Anda di halaman 1dari 24

Impurities Air Permukaan Sungai Dan Danau

Disusun Oleh :
Nica Safira I P (40040117640008)
Anisa Rizqi R (40040117640021)
Indah Yuniarti (40040117640023)
Muhammad Makhdum I (40040117640042)
Dosen Pengampu : Ir. R. TD.Wisnu Broto,MT

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA


INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang”Impurities
Air Sungai Dan Danau”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pengetahuan dan dapat
memberi inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, 25 September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu pelarut yang sangat baik, kemampuan melarutkan yang baik ini
dikarenakan sifatnya yang polar.Air menyerap zat-zat dalam perjalanan daur hidrologinya,
sehingga menyebabkan air tersebut menjadi tidak murni lagi.Zat-zat itu disebut sebagai zat
pengotor atau impuritas.Kontaminan dalam air utamanya dikelompokan dalam dua kategori
yaitu bahan terlarut (dissolved matter) dan bahan yang tidak larut (non soluble
contaminants).
Air yang berasal dari sumber yang berbeda tentunya memiliki karakteristik yang berbeda
pula. Misalnya air hujan akan berbeda karakteristik serta kandungannya dengan air danau, air
pegunungan atau dari sumber yang lain. Air merupakan senyawa yang sangat diperlukan
dalam bidang industry karena mudah didapat dan harganya murah atau bahkan dapat diambil
tanpa perlu membayar. Namun dalam industri sebelum air didunakan, air harus diproses
untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan. Kesadahan dalam air merupakan salah
satu peristiwa yang harus dukurangi atau dihilangkan agar proses dalam pabrik berjalan
dengan lancar.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang diketahui tentang sumber air sungai dan danau?
2. Apa saja zat pengotor (impurities) dalam air?
3. Bagaimana proses penjernihan air?
4. Teknik-teknik apa yang digunakan dalam proses penjernihan air?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sumber air sungai dan danau beserta karakteristik dan kandungannya.
2. Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi zat pengotor.
3. Untuk mengetahui proses penjernihan air.
4. Untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam proses penjernihan air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sumber Air
AIR SUNGAI
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Menurut Sandy (1985), dalam
pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya
terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil dan atau besar, yang
disebut dengan istilah alur sungai (badan sungai).
Lingkungan Fisik Sungai
1. Kedalaman dan kecerahan sungai
Menurut Sandy (1985), kedalaman sungai sangat tergantung dari jumlah air yang
tertampung pada alur sungai yang diukur dari penampang dasar sungai sampai ke
permukaan air. Kedalaman air mempengaruhi jumlah, jenis hewan, kelimpahan, dan
distribusi hewan makrobenthos. Kedalaman perairan juga mempengaruhi penetrasi sinar
matahari ke dalam perairan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi
kebutuhan oksigen dan pertumbuhan organisme bentik (Sukarno, 1981; Zahidin 2008).
Interaksi antara kekeruhan dan kedalaman perairan akan mempengaruhi penetrasi cahaya
matahari sehingga mempengaruhi kecerahan suatu perairan.
Kecerahan dipengaruhi zat-zat yang terlarut dalam perairan sehingga berhubungan
dengan penetrasi sinar matahari. Menurut Nybakken (1988); Zahidin (2008) makin tinggi
kecerahan, maka intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan akan semakin besar.
2. Debit sungai
Debit sungai adalah besaran volume air yang mengalir per satuan waktu. Volume air
dihitung berdasarkan luas penampang dikalikan dengan tinggi air. Sumber air sungai
terbesar berasal dari curah hujan, di bagian hulu umumnya curah hujannya lebih tinggi,
dibanding di daerah tengah dan hilir.
3. Suhu air
Secara umum, temperatur air sungai secara horizontal dipengaruhi oleh ketinggian
tempat (elevasi). Sandy (1985), mengemukakan bahwa di daerah daerah hulu air sungai
relatif dingin, sedangkan di bagian tengah dan hilir semakin tinggi suhunya. Akan tetapi
Cole (1979); Zahidin (2008), menyatakan bahwa selain pemanasan bersumber dari
matahari, suhu air sungai juga sering bersumber dari batuan kapur dan atau panas bumi.
Tinggi rendahnya temperatur air sungai, akan berpengaruh terhadap kehidupan (biota)
perairan sungai.
4. Salinitas
Salinitas air sungai, di bagian hulu dan tengah hampir jarang dipengaruhi oleh
salinitas, berbeda dengan di daerah hilir. Tingginya salinitas air sungai di daerah hilir,
disebabkan oleh pengaruh pasang surut air laut. Salinitas akan mempengaruhi penyebaran
organisme baik secara horisontal maupun secara vertikal (Odum, 1971); Zahidin (2008).
Salinitas juga akan mempengaruhi penyebaran plankton, hewan makrobenthos dan
organisme perairan lainnya. Penurunan salinitas dapat menentukan distribusi dari
invertebrata perairan.
5. Padatan Tersuspensi
Muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan, menurut Sandy (1985) sangat
dipengaruhi oleh musim. Pada waktu musim penghujan kadungan lumpur relatif lebih
tinggi karena besaran laju erosi yang terjadi; sedangkan pada musim kemarau tingkat
kekeruhan air sungai dipengaruhi oleh laju aliran air yang terbatas menoreh hasil-hasil
endapan sungai.
Faktor Lingkungan Kimiawai Sungai
1. Saprobitas
Saprobitas perairan adalah keadaan kualitas air yang diakibatkan adanya penambahan
bahan organik dalam suatu perairan yang biasanya indikatornya adalah jumlah dan
susunan spesies dari organisme di dalam perairan tersebut.
Menurut Anggoro (1988); Zahidin (2008) bahwa tingkat saprobik akan menunjukkan
derajat pencemaran yang terjadi di dalam perairan dan akan diwujudkan oleh banyaknya
jasad renik indikator pencemaran.
2. DO
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di
dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan
terhambat (Ghufran dan Andi, 2007).
Menurut Cholik (1988) dalam Ghufran dan Andi (2007), oksigen dihasilkan melalui
proses difusi dari udara yang mengandung 20,95% oksigen. Proses ini terjadi sangat
cepat pada selaput permukaan air, namun berjalan sangat lambat ke lapisan yang lebih
dalam. Proses difusi ini baru dapat terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan oksigen di
dalam air dan di udara.
3. CO2
Karbondioksida pada atmosfer persentasenya sangat kecil, tetapi keberadaan CO2 di
perairan berasal dari berbagai sumber yaitu difusi dari atmosfer, air hujan, air yang
melewati tanah organik. Karbondioksida pada perairan lunak (soft water) yang memiliki
kesadahan (kadar kalsium dan magnesium) dan pH rendah, umumnya terdapat dalam
bentuk gas sangat sedikit yang terdapat dalam bentuk terikat sebagai bikarbonat dan
karbonat (Effendi, 2003).
4. Alkalinitas
Alkalinitas adalah konsentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air
dan biasa dinyatakan dalam mg/ l atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3).
Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan
total kesadahan air. Total alkalinitas pada lahan biasanya mempunyai konsentrasi yang
sama dengan total kesadahan air (Ghufran dan Andi, 2007).
5. Derajat keasaman (pH)
Menurut Ghufran dan Andi (2007), air yang banyak mengandung CO2 biasanya
mempunyai pH < 7 dan bersifat asam. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan
karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,
malah dapat membunuh hewan budidaya. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan
akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5–9,0, dan kisaran optimal adalah pH 7,5–8,7.
6. Kesadahan
Kesadahan air disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan
dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun dalam bentuk molekul (Ghufran dan Andi,
2007). Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada umumnya merupakan perairan yang
berada di wilayah yang memilki lapisan tanah pucuk (top soil) tebal dan batuan kapur.
Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil dari pada air tanah
(Effendi,2003).
AIR DANAU
Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi disuatu tempat yang
cukup luas yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya
mata air. Kebanyakan danau adalah air tawar dan banyak berada di belahan bumi utara pada
ketingggian yang yang lebih atas. Danau juga merupakan suatu cekungan pada permukaan
bumi yang berisi air.
Sifat Fisika Air Danau
1. Kecerahan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan
cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap
oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat
masuk kedalam badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis
untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagian cahaya yang diteruskan.
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang diungkapkan dengan satuan
meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan
tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena
semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau oleh
cahaya.
2. Suhu
Menurut Irianto (2005) Organisme air memiliki derajat toleransi terhadap suhu
dengan dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur,
konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Pada dasarnya suhu rendah
memungkinka air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan
stres pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung.
Suhu juga berpengaruh pada kejenuhan (kapasitas air menyerap oksigen), karena
semakin tinggi suhu yang diterima maka semakin sedikit oksigen yang dapat
larut.Menurut Susanto (1991) suhu air adalah salah satu sifat fisik yang dapat
mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Kenaikan suhu air
menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Sifat Kimia Danau
1. PH
pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat
tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen
pada proses pengasaman dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses pembasaan.
Angka indeks yang umum digunakan mempunyai kisaran antara 0-14 dan merupakan
angka logaritmik negatif dari konsenterasi ion hidrogen didalam air (Asdak, 2007).
Menurut Susanto (1991) keasaman air atau yang populer dengan istilah PH air sangat
berperan dalam kehidupan ikan. Pada umumnya PH yang sangat cocok untuk semua jenis
ikan berkisar antara 6,7 – 8,6. Namun begitu, ada jenis ikan yang karena hidup aslinya di
rawa-rawa, mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran PH yang
sangat rendah ataupun tinggi, yaitu antara 4 – 9, misalnya ikan sepat siam.
2. Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Mills dalam Effendi (2003), atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210
ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen
yang terlrut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu,salinitas, turbulensi
air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin
kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.
3. Karbondioksida Terlarut
Proses oksidasi akan mengeluarkan gas karbondioksida terlarut yang akan di gunakan
lagi oleh tumbuhhan air untuk melakukan proses fotosintesis. Bakteri aerob yang hidup
dalam air juga membutuhkan oksigen dalam proses pencernaan bahan organik yang
berada dalam air (Khiatuddin, 2003). Gas karbondioksida di atmosfer, bersama-sama
dengan gas hidrogen monoksida (HO), gas metan (CH4) juga disebut gas-gas rumah kaca
karena gasgas tersebut ikut berperan terhadap terjadinya proses pemanasan global melalui
peranannya dalam meningkatkan suhu atmosfer (Asdak, 2007).
4. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan penyangga(buffer) perubahan pHair dan indikasi kesuburan
yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk
menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts dan Ir. S. Sumetri.
S). Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion
carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar.
5. Kesadahan
Nilai kesadahan air menunjukkan indikasi tentang sifat-sifat air dan juga indikasi
tentang adanya pencemaran air.Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air
untuk membentuk busa. Semakin sadah air, semakin susah untuk sabun untuk
membentuk busa karena menadi prepitasi yang mengendap. Perairan dengan nilai
kesadahan tinggi pada umumnya adalah perairan yang berada pada wilayah yang
memiliki lapisan tanah puncak tebal dan batuan kapur.
6. Ca dan Mg
Kesadahan umum atau "General Hardness" merupakan ukuran yang menunjukkan
jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya
ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan
relatif sulit diukur sehingga diabaikan. Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan
digunakan untuk menganalisis pengaruh litologi terhadap komposisi kimia airtanah.
Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya pengaruh
pelarutan litologi dalam air.
B. Zat Pengotor dalam Air
Air menyerap zat-zat dalam perjalanan daur hidrologinya, sehingga menyebabkan air
tersebut menjadi tidak murni lagi. Zat-zat itu disebut sebagai zat pengotor atau impurities.
Kontaminan dalam air utamanya dikelompokan dalam dua kategori yaitu bahan terlarut
(dissolved matter) dan bahan yang tidak larut (non soluble contaminants).
a. Kontaminan yang Larut dalam Air (dissolved matter)
Air dapat melarutkan zat-zat dari batu-batuan dan tanah yang terkontak
dengannya.Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya
dengan batu-batuan tersebut, antara lain : CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl,
Na2SO4, SiO2, dan sebagainya. Kontaminan ini dikelompokkan menjadi 5 yaitu :
1. KONTAMINAN PRIMER
Merupakan padatan terlarut yang pada umumnya mempunya konsentrasi diatas 5
mg/L antara lain :
a) Bikarbonat (HCO3-)
Munculnya ion ini ke dalam air sebagai akibat dari aktifitas bakteri penghasil
CO2 dan mineral yang mengandung senyawa karbonat. Aktifitas populasi
manusia seperti indutri dan kegiatan domestik secara umum juga mengantarkan
bahan-bahan alkalin ke dalam air.
b) Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan komponen terbesar penyebab kesadahan dalam air.
Kalsium dalam sumber air terutama berasal dari beberapa mineral yaitu kapur dan
gypsum.
c) Klorida (Cl-)
Hampir semua garam klorida mudah larut dalam air (highly soluble) dan
biasanya berada dalam kisaran konsentrasi dari 10 hingga 100 mg/L pada
berbagai sumber air. Air laut mengandung klorida di atas 30.000 mg/L sebagai
CaCO3.
d) Total Dissolved Solid (TDS)
TDS merupakan jumlah semua bahan yang larut di dalam air. Konsentrasi
TDS yang tinggi akan mempengaruhi rasa air. Konduktifitas listrik yang tinggi
sebagai akibat tingginya tatal padatan terlarut cenderung mempercepat proses
korosi.
2. KONTAMINAN SEKUNDER
Kontaminan sekunder biasanya berada dalam kisaran konsentrasi di atas 0,1 mg/L
sampai 5 mg/L.
a. Ammonia (NH3)
Gas ammonia sangat larut dalam air, bereaksi dengan air menghasilkan
ammonium hidroksida. Konsentrasi ammonia tidak dibatasi di dalam air
standar.Namun demikian, ammonia korosif terhadap logam paduan tembaga,
sehingga perlu diperhatikan kandungan ammonia pada system pendingin dan air
umpan boiler.
b. Flourida
Flourida adalah kontaminan yang umum dari kebanyakan mineral termasuk
appetite dan mica. Konsentrasi flourida yang tinggi ditemukan dalam air limbah
pabrik gelas dan pabrik baja.
c. Iron (Fe2+ dan Fe+) – BM 55,9
Besi didapat dalam berbagai macam mineral termasuk tanah liat. Dalam
keadaan tidak ada oksigen besi terlarut dalam air.
3. KONTAMINAN TERSIER
Kontaminan tersier biasanya berada dalam kisaran konsentrasi di atas 0,01 mg/L
sampai 0,1 mg/L.
a. Arsen (As)
Arsen yang terkandung dalam air sangat berbahaya meskipun konsentrasinya
sebagai kontaminan dalam air cenderung rendah. Jika sering tidak disadari, maka
Arsen yang terkandung dalam air, seperti air minum, dapat tersimpan dalam tubuh
selama bertahun-tahun dan mengakibatkan berbagai dampak serius seperti kanker
kulit, kanker paru-paru, dan kanker kantung kemih.
b. Tembaga (Cu)
Tembaga di perairan alami terdapat dalam bentuk partikulat, koloid dan
terlarut. Biasanya jumlah Cu yang terlarut dalam badan perairan adalah 0,002
ppm sampai 0,005 ppm. Logam tembaga (Cu) bersifat racun terhadap semua
tumbuhan pada konsentrasi di atas 0,1 ppm. Cemaran logam tembaga pada bahan
pangan pada awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida secara
berlebihan. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan (POM) RI telah menetapkan
batas maksimum cemaran logam berat tembaga pada sayuran segar, yaitu 50 ppm.
c. Timbal (Pb)
Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun dan sumber utamanya
adalah makanan dan minuman. Timbal menunjukkan beracun pada sistem saraf,
hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi kinerja ginjal.
b. Bahan yang Tidak Larut (non soluble contaminat)
Kontaminan tidak larut dalam air dapat berupa koloid, suspensi, atau makhluk
hidup. Kontaminan tidak larut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Kontaminan tidak larut merupakan istilah yang diterapkan pada zat heterogen
yang terkandung dalam kebanyakan jenis air.
 Kontaminan tidak larut terutama terdiri atas lumpur, humus, limbah dan bahan
buangan industri.
 Kontaminan tidak larut menyebabkan air menjadi keruh dan bila digunakan
sebagai air umpan ketel akan menyebabkan terbentuknya deposit, kerak dan atau
busa.
 Kontaminan tidak larut dalam air pendingin akan menimbulkan endapan dan
timbulnya korosi di bawah endapan tersebut.
Kontaminan tak larut dalam air diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Kelompok 1 – Padatan
 Mengapung
 Mengendap
 Tersuspensi
b. Kelompok 2 – Organisme microbial
 Alga
 Bakteri
 Jamur
 Virus
Zat pengotor dalam air juga dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Padatan Tersuspensi dalam Air
Padatan tersuspensi merupakan istilah yang diberikan pada zat heterogen yang
terkandung di dalam berbagai jenis air. Padatan tersuspensi memiliki ukuran partikel
lebih besar dan dapat dilihat secara kasat mata, dapat dipisahkan secara fisika dengan
cara sedimentasi. Padatan tersuspensi menyebabkan air menjadi keruh atau kotor dan
bila digunakan sebagai air umpan ketel akan menyebabkan terbentuknya deposit,
kerak dan atau busa.
Padatan tersuspensi dalam air pendingin akan menimbulkan endapan dan
timbulnya korosi di bawah endapan tersebut. Kekeruhan yang berlebihan dalam air
minum sangat tidak diinginkan karena dapat menimbulkan rasa yang kurang baik.
2. Padatan Terlarut
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga dapat melarutkan berbagai zat dari
batu-batuan dan tanah yang terkontak dengannya. Bahan-bahan mineral yang dapat
terkandung di dalam air karena kontaknya dengan batu-batuan tersebut, antara lain :
CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Air yang akan
dipakai untuk pembangkit uap atau sistem pendingin mempunyai dua parameter
penting yang merupakan akibat dari padatan terlarut, yaitu kesadahan (hardness) dan
alkalinitas (alkalinity). Padatan terlarut lainnya, seperti garam terlarut, asam dan zat
organik tidak dibahas disini.
a. Kesadahan
Kesukaran pembentukan busa oleh sabun dalam air merupakan indikasi
kesadahan air. Kesadahan air terutama diakibatkan oleh adanya ion-ion kalsium dan
magnesium. Sabun dalam air bereaksi lebih dulu dengan ion-ion ini sebelum dapat
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air. Kerugian yang dapat timbul
akibat adanya kesadahan dalam air industri diantaranya adalah pembentukan kerak
dalam ketel dan sistem pendingin, selain itu pemakaian sabun akan meningkat bila
kesadahan terdapat dalam air pencuci.
b. Alkalinitas (Alkalinity)
Alkalinitas air disebabkan oleh adanya senyawa alkalis dalam air. Alkalinitas
didefinisikan sebagai ukuran dari kapasitas air untuk menetralkan asam. Alkalinitas
dalam air ada tiga jenis yaitu: alkalinitas hidroksida (OH-alkalinity), alkalinitas
karbonat (CO3-alkalinity) dan alkalinitas bikarbonat (HCO3-alkalinity). Alkalinitas
yang cukup tinggi diperlukan pada air umpan ketel untuk mencegah korosi, akan
tetapi kadar OH yang terlalu tinggi dapat menimbulkan "kerapuhan kaustik" (Caustic
Embrittlement).
3. Gas Terlarut
Berbagai gas dapat larut di dalam air, antara lain : CO2, O2, N2, NH3, NO2 dan
H2S. Gas-gas yang terlarut tersebut pada umumnya tidak menimbulkan korosi kecuali
CO2, O2 dan NH3. Karbon dioksida sesungguhnya adalah suatu asam jika bergabung
dengan air, dan dengan demikian dapat menyerang logam. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
CO2+ H2O <==> H2CO3<== > H+ + HCO3
Oksigen terlarut dalam air merupakan penyebab utama terjadinya korosi pada
ketel dan sistem pendingin. Penghilangan oksigen dari air umpan ketel dapat
dilakukan dengan cara deaerasi secara fisik dan kimia (Setiadi, 2007).
C. Penjernihan Air
Tujuan penjernihan air yaitu untuk menghilangkan zat pengotor atau untuk
memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan kualitas air seperti :
- Menghilangkan gas-gas terlarut
- Menghilangkan rasa yang tidak enak
- Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
- Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industri
- Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan korosif pada pipa atau
saluran air lainnya.
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air
bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan penyaringan dan pengendapan.
1) Teknik Penyaringan
Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara
penyaringan air :
a. Saringan Kain Katun
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik
penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan menggunakan
kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme
kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan
kerapatan kain yang digunakan.
b. Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik
sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan kapas
juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh.
Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.
c. Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam air.
Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta
hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi
atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan
mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang
nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi tau filtrasi.
d. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan
dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan kerikil.
e. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir
pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air
bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih
dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.
f. Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir Cepat(SPC)
dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama
air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan
kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat. Dengan dua
kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat
lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan
Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.
g. Saringan arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan tambahan satu
buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa
yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok
kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif.
h. Saringan air sederhana
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan pasir arang
dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain menggunakan pasir,
kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari
sabut kelapa. Untuk bahasan lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.
i. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air disaring dengan
menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat
desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring air yang berasal dari
sumur gali ataupun dari saluran irigasi sawah. Seperti halnya saringan keramik,
kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL
terlebih lagi SPC.
j. Saringan Keramik
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat
dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air bersih didapatkan dengan jalan
penyaringan melalui elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan
campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika
proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama kelamaan
akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah
penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan jangan terlalu keruh
atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik ini dapat dilakukan dengan cara menyikat
filter keramik tersebut pada air yang mengalir.
2) Teknik Pengendapan
1. Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta
logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di
dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk
menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat
dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan
PDAM setempat. Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air
tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih.
2. Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air. Lama
pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk pengendapan, tidak
berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan pH dalam air.
3. Kaporit
Berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air. Dan juga menaikkan
pH dalam air. Membutuhkan proses yang lama untuk mengendap.
4. Kapur Gamping
Berfungsi untuk pengendapan namun membutuhkan waktu hingga 24 jam. Juga
berfungsi untuk menaikkan pH air tetepi tidak berfungsi untuk membunuh kuman, virus
dan bakteri.
5. Arang batok kelapa
Berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga
menjernihkan.
BAB III
STUDI KASUS

PENGARUH PENAMBAHAN TAWAS Al2(SO4)3 DAN KAPORIT Ca(OCl)2


TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA AIR SUNGAI LAMBIDARO
Tamzil Aziz*, Dwi Yahrinta Pratiwi, Lola Rethiana

Suatu pencemaran di Sungai Lambidaro umumnya disebabkan oleh adanya masukan limbah
ke badan sungai. Pencemaran yang terjadi pada daerah sungai terdapat dari berbagai sumber,
salah satu sumber pencemaran terhadap sungai adalah limbah cair cucian mobil dan limbah
buangan rumah tangga.
Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui karakteristik kimia dan fisik air Sungai Lambidaro
dan untuk mengetahui pengaruh penambahan tawas dan kaporit terhadap kualitas air sungai
tersebut. Sifat fisik dan kimia yang diuji terdiri dari :
1. Padatan Terlarut (TDS) yaitu total impurities yang terlarut di dalam air, berupa natrium
klorida, kalsium bikarbonat, kalsium sulfat, dan magnesium bikarbonat.
2. Padatan Tersuspensi (TSS) yaitu total impurities yang tidak terlarut di dalam air, berupa
partikel yang menyebabkan air keruh, gas terlarut, dan mikroorganisme penyebab bau
dan rasa.
3. Sianida
4. Amonia (NH3)
Zat kimia yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu tawas sebagai koagulan
dan kaporit sebagai desinfektan.
Percobaan dilakukan dengan mengambil sample air sebanyak 4 liter (4 beker gelas masing-
masing 1 liter). Tambahkan tawas pada masing-masing beker dengan konsentrasi yang
divariasikan yaitu 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm. Selanjutnya, larutan tersebut diaduk
lebih kurang selama 15 menit hingga semua tawas larut. Diamkan sampai endapan terbentuk
kemudian dipisahkan dari sampel dengan menggunakan kertas saring. Lakukan hal yang sama
untuk penambahan larutan kaporit dengan variasi konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, dan 40
ppm. Periksa dan ukur masing – masing karakteristik fisik dan kimianya. Data percobaan yang
diukur adalah TDS, TSS, sianida, dan ammonia. Pengujian ini dilakukan sesuai dengan Baku
Mutu Air Sungai Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumsel No. 16 Th. 2005.
Hasil dan Pembahasan
1. Padatan Terlarut (TDS)

Dari gambar di ketahui bahwa pada penambahan larutan kaporit 10-40 ppm kadar TDS
turun hingga 87 mg/L. Ini disebabkan karena kaporit Ca(OCl)2 bersifat sebagai oksidator
yang akan menghilangkan senyawa besi maupun mangan yang terlarut di dalam air. Oleh
karenanya semakin banyak zat besi dan mangan terlarut yang teroksidasi maka akan
menurunkan kadar TDS di dalam air tersebut.
Dari gambar dapat terlihat bahwa pada penambahan tawas 25-100 ppm tawas akan
menurunkan kadar TDS hingga 89 mg/L. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh
penambahan larutan kaporit yang cenderung dapat menurunkan TDS air hingga 87 mg/L.
2. Padatan Tersuspensi (TSS)

Dari uji laboratorium diketahui bahwa pada peningkatan volume penambahan kaporit
hingga 40 ppm, kadar TSS dalam sampel air tersebut akan terus turun hingga 28,6 mg/L. Ini
disebabkan karena di dalam larutan kaporit Ca(OCl)2 kaporit, terdapat HClO. HClO akan
mengeluarkan atom-atom oksigen. Atom-atom oksigen inilah yang sebenarnya aktif
membunuh bakteri dan mikroorganisme pada air. Makin banyak HClO yang terbentuk,
makin banyak pula atom oksigen yang lepas. Ini berarti daya desinfeksi makin besar
sehingga akan menurunkan kadar TSS.
Dari analisa laboratorium terlihat bahwa kadar TSS dalam sampel akan terus turun
hingga penambahan 75 ppm tawas. Ini disebabkan karena tawas (Al2(SO4)3) merupakan
dispersi koloid yang bermuatan positif yang akan mengikat partikel-partikel halus yang
bermuatan negatif dan di netralkan muatannya yang kemudian akan membentuk flok-flok
kecil dan mengendap. Dengan cara inilah maka TSS di dalam air dapat dikurangi.
3. Sianida

Terlihat bahwa terjadi penurunan kandungan sianida yang sama pada penambahan
Ca(OCl)2 hingga 40 ppm. Kandungan sianida berkurang karena sianida telah bereaksi
dengan kaporit membentuk CNCl. Semakin banyak Ca(OCl)2yang ditambahkan semakin
banyak pula sianida yang bereaksi dan membentuk CNCl. Akibatnya kandungan
sianidabebas yang terdapat dalam air akan berkurang.
Terlihat pula bahwa penambahan tawas juga dapat menurunkan kadar sianida di dalam
air. Ini disebabkan karena Al2(SO)4)3 merupakan koagulan aid yang dapat menghilangkan
impurities yang tidak terlarut seperti sianida (CN) dengan cara menetralkan muatan nya
hingga terbentuk flok kecil yang kemudian akan mengendap.
4. Amonia

Pada penambahan kaporit hingga 40 cc kaporit, akan terjadi penurunan kadar ammonia
hingga 0,08 mg/L. Ini disebabkan karena kaporit bila di dalam air akan terhidrolisa menjadi
HClO dimana HOCl tersebut kemudian akan bergabung dengan amonia dan senyawa
nitrogen di dalam air membentuk khloramin anorganik.
Terlihat juga bahwa pada penambahan tawas, kadar ammonia akan turun hingga 0,09
mg/L. Ini disebabkan karena ammonia merupakan impurities yang tidak terlarut di dalam air,
dan dengan penambahan tawas dapat membentuk kristal yang kemudian akan mengendap.
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu dengan adanya penambahan tawas dan
kaporit akan menurunkan nilai TDS, TSS, sianida, dan ammonia di dalam air Sungai Lambidaro.
Hasil terbaik di dapatkan pada penambahan 25 ppm tawas + 10 ppm kaporit. Karena pada
penambahan 25 ppm tawas + 10 ppm kaporit didapatkan nilai penurunan yang tertinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan dan pengendapan
koloidal yang terdapat dalam air yang berupa Saringan Kain Katun, Saringan Kapas, Aerasi,
Saringan Pasir Lambat (SPL), Saringan Pasir Cepat (SPC), Gravity-Fed Filtering System,
Saringan Arang, Saringan air sederhana / tradisional, Saringan Keramik, Saringan Cadas /
Jempeng / Lumpang Batu dan pengendapan dengan biji kelor, tawas, kaporit, kapur gamping,
arang batok kelapa.
Adanya penambahan tawas dan kaporit akan menurunkan nilai TDS, TSS, sianida, dan
ammonia di dalam air Sungai Lambidaro. Hasil terbaik di dapatkan pada penambahan 25
ppm tawas + 10 ppm kaporit. Karena pada penambahan 25 ppm tawas + 10 ppm kaporit
didapatkan nilai penurunan yang tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Booth,Nick.2005.Water Treatment for Fossil Fuel Power Generation.Nottingham: Crown
Chang,Li-Yang.1993.Hazardous Waste Source –Reduction Study With Treated Groundwater
Recycling.California:Departement of Chemical Engineering University of California
Lee, Sunggyu. 2006. Encyclopedia of Chemical Processing. New York : Taylor and Francis
Setiadi,Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Venkateswarlu,K.S.1996.Industrial and Power Station Water Treatment.New Delhi:New Age
International
http://www.scribd.com/doc/38226281/Makalah-Penjernihan-Air

Anda mungkin juga menyukai