Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO
MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

MATAKULIAH : Kapita Selekta


PENGAMPU : Dr.Eng. Maryono, ST, MT.
NAMA MAHASISWA : Aria Pradana Wirawan
NIM : 30000121420043

UJIAN TENGAH SEMESTER


RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN KE 1 s/d 7

Judul Kontrak Kuliah


1
Pemateri Dr.Eng. Maryono, ST, MT.

Pekuliahan terdiri dari Desiminasi Disertasi Mahasiswa Doktor Ilmu Lingkungan. Keperluan
UTS dan UAS adalah dengan mengumpulakn rangkuman pertemuan perkuliahan.

Judul Kontribusi Hutan Petungkriyono terhadap Mitigasi Perubahan


2 Iklim Mikro di Kabupaten Pekalongan
Pemateri I Damayanti

PENDAHULUAN
Hutan Petungkriyono merupakan ikon kabupaten Pekalongan yang memiliki kekayaan
biodiversitas yang masih terjaga, baik floran dan fauna endemiknya, serta berbagai varietas
sumberdaya genetik dan plasma nutfah. Petungkriyono sebagai sumberdaya hutan sangat perlu
dijaga dan dikelola agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Namuin
samapai saat ini belum ada data dan studi mengenai :
1. Data dan informasi mengenai struktur flora dan komosisi spesies
2. Data dan informasi tentang keanekaragaman hayati
3. Data dan informasi tentang nilai ekonomi dan nilai karbon
4. Strategi kebijakan iklim terpadu
METODE
Studi di lakukan di Hutan Petungkriyono yang bterletak pada koordinat 7º08’30” S - 109º44’39”
E, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia
Pada penelitian ini dilakukan:
1. Pengumpulan data dan informasi hasil analisis vegetasi
2. Pengkatageroian keanekaragaman hayati flora berdasarkan INP lokasi
3. Menghubungkan pengaruh karbon stok terhadap nilai ekonomi hutan
4. Perumusan strategi kebijakan perubahan iklim terpadu
HASIL DAN KESIMPULAN
1. Nilai Karbon stok
1306,34 ton/Ha
2. Nilai Ekonomi Hutan
Nilai ekonomi berdasarakan nilai cadangan karbon stok Hutan Petungkriyono adalah Rp
549.054.002 / ha, sehingga nilai ekonomi total dengan luas hutan sebesar 5347 Ha adalah
Rp. 2.935.795.491.594,00 yang nilai tersebut lebih besar daripada nilai ekonomi dari kayu
hutan di seluruh wilayah Hutan Petungkriyono
3. Startegi Kebijakan Iklim terpadu

Kondisi SDA Pengelolaan Stakeholder Inovasi


Bentang alam yang - Penetapan - KLHK - Perlindungan
luas, dan penting Gubernur/ - Perhutani - Pengawetan
bagi ekologi alami. Menteri - DLHK Jateng - Pemulihan
Ekosistem khas, - Pengelolaan - Pemkab ekosistem
dan langka yang lintas sectoral Pekalongan - Pemanfaatn
perlu - Forum - LMDH berkelanjutan
dipertahankan. kordinasi - Akdemisi
Area yang memiliki - LSM
fungsi social dan Lingkungan
budaya dalam
pemanfaattan
SDAnya.
Judul Simulasi Performa Turbin Propeller Dengan Sudut Pitch Yang
3 Divariasikan
Pemateri Pribadyo

PENDAHULUAN
Pemanfaatan tenaga air sebagai pembangkit listrik adalah salah satu bentuk teknologi hijau yang
murah dan ramah lingkungan, dan sangat penting untuk masa depan yang berkelanjutan.
Pembangkit listrik tenaga air telah terbukti menghasilkan sekitar 16 persen kebutuhan energi listrik
dunia dan memainkan peranan yang sangat penting dilebih dari seratus limapuluh negara. Selain
lebih efisien tenaga air adalah sumber energi terbarukan terbaik dari pada energi angin atau
matahari serta memiliki nilai kompetitif bila dibandingkan dengan pembangkit fosil. Indonesia
memiliki banyak potensi tenaga air yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, namun demikian
baru sekitar 9,4 persen yang termanfaatkan.
Aspek utama dari setiap pembangkit listrik skala kecil adalah turbin yang mampu menghasilkan
listrik dengan daya maksimum melalui putaran poros. Berdasarkan jenis dan konstruksinya, turbin
propeller yang dikembangkan saat ini adalah dengan desain sudut yang divariasikan. Maka studi
dan desain turbin ini dikembangkan dengan sudut pitch divariasi 180 0, 2300, dan 2800 yang belum
banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya untuk kasus turbin ini.
METODE

Penentuan geometri yang digunakan dalam simulasi ini adalah representasi dari fluida negatif yang
mengalir pada sekitar propeller. Model CAD dibuat menggunakan software Autodesk Inventor
yang di-eksport dalam format IGES sehingga kompatibel dengan environment ANSYS terutama
untuk meshing. Seperti telah disebutkan sebelumnya model terdiri dari tiga variasi sudut pitch
1800, 2300, dan 2800, dengan parameter-parameter geometri lainya seperti diameter hub adalah
0,30 m, diameter tip 0,06 m, untuk keperluan simulasi jumlah sudu adalah 4 buah.
HASIL DAN KESIMPULAN
Analisis CFD telah digunakan dalam studi ini sebagai alat bantu dalam menganalisis streamline
yang melewati sudut inlet dan outlet pada rotor, serta di antara bilah pelari. Di sisilain, data
kecepatan aliran untuk setiap parameter bilah yang terlibat juga diperoleh dari analisis khusus ini.
Dari hasil akhir bahwa output daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh turbin propeller dengan
sudut 1800 adalah 1386, 51 W. Sementara nilai output minimum yang dihasilkan adalah sekitar
13,21 W dengan sudut 2800. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sudu turbin dengan
sudut pitch 1800 memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan sudut 230 0 dan 2800.
Sedangkan sudut 2300 cenderung memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan sudut
2800 meskipun keduanya memiliki puncak nilai koefisen daya (Cp) yang bersesuaian.
Judul Osmoregulasi Dan Bioekologi Moluska Teredo Navalis
Linnaeus 1758 pada Habitat Mangrove yang Mengalami Stres
4
Osmotik Lingkungan di Halmahera Timur
Pemateri Yumima Sinyo

Pulau Halmahera Timur memiliki hutan mangrove dengan luas 3.010 Ha. Kekayaan mangrove ini
mengakibatkan melimpahnya Teredo navalis. Merupakan biota yang termasuk kedalam moluska,
Teredo navalis hidup di batang-batang mangrove. Fenomenannya bahwa T. navalis ini juga
dikonsumsi dan dijual secara lokal oleh masyarakat. Sampai saat ini riset mengenai T. navalis di
Provinsi Maluku Utara masih sangat rendah, terutama mengenai densitas populasi dan pola
persebarannya. Maka dari iru sangat perlu dilakukan riser mengenai karakteristik morfologi, dan
densitas populasi T. navalis di Hutan Mangrove Wailukum Maba, Kabupaten Halmahera Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis proses pengadopsian Teredo navalis Linnaeus 1758
yang terancam kelestariannya dari kehidupan di mangrove (habitat asli) ke dalam lingkungan
domestikasi (budidaya) melalui pengaturan media optimum dan pakan alami selama domestikasi
yang dilakukan dengan tiga tahapan aklimasi, aklimatisasi dan kultivasi.

HASIL DAN KESIMPULAN

1. Nilai tingkat kerja osmotik (TKO) T. navalis di habitat alami bervariasi dari 17 mOsm/l
H2O sampai lebih besar dari 500 mOsm/l H2O. Osmoregulasi T. navalis bersifat
osmoregulator dengan pola osmoregulasi hiperosmotik pada saat batang atau akar
mangrove terendam air tawar, berpola hipoosmotik pada saat batang atau akar mangrove
terendam air laut pasang, serta berpola isohiperosmotik sampai isoosmotik selama
terendam air payau dengsn TKO sebesar 17-19 mOsm/l H2O.
2. Kadar garam diperoleh tertinggi pada media akar Avicennia sp (31‰) dan terendah pada
Rhizopora sp (10‰) di media daun
3. Karakteristik morfologi T. navalis yang ditemukan yaitu permukaan tubuh berwarna
bening dan halus, memiliki cangkang di kepala berwarna bening kekuningan, insang
berwarna merah kecoklatan, mempunyai 2 tentakel bertekstur lembut dan jernih, memiliki
tekstur tubuh elastis, padat dan licin serta berukuran tubuh 15 cm, 30 cm dan 60 cm.
Kepadatan populasi T. navalis yaitu 1 ind/m2 hingga 2 ind/m2.
4. Kadar protein T. navalis habitat akar dan batang mangrove Rhizophora sp dan Avicennia
sp adalah 13,30 %.
5. Domestikasi. Lingkungan media optimum untuk domestikasi T. navalis yaitu 16‰. Pola
pertumbuhan T. navalis yaitu allometrik negatif dengan nilai b ≠ 3. Nilai faktor kondisi
(FK) T. navalis tertinggi ditemukan pada habitat batang Avicennia sp (W = 9,786 +
0,756x), memiliki pengaruh dan hubungan panjang berat T. navalis . Nilai Y = 0,7638x +
9,3591 dan R2 = 0,9732. Nilai faktor kondisi (FK) terendah pada habitat batang Rhizophora
sp (W = 0,657 + 0,741x), Nilai Y = 0,7406x – 0,6566 dan R2 = 0,8217. Memiliki keeratan
hubungan. antara berat/bobot (W) dan panjang (L) tubuh T. navalis
Judul Strategi Pengelolaan Danau Rawapening Jawa Tengah
Secara Terpadu Dan Berkelanjutan Dengan Pendekatan
5
Neopaleolimnologi
Pemateri Syarif Prasetyo

PENDAHULUAN
Kondisi Neolimnologi Danau Rawapening yang mengalami peningkatan sedimentasi, dikarenakan
masuknya limbah pertanian, perikanan, limbah domestik dan industri yang telah berdampak
menimbulkan eutrofikasi perairan. Sehingga terjadi ledakan eceng gondok (Euchhornia crassipes)
dan merusak ekosistem di Danau Rawapening. Maka dari perlu dilakukan studi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi kondisi Danau Rawapening, melalui pendekatan Neopaleolimnologi, yang
dari hasil studi tersebut dapat direncanakan strategi pengelolaan danau secara terpadu dan
berkelanjutan.
METODE
Ditentukan cluster sampling sebagai stasiun pengambilan sampel pada 3 titik sample, yaitu Stasiun
I Kawasan Keramba Jaring Apung di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru. Stasiun II Kawasan
alami jauh dari kegiatan budidaya perikanan dan pertanian di Desa Bejalen Kecamatan Kecamatan
Ambarawa. Stasiun III Kawasan hulu Sungai Tuntang di Desa Asinan Kecamatan Bawen.
Analisis sample dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi dan
Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang.
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP.
HASIL DAN KESIMPULAN
Hasil peneilitan dengan prinsip-prinsip dasar Neolimnologi meliputi indeks kualitas air, status
trofik, laju pertumbuhan eceng gondok, pola osmoregulasi dan tingkat kerja osmotik (TKO) biota
air Danau Rawapening adalah sebagai berikut
1. Kualitas air Danau Rawapening hasil pengukuran parameter suhu, DO, pH, dan
konduktivitas masih memenuhi kriteria baik sesuai ketetapan baku mutu air (BMA) yang
termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
2. Status trofik air Danau Rawapening telah mencapai hipereutrofik dengan konsentrasi total
N tertinggi sebesar 2.240 µg/l dan total P tertinggi sebesar 156 µg/l.
3. Laju pertumbuhan eceng gondok harus diperhatikan sebagai dasar keberhasilan
pengelolaan Danau Rawapening. Laju pertumbuhan relatif (RGR) eceng gondok di danau
Rawapening berkisar antara 6,40-7,26%/hari. Sedangkan waktu perbanyakan atau
doubling time (DT) eceng gondok berkisar antara 9,6-10,8 hari.
4. Danau Rawapening mengalami penurunan kualitas perairan karena organisme
membutuhkan energi yang besar untuk proses osmoregulasi, dimana energi tersebut
seharusnya dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan siklus metabolisme
yang lainnya.
5. Dari semua zona lapisan sedimen Danau Rawapening menunjukkan permasalahan yang
sama yaitu mengalami eutrofikasi.
6. Semakin tinggi tingkat ketergantungan masyarakat atas sumber daya alam Danau
Rawapening semakin tinggi pula tingkat partisipasinya dalam upaya pengelolaan danau.
Pemerintah memiliki pengaruh yang tinggi, sedangkan masyarakat pemanfaat sumber daya
alam memiliki pengaruh yang rendah di dalam penentuan kebijakan pengelolaan Danau
Rawapening.
7. Pengelolaan Danau Rawapening harus didasarkan pada penerapan prinsip keterpaduan
lintas sektoral secara berkelanjutan, sehingga akan diperoleh manfaat yang optimal
mencakup kebutuhan masyarakat dan kelestarian ekosistemnya.

Judul Model Pengelolaan Berkelanjutan Ketersediaan Air


6 di Waduk Gembong dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Pemateri Kartono

Kuantitas air di Waduk Gembok setiap tahunnya belum dapat memenuhi kebutuhan air untuk
irigasi pertanian. Namun, setiap musim penghujan terjadi limpasan air dari waduk tersebut. Dikaji
dari perspektif ilmu lingkungan, bahwa terjadi implikasi ekologis terhadap dinamika ketersediaan
air yang disebabkan oleh dampak perubahan iklim dan kegiatan antropogenik penggunaan lahan
di sekitar waduk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model dinamika pertumbuhan, penyusutan volume
air waduk serta menganalisa implikasi ekologis dari pertumbuhan masnusia dan penggunaan lahan
di sekitar Waduk Gembong terhadap kondisi waduk. Selain itu juga dilakukan penilaian presepsi
masyarakat dan partisipasinya terhadap pelestarian waduk kaitannya dengan mitigasi perubahan
iklim.
METODE
1. Data curah hujan
2. Data volume air waduk
3. Data jumlah penduduk, dan penggunaan lahan
4. Data presepsi dan partisipasi masyarakat
Data-data tersebut kemudian dianalisa metode-metode analisa maupun permodelan, yang hasilnya
kemudian divalidasi.
HASIL DAN KESIMPULAN

Dapat diketahui dari diagram tersebut bahwa dalam pengelolaan waduk perlu dilakukan dua upaya
sentral yang dampaknya nanti terhadap meningkatnya kesejahteraan manusia melalui pencapaian
SDGS, berikut upaya yang perlu dilakukan :
1. Mitigasi
- Melakukan pengelolaan dan pengawasan terhadap alih guna lahan dengan
mempertimbangkan fungsi keberadaan hutan, ketanahan tanah dari erosi, dan stok
karbon
- Melakukan pembatasan dan pelarangan pengembangan peternakan di Kawasan waduk
yang mengering
- Melakukan pelarangan pembakaran limbah petanian dan sampah
2. Adaptasi
- Melakukan penanaman dengan penyesuaian jenis tanaman, sesuai dengan cuaca dan
iklim yang ada
- Penyesuaian pola tanam terhadap kondisi iklim
- Pembuatan sumur di ladang dan rekayasa pemanenan air hujan
Judul Modifikasi Keratin dari Bulu Itik sebagai Filter Logam Berat
pada Pengolahan Limbah Air Asam Tambang Batubara dalam
7
Skala Laboratorium
Pemateri Umi Baroroh

Peningkatan usaha peternakan itik dapat menyebabkan peningkatan limbah bulu yang dihasilkan.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014, jumlah itik yang
dihasilkan sebanyak 4.284.284 ekor, diperkirakan total limbah bulu itik yang dihasilkan adalah
200 ton. Bulu itik ini dapat digunakan sebagai adsorben untuk menyerap logam dan pewarna dalam
air limbah industri.

Penambangan batubara memiliki dampak negatif, terutama asam sulfat yang terbentuk dari
kegiatan penambangan yang dikenal dengan drainase asam tambang. Dalam studi ini dilakukan
modifikasi keratin yang terdapat pada bulu itik tersebut sebagai filter logam berat pada pengelolaan
limbah asam tambang batubara.

Anda mungkin juga menyukai