Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR

RISNA MULIANA
08161068

ANCAMAN KONVERSI LAHAN BAGI KEBERLANGSUNGAN HIDUP EKOSISTEM


PADANG LAMUN TELUK AMBON DALAM (TAD)

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alamnya yang elimpah,
dengan letak astronomis yang strategis dan beriklim tropis, terdapat berbagai macam
ekosistem alami terutama pada kawasan pesisirnya. Namun sangat disayangkan jumlah
penduduk yang kian lama kian membludak serta aktivitas pembangunan yang selalu
berkembang dalam rangka memenuhi kebutuhan tidak dibarengi dengan upaya pelestarian
lingkungan. Kota Ambon merupakan ibukota provinsi Maluku. Terdapat Kawasan Teluk Kota
Ambon di Kota Ambon yang didalamnya banyak ekosistem alami, salah satunya adalah
Padang Lamun. Padang lamun merupakan ekosistem yang berperan sebagi penunjang
produktivitas perairan, sebagai substrat bagi biota lain, peredam ombak dan gelombang ke
arah pantai. Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting, yaitu
(Bengen 2003) :

(a) Sebagai produsen detritus dan zat hara

(b) Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang
padat dan saling menyilang;

(c) Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa
jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.; dan

(d) Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan
matahari.

Pemandangan Ekosistem Padang Lamun di Teluk Ambon Dalam


PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR
RISNA MULIANA
08161068

Berikut merupakan ragam vegetasi padang lamun di kawasan pesisir di Teluk Ambon
Dalam (TAD) beserta faktor lingkungan di sekitarnya diantaranya adalah

Telah ditentukan standar baku mutu pada faktor lingkungan padang lamun. Menurut
KEPMEN-LH (1998) tentang standar baku mutu kekeruhan air laut untuk biota laut dan
tumbuhan lamun yaitu 5-20 NTU. Faktor lingkungan salinitas pada padang lamun dinyatakan
dalam satuan ppt (‰). KLH (2004) menetapkan bahwa standar baku umum suhu air untuk
biota laut di area padang lamun adalah 28 oC - 30oC dan sanitasi optimum berada pada
kisaran 25 ‰ -35 ‰. Menurut Dahuri kedalaman tidak lebih dari 10 meter untuk memudahkan
cahaya matahari masuk. Jika dilakukan komparasi antara standar yang telah ditentukan dan
kondisi eksisting faktor lingkungan padang lamun pada Teluk Ambon Dalam dapat
disimpulkan bahwa:

a.Jika ditinjau dari faktor kekeruhan, vegetasi lamun di Teluk Ambon Dalam (TAD) berkisar
0,96 - 4,66 NTU, sedangkan standar baku mutu kekeruhan 5 – 30 NTU, jadi kekeruhan di
TAD berada di bawah standar

b. Pada faktor suhu, suhu rata rata pesisir lingkungan Teluk Ambon Dalam adalah 30-37 oC,
sedangkan standar bakunya adalah 28 – 30 oC, jadi suhu lingkungan di TAD berada di atas
nilai standar yang telah ada. Lingkungan TAD memiliki sihu terlalu tinggi (panas).
PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR
RISNA MULIANA
08161068

c. Pada faktor salinitas, salinitas rata rata vegetasi lamun TAD adalah 26 -32 ‰. Nilai sanitasi
optimum berada pada kisaran 25 ‰ - 35 ‰. Nilai rata rata salinitas di TAD berada pada nilai
yang optimum

d. Pada faktor kedalaman, rata rata kedalaman vegetasi lamun di TAD adalah 0,5m – 1,5 m.
Kedalaman optimum padang lamun maksimal 10m, dapat disimpulkan kedalam vegetasi
lamun di TAD berada pada kedalaman optimun yang dapat terkena cahaya matahari.

Dari hasil komparasi di atas, faktor lingkungan suhu dan kekeruhan tidak pada nilai
standar ataupun nilai optimum. Fenomena ini dapat berpengaruh pada keberlangusan hidup
vegetasi lamun di Teluk Ambon Dalam (TAD). Terdapat berbagai faktor yang mengakibatkan
suhu dan tingkat kekeruhan tidak sesuai standar, salah satunya adalah aktivitas dari manusia.
Kegiatan manusia dapat menyebabkan kenaikan suhu / yang biasa kita sebut global warming.
Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (PPLD-LIPI) menunjukan adanya penurunan kondisi habitat tumbuhan laut tersebut
yang signifikan sejak 2011 yang dikarenakan aktivitas berlebih di daerah daratan dan
kawasan perbukitan oleh masyarakat. Terjadi konversi lahan yang tidak sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang berdampak pada penurunan daya dukung Teluk
Ambon, contoh kasusnya adalah di tahun 2008 kawasan lindung berubah menjadi kawasan
campuran, sempadan pantai berubah menjadi bandara, permukiman dan campuran.
Penyelewengan seperti ini muncul dikarenakan masyarakat yang menutup mata dengan
keadaan lingkungan demi meraup keuntungan pribadi. Sangat ironi kegiatan yang memberi
keuntungan sesaat namun merenggut hak generasi mendatang dengan mengancam
keberlangsungan hidup ekosistem.

Keberadaan padang lamun yang kian terancam perlu dilakukan tindakan penanganan
agar ekosistem padang lamun lestari. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah
menerapkan sustainable marine coastal yaitu dengan cara penggunaan sumberdaya
investasi secara efisien. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan wisata
bahari berkelanjutan dan sebagai kawasan untuk kegiatan edukatif. Pengelolaan wisata harus
berbasis keaslian alam ekosistem kawasan pesisir (dijaga keasliannya), sehingga selain
difungsikan sebagai tempat wisata bahari yang menawarkan keaslian vegetasi padang lamun,
dapat pula membantu perekonomian daerah. Perlu juga ditegakkan pemberian sanksi yang
tegas juga harus diperketat kepada siapapun yang melakukan aktivitas merugikan di atas
kawasan lindung. Hal yang terpenting adalah perlunya usaha meningkatkan kesadaran
masyarakat lokal mengenai pentingnya konservasi padang lamun demi pembangunan yang
berkelanjutan.
PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR
RISNA MULIANA
08161068

Daftar Pustaka
Irawan Andri, Noorsalam R Nganro. 2016. “Sebaran Lamun di Teluk Ambon Dalam”.
Bandung : Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati

Berita Elektronik “Antara Maluku” Sedimentasi hambat Pertumbuhan Lamun di Teluk


Ambon,dilansir tahun 2018

Patty, Simon I, Rifai Husein. 2013. “Struktur Komunitas Padang Lamun Di perairan Pulau
Mantehage”. Manado : Universitas Sam Ratulangi

Dahuri, R, et al. 2001.”Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. “Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH).2004. Baku mutu air laut untuk
biota laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Laut. KLH. Jakarta.
PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR
RISNA MULIANA
08161068

Lampiran

https://www.kompasiana.com/riiiss/5ab1c92a5e13736ba14c5b54/ancaman-konversi-lahan-
bagi-keberlangsungan-hidup-ekosistem-padang-lamun-teluk-ambon-dalam

http://risnamuliana.blogspot.co.id/2018/03/ancaman-aktivitas-konversi-lahan-bagi.html

Anda mungkin juga menyukai