Anda di halaman 1dari 6

LINGKUNGAN PERAIRAN ESTUARI SEGARA ANAKAN DI CILACAP JAWA

TENGAH
Oleh: Febi Safitri (08181031)

Menurut (Dahuri, 1996) Perairan Estuari adalah suatu komponen ekosistem


pesisir yang dikenal begitu produktif dan sangat mudah terganggu tekanan
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia maupun proses alamiah.
Estuari memiliki bahasa Latin yaitu aestus, yang berarti pasang surut (Odum,1971).
Berdasarkan definisi Pritchard menurut (Odum,1971) estuari adalah bentukan
massa air semi tertutup dilingkungan pesisir dan berhubungan langsung dengan
laut lepas, sangat dipengaruhi oleh adanya efek pasang-surut dan massa airnya
adalah campuran dari air laut dan air tawar. Adapun pengertian lain dari segara
Anakan yaitu merupakan suatu laguna yang terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah yang diapit oleh dua daratan yaitu Pulau Jawa dan Pulau Nusakambangan.
Wilayah tersebut merupakan perairan yang menjadi daerah migrasi dan asuhan
beberapa biota seperti udang, kepiting, dan ikan yang memiliki ekonomi tinggi.
Segara Anakan bisa juga dijadikan sebagai sumber mata pencaharian bagi
masyarakat di sekitar perairan Segara Anakan tersebut. Segara Anakan merupakan
ekosistem perairan estuari yang mendapat persediaan air tawar berasal dari
beberapa sungai besar yang bermuara di wilayah tersebut seperti Citanduy,
Cibereum/Cikonde, Cimeneng, Ujungalang, Sapuregel, dan Donan.

Gambar 1. Peta Lokasi di Cilacap, Jawa Tengah


(Sumber : Andi Fahmi Kasari, dkk (2016)

1
Menurut (Winarno dan Setyawan 2003; BPKSA 2006) keberadaan laguna ini
dipengaruhi oleh dua faktor yakni air dan bahan sedimen Sungai Citanduy serta air
pasang surut Samudera Hindia yang melalui celah barat Pulau Nusakambangan
dan alur timur Sungai Kembangkuning (Selat Nusakambangan). Sungai-sungai
tersebut membawa lumpur yang kemudian akan mengendap di laguna. Pulau
Nusakambangan menjadi penghalang bagi ombak yang berasal dari laut lepas.
Adanya substrat yang cocok dan ombak yang nyaris tidak ada kondisi yang bagi bagi
keberadaan ekosistem mangrove. Di Kebumen telah terjadi gelombang pasang di
sekitar 120 warung di empat wisata pantai dengan setinggi 5-7 meter. Namun
gelombang ini tetap diwaspadai oleh masyarakt karena dapat menusuk ke daratan
sejauh 50 meter. Tidak hanya di Kebumen, tetapi di Pesisir Selatan Cilacap juga
terkena terjangan ombak,sehingga titik tanggul penahan ombak diwilayah itu
terkikis. Jadi gelombang tinggi bisa terjadi karena datangnya musim angin timur.

Pengaruh terbesar perairan estuari adalah kegiatan yang terjadi di sekitar


kawasan perairan. Kegiatan pertanian, pertambakan, dan segala aktivitas di sekitar
kawasan menyangkut kegiatan domestik dan industri yang berkaitan dengan
pencemaran (Tjahjo dan Riswanto 2013). Menurut (Hartono, 2013) juga menyatakan
bahwa keberadaan aktivitas industri turut berpotensi menimbulkan masuknya
bahan pencemar yang berbahaya dan beracun ke dalam perairan, sehingga akan
menurunkan kualitas lingkungan. Pembuangan air industri dan kegiatan secara
terus menerus bukan hanya mencemari badan air namun juga mencemari sedimen
(Mokoagouw, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Fahmi Kasari dkk (2016).
Penelitian dilakukan dengan melakukan beberapa kegiatan penelitian yaitu
pengamatan, pengambilan sampel di lapangan dan analisis laboratorium.
Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian yaitu suhu, kecerahan,
salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), Pb, Cd dan Hg. Berikut adalah hasil dari
pengukuran parameter yang diteliti sebagai berikut :

1. Hasil pengukuran suhu air di Estuari Sungai Donan berkisar antara 28,32-
29,07 °C. Suhu terendah berada distasiun 4, yaitu sebesar 28,32 °C. Suhu
tertinggi berada distasiun 3, yaitu sebesar 29,07 °C. Terdapat hasil dalam
urutan ke-5 stasiun terdapat pengambilan contoh yang terlihat bahwa suhu
perairan tersebut berada pada kisaran 28-32 °C sesuai dengan baku mutu
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004.

2
2. Salinitas Perairan Estuari Sungai Donan terdapat presentase berkisar 28,33-
32,83‰. Salinitas tertinggi berada di stasiun 4, yang disebabkan karena
stasiun 4 berada di dekat laut. Salinitas terendah berada di stasiun 5.
Berdasarkan nilai pengukuran salinitas bahwa salinitas yang terukur berada
di bawah baku mutu sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup (Kepmen LH) No. 51 tahun 2004, yakni sebesar
34‰. Rendahnya salinitas di stasiun 5 disebabkan oleh stasiun ini
merupakan muara sungai dan di stasiun tersebut juga merupakan
pertemuan beberapa aliran sungai. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Salwiyah, 2010) bahwa perairan yang dipengaruhi oleh aliran sungai
memiliki salinitas yang rendah jika dibandingkan dengan perairan yang tidak
dipengaruhi oleh aliran sungai (pengaruh air laut yang menyebabkan
salinitas tinggi).
3. Hasil pengukuran pH di estuari Sungai Donan di semua stasiun adalah 7.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa hasil pengukuran pH berada
pada kisaran 7-8,5 sebagaiamana ditetapkan dalam baku mutu Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004. Hasil pengukuran
oksigen terlarut di estuari Sungai Donan berkisar antara 7,03–8,60 ppm.
Kandungan oksigen terlarut tertinggi berada di stasiun 4, sedangkan
terendah berada di stasiun 1. Berdasarkan hasil pengukuran, oksigen
terlarut memiliki nilai > 5 ppm yang sesuai dengan baku mutu dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Kepmen LH) No. 51 tahun
2004.
4. Hasil pengukuran logam berat timbal (Pb) di estuari Sungai Donan berada
pada kisaran antara 0,0060-0,0240 ppm. Konsentrasi logam berat tertinggi
terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,0240 ppm, sedangkan konsentrasi
terendah terdapat pada stasiun 4, yakni 0,0060 ppm. Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa logam berat timbal (Pb) telah melewati baku mutu
sesuai yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 51 tahun 2004 yaitu sebesar 0,0008 ppm. Kadar Pb sebesar 0,1-0,2 ppm
dapat menyebabkan keracunan pada jenis biota tertentu. Biota-biota
perairan seperti krustase akan mengalami kematian jika biota itu berada
dalam perairan yang terlarut Pb dengan konsentrasi 2,75-49,0 ppm setelah
245 jam (Tarigan et al, 2003).
5. Hasil pengukuran logam berat merkuri (Hg) di estuari Sungai Donan berkisar
antara 0,0028-0,044 ppm. Konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun 2

3
sebesar 0,044 ppm, sedangkan konsentrasi terendah terdapat pada stasiun
1, yakni 0,0028 ppm. Hasil yang didapatkan dari ke-5 stasiun menunjukkan
bahwa logam berat merkuri (Hg) telah melewati baku mutu sesuai yang
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Kepmen LH)
No. 51 tahun 2004 sebesar 0,001 ppm.
6. Hasil pengukuran logam berat kadmium (Cd) menunjukkan bahwa
konsentrasi berkisar antara 0,0073-0,0080 ppm. Konsentrasi logam berat
tertinggi terdapat pada stasiun 4, sedangkan konsentrasi terendah terdapat
pada stasiun 1, 2, dan 3. Dari hasil pengukuran ini, konsentrasi logam berat
kadmium (Cd) telah melewati baku mutu yang sesuai ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, yaitu 0,001
ppm. Hasil perhitungan nilai PIj memperlihatkan bahwa indeks pencemaran
ditunjukkan pada stasiun 1 hingga satsiun 5 tergolong ke dalam kategori
cemar ringan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 51 tahun 2004 (1,0 < Pij ≤ 5,0). Logam kadmium (Cd) bersifat racun dan
merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk
manusia (Tarigan et al, 2003). Pada umumnya sumber cemaran Cd berasal
dari limbah industri yang melibatkan Cd sebagai bahan produksinya
(Suherman, 2011). Hasil pengukuran logam berat kadmium (Cd)
menunjukkan bahwa konsentrasi berkisar antara 0,0073-0,0080 ppm.
Konsentrasi logam berat tertinggi terdapat pada stasiun 4, sedangkan
konsentrasi terendah terdapat pada stasiun 1, 2, dan 3. Dari hasil
pengukuran ini, konsentrasi logam berat kadmium (Cd) telah melewati baku
mutu yang sesuai ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004, yaitu 0,001 ppm.

Perairan Estuari Segara Anakan memiliki potensi yaitu kesesuaian wilayah


perairannya yang sebagai tempat produksi budidya kerang, karena kawasan Segara
Anakan ini berair payau yang terhubung dengan laut kanal barat dan timur. Kondisi
itu sangat berpotensi bagi pertumbuhan hutan mangrove, serta menjadi daerah
pemijahan, asuhan dan mencari pakan berbagai jenis ikan, udang, kepiting, kerang
dan biota lainnya.

Mengapa Perairan Estuari Segara Anakan di Cilacap Jawa Tengah harus


dilestarikan, karena Perairan Estuari Segara Anakan ini memberikan manfaat sosial
yaitu sebagai tempat produksi budidaya kerang dimana produksi tersebut sebagai
mata pencaharian bagi masyarakat sekitar perairan. Bukan hanya memberikan

4
manfaat sosial bagi warga sekitar tetap juga bermanfaat bagi biota lain seperti ikan,
udang, kepiting dan lain-lain.

5
Daftar Pustaka

Andi Fahmi Kasari, Hefni Effendi, & Sulistiono. (2016). Lingkungan perairan estuari
Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah sebagai dasar pengembangan
perikanan . Prosiding Seminar Nasional Ikan ke-9 , 12.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Penerbit Pradnya Paramita.
Jakarta. 305 hlm

Hartono, Siregar AS, Nuning VH. 2013. Status pencemaran perairan Plawangan
Timur, Segara Anakan berdasrkan kandungan logam berta Cd dalam air dan
sedimen. Omni-akuatika 12 (16):15-27.

Ridlo, M. (2019). Gelombang Pasang Laut Selatan, Apa Kabar Cilacap? Jawa
Tengah: Liputan 6.com.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup


Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

Mokoagouw D. 2008.Indeks keanekaragam biota perairan sebagai indicator biologis


pencemaran logam berat di peraian pantai Bitung, Sulawesi Utara. Ekoton 8(2):
31-40.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd.


Philadelphia.

Suherman R. 2011. Uji kadar logam Pb, Cd, dan Fe pada air Situ Cileduk Pamulang.
Skripsi. Fakultas Sains Teknik: UIN Syarif Hidayatullah

Winarno, F.G. 2003. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan Z, Edward, Rozak A. 2003. Kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn,
dan Ni dalam air dan sedimen di muara sungai Membramo, Papua dalam
kaitannya dengan kepentingan budidaya perikanan. Makaira Sains 7(3): 119-
127.

Tjahjo DWH & Riswanto. 2013. Status terkini dan alternative penegelolaan
sumberdaya ikan di laguna Segara Anakan, Cilacap. Kebijakan Perikanan
Indonesia 5(1): 9-16.

Winarno, F.G. 2003. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai