Anda di halaman 1dari 23

JURNAL FISHERIES AND AQUATIC STUDIES

Jurnal Ilmiah Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan


Universitas Muhammadiyah Sinjai

Keanekaragaman Gastropoda Di Permukaan Dasar Perairan Ekosistem Mangrove


Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai

Nurfirda Meizarah Arma


Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas
Muhammadiyah Sinjai
e-mail : nurfirdameiazaraharma@gmail.com

Abstrak
Penelitian in bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman gastropoda di permukaan
dasar perairan ekosistem mangrove tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, kabupaten Sinjai.
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove tingke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur,
Kabupaten Sinjai pada Bulan Januari sampai Februari 2022. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode Purposive sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai Indeks Keanekaragaman (H) berkisar 01,12-1,89, nilai indeks
keseragaman (E) berkisar 0,81-0,97 dan nilai indeks dominansi berkisar (C) berkisar 0,13-0,34.
Dari nilai indeks keanekaragaman jenis menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis gastropoda
yang paling tinggi pada stasiun 3 yaitu sebesar 1,89 sedangkan nilai indeks keanekaragaman
jenis gatsropoda yang rendah di temukan pada stasiun penelitian 1 yaitu sebesar 1,12. Hasil
penelitian ini, juga diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan untuk menambah
pengetahuan, wawasan dan menambah kajian khususnya pada keragaman gastropoda di
permukaan dasar perairan ekosistem mangrove Sekaligus sebagai bahan acuan untuk dapat
memperoleh informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam
penyusunan penelitian.
Kata Kunci : Hutan Mangrove, Gastropoda, Indeks Keanekaragaman.
BAB I bergantung dan membentuk suatu ekosistem
PENDAHULUAN yang khas. Kawasan hutan mangrove di
Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur,
Kabupaten Sinjai, adalah salah satu destinasi
Hutan mangrove merupakan salah satu
wisata penting di Sulawesi Selatan. Hanya
komunitas tumbuhan yang hidup di kawasan
berjarak sekitar ±8 km dari pusat kota Sinjai
pinggiran pantai. Ekosistem mangrove, baik
dengan luasan sekitar 173,5 hektar dan
sebagai sumber daya alam maupun sebagai
dijadikan sebagai pusat restorasi dan
pelindung lingkungan memiliki peran yang
pembelajaran mangrove. (Disparbud, 2017).
amat penting dalam aspek ekonomi dan
Peranan hutan mangrove ini sangat
ekologi bagi lingkungan sekitarnya.
besar bagi kehidupan darat maupun laut
Tumbuhan yang terdapat dalam ekosistem
karena mampu mencegah abrasi dan intrusi
hutan mangrove saling berinteraksi dengan
air laut ke arah daratan, serta
lingkungannya, baik yang bersifat biotik dan
mempertahankan keberadaan spesies
abiotik. Seluruh sistem ini saling
gastropoda di kawasan mangrove. Oleh memerlukan bantuan hewan-hewan yang
karena itu, kawasan tersebut perlu disebut makrobenthos, jenis gastropoda.
dilestarikan. Upaya pelestarian kawasan ini
telah dilakukan di Desa Tongke-tongke, BAB II
Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. TINJAUAN PUSTAKA
Spesies dari biota dasar perairan yang Deskripsi Hutan Mangrove
terdapat di kawasan perairan ekosistem Indonesia memiliki hutan
mangrove Tongke-tongke, belum diperoleh mangrove terbesar didunia serta memiliki
data yang akurat dan terdokumentasi hingga keanekaragaman hayati yang paling
pada saat ini. Disamping itu belum ada tinggi dengan luas mangrove sebesar
informasi yang jelas tentang biota dasar 3.489.149,68 Ha dari 16.530.000 Ha total
perairan, yang mendominasi kawasan di seluruh dunia (Sani dkk, 2019).
perairan ekosistem mangrove yang terdapat Mangrove tersebar luas di seluruh
dalam Desa Tongke- tongke. kepulauan Indonesia, termasuk di bagian
Berdasarkan informasi dari Daerah Nusa Tengara Barat, Daerah
masyarakat setempat, hutan mangrove dengan pertumbuhan mangrove yang
Tongke-tongke memiliki berbagai biota terbilang cukup banyak dengan tingkat
dasar perairan, yang hidup di dasar perairan keanekaragaman jenis mangrove yang
dalam berbagai ekosistem mangrove yang beragam. Mangrove tumbuh subur dan
terdapat di hutan mangrove ini. Biota dasar luas di daerah delta dan aliran sungai
perairan yang terdapat di ekosistem yang besar dengan muara yang lebar.
mangrove yang ditemukan di kawasan Secara ekologi, mangrove penting dalam
mangrove Desa Tongke-tongke terdiri dari menjaga keseimbangan lingkungan dan
Kelas Gastropoda. Keberadaan gastropoda berperan sebagai habitat bagi
di permukaan dasar perairan ekosistem pertumbuhan biota-biota pada fase tertentu
mangrove di Tongke-tongke, Kecematan kehidupan, maupun yang secara menetap
Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai belum (Maria, 2019).
mempunyai data informasi mengenai Hutan mangrove merupakan vegetasi
keanekaragaman Gastropoda. Oleh karena tumbuhan yang tumbuh di daerah pantai dan
itu, data informasi komunitas gastropoda sekitar muara sungai yang secara teratur
sangat penting sehingga peneliti melakukan digenangi oleh air laut serta dipengaruhi
kajian mengenai keanekaragaman pasang surut. Dengan demikian, hutan
gastropoda. mangrove dapat didefnisikan sebagai salah
Keanekaragaman Gastropoda satu tipe hutan yang tumbuh di daerah
ekosistem mangrove dapat menggambarkan pasang surut, yang tergenang pada saat
kondisi perairan di Desa Tongke-tongke. pasang dan bebas dari genangan pada saat
Gastropoda penting dalam menjaga surut yang komunitas tumbuhannya
keseimbangan ekologi pesisir pantai bertoleransi terhadap garam mangrove
umumnya pada ekosistem mangrove. adalah merupakan suatu ekosistem yang
Keberadaan gastropoda pada ekosistem berada di pantai yang dipengaruhi oleh
mangrove berperan dalam dinamika unsur pasang surut air laut. Jenis vegetasi/tanaman
hara, dimana daun mangrove gugur ke yang tumbuh di mangrove adalah jenis
permukaan substrat, daun-daun yang banyak tanaman yang mampu beradaptasi dengan
mengandung unsur hara tersebut tidak lingkungan sekitar selalu berhubungan
langsung mengalami pelapukan atau dengan pasang surut dan terkena air laut.
pembusukan oleh mikroorganisme, tetapi Jenis tanaman yang biasa tumbuh seperti
Avicennia sp, Rhizophora sp, Sonneratia sp mangrove dan juga berbagai cara untuk
dan Xylocarus sp. (Marsoedi dan Samlawi , memenuhi kebutuhannya. dan juga
2017). bunga. bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Fungsi hutan mangrove bisa (Kustanti, 2018).
dikategorikan menjadi tiga, yakni fungsi Mangrove sebagai habitat tempat
biologis/ekologis, fungsi fisik, dan juga hidup, berlindung, memijah dan penyuplai
fungsi sosial ekonomi. Ekosistem mangrove makanan dapat menunjang kehidupan
memberikan banyak manfaat, baik secara moluska. Rantai makanan yang berperan di
tidak langsung (nilai non ekonomi) maupun daerah ekosistem mangrove adalah rantai
secara langsung bagi kehidupan manusia makanan detritus dimana sumber utama
(nilai ekonomi). Beberapa bentuk daripada detritus berasal dari daun-daunan dan
manfaat dari mangrove antara lainnya yaitu: ranting ranting mangrove yang gugur dan
1. Menumbuhkan pulau dan menstabilkan membusuk, substrat ekosistem mangrove
pantai, adanya sistem perakaran pertambakan. Oleh karena itu, organisme
mangrove yang kompleks dan juga bentik terutama gastropoda dan bivalvia
padat yang bisa menjebak sisa-sisa dapat dijadikan sebagai indikator ekologi
bahan organik dan juga sedimen yang untuk mengetahui kondisi ekosistem
terbawa oleh air laut dari daratan. (Hartoni dan Agussalim 2015).
Proses ini menyebabkan air laut tetap
bersih dan juga dengan demikian Deskripsi Gastropoda
menjaga kehidupan lamun dan juga Menurut Inchan (2018) Gastropoda
terumbu karang. merupakan salah satu kelas dari filum
2. Menjernihkan air Akar respirasi (akar Mollusca yang dapat hidup di darat, sungai,
pasak) api-apian dan juga tancang tidak laut maupun daerah peralihan antara darat
hanya berfungsi untuk respirasi dan laut, hewan di kelas ini biasanya
tumbuhan, tetapi juga berperan dalam melekat pada batang, akar mangrove dan
menangkap sedimen dan juga bisa pada permukaan substrat. Menurut Putri
membersihkan zat kimia dari air yang dkk. (2021) gastropoda adalah kelompok
berasal dari darat dan juga mengalir ke fauna dari filum Moluska yang berasosiasi
laut. dengan padang lamun sebab secara
3. Mengawali rantai makanan Dan ekologi gastropoda menjadi komponen
mangrove yang jatuh dan juga masuk ke penting dalam rantai makan di padang
air, setelah sampai di dasar diurai oleh lamun.
mikroorganisme (bakteri dan juga Gastropoda memiliki banyak
jamur). Hasil penguraian ini ialah variasi. Gastropoda memiliki cangkang
makanan bagi larva dan juga hewan air tunggal berulir, dilengkapi dengan tentakel
kecil yang selanjutnya menjadi mangsa dan juga mata. Habitat Gastropoda
bagi hewan yang lebih besar dan juga bermacam-macam, terdapat di daerah
hewan darat yang hidup ataupun yang dekatdari permukaan air atau
mengunjungi habitat mangrove. bahkan jauh dari permukaan air
4. Melindungi dan memberi nutrisi Akar atau kedalaman air, keberadaan
bakau menyediakan nutrisi dan juga Gastropoda dapat dipengaruhi kondisi
ialah kawasan konservasi bagi ikan dan yang pasang surut air dan keberadaan
juga invertebrata di sekitarnya. makanannya(Mardik,dkk.2020).
5. Manfaat bagi manusia Masyarakat Gastropoda termasuk hewan dalam
pesisir umumnya sadar akan manfaat filum moluska dan menjadi salah satu
ekosistem penyusun di berbagai ekosistem dan jasad renik yang ada di
laut. Gastropoda mempunyai jenis dunia(Wati,dkk.,2016).
keanekaragaman spesies yang tinggi serta
tersebar di berbagai habitat laut Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi
(Sukawati,dkk. 2018). bahwa salah satu Kehidupan Gastropoda
biota perairan yang memanfaatkan hutan Kehadiran suatu kelompok organisme
mangrove sebagai habitatnya adalah pada suatu habitat dipengaruhi oleh berbagai
komunitas gastropoda. (Arifianti dkk 2021). faktor-faktor fisika dan kimia perairan yang
Gastropoda mempunyai peranan yang sangat sering berpengaruh bagi kehidupan
penting baik secara ekologis maupun gastropoda antara lain suhu, pH, oksigen
ekonomi. Dari segi ekologi gastropoda terlarut, dan kondisi substrat.
berperan dalam mekanisme rantai makanan, Suhu
sedangkan dari segi ekonomi gastropoda Menurut Tetelepta (2019), bahwa nilai
memiliki harga jual, seperti cypraea, dimana suhu yang masih dapat di tolerir oleh
cangkangnya digunakan untuk hiasan yang kehidupan Gastropoda yaitu 25-32 deratajat
tentuknya juga memiliki harga jual. Selain celcius sehingga parameter suhu pada setiap
itu, beberapa jenis gastropoda juga stasiun masih dikategorikan normal.
dimanfaatkan ebagai bahan makanan yang Ph
sangat mengandung nutrient seperti jenis Menurut Rosiana, (2018)
cymbiola yang dagingnya diambsil untuk menyatakan bahwa sebagian besar biota
akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH 7-8,5. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh (Putra, 2019) bahwa
Gastropoda umumnya membutuhkan pH
antara 6,5-8,5 untuk kelangsungan hidup dan
reproduksi.
Oksigen Terlarut (DO)
DO (Oksigen terlarut) juga ikut di
dikomumsi. (Andriminda, 2021). ukur karena oksigen terlarut merupakan
Gambar 1. Jenis Gastropoda kebutuhan dasar untuk kehidupan hewan
maupun tumbuhan didalam air, untuk
Keanekaragaman Hayati gastropoda memiliki kisaran toleransi
Keanekaragaman hayati berkembang lebarterhadap oksigen sehingga penyebaran
dari keanekaragaman tingkat dari gastropoda ini sangat luas. Kelarutan
gen,keanekaragaman tingkat jenis, dan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu. Pada
keanekaragaman tingkat ekosistem. suhu tinggi kelarutan oksigen rendah dan
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi
adalah semua kehidupan mahluk hidup yang (Fadhillah,dkk., 2013).
ada di bumi meliputi tumbuhan, hewan,
jamur dan mikroorganisme serta berbagai BAB III
materi genetik yang ada serta METODOLOGI
keanekaragaman sistem ekologi yang Lokasi dan Waktu Penelitian
merupakan tempat tinggal mahluk hidup. Lokasi penelitian berada di Hutan
Kelimpahan dan keanekaragaman genetik Mangrove Desa Tongke-tongke, Kecamatan
relatif dari organisme-organisme yang Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai dan
berasal dari semua habitat baik yang ada di penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari
darat, laut maupun sistem-sistem perairan sampai Februari 2022.
Alat dan Bahan Sampel gastropoda diidentifikasi secara
Adapun alat dan bahan yang cermat dengan proses identifikasi didasarkan
digunakan dalam penelitian ini adalah; plot atas ciri khusus yang dimiliki gastropoda
1m × 1m untuk membatasi lokasi tersebut dengan menggunakan buku
pengambilan sampel, wadah pelastik identifikasi gastropoda.
berlabel untuk menyimpan jenis Gastropoda Pengukuran kedua faktor ini
yang diperoleh, ayakan, sekop alat bantu dilakukan secara bersamaan pada saat
mengambil sampel, roll meter untuk pengambilan sampel. Pengukuran faktor
menentukan jarak antar plot, GPS (Global fisika meliputi suhu. Sedangkan
Positioning System) untuk penentuan titik pengukuran faktor kimia yaitu pH dan
koordinat, alkohol 70% untuk mengawetkan kadar oksigen terlaraut/Dissolved Oxygen
sampel, buku identifikasi gastropoda, (DO).
kamera untuk mendokumentasikan kegiatan Analisis Data
selama penelitian serta mendokumentasikan 1. Indeks Keanekaragaman
jenis-jenis gastropoda yang didapat, dan alat Indeks keanekaragaman di hitung
tulis menulis untuk mencatat segala jenis dengan rumus shonnon-Wiener, (Odum
gastropoda yang ada. 1993.
Prosedur Penelitian s

1. Observasi Lapangan H=−∑ Pi ln Pi


i=1
Observasi lapangan dilakukan
dengan pengamatan lokasi secara Keterangan :
langsung untuk menentukan stasiun.
Kegiatan ini untuk mengetahui keadaan H’ = Keanekaragaman spesies
awal tentang kondisi lapangan. Pi = Jumlah individu masing-masing
2. Penentuan Lokasi Penelitian jenis (i = 1, 2, 3, ...)
Penentuan lokasi penelitian s = Jumlah jenis
dilakukan setelah melakukan survey Kriteria keanekaragaman menurut
lapangan. Dengan penentuan statsiun Shanon - Wiener (Odum, 1993) adalah
pengamatan di lakukan dengan metode sebagai berikut:
purposive sampling. Tabel 1. Kriteria Indeks Keanekaragaman
3. Pengambilan sampel pada lokasi
penelitian 2. Indeks Keseragaman
Pengambilan sampel gastropoda Cara membandingkan indeks
dilakukan pada saat air surut, sekali
seminggu selama tiga minggu. Semua jenis Indeks
Kriteria
gastropoda yang terdapat di dalam plot 1 m Keanekaragaman
x 1 m dan jarak antar plot 10 m dengan H‟ < 1 Rendah
jumlah 3 plot per stasiun yang di sebar 1<H‟<3 Sedang
dasar perairan ekosistem mangrove diambil
kemudian dimasukkan ke dalam wadah H‟>3 Tinggi
plastik yang telah diberi label, tanggal
keanekaragaman dengan nilai
pengambilan sampel dan lokasi pengambilan
maksimumnya, dengan rumus
sampel. Gastropoda yang telah diambil
keseragaman (Fachrul, 2007).
diberikan alkohol 70% untuk mengawetkan
H'
dan menghindari peningkatan bakteri yang
akan membuat jenis gastropoda jadi busuk.
E= '
H maks
Dimana :
E = Indeks keseragaman S
( ¿ (¿−1 ) )
H’ = Indeks keanekaragaman D=∑
i=1 ( N ( N −1 ))
H’ maks = Indeks keanekaragaman
maksimum (ln S, dimana S adalah jumlah Keterangan :
jenis) Indeks keseragaman berkisar antara 0- ni = Jumlah individu dari spesies ke-i
1.
N = Jumlah keseluruhan dari individu.
Dengan nilai :
BAB IV
E = 0 Kemerataan antara spesies rendah, HASIL DAN PEMBAHASAN
artinya kekayaan individu yang dimiliki Berdasarkan hasil dari penelitian
masing-masing spesies sangat jauh berbeda. yang dilakukan mengenai jenis Gastropoda
E = 1 Kemerataan antara spesies relatif yang berada di permukaan dasar perairan
merata atau jumlah individu masing masing ekosistem mangrove Tongke-tongke,
spesies relatif sama Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai
yang dilakukan pada Bulan Januari hingga
3. Indeks Dominansi
Februari 2022, ditemukan jenis spesies dari
Indeks dominansi (D) dapat
jumlah presentase Gastropoda yang
dihitung menggunakan Simpson’s Index.
ditemukan selama penelitian.
(Fachrul, 2007)

Tabel 2. Jenis Spesies Gastropoda yang ditemukan selama penelitian di permukaan dasar
perairan ekosistem mangrove Tongke- tongke, Kecematan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai.
STASIUN JUMLA
NO NAMA SPESIES (%)
1 2 3 H

1 Terbralia Sulcata 0 1 5 6 7.79


2 Cerithidea cingulate 11 9 6 26 33.77
3 Nerita Lineata 1 1 3 5 6.49
4 Chilton Oualaniensis 0 0 3 3 3.89
5 Telescpoium telescopium 3 5 7 15 19.48
6 Nassarius Margaritifer 0 0 5 5 6.49
 7 Pirenella Mikoptera  6 8 3 17 22.07
JUMLAH 21 24 32 77 99.85

Berdasarkan pada Tabel 2, terlihat


jumlah spesies yang didapatkan sebanyak 7
jenis spesies. Adapun jumlah presentase
tertinggi yang didapatkan yaitu spesies jenis
Cerithidea cingulate sebanyak 33.77%
sedangkan jumlah presentase terendah yang a. Indeks Keanekaragaman Jenis
didapatkan yaitu spesies jenis Chilton Gastropoda
Oualaniensis sebanyak 3.89%.
Indeks Keanekaragaman jenis pada suatu komunitas. Untuk itu
menggambarkan keadaan populasi dilakukan perhitungan dengan
organisme secara matematis agar menggunakan persamaan dari Shannon-
mempermudah dalam menganalisis Wiener (Krebs, 1989).
informasi jumlah individu masing-masing

Stasiun 1
Cerithidea cingulate
Nerita Lineata
29% Telescpoium
telescopium
52% Pirenella Mikoptera

14%

5%

Gambar 2.

keanekaragaman jenis Gastropoda stasiun penelitian

Berdasarkan pada Gambar 4, Pada stasiun penelitian 1 sesuai jenis


menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis gastropoda yang ditemukan tergolong dalam
Gastropoda pada stasiun penelitian 1 kategori sedang dan jenis yang didapatkan
tergolong dalam kategori sedang karena dari ketiga stasiun. Stasiun 1 merupakan
ditemukan sebanyak 4 jenis Gastropoda yang paling sedikit didapatkan jenis
dengan jumlah individu 21. Jenis dan jumlah gastropoda hal ini disebabkan karena adanya
Gastropoda yang ditemukan di stasiun Lingkungan sekitar stasiun penelitian 1 yang
tersebut yaitu Cerithidae cingulate 52%, memungkinkan terjadinya pencemaran
Pirenella mikoptera 29%, Nerita iineata perairan oleh limbah rumah tangga yang
5%, dan Telescpoium telescopium 14%. mencemari kawasan hutan mangrove.
Jenis Gastropoda yang paling banyak Limbah rumah tangga yang mungkin
ditemukan pada stasiun 1 yaitu Cerithidae terdapat pada lokasi stasiun penelitian 1
Cingulate dengan presentase 52%. yang dapat berupa sisa-sisa makanan dan
Sedangkan jenis Gastropoda yang paling limbah rumah tangga seperti dari
sedikit ditemukan di stasiun 1 yaitu Nerita pencemaran zat pada sabun. Limbah tersebut
lineata dengan presentase 5%. Dan adapun memungkinkan dapat menyebabkan
yang tidak ditemukan di stasiun penelitian meningkat atau menurunnya jenis
ini jenis Gastropoda Terbralia sulcata, Gastropoda yang ada disekitaran lokasi
Chilton oualaniensis dan Nerita penelitian stasiun 1.Sementara itu
margaritifer. (Carpenter, 1988) menjelaskan rendahnya
kepadatan jenis Gastropoda pada stasiun kurang baik sehingga dapat menyebabkan
diduga adanya kompetisi atau pemangsa, perbedaan dalam kepadatan
lingkungan fisik, dan kimia perairan yang

STASIUN 2
4%

1 Terbralia Sulcata
33% 2 Cerithidea cingulate
38% 3 Nerita Lineata
4 Telescpoium
telescopium
5 Pirenella Mikoptera
21%
4%

Gambar 3. keanekaragaman jenis Gastropoda stasiun penelitian 2

Berdasarkan diagram di atas Nassarius margaritifer yang tidak


menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis ditemukan pada stasiun penelitian ini.
Gastropoda pada stasiun penelitian 2 yang
tergolong kategori sedang. karena Sesuai dengan hasil yang didapatkan pada
ditemukan sebanyak 5 jenis Gastropoda keanekaragaman Gastropoda stasiun 2
dengan jumlah individu 27. Jenis dan jumlah merupakan masuk dalam kategori sedang
Gastropoda yang ditemukan di stasiun atau terbanyak kedua setelah Stasiun 1 hal
tersebut yaitu T. Sulcata 4%, Pirenella tersebut dikarenakan adanya perbedaan
mikoptera 33% , Cerithidea cingulate 38%, topografi tipe substrat, makanan, dan kondisi
Telecopium telescopium 21%, dan Nerita lingkungan. keanekaragaman stasiun
lineata 4 %. Jenis Gastropoda yang paling penelitian 2 merupakan stasiun yang
banyak ditemukan pada stasiun 1 yaitu mendukung menjadi habitat jenis spesies
Cerithidae cingulate dengan presentase Gastropoda karena di dukung oleh faktor-
38%. Sedangkan jenis Gastropoda yang faktor abiotik, seperti pH, suhu dan pasang
paling sedikit ditemukan di stasiun 1 yaitu surut sehingga dukung menjadi habitat
Nerita lineata dan T. sulcata dengan gastropoda pada stasiun ini. Kisaran nilai
presentase 4%. Pada stasiun penelitian 2 salinitas untuk kehidupan Gastropoda di
jenis Gastropoda Chilton oualaniensis dan hutan mangrove berkisar 5-75 °/°° (Russel,
1983).
Stasiun 3
9% 16% Terbralia Sulcata
16% Cerithidea cingu-
19% late
Nerita Lineata
22% Chilton
9% Oulaniensis
Telescpoium
9% telescopium

Gambar 4. Keanekaragaman Gastropoda pada stasiun penelitian 3


Berdasarkan pada gambar 6 di atas b. Indeks Dominansi Jenis Gastropoda.
menunjukkan bahwa pada stasiun penelitian
3 tergolong kategori sedang karena Indeks Dominansi adalah
ditemukan sebanyak 7 jenis gastropoda parameter yang menyatakan tingkat
dengan jumlah individu sebanyak 32. Jenis terpusatnya dominansi (penguasaan)
dan jumlah gastropoda yang ditemukan di spesies dalam suatu komunitas.
stasiun tersebut yaitu Tebralia sulcata 16%, Penguasaan atau dominansi spesies
cerithidea cingulate 19%, Nerita lineata 9%, dalam komunitas bisa terpusat pada satu
Chilton oulaniensis 9%, Telescopium spesies, beberapa spesises, atau pada
telescopium 22%, Nassarius margaritifer1 banyak spesies yang dapat pada banyak
6% dan Pirenella mikoptera 9 %. Pada spesies yang dapat diperkirakan dari
stasiun penelitian 3 berbeda dengan stasiun tinggi rendahnya indeks dominansi
penelitian 1 dan stasiun penelitian 2 karena (Indriyanto, 2015).
jenis spesies gastropoda yang ditemukan
lebih banya

Dari hasil penelitian yang didapatkan


jenis Gastropoda yang ditemukan lebih
banyak karena pada lokasi penelitian ini,
memiliki kerapatan mangrove yang tinggi
sehingga ketika air pasang akan terpecah
oleh akar mangrove yang menyebabkan
berkurangnya tekanan arus sehingga
Gastropoda tidak terbawa oleh arus pada
saat pasang. Gastropoda menyukai daerah
berlumpur karena partikel organik yang
halus dan dapat mensuplai nutrien dan air
yang diperlukan untuk kelangsungan
hidupnya (Nybakken, 1992)
Stasiun 1
29% Cerithidea cingulate
Nerita Lineata
52% Telescpoium telescopium
Pirenella Mikoptera
14%

5%

Gambar 5.Dominansi Gastropoda Pada Stasiun Penelitian 1


Berdasarkan pada Gambar 4, dengan presentase 5%. Dan adapun yang
menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tidak ditemukan di stasiun penelitian ini
Gastropoda pada stasiun penelitian 1 jenis Gastropoda Terbralia sulcata, Chilton
tergolong dalam kategori sedang karena oualaniensis dan Nerita margaritifer.
ditemukan sebanyak 4 jenis Gastropoda Dengan melihat hasil diagram jenis
dengan jumlah individu 21. Jenis dan jumlah gastropoda yang paling tertinggi yaitu
Gastropoda yang ditemukan di stasiun Cerithidea cingulate, banyak ditemukan
tersebut yaitu Cerithidae cingulate 52%, karena perkembang biakan yang sangat
Pirenella mikoptera 29%, Nerita iineata cepat. Hal ini sesuai dengan Kamimura dan
5%, dan Telescpoium telescopium 14%. Tsuchiya (2004), Cerithidea cingulata
Jenis Gastropoda yang paling banyak memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan
ditemukan pada stasiun 1 yaitu Cerithidae dapat mencapai usia dewasa setelah satu
Cingulate dengan presentase 52%. tahun. Setelah mencapai usia satu tahun,
Sedangkan jenis Gastropoda yang paling siput tersebut dapat bereproduksi dan
sedikit ditemukan di stasiun 1 yaitu Nerita berkembang biak dengan cepat dan sejalan.
lineata
STASIUN 2
4%
1 Terbralia Sulcata
2 Cerithidea cingulate
33% 3 Nerita Lineata
38% 4 Telescpoium telescopium
5 Pirenella Mikoptera

21%
4%

Gambar 6. Dominansi Gastropoda Pada Stasiun Penelitian 2


Berdasarkan Gambar 7. Diagram di 21% dan Pirenella Mikoptera dengan
atas menunjukkan bahwa pada stasiun 2 presentase 33%.
ditemukan sebanyak 5 jenis gastropoda Pada lokasi penelitian ini, ditemukan
dengan jumlah dominansi individu yaitu 27. 4 jenis Gastropoda, Hal ini menunjukan
Dominansi jenis gastropoda pada stasiun 1 bahwa jenis Gastropoda tersebut memiliki
yang paling tertinggi yaitu Cerithidea toleransi yang tinggi terhadap keadaan
Cingulate sebanyak 9 dengan presentase perairan. Diperkuat dengan Rangan (2010)
38%, T. Sulcata dengan presentase 4%, mengatakan bahwa jenis ini memiliki
Nerita Lineata dengan presentase 4%, toleransi yang tinggi terhadap perubahan
Telescpoium telescopium dengan presentase kondisi lingkungan sehingga dapat bertahan
dan berkembang biak pada kondisi ekstrim.

Stasiun 3 Terbralia Sulcata


Cerithidea cingulate
9%
16% 16% Nerita Lineata
Chilton Oulaniensis
19% Telescpoium
telescopium
22% 9% Nassarius Margaritifer
9%
Pirenella Mikoptera
Gambar 7.

Dominansi Gastropoda pada Stasiun Penelitian 3

Berdasarkan Gambar 8. diagram di memenuhi. Banyaknya jumlah Gastropoda


atas menunjukkan bahwa pada stasiun 3 yang ditemukan juga berkaitan dengan
ditemukan sebanyak 7 jenis gastropoda kedalaman suatu perairan. Semakin dalam
dengan jumlah dominansi individu 32. perairan maka semakin sedikit jumlah
Dominansi jenis gastropoda pada stasiun 1 Gastropoda yang didapatkan dan banyaknya
yang paling tertinggi yaitu Telescopium jumlah menunjukkan bahwa gastropoda
telescopium dengan presentase 22 %, memiliki potensi yang dapat digunakan
Cerithide cingulate dengan presentase sebagai petunjuk untuk mengetahui kondisi
19%,Terbralia sulcata dengan peresentase suatu perairan. Hal ini sesuai dengan
16%, Nerita lineata dengan presentase 9%, Kurniawan,dkk. (2016) yang menyatakan
Chilton oulaniensis dengan presentase 9%, perairan yang lebih dalam makrozoobentos
Nassarius margaritifer dengan prensetase 16 mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis
% dan Pirenella mikoptera dengan yang lebih besar, oleh karena itu tidak
presentase 9%. banyak makrozoobentos yang hidup
Dapat dilihat dimana stasiun 3 diperairan dalam.
merupakan daerah yang berada jauh dari Dengan melihat lokasi penelitian,
aktivitas warga dan lahan Mangrove pada stasiun penelitian 1 merupakan wilayah
sehingga nutrisi untuk gastropoda tidak perairan dekat dengan pemukiman warga.
Lingkungan sekitar stasiun penelitian 1 yang Dari hasil indeks keanekaragaman stasiun
memungkinkan terjadinya pencemaran penelitian 2 merupakan stasiun yang
perairan oleh limbah rumah tangga yang mendukung menjadi habitat jenis spesies
mencemari kawasan hutan mangrove. Gastropoda karena di dukung oleh faktor-
Limbah rumah tangga yang mungkin faktor abiotik, seperti pH, suhu dan pasang
terdapat pada lokasi stasiun penelitian 1 surut sehingga dukung menjadi habitat
yang dapat berupa sisa-sisa makanan dan gastropoda pada stasiun ini.
limbah rumah tangga seperti dari Stasiun 3, memiliki jumlah jenis
pencemaran zat pada sabun. Limbah tersebut gastropoda yang tertinggi jika dibandingkan
memungkinkan dapat menyebabkan dengan stasiun penelitian 1 dan stasiun
meningkat atau menurunnya jenis penelitian 2. Berdasarkan hasil indeks
Gastropoda yang ada disekitaran lokasi keanekaragaman jenis yang tinggi di stasiun
penelitian stasiun 1. Keanekaragaman dan penelitian 3 di pengaruhi banyaknya di
dominansi dapat meningkat jika zat yang tumbuhi mangrove. Stasiun penelitian 3
tercemar di sekitaran stasiun penelitian 1 yang memliki area hutan mangrove yang
dapat menjadi makanan bagi gastropoda merupakan habitat bagi familia dari
yang ada namun, zat pencemar yang beracun gastropoda karena hutan mangrove
bagi gastropoda akan mengakibatkan menyediakan sumber makanan, tempat
penurunan pada keanekaragaman dan berlindung serta tempat bertelur dan
dominansi gastropoda. Zat pencemar ini berkembangbiakan telur sebagian
mempengaruhi kondisi fisik dan maupun gastropoda. Indeks keanekaragaman dan
kimia perairan stasiun penelitian 1. Dominasi memiliki jenis tertinggi stasiun
Jenis gastropoda Cerithidea penelitian 2 dan stasiun penelitian 3.
cingulate, Nerita lineata, Telescpoium Keanekaragaman dan dominansi jenis ini
telescopium dan Pirenella mikoptera sangat dipengaruhi dengan faktor-faktor
merupakan jenis slug yang tinggal di abiotik seperti, suhu, pH, DO, dan Substrat
wilayah terbuka yang tergenang. Dari hasil serta lingkungan sekitar.
indeks keanekaragaman merupakan stasiun
penelitian 1 menunjukkan bahwa stasiun
penelitian 1 merupakan stasiun yang
pencemarannya paling berat diantara dua
stasiun penelitian lainnya. Pencemaran
perairan yang ada di sekitar stasiun
penelitian 1 menyebabkan sedikitnya jumlah
jenis gastropoda yang di temukan di stasiun
penelitian ini.
Stasiun penelitian 2 ini merupakan
wilayah perairan yang dekat dengan sungai.
Stasiun penelitian 2 ini merupakana wilayah
yang jenis gastropoda Cerithidae cingulate
dan Pirenella mikoptera yang agak banyak
di huni dibandingkan Terbralia sulcata,
Nerita lineata dan Telescopium
telescopium. Hal ini merupakan stasiun
penelitian 2 merupakan wilayah yang secara
langsung tergenang air dan pasang surut.
Pada Tabel 3. Indeks Keanekaragaman (H´), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C

Stasiun 1 2 3
Nilai Indeks
Keanekaragaman 1,12 1,33 1,89
Nilai Indeks
Keseragaman 0,81 0,82 0,97
Nilai Indeks
Dominansi 0,34 0,27 0,13

Hasil perhitungan nilai indeks indeks keanekaragaman menurut Shannon-


keanekaragaman (H’) selama tiga kali Wiener
pengamatan diperoleh nilai indeks Stasiun penelitian 3 memiliki nilai
keanekaragaman berkisar antara 1,12-1,89. keanekaragaman yang paling tinggi diantara
Keanekaragaman Gastropoda yang tiga stasiun penelitian, kondisi ini di
didapatkan termasuk dalam kategori sebabkan oleh jumlah individu masing jenis
keanekaragaman sedang. Nilai tidak terlalu banyak selisihnya. Kriteria
Keanekaragaman pada Stasiun 1 sebesar keanekaragaman stasiun penelitian 3 yang
1,12, Stasiun 2 sebesar 1,33 dan Stasiun 3 tinggi ini di sebabkan karena terdapat jenis
sebesar 1,89. Tenribali (2015), mengatakan yang masing-masing jumlahnya hampir
bahwa nilai indeks keanekaragaman (H’) seimbang.
terbesar didapatkan jika semua individu Berdasarkan hasil pengamatan nilai
yang diperoleh berasal dari satu jenis atau indeks keseragaman (E) umumnya
genera yang berbeda-beda dan menunjukkan nilai yang lebih tinggi
keanekaragaman mempunyai nilai kecil atau dibandingkan nilai indeks dominansi. Nilai
sama dengan 0, jika suatu individu berasal indeks keseragaman yang tinggi akan
dari satu atau hanya beberapa jenis . menunjukkan nilai indeks dominansi yang
Perhitungan nilai indeks keanekaragaman rendah, begitu pula sebaliknya. Nilai indeks
jenis ini menunjukkan bahwa keseragaman yang tinggi terdapatpada
keanekaragaman jenis di stasiun penelitian Stasiun 2 yaitu 0,82 dan terendah terdapat
1, 2 dan stasiun penelitian 3 kriteria pada Stasiun 3 yaitu 0.97. Menurut Brower
keanekragaman sedang, karena keadaan dan Wijayanti (2007), Nilai indeks
pada lokasi penelitian mempengaruhi yang keseragaman tiap lokasi menunjukkan
disebabkan pada kualitas air dan pada saat bahwa E > 0,6 termasuk dalam kategori
pengambilan sampel di lokasi penelitian saat keseragaman populasi tinggi. Kategori
itu curah hujan yang cukup tinggi, sehingga, tersebut secara umum menunjukkan bahwa
dapat mempengaaruhi kulitas air pada lokasi komposisi di semua stasiun dan lokasi
penelitian. Kriteria ini di dasarkan pada
penelitian tidak memperlihatkan adanya keseragaman Krebs (E’) berkisar 0–1. Bila
dominasi species (< 1). nilai mendekati 0 berarti keseragaman
Berdasarkan hasil analisis nilai indeks rendah karena adanya jenis lain yang sangat
keanekaragaman dan keseragaman di ketiga mendominasi, dan bila mendekati 1 berarti
lokasi menunjukkan bahwa tidak ada yang keseragaman tinggi karena menunjukkan
mendominasi. Nilai indeks dominansi bahwa tidak ada jenis yang mendominasi
berkisar antara 0,13–0,35 dapat dilihat pada habitat tersebut.
bahwa ketiga stasiun indeks dominansinya
mendekati nol yang artinya tidak ada jenis Klasifikasi dan deskripsi Gastropoda
yang mendominasi. Menurut Odum dan yang ditemukan di Desa Tongke- tongke,
Izzah (2016) menyatakan bahwa indeks Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten
Sinjai.

Gambar8.Terebraliasulcata

a. Klasifikasi Terbralia sulcata ( Born, Genus : Terebralia


1778) Spesies : T. Sulcata
Kindong : Animalia b. Deskripsi Terebralia sulcata
Filum : Mollusca Jenis Gastropoda ini mempunyai
Kelas : Gastropoda karakteristik cangkang yang tebal, padat,
Ordo : Caenogastropoda runcing, kerucut, pinggitean cangkang
Familia : Potamididae bergaris. Warnna cangkang bagian luar
Subfamily : Cerithiodea coklat kehitaman, ukuran cangkang 2-5 cm.
Gambar 9. Cerithidea cingulate
a. Klasifikasi Cerithideain cingulate Spesies : Cerithidea cingulate
(Gmelin, 1791) b. Deskripsi Cerithidea cingulate
Kindong : Animalia
Filum : Mollusca Cerithidea cingulate memiliki cangkang
Kelas : Gastropoda berwarna coklat dengan garis coklat dan titik
Ordo : Mesogastropoda putih, serta tidak memiliki tonjolan garis-
garis spiral kecuali pada seluk terakhir.

Familia : Potamididae Canngkang cerithidea cingulate tinggi dan


Subfamily : Cerithiodea tidak cembung, sehingga cangkang terlihat
Genus : Cerithidea meruncing. Tinggi cangkang rata-rata
35mm-45mm. habitatnya lumpur berpasir dan banyak ditemukand dasar tambak air
payau.

a.

a.

Gambar 11.Chilton oualaniensis


a. Klasifikasi Chilton oualaniensis (Lesson
1831)
Kindong : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cycloneritirnorpha
Familia : Neritidea
Genus : Clithon
Spesies : Clithon
Oualaniensis
b. Deskripsi Chilton oualaniensis
Chilton Oualaniensis memiliki
cangkang yang sangat kecil yang berukuran
antara 1-2 cm. permukaan cangkang yang
halus dan memiliki coretang garis yang
berwarna kuning dan hitam. Memiliki
cangkang yang tipis dan muda rusak.
Memiliki warna dan corak cangkang yang
bervariasi. Habitatnya di perairan tawar dan
payau (mangrove) dan hidup secara akuatik.
Gambar 12.Telescopium Telescopium

a. Klasifikasi Telescopium Telescopium b. Deskripsi Telescopium telescopium


( Zipcodezoo, 2011) Telescopium telescopium memiliki
Kindong : Animalia cangkang yang panjang, tebal dan kuat yang
Filum : Mollusca berbentuk kerucut. Memiliki warna
Kelas : Gastropoda cangkang coklat keruh,coklat keunguan dan
Ordo : Neotaenioglossa coklat kehitaman, lapisan luar cangkang
Familia : Potamididae dilengkapi dengan garis spiral yang sangat
Genus : Telescopium rapat dan mempunyai jalur yang
Spesies :TelescopiumTelescopium melengkung ke dalam. Panjang cangkang
berkisar 7-11 cm. Habitatnya di perairan
tawar dan payau (mangrove) dan substrat
lumpur berpasir.

Gambar 13. Nassarius margaritifer


a. Klasifikasi Nassarius margaritifer
( Dunker 1847)
Kindong : Animalia b. Deskripsi Nassarius margaritifer
Filum : Mollusca N. Margaritifer memiliki ukuran
Kelas : Gastropoda cangkang yang berukuran relative kecil
Ordo : Neogastropoda antara 2-3 cm. Permukaan cangkangnya
Familia : Nassariidae kasar dan memiliki tonjolan yang sejajar.
Genus : Nassarius Memiliki cangkang yang tebal dan kuat dan
Spesies : Nassarius memiliki cangkang berwarna hitam.
Margaritifer Habitatnya biasa hidup di bebatuan dan di
ekosistem mangrove serta substrat lumpur

Gambar 14. Pirenella mikoptera

a. Klasifikasi Pirenella mikoptera dan bergaris-garis. Habitatnya biasa


(Keener 1841) hidup di ekosistem mangrove yang
Kindong : Animalia tergenang air dan substrat lumpur
Filum : Mollusca berpasir.
Kelas : Gastropoda
Ordo : Caenogastropoda
Superfamily : Cerithioidae
Familia : Potamididae
Genus : Pirenella
Spesies : P. Mikoptera
a. Deskripsi Pirenella mikoptera
Pirenella mikoptera memiliki
ukuran cangkang yang relative
kecil yaitu antaran 3-5 cm. Tekstur
cangkang yang sedikit tebal dan
runcing, memiliki cangkang yang
berwarna merah kehitaman.
Permukaan cangkang yang kasar
dan memiliki tonjolan yang sejajar
Tabel 4. Nilai kisaran parameter kualitas air selama penelitian di Permukaan Dasar Perairan
Ekosistem Mangrove Tongke-tongke, Kecematan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai

Parameter Nilai Kisaran

Fisika
- Suhu (°C) 31-33°C
Kimia
- Kelarutan Oksigen 7,84-7,9
- pH 8,0-8,5

Substrat Lumpur Berpasir

a. Suhu pengamatan pada 3 stasiun berbeda Nilai


Berdasarkan hasil penelitian yang DO yang didapatkan dari hasil penelitian
dilakukan di permukaan dasar perairan berkisar antara 7,84-7,9mg/l Kisaran
ekosistem mangrove Tongke- tongke, tersebut masih dalam keadaan baik dan
Kecematan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai masih optimal untuk lingkungan.
dalam tiga kali pengamatan pada tiga stasiun
selama tiga minggu. Pengamatan pada tiga d. Substrat
stasiun yang berbeda yaitu dengan nilai rata- Tekstur substrat setiap stasiun
rata 31-33°C. Suhu dari tiga stasiun selama pengamatan yaitu lumpur berpasir dengan
3 minggu pengukuran tersebut relatif sama, persentase yang lebih mendominasi dari
karena keadaan cuaca pada saat pengukuran keseluruhan stasiun penelitian. Substrat
suhu tidak jauh berbeda. perairan berperan penting bagi kehidupan
b. pH organisme bentik yakni sebagai tempat
Hasil pengamatan nilai pH di permukaan tinggal, mencari makan maupun berlindung
dasar perairan ekosistem mangrove Tongke- dengan cara membenamkan tubuhnya
tongke, Kecematan Sinjai Timur, Kabupaten kedalam substrat tersebut.
Sinjai, dalam tiga kali pengamatan selama 3 BAB V
minggu. pengamatan pada 3 stasiun berbeda PENUTUP
yaitu dengan nilai rata – rata 8,0-8,5. KESIMPULAN
Dimana nilai pH tersebut baik untuk Berdasarkan nilai indeks
kelangsungan hidup dari kelas Gastropoda. keanekaragaman jenis menunjukkan bahwa
c. Kelarutan Oksigen (DO) keanekaragaman jenis gastropoda yang
Hasil pengamatan nilai DO di paling tinggi pada stasiun 3 yaitu sebesar
permukaan dasar perairan ekosistem 1,89 sedangkan nilai indeks
mangrove Tongke- tongke, Kecematan keanekaragaman jenis Gatsropoda yang
Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, dalam tiga rendah di temukan pada stasiun penelitian
kali pengamatan selama 3 minggu. 1 yaitu sebesar 1,12, nilai indeks
keseragaman tertinggi pada stasiun 3 yaitu Disparbud (2017). Potensi Hutan Mangrove
0,97 dan indeks keseragaman yang rendah Tongke-tongke, Dilihat pada tanggal
pada stasiun penelitian 1 yaitu 0,81 dan 27 Maret 2022.
nilai dominansi jenis Gastropoda yang Dunker, (1847). Daftar Spesies Laut Dunia,
tinggi ditemukan pada stasiun penelitian 1 Dilihat pada tanggal 25 Maret 2022.
yaitu 0,31 dan nilai dominansi yang rendah Fachrul, M. F, 2007. Metode Sampling
ditemukan pada stasiun penelitian 3 yaitu Bioekologi. PT Bumi Aksara.
0,13. Jakarta.
SARAN Fadhilah, N., Masrianih dan Sutrisnawati.
Di harapkan sebagai bahan 2013. Keanekaragaman Gastropoda
informasi untuk penelitian lebih lanjut Air Tawar di Berbagai Macam
serta untuk bahan informasi tentang Habitat di Kecamatan Tanambulava
kehidupan fauna khususnya tentang jenis Kabupaten Sigi. Jurnal Jipbio. 2: 13-
gastropoda pada kawasan mangrove 19.
Tongke- tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Gmelin, (1791). Daftar Spesies Laut Dunia,
Kabupaten Sinjai dan di harapkan Dilihat pada tanggal 27 Maret 2022.
masyarakat sekitar untuk lebih menjaga Hartoni. Agussalim. (2015). Komposisi dan
kelestarian mangrove dan biota laut yang Kelimpahan moluska (Gastropoda
ada di kawasan hutan mangrove Tongke- dan Bivalvia) di Ekosistem
tongke, Kecematan Sinjai Timur Mangrove Muara Sungai Musi
Kabupaten Sinjai. Kabupaten Banyuasin Provinsi
Sumatera Selatan. Maspari Journal, 5
DAFTAR PUSTAKA (1) ,6-15,.
Andrimida, A. (2021). Inventarisasi Inchan, F. S., Hendrarto, B.M Dan Supardjo,
Berilustrasi Siput Laut (Gastropoda: M N., (2018). Distribusi Kelimpahan
Heterobranchia) Di Selat Gastropoda Pada Hutan Mangrove
Sempu,Indonesia.Biotropika: Teluk Awur Jepara. Journal Of
Journal of Tropical Biology,9(3). Management Of Aquatic Resourcezs,
Arifianti, E.N.,H. Latuconsina, dan 2(3), 93-103.
HZayadi, (2021), Komposisi Jenis Izzah. N.A. 2016. Keanekaragaman
dan Kepadatan Gastropoda pada Makrozoobentos di Pesisir Pantai
Habitat MangroveBanyuurip Desa Panggung Kecamatan Kedung
Kecamatan Ujung Pangkah - Kabupaten Jepara. Publikasi Ilmiah.
Gresik,Jurnal Ilmiah agribisnis Universitas Muhamaddiyah
dan Perikanan (agrikan UMMU- Surakarta, Surakarta.
Ternate)Volume 14 Nomor 1: 65-72. Indriyanto. (2015). Ekologi Hutan. Jakarta:
Born,( 1778). Daftar Spesies Laut Dunia, Bumi Aksara.
Dilihat Pada tanggal 27 Maret 2022. Kustanti Asihing (2018) Manajemen Hutan
Carpenter, E.K. & V.H. Niem, 1988. The Mangrove.Bogor:IPB Press.
Living Marine Resource of The Keener, (1841). Worms Wold Register Of
Western Central Pasifik. Vol 1. Marine Species. Dilihat pada tanggal
Seaweed, Corals, Bivalves, and 27 Maret 2022.
Gastropod. New York: Food and Lesson, (1831). Variasi Pola Cangkang Dan
Agriculture Organizations Profil Habitat Chilton Oualaniensis,
Jurnal Volume 27, Nol 1 2018.
Maria Eva Kristiana, (2019). Russel & Hunter, 1983. The Molusca.Vol
Keanekragaman Gastropoda Sebagai 6.Academic Press Inc. Departemen
Bioindikator Pencemaran Air Di of Biologi. New York: Syrause
Ekowisata Hutan Mangrove University Press
Jembatan Api- Api Kulon Progo, Sani, L., H., Candri, D. A., Ahyadi H., Dan
Yogyakarta. Farista B. (2019). Inventarisasi Jenis-
Mardika, B., Utami, S., & Widiyanto, J. Jenis Lamun (Seagrass) Dan
2020. Identifikasi Keanekaragaman Asosiasinya Dengan Gastropoda
Gastropoda Kualitas Air Sungai Diperairan Teluk Ambon Kota
Nogosari Pacitan. In Prosiding Ambon Provinsi Maluku. Rumphius:
Seminar Pattimura Biological Journal, 1(2),
NasionalSimbiosis,349357.http://pro 010-019.
siding.unipma.ac.id/index.php/simbi Saptarini D, dkk, 2010. Struktur komunitas
osis/article/viewFile/1777/1518. Gastropoda (Molusca) Hutan
Marsoedi, dan Samlawi, A. 2017. Panduan Mangrove sendang biru, Malang
Pelatihan Pelestarian dan Selatan. Jurusan Biologi,
Pengembangan Ekosistem Mangrove FMIPA_ITS Surabaya, Indonesia.
Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Sukawati, N. K. A., Restu, I. W., &
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup- Saraswati, S A. 2018). Sebaran
Universitas Brawijaya. dan Struktur KomunitasMoluska
Munarto 2010 Studi komunitas Gastropoda di Pantai Mertasari Kota Denpasar,
di situ salam kampus Universitas Provinsi Bali. Journal of Marine
depok.skripsi. Depok: Universitas and Aquatic Sciences4(1),78-85.
Indonesia.
Nybakken, 1992. Biologi Laut Suatu Tenribali. 2015. Distribusi makrozoobentos
Pendekatan Ekologis Terjemahan M. kaitannya dengan struktur komunitas
Hutomo dkk. Jakarta: Gramedia. lamun di daerah kawasan konservasi
Putri, A.R., PThLefaan, RAMogea, laut daerah (kkld) kec. Bonebone.
2021,Komunitas Gastropoda pada Kab. Luwu utara. Skripsi. Jurusan
Padang Lamun Perairan Pantai ilmu Kelautan.FIKP.Universitas
Manokwari, Jurnal Sumberdaya Hasanuddin. Makassar.
Akuatik IndopasifikVol. 5No.1 Tetelepta, L. (2019). Komunitas Gastropoda
Pebruari2021: 65-76. Pada Ekosistem Mangrove Di Pantai
Rosiana Sari Mathius, (2018). Pengaruh Waisisil, Kecamatan Saparua,
Faktor Lingkungan Terhadap Kabupaten Maluku Tengah.
Keberadaan Gastropoda Pada Rumphius: Pattimura Biologic
Ekosistem Mangrove Di Dermaga Journal 1 (2), 027-030
Lantamal Kelurahan Karang Indah Tan dan Clements, ( 2008). Ayok Sinau,
Distrik Merauke Kabupaten Situs Ngajak Sinau Bareng, Dilihat
Merauke. Jurnal Unmus. Vol. 1 No. pada tanggal 28 Maret 2022.
1. Wahyono, 2005. ‘Identifikasi Gastropoda Di
Ridhwan, M. (2012). Tingkat Sub Das Anak Sungai gandong Desa
Keanekaragaman Hayati dan Kerik Takeran’, E-Mail:
Pemanfaatannya di Indonesia. Jurnal Joko_Widiyanto@Ymail.com jurnal
Biology Education, 1(1). Florea Volume 2 No.2, September
2015 (52-57)
Wati.,dkk, 2016. Keanekaragaman Hayati
Tanaman Lumut (Bryophitha) Di
Hutan Sekitar Waduk Kedung
Brubus Kecamatanpilang Keceng
Kabupaten Madiun. Florea: Jurnal
Biologi dan Pembelajarannya. 2016
Dec 20;3(1):46-51.
Wijayanti M.H, 2007. Kajian Kualitas
Perairan Di Pantai Kota Bandar
Lampung Berdasarkan Komunitas
Hewan Makrobenthos. [Tesis].
Semarang. Universitas Diponegoro.
Program Magister Manajemen
Sumberdaya Pantai.
Zipcodezoo, (2011). Daftar Spesies Laut
Dunia, Dilihat pada tanggal 27 Maret
2022.

Anda mungkin juga menyukai