting dan rectifier holder assembly


a.

Pengatur Tegangan
Tegangan arus yang dihasilkan oleh alternator bervariasi tergantung pada kecepatan

putaran alternator dan banyaknya beban (arus output) alternator. Regulator mengalirkan arus
ke electromagnet (rotor coil) yang menghasilkan garis gaya magnet yang diperlukan untuk
ketiga kumparan (stator coil) alternator untuk membangkitkan arus bolak-balik tiga phase.
Alternator dapat menghasilkan tegangan yang tetap dengan jalan mengalirkan arus yang
besar ke rotor coil (field coil) pada saat alternator berputar lambat atau beban berat dan
mengurangi arus pada saat alternator berputar cepat atau berbeban ringan.

Gambar 17 rangkaian alternator dengan 3 dioda exciting

Regulator mengatur pengaliran arus ke rotor coil dengan menarik dan membebaskan
titik kontak sesuai dengan tegangan yang diberikan ke regulator coil. Pada saat alternator
berputar dengan rpm rendah dan tegangan stator coil lebih rendah dari tegangan baterai, titik
kontak yang bergerak akan berhubungan dengan P1, sehingga arus dari baterai akan mengalir
ke rotor coil melalui P. dalam hal ini, jika alternator berputar dengan rpm tinggi, tegangan
pada stator coil naik melebihi tegangan baterai, tegangan ini dialirkan ke regulator coil
sehingga oleh kekuatan tarikan yang lebih besar maka P1 akan terputus.

Gambar 18 P1 dan P2 menjauhi titik kontak


Pada saat titik kontak menjauhi P1 arus yang ke rotor coil melalui resistor R dan
intensitasnya menurun. Jika arus mengalir ke rotor coil berkurang, maka tegangan yang
dibangkitkan pada stator coil berkurang dan mengakibatkan gaya tarik pada kumparan
menurun sehingga lengan titik kontak akan kembali berhubungan dengan P1.
Bila alternator berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi, tegangan yang
dibangkitkan oleh stator coil akan naik memperkuat gaya tarik pada regulator coil sehingga
menghubungkan titik kontak berhubungan dengan P2. Akibatnya arus yang melalui resistor
akan mengalir ke P2 dan tidak ke rotor coil. Pada saat tidak ada arus yang mengalir ke rotor
coil, stator tidak ada arus yang mengalir ke rotor coil . stator tidak dapat membangkitkan
gaya gerak listrik sehingga tegangan alternator turun dan hubungan titik kontak P2 terputus.
Sekali lagi tegangan alternator akan naik dan lengan kontak akan tertarik.

Gambar 19 P1 menjauhi titik kontak dan P2 berhubungan dengan titik kontak

b.

Konstruksi Alternator
Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Energi

mekanik dari mesin diterima melalui sebuah pulley yang memutarkan rotor dan
membangkitkan arus bolak-balik pada stator. Arus bolak-balik ini diubah menjadi arus searah
oleh dioda. Bagian-bagian utama dari alternator adalah rotor yang membangkitkan
elektromagnetik, stator yang membangkitkan arus listrik dan dioda yang menyearahkan arus.
Brush yang mengalirkan arus ke rotor coil untuk menembus garis gaya magnet, bearing untuk
memperhalus putaran rotor dan fan untuk mendinginkan rotor, stator dan dioda. Semua
bagian tersebut dipegang oleh front dan rear frame.

Gambar 20 komponen alternator

1. ROTOR
Rotor disusun dari inti kutub (kutub magnet), field coil (rotor coil), slip ring dan rotor
shaft. Field coil digulung dengan arah yang sama seperti putarannya dan kedua inti kutub
dipasang pada kedua ujung kumparan sebagai penutup field coil. Garis gaya magnet akan
timbul pada saat arus mengalir melalui kumparan, salah satu kutub menjadi kutub N dan yang
lain menjadi kutub S. Slip ring tersebut dari logam seperti stainless steel dengan permukaan
yang berhubungan dengan brush. Slip ring diisolasi terhadap rotor shaft.

Gambar 21 rotor

2. STATOR
Stator terdiri dari stator core dan field coil dan diikat oleh frame depan serta belakang. Stator
core terdiri dari lapisan steel plating yang tipis (inti besi berlapis). Bagian dalamnya terdapat
slot tempat masuknya tiga buah stator coil yang masing-masing berdiri sendiri. Stator core
bekerja sebagai saluran yang memungkinkan garis gaya magnet menyeberang dari pole core
ke stator coil.

Gambar 22 stator

3. DIODA

Pada diode holder terdapat tiga buah diode positif dan tiga buah diode negative. Arus
yang dibangkitkan oleh alternator dialirkan dari diode holder pada sisi positif sehingga
terisolasi dari end frame. Selama proses penyearahan, diode akan menjadi panas sehingga
diode holder bekerja meradiasikan panas ini dan mencegah diode menjadi terlalu panas.

Gambar 23 Dioda

2.4

COMPACT ALTERNATOR
Compact alternator dengan built in IC Regulator 17 % lebih kecil dan 26 % lebih ringan

dari alternator ukuran standard. Compact alternator dengan built in IC Regulator dibuat
dengan konstruksi yang sama seperti alternator ukuran standar (tetapi kerja IC Regulatornya
tentu saja berbeda dengan tipe regulator biasa).
a.

Keistimewaan

1)

Lebih kecil dan lebih ringan

Penyempurnaan dalam sirkuit magnetnya seperti pengurangan air gap antara rotor dengan
stator dan modifikasi bentuk rotor pole core dibuat untuk memperkecil ukuran dan
memperingan.

Gambar 24 compact alternator

2)

Penguatan fan dan rotor

Kecepatan putar compact alternator jauh lebih tinggi dari pada alternator ukuran standar.
Untuk mengatasi hal tersebut, fan yang diletakkan secara konvensional diluar telah dijadikan
satu dengan rotor di dalam alternator dan ini meningkatkan kemampuan pendinginan dan
keamanan.
3)

Lebih mudah diperbaiki

Rectifier, brush holder dan IC Regulator diikat pada end frame dengan baut dan memudahkan
pembongkaran serta pemasangannya.
4)

Sistem pengisian menjadi sederhana

Penggunaan multiple function IC Regulator menyederhanakan sistem pengisian.

b.

Konstruksi

1)

Rotor

Rotor berfungsi sebagai field magnet dan berputar bersama-sama porosnya (rotary field
magnet alternator). Rotor assembly tersusun atas magnetic core, field coil, slip ring shaft dan
fan. Berbeda dengan alternator konvensional, rotornya mempunyai fan yang disatukan
dengan kedua sisi poros.
2)

End frame

Frame mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pendukung rotor dan sebagai pemegang dengan
mesin. Kedua end frame mempunyai beberapa saluran udara untuk meningkatkan efisiensi
pendinginan. Rectifier, brush holder, IC Regulator dll dilihat dengan baut terhadap bagian
belakang rear end frame.

3)

Stator

Stator assembly terdiri dari stator core dan stator coil. Ini dipasang dengan mengepress drive
end frame (disatukan). Panas yang timbul pada stator dipindahkan ke drive end frame untuk
meningkatkan efisiensi pendinginan.

Gambar 25 stator compact alternator

4)

Rectifier

Rectifier dirancang dengan tonjolan pada permukaannya untuk membantu meradiasikan


panas yang disebabkan arus output.
5)

V-Ribbed pulley

Pulley rasio meningkat sekitar 2,5 % dengan penggunaan V-ribbed pulley dengan efisiensi
kecepatan tinggi yang lebih baik.

6)

IC Regulator

Alternator mempunyai built-in IC Regulator kompak. Sirkuit internal IC Regulator


mempunyai kualitas yang tinggi, monolithic integrated circuit (IC) untuk meningkatkan
kemampuan pengisian.

Gambar 26 IC Regulator compact alternator

2.5

REGULATOR
Regulator menaikkan dan menurunkan besarnya arus yang mengalir ke rotor untuk

mengatur tegangan yang dibangkitkan oleh alternator. Regulator ini terdiri dari titik kontak,
magnetic coil dan resistor.

Gambar 27 Regulator

a.

Regulator Tipe Satu Point


Regulator dengan tipe satu titik kontak mempunyai sebuah resistor (R) yang

dihubungkan seri dengan field coil (F) dari rotor. Resistor ini bypass oleh titik kontak pada

saat mesin berputar lambat. Pada saat tegangan alternator rendah, maka gaya magnet dari
magnetic coil (M) lemah sehingga titik kontak tertutup dan arus field coil mengalir melalui
titik kontak.

Gambar 28 aliran arus regulator satu point


Pada saat tegangan alternator tinggi, gaya magnetnya kuat dan titik kontak akan
terbuka. Pada saat titik kontak terbuka, arus akan mengalir melalui resistor (R) dan oleh
karena itu arus yang mengalir ke field coil berkurang. Karena penurunan tegangan pada field
coil, maka tegangan alternator akan menurun dan titik kontak akan tertutup lagi. Dengan
menutupnya titik kontak, maka arus dan tegangan akan naik sehingga titik kontak akan
terbuka lagi. Pembukaan dan penutupan titik kontak terjadi terus menerus. Pada saat titik
kontak terbuka, arus field coil mengalir melalui resistor (R). Supaya regulator dapat mengatur
tegangan output alternator pada kecepatan tinggi, diperlukan tahanan (R) yang lebih besar.
Akan tetapi kalau tahanannya diperbesar, pada kecepatan rendah akan terjadi fluktuasi
tegangan yang lebih besar pada saat titik kontak terbuka dan menutup.

Gambar 29 grafik tegangan dengan waktu

Juga tahanan yang lebih besar akan menyebabkan lebih banyak percikan api pada saat titik
kontak terbuka dan ini akan memperpendek masa penggunaan titik kontak. Karena kerugian
tersebut, maka regulator satu titik kontak jarang digunakan pada mobil-mobil sekarang.

b.

Regulator Tipe Dua Point


Untuk mengatasi kerugian pada tipe satu titik kontak, titik kontak terpisah telah

dirancang untuk pemakaian pada kecepatan rendah (P1) dan untuk kecepatan tinggi (P2). Pada
kecepatan rendah, lengan titik kontak membuka dan menutup titik kontak kecepatan rendah
(P1) dengan cara yang sama pada tipe satu titik kontak. Pada kecepatan tinggi, tegangan tidak
dapat diatur oleh titik kontak kecepatan rendah. Lengan titik kontak akan membuat hubungan
dengan titik kontak kecepatan tinggi dan pada saat titik kontak kecepatan tinggi ini
berhubungan, arus field coil akan terputus alirannya.

Gambar 30 aliran arus regulator tipe dua point

Salah satu karakteristik dari tipe titik kontak adalah adanya tingkat kerja kecepatan
rendah dan kecepatan tinggi. Salah satu kerugiannya adalah karena hysteresis, tegangan turun
sedikit pada saat perubahan dari sisi kecepatan tinggi ke sisi kecepatan rendah. Jika
dibandingkan dengan tipe satu titik kontak , tahanan (R) dapat dibuat lebih kecil sehingga
hanya terjadi sedikit percikan pada saat titik kontak terbuka dan tertutup dan memperpanjang
umur penggunaan titik kontak. Tipe dua titik kontak banyak digunakan pada mobil-mobil
sekarang.

c.

Voltage Relay (Relay Lampu Pengisian)

Selain menggunakan sebuah regulator untuk mengatur tegangan yang dibangkitkan


oleh alternator, sistem pengisian sering menggunakan kombinasi dua elemen yaitu voltage
regulator dan voltage relay.

Gambar 31 Voltage relay


Voltage relay menjamin pengaturan tegangan yang akurat, karena magnetic coil dari
voltage regulator bekerja tergantung pada tegangan yang dibangkitkan oleh alternator, maka
harus dipastikan bahwa pada alternator tidak ada penurunan tegangan. Bila tidak ada voltage
relay, akan terjadi penurunan tegangan pada magnetic coil karena tegangan diberikan pada
rangkaian yang panjang melalui kunci kontak. Penurunan tegangan akan mengakibatkan
penurunan gaya magnet pada magnetic coil sehingga lengan kontak tidak akan tertarik
dengan cukup kuat. Sehingga tegangan alternator akan naik terlalu tinggi. Karena lampu
indikator charge akan menyala berdasarkan kerja voltage relay (relay lampu charge).
Magnetic coil dari voltage relay dioperasikan oleh tegangan netral dari stator coil dan
dibandingkan dengan magnetic coil pada voltage regulator, ini akan mampu menarik titik
kontak dengan tegangan yang lebih kecil.

Gambar 32 voltage regulator dan voltage relay

d.

Karakteristik Regulator
Regulator berfungsi untuk mempertahankan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator

agar berada pada tingkat yang konstan. Sebenarnya disebabkan oleh karakteristik generator,
tegangan tidak akan konstan tetapi naik turun. Untuk regulator tipe titik kontak (tirril) ada
berbagai alasan mengapa tegangan naik turun, tetapi penyebab utamanya adalah karakteristik
hysteresis dan temperatur.

2.5.1 KARAKTERISTIK HYSTERESIS


Bila moving part berpindah dari titik (sisi) kecepatan tinggi ke titik kecepatan rendah akan
terjadi penurunan tegangan disebut hysteresis effect.

Gambar 33 karakteristik hysteresis


Bila moving point bekerja baik pada sisi kecepatan tinggi atau kecepatan rendah, terjadi
perubahan pada armature gap dan angle gap dan perubahan ini mengakibatkankenaikan dan
penurunan tahanan magnet. Dan juga pada saat moving point berpindah dari sisi kecepatan
tinggi ke kecepatan rendah, kemagnetan dari operasi kecepatan tinggi maka terdapat pada
titik kumparan selama waktu yang singkat. Peristiwa ini menyebabkan tegangan output
alternator menurun.

Gambar 34 magnetic flux

2.5.2 KARAKTERISTIK TEMPERATUR


Magnetic coil dari voltage regulator menggunakan kawat tembaga dan bila suhu kawat
ini naik maka tahanannya akan naik sehingga akan terjadi penurunan gaya tarik (gaya
electromagnet) dari magnetic coil, ini menyebabkan output alternator menjadi tinggi. Untuk
mencegah kenaikan tegangan seperti itu, regulator menggunakan resistor atau elemen bimetal
untuk kompensasi temperature dan bahkan ada regulator yang menggunakan keduanya.
Resistor mempunyai kawat michrome atau carbon element dengan koefisien tahanan
temperatur rendah dan dihubungkan seri dengan kumparan. Ini menurunkan perbandingan
dari tahanan keseluruhan sesuai dengan naik turunnya temperature.

Gambar 35 compensating resistor

Bimetal element digunakan bersama dengan pegas yang menopang moving point.
Bimetal menurunkan tegangan pegas pada saat temperatur naik. Setelah regulator mulai
bekerja, tegangan akan naik turun sampai temperaturnya stabil. Pada saat regulator mulai
bekerja, aliran arus mengakibatkan temperatur naik seketika. Tetapi kenaikan pada bimetal
element sedikit lambat sehingga tegangan pegas kuat dan tegangan naik.

Gambar 36 Bimetal compensating

e.

IC Regulator
IC Regulator mempunyai fungsi yaitu membatasi tegangan yang dikeluarkan alternator

dengan mengatur arus field yang mengalir pada rotor coil. IC Regulator adalah sirkuit yang
dikecilkan yang terdiri dari bagian-bagian listrik dan elektronik kecil (transistor, diode,
resistor, capacitor dll) yang dipasang pada substrate (bahan dasar semacam sircuit board atau
silicon chip).
Keuntungan IC Regulator yaitu:
a.

Rentang tegangan outputnya lebih sempit dan variasi tegangan outputnya dalam

waktu singkat
b.

Tahan terhadap getaran dan dapat digunakan dalam waktu lama

c.

Pengisian baterai dapat dilakukan dengan baik.

Kerugian IC Regulator yaitu:


a.

Mudah terpengaruh oleh tegangan dan suhu yang tidak wajar.

BAB 3
CARA KERJA SISTEM PENGISIAN
3.1. CARA KERJA PADA SAAT KUNCI KONTAK ON DAN MESIN MATI

Bila KK diputar pada posisi ON, arus dari baterai akan mengalir ke rotor dan
merangsang rotor coil. Pada waktu yaang sama, arus baterai juga mengalir ke lampu
pengisian (CHG) dan akibatnya lampu jadi menyala (ON).
Secara keseluruhan mengalirnya arus listrik sebagai berikut:
a.

Arus yang ke field coil


Terminal (+) battery - fusible link - kunci kontak (IG switch) sekring - terminal IG

regulator - poin PL1 - poin PL0 - terminal F regulator - terminal F altenator - brush - slip ring rotor coil - brush - terminal E alternator - massa body. Akibatnya rotor terangsang dan timbul
kemagneten yang seharusnya arus ini disebut arus medan (field current).

b.

Arus ke lampu charge


Terminal (+) bateray - fusibel link - kunci kontak IG (IG sekring) - lampu CHG -

terminal L regulator - titik kontak P0 - titik kontak P1 - terminal E regulator - massa bodi.
Akibatnya lampu change akan menyala.

3.2.

CARA KERJA MESIN DARI KECEPATAN RENDAH KE KECEPATAN

SEDANG.
Sudah mesin hidup dan rotor berputar, tegangan/ voltage dibangkitkan dalam stator
coil, dan tegangan neutral dipergunakan untuk voltage relay, karena itu lampu change jadi
mati. Pada waktu yang sama tegangan yang dikeluarkan beraksi pada voltage regulator. Arus
medan (field current) yang ke rotor dikontrol dan disesuaikan dengan tegangan yang
dikeluarkan terminal B yang beraksi pada voltage regulator. Demikian salah satu arus medan
akan lewat menembus arus tidak menembus R, tergantung pada keadaan tititk control PL0.

Catatan:
Bila gerakan P0 dari voltage relay, membuat hubungan dengan titik kontak P2. Maka
pada sirkuit sesudah dan sebelum lampu pengisian teganganya sama. Sehingga arus tidak
mengalir ke lampu dan akhirnya lampu mati. Untuk jelasnya aliran arus pada masing-masing
pristiwa sebagai berikut:

a)

Tegangan neutral

Terminal N alternator - terminal N regulator - magnet coil dari voltage relay - terminla E
regulator - massa body.
Akibatnya pada magnet coil dari voltage relayakan terjadi kemagnetan dan dapat menarik
titik P0 dari P1 dan selanjutnya P0 akan bersatu dengan P2 dengan demikian lampu pengisian
jadi mati.

b)

Tegangan yang keluar (output voltage)

Terminal B alternator - terminal B regulator - titik kontak P2 - titik kontak P0 - maagnet coil
dari voltage regulator - terminal E regulator - massa body.
Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat mempengaruhi posisi
dari titik kontak (point) PL0.
Dalam hal ini PL0 akan tertarik dari PL! sehingga pada kecepatan serdang PL0 akan
mengambang (seperti terlihat dalam gambar di atas).

c)

Arus yang ke field (field current)

Terminal B altenator - IG switch - fuse - teminal IG regulator - poin PL1 - poin PL0 - resistor
R - teminal F regulator - terminal F alternator - rotor coil - terminal E alternator - massa
body.
Dalam hal ini jumlah arus / tegangan yang masuk rotor coil bisa melalui 2 saluran. Bila
kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PL0 dari PL1, maka arus yang ke
rotor coil akan melalui resistor. Akibatnya arus akan kecil dan kemagnetan yang ditimbulkan
rotor coilpun kecil (berkurang). Sedangkan kalau kemagnetan pada voltage regulator lemah
dan PL0 tidak tertarik dari PL1 maka arus yang ke rotor coil akan tetap melalui point PL1
poin PL0. Akibatnya arus tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan
normal kembali.

d)

Output current

Terminal B alternator - batray dan beban - massa body.

3.3

CARA KERJA MESIN DARI KECEPATAN SEDANG KE KECEPATAN


TINGGI
Bila putarn mesin bertambah, voltage yang dihasilkan oleh kumparan stator naik. Dan

gaya tarik dari kemagnetankumparan voltageregulator menjadi lebih kuat.


Dengan gaya tarik yang lebih kuat, field current yang ke rotor akan mengalir terputus-putus
(intermittenly). Dengan kata lain, gerakan titik kontak PL0 dari voltage regulator kadangkadang membuat hubungan dengan kontak PL2.
Catatan:
Bika gerakan titik kontak PL0 pada pada regulator berhubungan dengan titik kontak PL2, field
current akan dibatasi. Bagaimanapun juga, point P0 dari voltange relay tidak akan terpisah
dari point P2, sebab tegangan neutral terpelihara dalam sisa flux dari rotor. Aliran arusnya
adalah sebagai berikut:
a.

Voltage neutral (tegangan netral)

Terminal N alternator - terminal N regulator - magnet coil dari voltage relay - terminal E regulator - massa body. Arus ini juga sering disebut neutral voltage.
b.

Out put voltage

Terminal B alternator - terminal B regulator - point P2 - point P0 - magnet coil dari N


regulator - terminal E regulator.
c.

Tidak ada arus ke field current

Terminal B alternator - IG switch fuse - terminal IG regulator - resistor - terminal F


regulator - terminal F alternator - rotor coil - atau - poin PL0 - poin P2 - ground - terminal E
alternator - massa. Bila arus resistor mengalir terminal F regulator rotor coil massa.
Akibatnya arus yang ke rotor ada. Tapi kalau PL0 nempel PL2 maka arus mengalir ke massa,
sehingga yang ke rotor coil tidak ada.
d.

Output current

Terminal B alternator - baterai - massa.

BAB 4
THROUBLE SHOOTING SISTEM PENGISIAN
4.1

PEMERIKSAAN DEFLEKSI TALI KIPAS


Pemeriksaan defleksi tali kipas dengan alat tension BT-33-73 F dengan cara menekan

alat ukur di antara pulley pompa air dan alternator. Besar penyimpangan standar V 11 mm
dengan gaya tekan 10 kg. jika pengukuran lebih besar setel kerenggangannya dengan cara
mengendurkan baut pengikat alternator kemudian menarik alternator sampai kerenggangan
standar, setelah ini kencangkan baut pengikat.

4.2

PEMERIKSAAN RANGKAIAN SISTEM PENGISIAN

Dengan menggunakan ohm meter pada posisi x1 ohm.

Hubungkan ohm meter ke terminal

IG dan F, tahanannya harus 0 ohm. Jika ada tahanan berarti kontak PL1 dan PL0 kurang baik.
Tekan di bawah armature voltage regulator ohm meter harus menunjukkan tahanan antara 1011 ohm. Apabila tahanan terlalu tinggi berarti tahanan pengontrol (RF) putus. Hubungkan
ohm meter ke terminal L dan E tahanannya adalah 0. Bila ada tahanan di atas 0 berarti
hubungan P1 dan P0 tidak baik atau kotor. Tekan armature ke bawah, tahanannya 100 ohm.
Apabila kurang dari spesifikasi kemungkinan hubungan singkat pada hubungan voltage
regulator atau hubungan titik kontak P1 dan P0 tidak baik. Hubungkan ohm meter ke terminal
N dan E besar tahanannya sekitar 23 ohm, bila tahanan besar sekali, itu menunjukkan
kumparan putus. Bila kurang dari 23 ohm, kemungkinan kumparan terbakar yang
mengakibatkan hubungan singkat. Terminal L dan B dihubungkan, tekan armature kebawah,
tahanannya harus 0 ohm. Apabila ada tahanan maka hubungan titik kontak voltage relay P 0
dan P2 kurang baik. Hubungkan terminal B dan E, tahanan harus menunjukkan tak terhingga.
Bila ada tahanan maka kontak P0 dan P2 sudah meleleh karena terbakar. Tekan armature ke
bawah, ohm meter harus menunujukkan tahanan 100 ohm. Bila tahanan tak terhingga berarti
kumparan voltage regulator putus atau hubungan titik kontak P0 dan P2 tidak baik, sebaliknya
bila tahanan rendah kumparan voltage regulator mengalami hubungan singkat. Hubungkan
terminal F dan E, tahanannya harus tak terhingga. Apabila terdapat tahanan, maka titik
kontak voltage regulator PL0 dan PL2 meleleh atau terbakar. Tekan armature ke bawah,
tahanan harus 0 ohm, bila tahanan di atas 0 ohm, maka hubungan PL0 dan PL2 tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai