Anda di halaman 1dari 5

Mangrove di Karimunjawa

Kepulauan Karimunjawa merupakan daerah konservasi yang memiliki potensi


sumberdaya yang bisa menjadi kawasan ekowisata dan masih dalam keadaan terjaga. Salah
satunya adalah potensi kawasan mangrove. Keberadaan ekosistem mangrove tersebar lust di
Taman Nasional Karimunjawa. Sekitar 11,177 Ha lahan ekositem mangrove yang bisa
ditemukan di Taman Nasional Karimunjawa dan menjadi hutan mangrove yang teluas di Jawa
Tengah (Kamal et al., 2016). Pulau Kemujan merupakan daerah yang memiliki ekosistem
mangrove yang dominan di daerah konservasi Karimunjawa. Pulau Kemujan terletak di sebelah
utara Pulau Karimunjawa (Marfai et al., 2021).
50% dari jumlah kekayaan Indonesia akan spesies mangrove bisa ditemukan di Taman
Nasional Karimun Jawa dengan 24 jenis mangrove sejati yang telah berhasil teridentifikasi.
Selain ditemukan jenis mangrove sejati, di Taman nasional Karimunjawa juga bisa ditemukan
jenis mangrove ikutan atau mangrove asosiasi yang paling tidak sekitar 17 jenis (BTNK, 2015).
Kawasan konservasi mangrove di Taman Nasional Karimunjawa menjadi habitat ekologis yang
tepat untuk berbagai jenis spesies biota. Bahkan pada tahun 2010, pernah teramati Burung Trinil
dengan penanda dari China dengan tanda berwarna hitam dan putih di bagian kaki. Ini
menunjukkan bahwa daerah ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa adalah
tempat yang masih terjaga. Ekosistem mangrove di Karimunjawa menjadi sangat penting karena
memilki banyak manfaat bagi lingkungan ekologis. Kebaradaan ekosistem mangrove menjadi
habitat bagi banyak spesies. Bagi lingkungan pesisir mangrove mampu menjadi pelindung pantai
dari adanya abrasi. Mangrove mampu menjadi penyerap CO 2 serta menahan hempasan angina
dab gelombang.

Faktor Oseanografi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Mangrove

Ekosistem mangrove termasuk dalam ekosistem yang rentan terhadap perubahan


lingkungan pesisir. Hal ini karena habitatnya yang berada di daerah peralihan antara daratan dan
lautan sehingga sangat dipengaruhi oleh dinamika elevasi muka air laut. Pasang surut
mempengaruhi pertumbuhan dari mangrove, ini karena keberadaan pasang surut juga
mempengaruhi kelimpahan dari air payau pada habitat mangrove yang mana akhirnya akan
mepengaruhi kadar salinitasnya. Ketinggian pasang surut berpengaruh terhadap kerentanan
ekosistem mangrove. Semakin tinggi muka air laut, dengan rentang waktu yang lama maka akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas-tunas mangrove. Ketika akar mangrove terendam
terlalu lama, maka pasokan oksigen akan berkurang. Kondisi pasang surut di Kepulauan
Karimunjawa termasuk dalam tipe pasang surut campuran condong harian tunggal, dimana
dalam waktu 15 hari di pertengahan bulan terjadi pasang dengan ketinggian maksimal mencapai
1,5 meter. Ini termasuk dalam kategori rentan untuk tunas-tunas mangrove (Anurogo et al., 2018;
Indrayanti et al., 2020).
Salinitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tepat atau tidaknya suatu habitat
mangrove untuk pertumbuhannya. Luas area, kondisi pasang surut serta intruisi dari air
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi nilai salinitas. Kadar salinitas dari tiap spesies
mangrove berbeda-beda. Kadar salinitas yang terlalu tinggi akan sangat berpengaruh terhadap
adaptasi tumbuhan mangrove, yaitu berdampak negatif terhadap tekanan osmotic (Schaduw,
2018). Menurut penelitian Maharani et al., (2020) nilai salinitas di substrat berkisar 32-33,15 ppt.
Kisaran nilai salinitas tersebut merupakan kondisi yang tepat untuk pertumbuhan mangrove,
terutama untuk jenis Avicenna spp.. Kelebihan kadar garam pada mangrove akan dibuang
melalui serasah daun dan kulit batang.
Gelombang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan mangrove. Ini
berhubungan dengan lahan tempat mangrove untuk tumbuh. Dengan semakin besarnya
gelombang, maka potensi abrasi dan erosi di pesisir akan semain besar, sehingga luasan lahan
untuk tempat mangrove tumbuh semakin berkurang. Pergerakan dan kekuatan gelombang di
Kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh angin moonsun. Menurut penelitian Purbani et
al., (2019), tinggi gelombang reta-rata tahunan 9 tahun berkisar 0,5 – 2,55 m. Namun secara
umum nilai tinggi gelombang di perairan Kepulauan Karimunjawa masih termasuk rendah.
Wilayah pesisir Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar dan Menjangan
Kecil memiliki tingkat ancaman yang tinggi dengan luasan mencapai 80,67%, dengan hutan
mangrove yang terancam sekitar 23,278%.
Substrat menjadi media utama dalam pertumbuhan ekosistem mangrove. Melalui substrat
ini mangrove mendapatkan nutrisi untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Abidin dan
Substrat berlumpur menjadi media yang tepat untuk pertumbuhan mangrove (Abidin dan
Songko, 2020). Ini karena ekosistem mangrove berada di daerah estuaria yang mana sepanjang
waktu bisa terendam oleh air laut. Substrat lumpur mampu menangkap buah mangrove yang
jatuh. Sehingga ketika terjadi perubahan elevasi muka air menuju surut, buah mangrove akan
tetap terperangkap di substrat dan akhirnya akan mengalami persemaian. Berbeda dengan
substrat yang didominasi oleh pasir, maka tingkat kerapatan mangrove akan semakin kecil
(Masruroh dan Insafitri, 2020). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Winata dan Rusdiyanto
(2016), mangrove di Taman Nasional banyak tumbuh di daerah pantai dengan vegetasi berpasir
dan dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasi pasir mendominasi karena di lokasi tersebut jarang
ada sunagi yang bermuara ke laut. Purnomo (2020) menjelaskan bahwa spesies mangrove yang
paling mendominasi di Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa adalah jenis Ceriops tegal dan
Lumnitzera racemosa. Kerapatan pohon mangrove yang tinggi ini dipengaruhi oleh substrat liat
dsn ukuran batang pohon. Batang pohon yang kecil membuat mangrove bisa tumbuh dengan
rapat. Namun kerapatan dan jumlah spesies ini jauh berbeda dengan eksositem mangrove di
Teluk Bintani. Ini dikarenakan pada Teluk Bintani banyak sungai yang membawa air tawar.
Ketika air tawar bertemu dengan air laut, maka keadaan perairan akan berubah menjadi payau,
dan kondisi ini sangat cocok untuk pertumbuhan mangrove.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Jenny & Ode Sangko. 2020. Pengaruh Substrat yang Berbeda Terhadap Petumbuhan &
Kelulushidupan Mangrove Brugeria Sp. Di Pantai Desa Kampung Baru Kecamatan
Banda Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmu Perikanan & Masyarakat Pesisir. 6: 11-
18.
Anurogo, Wenang et al., (2018). Pengaruh Pasang Surut Terhadap Dinamika Perubahan Hutan
Mangrove di Kawasan Teluk Banten. Jurnal Kelautan. 11 (2): 130-139.
BTNK.(2015). Interpretasi Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa. BTNK.
Indrayanti, Elis, Diah P. Wijayanti & Hendry R. Siagian. (2020). Pasang Surut, Arus &
Gelombang Berdasarkan Data Pengukuran Acoustic Doppler Current Profilerdi Perairan
Pulau Cilik, Karimunjawa. Buletin Oseanografi Marina. 9 (1): 37-44.
Kamal, M., et al. (2016). Assessment Of Mangrove Forest Degradation Through Canopy
Fractional Cover In Karimunjawa Island, Central Java, Indonesia. Geoplanning.
3(2):107-116.
Maharani, et al. (2020). Komposisi Jenis Juvenil Ikan di Perairan Ekosistem Mangrove Pulau
Parang Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Jurnal La’ot. 2 (2): 30-44.
Marfai, M. Aris, et al. (2021). Kajian Pengelolaan Pesisir Berbasis Ekowisata di Kepulauan
Karimunjawa. Yogyakarta, UGM Press.
Masruroh, Luluk & Insafitri. (2020). Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Kerapatan Vegetasi
Avicennia marina di Kabupaten Gresik. Juveil. 1 (2): 151-159.
Pornomo, Eko. (2020). Potensi Karbon Tersimpan Pada Ekosistem Mangrove Alami Taman
Nasional Karimun Jawa. Jurnal Biologica Samudra. 2 (2): 121-127.
Purbani, Dini, et al., (2019). Ancaman Gelombang Ekstrim & Abrasi pada Penggunaan Lahan di
Pesisir Kepulauan Karimunjawa (Studi Kasus: Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa,
Pulau Menjangan Besar & Pulau Menjangan Kecil). Jurnal Kelautan Nasional. 14 (10:
33-45.
Schaduw, Joshian Nicolas William. (2018). Distribusi & Karakteristik Kualitas Perairan
Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken. Majalah Geografi
Indonesia. 32 (1): 40-49.
Winata, Adi & Edi Rusdiyanto. (2016). Keanekaragaman Vegetasi Mangrove & Permudaan
Alaminya di Area Tracking Mnagrove Pulau Kemujan Taman Nasional Karimunjawa.
Prosiding SemNas FMIPA UT 2016.

Anda mungkin juga menyukai