Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL TAKSONOMI HEWAN

KOMPONEN ABIOTIK HEWAN AIR MUARA (ESTUARI)

RAHMI KURNIATI
NIM. 16177031

Dosen Pembimbing:
Dr. Abdul Razak, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

ARTICLE
KOMPONEN ABIOTIK HEWAN MUARA (ESTUARI)
Rahmi Kurniati, Abdul Razak
Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
Correspondence to: rahmikurniati2@gmail.com
Abstrak
Muara (estuari) adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai
dan berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara
air tawar dan air laut. Ekosistem muara (estuari) merupakan ekosistem yang kompleks
dan menyediakan habitat yang kaya nutrien bagi biota akuatik. Nutrien yang
dihasilkan pada ekosistem muara merupakan hasil dari sedimentasi bahan-bahan
organik maupun hasil dari pembusukan pembuangan aktivitas makhluk hidup. Kadar
nutrien yang melimpah sehingga biota aquatik sangat cocok hidup di ekosistem muara,
seperti ikan, dan fitoplankton lainnya. Tingkat salinitas muara berkisar antara 1- 33
0
. Ekosistem estuari dapat dibedakan berdasarkan kadar salinitasnya menjadi
00
tiga bagian dan kadar salinitas masing-masing yaitu oligohaline (0,5-3 ppt),
mesohaline (3-14,5 ppt), dan polihaline (16,5-30 ppt). Keseimbangan ekosistem
muara dipengaruhi oleh komponen abiotik seperti intensitas cahaya, kekeruhan,
suhu, kadar oksigen terlarut, salinitas dan konduktivitas, nutrien, keadaan tanah,
pH perairan dan kandungan bahan organik.
Kata penting: Estuari

A.

Pendahuluan
B. Muara

muara berkisaran antara 1- 33

(estuari)

merupakan

wilayah pertemuan sungai dengan laut.


estuari merupakan karakteristik dengan
iktiofaunanya

yang

relatif

rendah,

namun memiliki kelimpahan individu


pada tingkatannya (Solari, dkk. 2015).
Wilayah

muara

dipagari

oleh

lempengan lumpur atau yang dikenal


dengan rawa garam yang luas. Tingkat
salinitas muara memilki gradasi secara
bertahap, dimulai dari air tawar dengan
kadar salinitas 0 hingga air laut yang
memiliki salinitas 34

0
. Salinitas
00

0
,
00

tingkat salinitas muara dipengaruhi


oleh siklus pasang surut air laut
(Iswandi, 2012).
C. Air muara yang berasal dari air
sungai membawa sedime (lumpur) dan
pasir hasil aktivitas manusia di darat
yang

menjadikan

sungai

sebagai

pembuangan. Sedimen yang terdapat di


muara

sangat

dipengaruhi

oleh

gelombang air laut. ketinggian air laut


yang mengenai daerah muara akan
menyebabkan
sehingga

terkikisnya

mengganggu

sedimen,
kehidupan

makhluk hidup dibawahnya (Wardhani,


2011).

D. Ekosistem estuari merupakan


ekosistem

yang

merupakan

produktif

area

ekosistem

yang

pertemuan
berbeda.

manusia seperti air buangan dari

karena

proses-proses industri dan buangan

dua

domestik. Pencemaran suatu perairan

Muara

akan

mengganggu

kebermanfaatan

memiliki karakteristik khusus bagi

suatu ekosistem. Zat-zat beracun atau

biota aquatiknya terhadap habitat yang

muatan bahan organik yang berlebih

terbentuk.

akan

Ekosistem

muara

akan

menyebabkan

kadar

oksigen

membentuk heterogenitas habitat yang

terlarut dalam air berkurang (Salmin,

menyebabkan

2005). Oleh karena itu perlu disadari

peningkatan

daya perairan terutama ikan.


Ekosistem muara
E.
memiliki

persediaan

sumber

bahwa
(estuari)

unsur karbon

organik yang banyak terseimpan dalam


endapan

sedimen

lumpur.

Bahan

organik tersebut diperoleh akibat aliran


tanah

yang

teresterial.
organik
tumbuhan

berasal

dari

daerah

Sebagian

besar

bahan

tersebut

dihasilkan

berpembuluh

dan

dari
alga.

Akibatnya, muara berfungsi sebagai


reaktor biogeokimia. Sehingga, dapat
meningkatkan produksi primer bagi
ekosistem tersebut (Cloern, dkk. 2014).
Menurut Caffrey (2004) bahwa jumlah
respirasi

ekosistem

muara

setiap

tahunnya melebihi produksi primer


kotor. Sebagian besar ekosistem muara
mengubah bahan organiknya menjadi
anorganik dan CO2.
F. Ekosistem muara

menjaga

ekosistem

kestabilan

akan

memberikan

keseimbangan ekosistem.
G.
H.
Komponen Abiotik
Muara
I. Komponen

suatu

abiotik

Hewan
yang

berperan penting dan mempengaruhi


keseimbangan

ekosistem

muara

(estuari) diantaranya intensitas cahaya,


kekeruhan,

suhu,

kadar

oksigen

terlarut, salinitas dan konduktivitas,


nutrien, keadaan tanah, pH perairan
dan kandungan bahan organik.
J.
1. Intensitas cahaya
K. Intensitas cahaya adalah jumlah
energy berupa pancaran cahaya yang
memasuki suatu perairan. Perairan
muara umumnya dangkal, sehingga
cukup menerima sinar matahari untuk

(estuari)

menyokong kehidupan fitoplankton.

merupakan perairan yang produktif,

Namun, kapasitas cahaya yang mampu

namun memiliki kerentanan untuk

melakukan penetrasi ke dasar muara itu

tercemar. Pencemaran pada wilayah

sangat

muara dapat disebabkan oleh aktivitas

kekeruhan yang tinggi, sehingga sulit

kecil.

Muara

memiliki

untuk ditembus cahaya (Muylaert dan

N. Berdasarkan penelitian Kasry

Lancelot, 2011). Peningkatan buangan

dan Fajri (2012) di Sungai Siak Kepri

sedimen pada ekosistem perairan yang

diperoleh hasil bahwa kecerahan di

disebabkan oleh berbagai kegiatan

Sungai Siak tergolong rendah dengan

pada daerah atas (up land) akan

nilai

berdampak pada kehidupan lingkungan

dibandingkan

pesisir

normalnya

yang

dapat

mengganggu

22,16

32,53

cm,

dengan
untuk

jika

ketetapan
biota

laut

penetrasi cahaya yang masuk ke dalam

(Kep.No.51/ MENLH/ 2004) yaitu 5

air (Amelia, dkk, 2014).

m.

L. Intensitas cahaya yang sampai

O.

ke dasar perairan itu dipengaruhi oleh

P.

ketingian dasar. Sedangkan ketinggian

2. Kekeruhan (Turbiditi)
Q. Kekeruhan (turbiditi) adalah

dasar juga dipengaruhi oleh topografi


tanah. Intensitas cahaya ini akan
mempengaruhi kondisi dan tingkah
laku biota di dalamnya. Bagi biota
yang memiliki respon positif terhadap
cahaya maka akan

hidup dekat

permukaan, sedangkan bagi biota yang


merespon negatif terhadap cahaya akan
M. Hal ini juga mempengaruhi
aktivitas fitoplankton untuk melakukan
fotosintesis. Menurut Nybakken (1993)
menyatakan bahwa fitoplankton akan
menuju permukaan muara pada siang
hari untuk memperoleh cahaya yang
digunakan

fotosintesis.

pada

Pada

malam

proses
hari

fitoplankton akan menuju dasar muara


untuk

melakukan

karena

itulah

respirasi.

jumlah

dari

tergenang

butir-butir

dalam

zat

air.

yang

Kekeruhan

disebabkan oleh bahan organik dan


anorganik yang tersuspensi dan terlarut
di dalam air. Menurut Muylaert dan
Lancelot (2011) menyatakan bahwa
kekeruhan

tinggi

ini

disebabkan

konsentrasi tinggi sedimen tersuspensi

hidup jauh dari permukaan

akan

jumlah

Oleh

fitoplankton

melimpah pada kedalaman 20 m.

yang didorong oleh tiga mekanisme


yang bekerja pada lokasi yang berbeda
sepanjang estuary; (1) arus pasang
surut atau angin atau aksi gelombang
mengakibatkan

resuspensi

sedimen

bawah di muara dangkal; (2) akumulasi


lokal dari materi tersuspensi di disebut
kekeruhan maximal; (3) input sungai
dalam

jumlah

besar

sedimen

tersuspensi asal darat ke muara.


R. Berdasarkan penelitian Kasry
dan Fajri (2012) bahwa Kekeruhan
yang

terdapat

pada

Sungai

Siak,

Bengkalis, Kepri telah melebihi batas

curah hujan dan penguapan (Harlyan

ambang.

dan Sari, 2014).


W. Nilai baku mutu suhu untuk

Hal

ini

diduga

karena

banyaknya partikel yang melayanglayang

diperairan

seperti

tanah,

lumpur, detritus, pasir dan buangan


limbah

dosmetik

lainnya.

Kondisi

muara di Sungai Siak sudah mulai


tercemar dalam hal kekeruhannya. Hal
ini disebabkan oleh gangguan

dari

kegiatan domestik, industri, pertanian


atau perkebunan.
S. Menurut Effendi (dalam Kasry

ekosistem muara menurut MENLH no


51 tahun 2004 adalah 28- 320C.
Menurut

Kasry

dan

Fajri

(2012)

menyatakan bahwa suhu di Sungai


Siak berkisar antara 30,42-31,110C.
Menurut Efriyeldi (dalam Kasry dan
Fajri,

2012)

menyatakan

dangkalnya

bahwa

suatu

menyebabkan

perairan

pengaruh

pemanasan

dan Fajri, 2012), penyebab tingginya

cahaya matahari dapat mencapai dasar

nilai padatan tersuspensi akibat kikisan

perairan. Menurut penelitian Ajani dan

air tanah yang terbawa oleh arus air.

Balogun (2015) di sebuah muara sugai

Menurut Ajani dan Balogun (2015)

tropis diperoleh data bahwa Suhu air

menyatakan bahwa nilai kekeruhan

berfluktuasi dari 220C ke 330C. Dengan

lebih tinggi pada musim kemarau

kesimpulan bahwa suhu perairan akan

daripada musim hujan.


T. Di muara keruh, fitoplankton

meningkat

pada

musim

kemarau

sering menghabiskan sebagian besar

dibandingkan musim hujan.


X. Kenaikan suhu air

waktu

dan

menimbulkan beberapa akibat yaitu

fotosintesis hanya terjadi di periode

jumlah oksigen terlarut di dalam air

pendek

menurun,

dalam
yaitu

kegelapan
ketika

fitoplankton

kecepatan

reaksi

akan

kimia

diangkut ke zona dangkal yang terkena

meningkat, kehidupan ikan dan hewan

cahaya.

air lainnya terganggu, meningkatkan

U.

viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan


3. Suhu
V. Suhu merupakan derajat panas

dinginnya suatu perairan. Suhu suatu


perairan dipengaruhi oleh faktor seperti
musim,

lintang,

penutupan

waktu,

sirkuasi

udara,

awan,

ketinggian

permukaan laut, intensitas matahari,

volatiliasi atau menurunkan kelarutan


gas dalam air seperti misalnya gas N2.
Perubahan
perairan

suhu
pesisir

suatu
juga

badan

air

berpengaruh

terhadap proses fisika, kimia, dan


biologi perairan (Amelia, 2014).
Y. Suhu merupakan indikator
penting untuk mengetahui kualitas

habitat terhadap spesies muara. Suhu

Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam

air

jenis

keadaan diam relatif lebih sedikit

tanaman dan hewan yang mampu

apabila dibandingkan dengan ikan pada

hidup di muara. setiap tumbuhan dan

saat bergerak. Selain itu oksigen juga

hewan memiliki kisaran suhu yang

berfungsi

sebagai pengoksidasi dan

berbeda-beda sesuai dengan tempat

pereduksi

bahan

berkembang

menjadi senyawa lain yang lebih

juga

Misalnya,

menginformasikan

dan

bereproduksinya.

salmon

hanya

akan

berkembang biak pada suhu di bawah


18 F. Jika air di muara adalah
memiliki kisaran suhu yang sesuai
dengan

spesies

yang

akan

mendiaminya. Oleh karena itulah suhu


memberikan
pengaruh

indikasi
negatif

bahwa

ada

mempengaruhi

keseimbangan biota muara. Perbedaan


suhu air menyebabkan terbentuknya
stratifikasi atau tigkatan pada suatu
perairan. Stratifikasi ini menyebabkan
parameter

kimia

dan

parameter

biologis yang berbeda daerah dalam

kimia

beracun

sederhana dan tidak beracun.


AC.
Ketersediaan

oksigen

terlarut memiliki nilai baku mutu yang


ditetapkan sebagai batas kesanggupan
minimal organisme untuk bertahan
hidup.

Menurut

Salmin,

2005)

Swingle
bahwa

(dalam

kandungan

oksigen terlarut (DO) minimum adalah


2 ppm dalam keadaan normal dan tidak
tercemar

oleh

senyawa

beracun

(toksik). Kandungan oksigen terlarut


minimum ini sudah cukup mendukung
kehidupan

organisme.

Idealnya,

kandungan oksigen terlarut tidak boleh


kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8

air.

jam dengan sedikitnya pada tingkat

Z.
4. Kadar Oksigen Terlarut
AA.
Jumlah oksigen terlarut
dalam perairan adalah faktor utama
yang menentukan jenis dan kelimpahan
organisme yang bisa hidup di sana.
Oksigen memasuki air melalui dua
proses alami: (1) difusi dari atmosfer
dan (2) fotosintesis oleh tanaman air.
AB.
Organisme memerlukan
oksigen relatif bervariasi tergantung
pada jenis, stadium dan aktifitasnya.

kejenuhan sebesar 70 %.
AD.
Tingkat oksigen terlarut
(DO) dipengaruhi oleh suhu dan
salinitas.

Dengan naiknya suhu air,

jumlah oksigen yang dapat larut dalam


air semakin berkurang. Hal serupa juga
terjadi pada tingkat salinitas suatu
perairan. Jika tingkat salinitas tinggi
maka jumlah DO semakin berkurang.
AE.
Pada
permukaan
perairan, kadar oksigen lebih tinggi,
karena adanya proses difusi antara air

dengan udara bebas serta adanya

mereka mengkonsumsi oksigen. Kadar

proses fotosintesis. Selain itu, dengan

Oksigen dapat menurun ketika banyak

bertambahnya

dapat

tanaman mati dan membusuk. Selain

menjadikan penurunan kadar oksigen

itu, ketika bahan organik memasuki

terlarut, karena proses fotosintesis

muara akan menurunkan kadar DO.

semakin berkurang dan kadar oksigen

Masuknya nutrisi yang banyak akan

yang ada banyak digunakan untuk

merangsang perumbuhan ganggang.

pernapasan dan oksidasi bahan-bahan

Ketika ganggang mati dan membusuk

organik dan anorganik (Salmin, 2005).


AF.Faktor yang mempengaruhi

akan terjadi proses dekomposisi yang

kedalaman

suhu suatu perairan yaitu dekomposisi


bahan organik dan oksidasi bahan
organik (Hadinaftah dalam Harlyan
dan Sari, 2015). Dalam penelitiannya
bahwa konsentrasi DO di perairan
sungai porong berkisar antara 8,3- 8,9
mg/L. Menurut Balogun dan Anjani
bahwa

kadar

DO

akan

sedikit

mengalami penurunan pada musim


kemarau dan meningkat pada musim
hujan.
AG.

Ekosistem

muara

di

Sungai Siak memiliki kadar DO yang

akan mengurangi kadar oksigen. Bila


kadar oksigen terus menerus menurun
maka akan menyebabkan hipoksia
(oksigen sangat rendah) kondisi yang
dapat membunuh hewan air.
AI.
5. Salinitas dan Konduktivitas
AJ. Salinitas merupakan jumlah
kadar garam pada suatu perairan.
salinitas

muara

bervariasi

sesuai

daerahnya masing-masing. Secara baku


mutu kadar salinitas muara berkisar
antara 1- 33

0
. Ekosistem estuari
00

bervariasi disepanjang sungai. Pada

dapat dibedakan berdasarkan kadar

kawasan yang ditumbuhi oleh vegetasi

salinitasnya menjadi tiga bagian dan

rumput di tepian sungai memiliki

kadar salinitas masing-masing yaitu

kandungan DO yang tinggi. Hal ini

oligohaline (0,5-3 ppt), mesohaline (3-

terjadi karena vegetasi rumput tersebut

14,5 ppt), dan polihaline (16,5-30 ppt)

memiliki

(Soetjipta, 1993).
AK.
Kondisi salinitas yang

melakukan

peluang

besar

fotosintesis

untuk
sehingga

menyuplai oksigen kedalam perairan


(Kasry dan Fajri, 2012).
AH.
Konsentrasi DO pada

berbeda-beda

dapat

terjadi

secara

bergantian yang dipengaruhi oleh curah


hujan. Menurut penelitian Abowei

suatu perairan dapat diturunkan oleh

(2010) menyatakan salinitas di muara

bakteri, jamur, dan ganggang karena

sungai di Nigeria umumnya terjadi

pertukaran antara Oligohaline (0-5 )

kadar salinitas juga dipengaruhi oleh

dan

pasang surut air laut.


AN.
Konduktivitas

mesohaline

(18/5

yang

dipengaruhi oleh curah huan selama 2

adalah

ukuran seberapa kuat suatu perairan

bulan.
AL.

Kadar salinitas muara

dapat

menghantarkan

listrik.

Pada

akan senantiasa berubah sesuai jumlah

ekosistem muara tingkat konduktivitas

peningkatan air tawar. Jika ait tawar

trendah

meningkat maka kadar sanitas akan

mengalir dan tingkat tertinggi dimana

menjadi

pada

air laut masuk. Kandungan garam

musim kemarau salinitas meningkat

seperti natrium, kalsium, magnesium,

sehingga memicu masuknya hewan air

dan klorida apabila dilarutkan dalam

laut ke muara. Menurut penelitian

air

Ajani

Konduktivitas

berkurang.

dan

Namun,

Balogun

(2015)

yang

adalah

akan

dimana

air

membentuk
dan

salinitas

tawar

ionik.
akan

melakukan penelitian pengaruh abiotik

menurun apabila terjadi hujan yang

terhadap kumpulan ikan di muara

akan

sungai Badagry menyatakan bahwa


terhadap kehidupan ikan disana. Hal ini

mengalirkannya ke muara.
AO.
6. Nutrien
AP.Pada ekosistem muara banyak

dikarenakan ikan air tawar maupun

jenis spesies yang dapat hidup karena

ikan air laut yang menempati muara

muara kaya akan nutrien yang berasal

akan dapat beradaptasi hingga toleransi

dari sungai. Menurut Cloern, dkk

tertentu, bila sudah mencapai batas

(2014) menyatakan bahwa ekosistem

toleransi ikan tersebut dapat menuju ke

estuari memiliki masukan nutri lebih

habitat aslinya.
AM.
Hewan-hewan

besar daripada ekosistem lain. Hal

kadar salinitas memiliki pengaruh kecil

hidup

di

air

payau

yang
biasanya

mempunyai toleransi terhadap kisaran


salinitas yang lebih besar dibandingkan
dengan organisme yang hidup di air
laut dan air tawar (Kasry dan Fajri,
2012). Menurut Ajani dan Balogun
(2015)

bahwa

kadar

salinitas

meningkat pada musim kemarau dan


menurun pada musim hujan. Selain itu

menyebabkan

air

tawar

tersebut dibuktikan dengan banyaknya


Fitoplankton yang hidup disana. Selain
itu

Beberapa

spesies

diantaranya

ganggang dan fitoplankton. Selain itu


terdapat komunitas hewan diantaranya
cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Menurut Ajuonu, dkk (2011) yang
melakukan penelitian di muara Bonny
menyatakan

bahwa

disana

banyak

ditemukan Diatom yang bermanfaat

sebagai indikator kualitas air dan

daerah pembesaran, perlindungan, dan

keadaan lingkungan. Sehingga disana

lumbung makanan.
AS.
Ekosistem estuari sangat

dijadikan sebagai tempat penangkaran

dipengaruhi oleh keadaan sungai. Bila

dan pembibitan Diatom.


AQ.
Ekosistem

estuari

didaratan

manusia

cenderung

memiliki kondisi yang berbeda-beda

menjadikan sungai sebagai tempat

dimasing-masing

Menurut

pembuangan maka akan berdampak

melakukan

buruk hingga ke muara. Muara akan

penelitian di muara Mayangan, Jawa

memberikan manfaat yang berlimpah

Barat diperoleh hasil bahwa disana

apabila kondisi lingkugan abiotiknya

didominasi oleh spesies ikan. Pada

terjaga.
AT.
AU.
7. Keadaan Tanah
AV.Ekosistem estuari

Zahid,

dkk

negara.
(2011)

tahun 2010-1011 Jenis ikan yang


terbanyak terkoleksi berasal dari Famili
Carangidae berjumlah 9 spesies disusul
Famili Leiognathidae dan Sciaenidae
(masing-masing 8 spesies).
AR.
Pada penelitian

dasar

perairan

yang

memiliki

terdiri

atas

endapan lumpur yang telah mengalami


ini,

sedimentasi. Sedimen yang terdapat

ditemukan ikan-ikan pada stadia larva

pada dasar muara terbentuk akibat

dan juwana terutama di zona perairan

aktivitas manusia berupa pembuangan

alur sungai berhutan mangrove dan

limbah rumah tangga, domestik, dan

muuara sungai, seperti larva dari

pabrik yang mengalirkan pada muara.

kelompok Mugilidae dan Ambassis

Selain itu juga berasal dari tumbuhan

serta juwana Periophthalmus. Fakta

dan

lain yang terungkap adalah ditemukan

sebagai detritus.
AW.
Struktur sedimen pada

beberapa fauna ikan yang ketika


dewasa hidup di laut, namun saat
larva dan juwana berada di muara
sungai

dan

sungai,

seperti

ikan

Pomadasys kaakan, Eleutheronema


tetradactylum,

Terapon

theraps,

Leiognathus equulus, dan Sphyraena


jello. Hasil penelitian ini menegaskan
peran

fungsional

estuari

sebagai

biota

abiotik

yang

berperan

muara sungai Tuntang Morodemak


terdiri atas 3 jenis yaitu pasir, lumpur,
dan liat. Hal ini berkaitan dengan
kandungan bahan organik sedimen
yang ada di dasar perairan. Bahan
organik di perairan terdapat sebagai
partikel tersuspensi, bahan organik
yang mengalami perubahan dan bahan
organik yang berasal dari daratan dan
terbawa oleh aliran sungai.

AX.
8. pH perairan
AY.pH perairan adalah ukuran dari
seberapa asam atau basa suatu perairan.
rentang skala pH 0-14. pH kurang dari
7 bersifat asam, dan pH besar dari 7
bersifat

basa.

Derajat

keasaman

wilayah muara memiliki perbedaan


daerah sesuai kondisi yang terjadi pada
muara tersebut.
AZ.
penelitian

yang

dilakukan oleh Supiyati (2012) di


Muara

Sungai

Hitam

Bengkulu diperoleh data

Provinsi
mengenai

derajat pH pada tiap-tiap kondisi.


Derajat keasaman atau pH terbesar saat
pasang berada di daerah hulu, hal ini
diakibatkan karena pada daerah ini
kandungan salinitasnya tidak terlalu

terbawa dari daerah hulu dan tengah


muara sungai (Supiyati, 2012).
BA.
Faktor abiotik Sungai
Siak menggambarkan gradasi masingmasingnya. pH muara Sungai Siak
lebih rendah di bagian hulu karena
dipengaruhi oleh hutan gambut dan
rawa-rawa. Sedangkan pH di hilir
semakin

tinggi

karena

telah

dipengaruhi oleh air laut.


BB.
pH sangat berpengaruh
bagi kelangsungan hidup biota aquatik.
Kebanyakan organisme tidak dapat
bertahan hidup di bawah pH 5 atau di
atas Ph 9. pH juga digunakan sebagai
untuk memantau kondisi keamanan
suatu perairan. Misalnya, kebanyakan
logam lebih mudah larut dan sering

besar karena berada jauh dengan air

lebih beracun pada pH rendah.


BC.
Air di permukaan bumi

laut, sehingga air laut yang masuk ke

biasanya memiliki derajat keasaman

daerah hulu hanya sedikit. Derajat

yang

keasaman atau pH terbesar di daerah

fotosintesis,

hilir, ini disebabkan karena pada

karbon dioksida (CO2) dari air dan

daerah hilir saat surut lebih banyak

melepaskan oksigen (O2). CO2 ketika

terjadi

yang

larut dalam air menjadi asam karbonat,

terbawa dari daerah hulu muara sungai

pengikatan CO2 oleh tumbuhan akan

tersebut. pada musim panas nilai pH

menyebabkan air menjadi lebih basa.


BD.
Proses respirasi akan

penumpukkan

zat-zat

yang besar di daerah hilir, hal ini


diakibatkan karena pada saat panas
maka derajat keasaman pada daerah
hilir akan meningkat. Pada saat hujan
Tingkat pH yang besar di daerah hilir
karena di daerah ini banyak terdapat
gas oksida yang larut dalam air yang

rendah.

melepaskan

Melalui

tanaman

CO2

ke

proses

mengambil

dalam

air,

sehingga mengakibatkan pH rendah,


sehingga tingkat pH akan turun pada
malam hari di musim panas. Semua
organisme air memiliki kisaran pH
disesuaikan

dengan

kelangsungan

hidup mereka. Bila organisme berada

dengan sedimen di dasar perairan.

pada kadar pH yang tidak sesuai, maka

Aliran sungai yang membawa pasokan

akan menyebabkan tanaman tersebut

material anorganik maupun organik

stress dan mengalami kematian.


BE.
9. Bahan Organik
BF.Muara memiliki persediaan

secara terus menerus dapat memacu

besar karbon organik karena hubungan

maupun

mereka

sedimen.

dengan

memberikan

tanah

bahan

yang

organik

dari

proses

konsolidasi

sedimen

dasar

kawasan pesisir sebagai sumber nutrisi

BI.

pembentuk

struktur

Berdasarkan

penelitian

limpasan dan nutrisi yang mendukung

Suprapto,

tingginya tingkat produksi primer.


BG.
Perairan
estuari

bahwa bahan organik total dalam

dicirikan

adanya

fluktuasi

bahan

organik dari aktivitas luar. Bahan


organik yang terlalu besar berpotensi
dapat menurunkan kualitas lingkungan
perairan. Bahan organik selanjutnya
bersama dengan parameter kimia dan
fisika khususnya seperti pasang surut,
arus, pengadukan akan masuk ke dalam
ekosistem laut. Percampuran baik air
tawar dan air laut yang membawa
bahan

organik

apabila

keduanya

bertemu dan tingkat percampurannya


tergantung pada faktor lingkungan
pada satu sisi akan dapat memasok
nutrien

penting

yang

mendukung

produktivitas perairan (Rahmwati, dkk.


2014).
BH.

Beberapa

kandungan

bahan organik air seperti nitrat (NO3),


pospat

(PO4).

Kandungan

bahan

organik ini dapat menjaga kesuburan


perairan, karena dapat berinteraksi

dkk

fisik

(2014)

menyatakan

sedimen menunjukkan bahwa kadarnya


bervariasi dengan kecenderungan tiggi
pada kawasan muara ke arah barat dan
barat laut. Hal yang sama juga
ditunjukkan

oleh

Sementara

itu

menyebar

merata

total

total

nitrogen.

fosfat
pada

relatif
sedimen

perairan wilayah kajian.


BJ. Selain

kaya

akan

nutrien,

ekosistem muara juga dapat tercemar


oleh kandungan kimia yang berbahaya.
Menurut

Harlyan dan Sari (2014)

melakukan penelitian di muara sungai


Porong

Sidoarjo,

Jawa

Timur

menyatakan bahwa di muara sungai


telah tercemar oleh konsentrasi logam
berat seperti Pb, Cu, Zn. Salah satu
penyebab pencemaran logam ini adalah
lumpur lapindo.
BK.
BL.

Referensi

BM.

Abowei, J.F.N. 2010. Salinity,


Dissolved Oxygen, pH and
Surface Water Temperature

BN.

BO.

BP.

BQ.

BR.

BS.

BT.

BU.

Conditions in Nkoro River,


Niger Delta, Nigeria. Advance
Journal of Food Science and
Technology. Vol. 2 No. 1.
Ajani, E.K. dan Balogun, K.J.
2015. Assessment of the Impact
of Abiotic factors on the Fish
assemblages in a Tropical
Estuary
Creek.
Scientific
Journal Of Environmental
Sciences. Vol. 4 No. 2.
Amelia, Yusty. 2014. Sebaran
Struktur
Sedimen,
Bahan
Organik, Nitrat Dan Fosfat Di
Perairan
Dasar
Muara
Morodemak.
Diponegoro
Journal Of Maquares. Vol. 3
No. 4.
Cloern, J.E. dkk. 2014.
Phytoplankton
Primary
Production In The World`s
Estuarine-Coastal Ecosystems.
Biogeosciences.
Harlyan, Ledhyane dan Sari,
Syarifah Hikmah Julinda. 2015.
Konsentrasi Logam Berat Pb,
Cu Dan Zn Pada Air Dan
Sedimen Permukaan Ekosistem
Mangrove Di Muara Sungai
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Jurnal
Perikanan
dan
Kelautan.
Iswandi, U. 2012. Ekologi dan
Ilmu
Lingkungan
Hidup.
Padang: UNP Press. s
Kasry, Adnan dan Fajri, Nur El.
2012. Kualitas Perairan Muara
Sungai Siak Ditinjau Dari
Parameter Fisik-Kimia dan
Organisme Plankton. Berkala
Perikanan Terubuk. Vol. 40 No.
2
Lancelot dan Muylaert. 2011.
Trends
In
Estuarine
Phytoplankton
Ecology.
Elsevier: Belgium.
N, Ajuonu. dkk. 2011. The
abundance and distribution of
plankton species in the bonny
estuary; Nigeria. Agriculture

BV.

BW.

BX.

BY.
BZ.

CA.

CB.

And Biology Journal Of North


America.
Nybakken, J.W. 1993. Biologi
Laut
Suatu
Pendekatan
Ekologis. Diterjemahkan oleh
Eidman, Koesoebiono, D. G.
Bengen, M. Hutomo dan S.
Sukarjo. Gramedia: Jakarta.
Rahmawati, Iin. dkk. 2014.
Fluktuasi Bahan Organik Dan
Sebaran
Nutrien
Serta
Kelimpahan Fitoplankton Dan
Klorofil-A Di Muara Sungai
Sayung Demak. Diponegoro
Journal Of Maquares. Vol. 3
No. 1
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut
(DO) Dan Kebutuhan Oksigen
Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu
Indikator
Untuk
Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana. Vol. 30 No. 3.
Soetjipta. 1993. Dasar-dasar
Ekologi Hewan. Padang: UNP
Press.
Solari, Agustin. dkk. 2015. Fish
Assemblages in a Small
Temperate Estuary on the
Argentinian
coast:
spatial
variation,
Environmental
influence and Relevance as
Nursery
Area.
Brazilian
Journal Of Oceanography. Vol.
63 No. 3.
Supiyati,
dkk.
2012.
Karakteristik dan Kualitas Air
Di Muara Sungai Hitam
Provinsi Bengkulu Dengan
Software Som Toolbox 2.
Simetri, Jurnal Ilmu Fisika
Indonesia. Vol. 1 No. 2.
Suprapto, Djoko. 2014. Analisis
Kesuburan
Perairan
Berdasarkan Hubungan Fisika
Kimia Sedimen Dasar Dengan
NO3-N Dan PO4-P Di Muara
Sungai
Tuntang
Demak.
Available Online At Indonesian
Journal Of Fisheries Science
And Technology. Vol. 10 No. 1.

CC.

Zahid, Ahmad. dkk. 2011.


Iktiofauna Ekosistem Estuari
Mayanagn, Jawa Barat. Jurnal
Iktiologi Indonesia. Vol 11. No.
1
CD.

CI.

CE.
CF.

CG.
CH.

CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
CZ.
DA.
DB.
DC.
DD.

Anda mungkin juga menyukai