Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Kelautan XIII

” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

DUGAAN SERAPAN KARBON PADA VEGETASI MANGROVE


DI PANTAI MARON SEMARANG:
STUDI KASUS REHABILITASI MANGROVE DI EKOWISATA
MAROON MANGROVE EDU PARK 2011-2018
OLEH PT. PHAPROS Tbk

Cahyadi Adhe Kurniawan1, Rudhi Pribadi2,


Imam Ariff Juliadi3, Rohmat Kuslarsono4
1
Yayasan Inspirasi Keluarga KeSEMaT, Semarang. Indonesia.
Email: cahyadiadhekurniawan@gmail.com. web: www.ikamat.org.
2
Departemen Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Indonesia.
Email: rudhi_pribadi@yahoo.co.uk.
3
Corporate Secretary PT. Phapros, Tbk., Semarang. Indonesia.
Email: imam.ariff@yahoo.com
4
Yayasan Inspirasi Keluarga KeSEMaT, Semarang. Indonesia.
Email: kuslarsonono@gmail.com. web: www.ikamat.org.

Pemanasan global terjadi karena adanya peningkatan efek gas rumah kaca yang terjadi di
atmosfer. Hal ini berdampak pada munculnya perubahan iklim dan meningkatnya muka air
laut (sea level rise). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
peruabahan iklim tersebut adalah melakukan mitigasi dengan melakukan rehabilitasi
mangrove. Hal ini didasari pada kemampuan Mangrove yang efektif dalam melakukan
penyerapan karbon, sehingga dapat secara signifikan mengurangi efek pemanasan global
yang terjadi. Rehabilitasi mangrove di kawasan Pantai Maron dilakukan sejak tahun 2011
sampai tahun 2018. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi karbon
yang terdapat dalam kawasan rehabilitasi mangrove di Maroon Mangrove Edu Park.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan dasar
pertimbangan berupa jenis, kerapatan, serta lokasi rehabilitasi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa mangrove di kawasan ekowisata Maroon Mangrove Edu Park memiliki
kandungan stok karbon yang cukup signifikan dan mampu menyerap CO2.

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, karbon

PENDAHULUAN

Hutan mangrove terdapat di sepanjang garis pantai di kawasan tropis, dan menjadi
pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan siklus unsur hara (Donato
et al., 2012), selain itu fungsi ekologis mangrove adalah sebagai penyerap dan penyimpan karbon
dalam upaya mitigasi pemanasan global (Rachmawati et al., 2014). Meningkatnya kandungan
karbondioksida (CO2) di atmosfer merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan
iklim dunia. Pengurangan emisi CO2 melalui berbagai vegetasi hutan sangat diperlukan.
Keberadaan hutan mangrove diwilayah pesisir sangat diyakini sebagai salah satu upaya
penurunan kandungan gas CO2 dari atmosfer (Dharmawan dan Siregar, 2008). Hal ini diperkuat
oleh pernyataan Donato et al., (2011), yang menemukan bahwa mangrove merupakan salah satu
hutan yang simpanan karbonnya tertinggi di kawasan tropis dan sangat tinggi dibandingkan rerata
simpanan karbon di berbagai tipe hutan lainnya di dunia.
Maroon Mangrove Edu Park (Maroon MEP) merupakan ekowisata mangrove yang
berlokasi di Pantai Maron yang terletak di sebelah barat Semarang, di sekitar muara sungai
Silandak dan bersebelahan dengan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Pantai Maron
memiliki vegetasi mangrove, namun dalam kondisi yang kurang begitu baik. Hal ini disebabkan
karena banyaknya tambak milik masyarakat yang belum banyak ditanami mangrove, erosi air laut

Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon… B2-15
Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

dan reklamasi. Mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2018, PT. Phapros bersama dengan warga
sekitar dan PENERBAD telah melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove di Pantai Maron dengan
tingkat kelulushidupan yang cukup tinggi.
Penelitian mengenai dugaan serapan karbon pada vegetasi mangrove dirasa sangat penting
karena belum ada informasi mengenai jumlah karbon yang dapat diserap oleh mangrove di
kawasan ekowisata tersebut, sehingga kedepannya dapat menjadi tambahan informasi bagi para
pengunjung dan peningkatan pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan bagi pengelola
ekowisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi mangrove
di Maroon MEP dan kandungan biomassa karbon vegetasi mangrove.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan mangrove Pantai Maron Kota Semarang. Materi
pada penelitian ini adalah data vegetasi mangrove dan struktur komunitas mangrove, diameter
batang pohon, data tinggi pohon, sedimen (bahan organik tanah), data koordinat pengambilan
sampel menggunakan GPS (Global Positioning System) serta parameter lingkungan (salinitas,
pH).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Maroon Mangrove Edu Park,


Pantai Maron, Semarang

Pengambilan sampel vegetasi mangrove dilakukan dengan menggunakan metoda plot


sampling (Mueller-Dumbois dan Ellenberg, 1974) dan penentuan lokasi menggunakan metode
purposive sampling dengan mempertimbangkan dominansi, kerapatan, dan diameter mangrove

B2-16 Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon…
Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

(Ariani et al., 2016). Terdapat 6 lokasi pengambilan sampel (stasiun) dengan tiga plot di setiap
stasiun.
Pengambilan data untuk perhitungan kandungan karbon dilakukan di atas permukaan tanah
yaitu bagian lingkar batang dengan mengukur semua diameter at breast height (DBH, 1.3 m)
mangrove, kemudian dilakukan perhitungan dengan model allometrik untuk menduga potensi
biomassa dan simpanan karbonnya (Sutaryo, 2009). Prosedur pengukuran kandungan karbon
pohon dilakukan dengan cara non destruktif (tidak merusak tanaman) dengan catatan jenis
tanaman yang diukur sudah diketahui rumus allometriknya. Sedangkan untuk mengestimasi
karbon organik sedimen dilakukan dengan pengambilan sampel sedimen pada kedalaman 0-100
cm (Kauffman et al., 2012).
Analisa data vegetasi mangrove menggunakan metode Mueller-Dumbois dan Ellenberg
(1974). Penentuan biomassa mangrove menggunakan model allometrik untuk setiap jenisnya
sedangkan stok karbon diestimasi dari biomassanya, dengan mengikuti aturan 46% biomassa
adalah karbon (Hairiah dan Rahayu, 2007). Sehingga estimasi jumlah karbon tersimpan yaitu
dengan mengalikan 0,46 dengan biomassa. Setelah penghitungan stok karbon dalam kilogram,
stok karbon dikonversi menjadi satuan ton. Menurut Standar Nasional Indonesia (2011) konversi
stok karbon menjadi satuan ton per hektar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove di Maroon MEP, Pantai Maron Semarang
Dalam penelitian ini vegetasi mangrove yang ditemukan pada keenam stasiun terdiri dari
2 jenis yakni Rhizophora mucronata dan Avicennia marina, sedangkan yang ada di luar stasiun
penelitian ada 2 jenis yakni Bruguierra gymnorrhyza dan Ceriops tagal. Spesies yang ditemukan
merupakan jenis mangrove mayor yang biasa dijumpai pada kawasan mangrove. Vegetasi
mangrove kategori pohon pada stasiun A dan B didominasi oleh Avicennia marina, dengan nilai
kerapatan berkisar 933 – 2000 ind/ha hal ini diduga karena lokasi stasiun yang berdekatan dengan
laut. Bengen (2004) menyatakan bahwa Avicennia spp merupakan jenis mangrove yang sering
tumbuh di daerah dekat dengan laut. Pada stasiun C, D dan F jenis mangrove yang mendominasi
yaitu spesies Rhizophora mucronata dengan nilai kerapatan masing-masing 500 ind/ha, 2900
ind/ha dan 5033 ind/ha, hal ini diduga karena stasiun tersebut merupakan lokasi rehabilitasi
mangrove, dimana pada stasiun C termasuk dalam kategori tanaman muda sedangkan pada
stasiun D dan F termasuk dalam kategori tanaman tua dilihat dari diameter pohonnya.
Secara umum komposisi vegetasi di Maroon MEP didominasi oleh jenis Rhizophora sp.
Hal ini diduga karena lokasi penelitian merupakan kawasan rehabilitasi mangrove yang hanya
menggunakan satu jenis mangrove. Selain itu Sulistiyowati (2009) menyatakan bahwa
Rhizophora sp. memiliki kemampuan adaptasi yang baik dibanding jenis mangrove lainnya.

Tabel 1. Nilai Kerapatan, Kerapatan Relatif dan Dominansi Relatif Spesies Mangrove di Maroon
MEP, Pantai Maron Semarang

Kerapatan Kerapatan Dominansi


Stasiun Spesies Ni
(ind/ha) Relatif (KR) % Relatif (DR) %
Avicennia marina 28 933 96,55 98,19
A
Rhizophora mucronata 1 33 3,45 1,91
Avicennia marina 60 2000 89,55 94,19
B
Rhizophora mucronata 7 233 10,45 5,81
Rhizophora mucronata 15 500 60 17,01
C
Avicennia marina 10 333 40 82,99
D Rhizophora mucronata 87 2900 100 100

Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon… B2-17
Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

Kerapatan Kerapatan Dominansi


Stasiun Spesies Ni
(ind/ha) Relatif (KR) % Relatif (DR) %
Rhizophora mucronata 25 833 49,27 18,84
E
Avicennia marina 26 858 50,73 81,16
F Rhizophora mucronata 151 5033 100 100
Jumlah individu 410

Dugaan Kandungan Karbon Mangrove, Serasah dan Sedimen di Maroon MEP, Pantai
Maron Semarang
Besarnya suatu pohon dapat menggambarkan besarnya simpanan karbon. Ati et al., 2014
menyatakan bahwa besar kecilnya simpanan karbon vegetasi bergantung pada jumlah biomassa
yang terkandung pada pohon, kesuburan tanah dan daya serap vegetasi tersebut. Hasil perhitungan
dugaan kandungan karbon mangrove dalam satuan ton per hektar di Maroon MEP dapat dilihat
pada Gambar 2 Heriyanto dan Subandono (2012) menyatakan bahwa mekanisme proses
fotosintesis pada tumbuhan yaitu tumbuhan menyerap CO 2 dari udara kemudian dikonversi
menjadi bahan organik, sehingga kandungan karbon pada tumbuhan tergantung dari kemampuan
tumbuhan tersebut dalam mengikat CO2.

KARBON MANGROVE
Stasiun A Stasiun B Stasiun C
Stasiun D Stasiun E Stasiun F

100 86.366
74.24 73.938
ton C/ha

54.509 48.321
34.596

Gambar 2. Dugaan kandungan karbon mangrove pada tiap stasiun di lokasi penelitian

Hasil perhitungan dugaan kandungan karbon bahan organik mati dalam satuan ton per
hektar di Maroon MEP disajikan pada Gambar 3. Secara umum kandungan karbon bahan organik
mati menunjukan hasil yang rendah, hal ini diduga karena banyak tanaman mangrove yang masih
berusia muda, sehingga keberadaan serasah, pohon mati, ranting rendah. Namun pada stasiun A
dan B hasil kandungan karbonnya lebih tinggi dibanding stasiun yang lain, hal ini diduga karena
banyaknya tanaman mangrove yang mati akibat reklamasi di Pantai Maron.

KARBON BAHAN ORGANIK


M AT I
Stasiun A Stasiun B Stasiun C
Stasiun D Stasiun E Stasiun F

10
ton C/ha

5.119
3.349
0.991 0.571 0.285 0.223
0

Gambar 3. Dugaan kandungan karbon bahan organik mati


pada tiap stasiun di lokasi penelitian

B2-18 Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon…
Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

Hasil perhitungan kandungan karbon pada sedimen di Maroon MEP, Pantai Maron
disajikan pada Gambar 4. Stasiun A memiliki hasil kandungan karbon sedimen yang paling tinggi,
sedangkan pada Stasiun F hasilnya paling rendah. Hal ini diduga karena pada stasiun A lokasinya
tertutup, sehingga sumbangan karbon dalam bentuk daun, ranting, buah dan bunga yang mati
terperangkap di dalam substrat lokasi tersebut. Sedangkan pada stasiun F, lokasinya cenderung
terbuka dan terpengaruh oleh pasang surut sehingga sumbangan karbon dari daun, ranting, buah
dan bunga yang mati cenderung rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brown (1996) yaitu
substrat yang menerima sumbangan karbon dalam bentuk daun, ranting, buah dan bunga yang
mati menentukan tingginya kandungan karbon organik sedimen di suatu vegetasi.

KARBON SEDIMEN
Stasiun A Stasiun B Stasiun C
Stasiun D Stasiun E Stasiun F

20000 17779.59 17200.45


15077.05
12562.25 12221.91
ton C/ha

10000 7510.15

Gambar 4. Dugaan kandungan karbon sedimen


pada tiap stasiun di lokasi penelitian

Berdasarkan hasil penghitungan karbon mangrove, karbon bahan organik mati, karbon
sedimen dan total keseluruhan kandungan karbon dengan satuan ton/ha di setiap stasiun,
selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Karbon Mangrove, Bahan Organik Mati, Sedimen dan Total Keseluruhan di
Maroon MEP, Pantai Maron Semarang.

Karbon bahan Jumlah Total Karbon


Karbon Mangrove Karbon Sedimen
Stasiun organik mati Keseluruhan (ton
(ton C/ha) (ton C/ha)
(ton C/ha) C/ha)
A 34,596 5,119 17.779,59 17.819,302
B 74,240 3,349 12.562,25 12.639,839
C 54,509 0,991 17.200,45 17.255,95
D 48,321 0,571 12.221,91 12.270,802
E 73,938 0,285 15.077,05 15.151,273
F 86,366 0,223 7.510,15 7.596,739
Total 371,97 10,541 82.351,4 82.733,905

Berdasarkan hasil analisis korelasi, pola hubungan antara kerapatan mangrove dengan
kandungan karbon mangrove memiliki nilai korelasi (R) yaitu sebesar 0,42 (Gambar 5).

Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon… B2-19
Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

Gambar 5. Hubungan antara kerapatan (ind/ha) dan karbon mangrove (ton C/ha)

Gambar 5 menjelaskan bahwa kerapatan mangrove mempunyai korelasi yang positif


terhadap kandungan karbon mangrove. Dengan kata lain semakin tinggi kerapatan mangrove
maka akan semakin tinggi pula kandungan karbon mangrovenya atau kerapatan mangrove
berbanding lurus terhadap kandungan karbon mangrovenya. Menurut Mandari et al., 2016 nilai
biomassa dipengaruhi oleh diameter pohon, semakin besar diameter suatu pohon maka nilai
biomassanya juga akan semakin besar. Bertambahnya biomassa karena tumbuhan menyerap CO 2
di atmosfer dan mengubahnya menjadi senyawa organik melalui proses fotosintesis, hasilnya
akan digunakan oleh tumbuhan untuk pertumbuhan secara vertikal dan horizontal ditandai dengan
bertambahnya diameter dan tinggi (Syam’ani et al., 2012). Setiap penambahan kandungan
biomassa akan berbanding lurus dengan penambahan kandungan karbon (Chanan, 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa struktur dan komposisi vegetasi
mangrove di Maroon MEP, Pantai Maron Semarang didominasi oleh Avicennia marina pada
Stasiun A dan B dengan nilai kerapatan berkisar 933 – 2000 ind/ha, sedangkan Stasiun C, D, E,
F di dominasi oleh Rhizophora mucronata dengan nilai kerapatan berkisar 500 – 5033 ind/ha.
Hutan mangrove di Maroon MEP memiliki dugaan kandungan karbon mangrove sebesar 371,97
ton C/ha yang mana Stasiun F memiliki nilai kandungan karbon paling besar yaitu sebesar 86,366
ton C/ha. Hasil dugaan kandungan karbon pada bahan organik mati sebesar 10,541 ton C/ha dan
kandungan karbon pada sedimen sebesar 82.351,4 ton C/ha sedangkan hasil dugaan total
keseluruhan kandungan karbon di lokasi penelitian sebesar 82.733,905 ton C/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, E., Ruslan, M., Kurnain, A., & Kissinger, K.2016. Analisis Potensi Simpanan Karbon
Hutan Mangrove Di Area PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk P 12 Tarjun. Enviro.
Scienteae.12(3): 312-329.
Ati, R.N.A., Rustam, A., Kepel, T.L., Sudirman, N., Astrid, M., Daulat, A., Mangindaan, P.,
Salim, H.L. & Hutahaean, A.A., 2014.Stok Karbon dan Struktur Komunitas Mangrove
sebagai Blue Carbon di Tanjung Lesung, Banten.Jurnal Segara, 10(2): 98-171.
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

B2-20 Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon…
Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

Brown S. 1997. Estimating biomass change of tropical forest, a primer. FAO Forestry Paper
134. FAO, Rome.
Chanan, M. 2012. Pendugaan cadangan karbon (C) tersimpan di atas permukaan tanah pada
vegetasi hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn.F) (Di RPH Sengguruh BKPH
Sengguruh KPH Malang Perum Perhutani II Jawa Timur). Jurnal Gamma 7(2): 61-73.
Dharmawan, I. W. S. dan C. A. Siregar. 2008. Teknik evaluasi kandungan karbon hutan mangrove
Rhizophora mucronata. Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Manuskrip.
Donato, D.C., Kauffman, J.B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M. and Kanninen, M.
2011. Mangroves Among The Most Carbon-Rich Forests In The Tropics. Nature
Geoscience 2 : 293-297.
Donato, D., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M., & Kanninen, M. 2012.
Mangrove adalah salah satu hutan terkaya karbon di kawasan tropis (No.CIFOR Infobrief
no. 12, p. 12p).Center for International Forestry Research (CIFOR), Bogor, Indonesia.
Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R.R., dan Rahayu, S. 2011. Pengukuran cadangan karbon dari
tingkat lahan ke bentang lahan. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Regional Office.
Heriyanto, N.M., & Subiandono, E. 2012. “Komposisi dan struktur tegakan, biomasa, dan Andin
Irsadi, Nana Kariada Tri Martuti, Satya Budi Nugraha 127 potensi kandungan karbon
hutan mangrove di Taman Nasional Alas Purwo”. Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam
9(1): 23-32.
Kauffman, J. Boone, & Daniel C. Donato.Protocols for the measurement, monitoring and
reporting of structure, biomass, and carbon stocks in mangrove forests. Bogor, Indonesia:
CIFOR, 2012.
Manuri, S., C.A.S. Putra dan A.D. Saputra. 2011. Teknik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan.
Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation – GIZ. Palembang.
Muller-Dumbois, D. dan H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John
Wiley & Sons. London.
Rachmawati, D., Setyobudiandi, I., dan Hilmi, E. 2014. “Potensi estimasi karbon tersimpan pada
vegetasi mangrove di wilayah pesisir muara gembong Kabupaten Bekasi”. Jurnal Omni-
akuatika, 14(19): 89-91.
SNI. 2011. Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan Untuk
Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (ground based forest carbon accounting). Badan
Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.
Sulistiyowati, H. 2009. Biodiversitas mangrove di cagar alam pulau sempu. Jurnal Sainstek,
8(1):59-61.
Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa (Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan
Karbon). Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.
Syam’ani, Agustina, A., Susilawati dan Yusanto, N. 2012. “Cadangan karbon di atas permukaan
tanah pada berbagai sistem penutupan lahan di Sub-sub DAS Amandit”. Jurnal Hutan
Tropis, 13(2) : 152- 153.

Cahyadi A.K, Rudhi P, Imam A.J, Rohmat K: Dugaan Serapan Karbon… B2-21

Anda mungkin juga menyukai