Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang dapat mempegaruhi
kualitas air. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di air. Salinitas
menggambarkan kepadatan total di dalam air, setelah semua karbonat
dikonverensi menjadi oksida,semua bromide dan iodide diganti oleh klorida, dan
semua bahan organik telah dioksidai. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau
promil. Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme, hampir
semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan
salinitas yang kecil. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air
laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut, dan evaporasi. (Sumarno dan
Dedi 2013).
Salinitas sering diartikan dengan tigkat keasinan atau kadar garam terlarut
dalam air. Hal ini berada pada kandungan garam yang sebagian besar danau,
sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air ditempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Salinitas pada permukaan laut terbuka bervariasi antara 33
sampai 38 ppt dengan rata-ratanya adalah 35 ppt. Deviasi salinitas rata-rata
muncul dari perbedaan dalam evaporasi dan presiptasi.
Salinitas dalam estuari sangat bervariasi dibandingkan laut terbuka. Dalam
coastal area dengan dua komunitas biological ini, salinitas bervariasi antara 0,5
sampai 35 ppt berubah sepanjang tahun bersamaan dengan siklus pasang surut.
Pencampuran antara air sungai dan air laut menghasilkan perbedaan signifikan
dalam komposisi dan sifat-sifat kimia dan fisik dari variasi salinitas pada suatu
estuary (Kennish, 2011).
Kandungan garam sebenarnya pada air tawar, secara definisi kurang dari
0,05% jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline
bila konsentrasi 3 sampai 5% dan lebih dari 5% ia disebut brine, istilah salinitas
adalah konsentrasi garam dalam larutan garam dan air. Salinitas air rata-rata air
laut adalah 35 bagian perseribu yang sering ditulis sebagai 35 ppt, dan itu berarti
bahwa 35 bagian garam garam dalam setiap 1.000 bagian air laut, dengan asumsi
bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi klorida, semua zat terlarut diganti
2

dengan klorida (Anonim 2005).


Menurut chotiba (2013) kematian ikan yang terjadi pada tiap perlakuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ialah salinitas. Semakin tinggi
salinitas salinitas maka semakin tinggi pula tingkat kematian benih ikann, karena
jika tingkat osmoregulasi tinggi sedangkan kemampuan ikan rendah maka akan
beraktibat pada kematian ikan. Kelangsungan hidup benih ikan dipengaruhi oleh
kemampuan osmergulasi yang bersifat euryhaline walaupun habibtat aslinya
adalah hidup di lingkungan air tawar.
Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan karena peningkatan salinitas
secara bertahap sehingga ikan tidak mengalami stres atau goncangan
dilingkungan barunya, dan sebaliknya jika semakin cepat peningkatan salinitas
dilakukan akan menyebabkan tingginya tingkat kematian pada ikan atau
organisme dalam perairan ( Hikmawati dan Patadjai, 2019).
Menurut Legendre et al. (2000) menyatakan bahwa kemampuan ikan untuk
bertahan pada media bersalinitas tergantung pada kemampuan untuk mengatur
cairan tubuh sehimgga ikan mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik
yang mendekati normal. Kemungkinan ikan yang berukuran lebih besar
mempunyai kemampuan mengatur cairan tubuh yang lebih baik. Kesempurnaan
organ dari ikan uji merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
keberhasilan dari adaptasi ikan-ikan uji yang digunakan terhadap perlakuan yang
diberikan.
Kondisi kulitas air media budidaya ikan merupakan faktor penting untuk
sinitasan dan salah satu diantaranya adalah parameter salinitas. Salinitas
merupakan faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pakan dan
pertumbuhan ikan (Rachmawati et al. 2012). Pada proses fisiologis, salinitas akan
berpengaruh pada pengaturan ion-ion guna mempertahankan keseimbangan
dengan ion-ion dilingkungannya yang berakibat pada mortolitas dan pertumbuhan.
(Karim, 2017).
Salinitas dibutuhkan untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan
karena berkaitan dengan proses osmoregulasi (Ardi et al. 2016). Osmoregulasi
adalah proses mengatur konstentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan
serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organsime hidup, karena adanya
3

perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan maka diperlukan proses


osmergulasi (Fitria, 2012)
1.2. Tujuan Praktikum
Pratikum ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil
praktikum yang telah dilakukan sebelumnya yaitu mengenai tingkat salinitas pada
perairan dan teknik pemakaian alat Hand Refractometer yang mengukur salinitas
pada perairan selain itu juga penulisan laporan praktikum ini bertujuan sebagai
informasi dan sumberpengetahuan kepada pembaca atau pihak akademis.
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum ini adalah untuk melatih penulis dan mengumpulkan
informasi mengenai jurnal dan referensi lainnya yang relevan dan juga bermanfaat
bagi pembaca dalam mengetahui tinggi tingkat salinitas pada perairan dan teknik
pemakaian alat Hand Refractometer yang mengukur.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Salinitas
Salinitas air adalah konstentrasi dari total ion-ion yang terdapat didalam
perairan. Jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan disebut juga
salinitas. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang
padatan total didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida,
semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik
telah diokdiasi. Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam
garam yang terdapat dalam 1000 gr air seperti garam-garam yang ada pada air
pauai atau air laut pada umumnya adalah Na, CI, NaCI, MbSO 4 yang
menyebabkan rasa pahit pada air laut, KN03 dan lain-lain.
Selain zat-zat terlarut, air mengandung butiran-butiran halus dalam suspensi.
Sebagai zat ini akan terlarut dan sebagian lagi akan mengendap ke dasar laut dan
sisanya diuraikan oleh bakteri laut. Semua zat-zat terlarut inilah yang
menyebabkan asin pada air laut. Untuk mengukur tingkat keasinan air laut itulah
maka digunakan istilah salinitas.
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Salinitas merupakan bagian
dari sifat fisik dan kimia suatu perairan, selain suhu, pH, subtrat dan lain-lain,
salinitas menggambarkan padatan dalam suatu perairan, garam yang dimaksud
adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCI). Pada
umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu natrium (Na), klorida (CI),
kalsium (Ca) magnesium (Mg), kalium (K), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3),
(Effendi, 2004).
Salinitas air dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang
disebut dengan refraktometer atau salinometer untuk mengukur salinitas air.
Satuan untuk pengukuran salinitas air adalah gram/kg (ppt) atau promil. Nilai
salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0-5 ppt untuk salinitas
air tawar, perairan payau biasanya berkisar antara 6-29 ppt bagi salinitas air payau
dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt. Faktor-faktor yang memepengaruhi
salinitas yaitu:
5

1. Penguapan, makin besar tingkat penguappa air laut disuatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan
air lautnya, maka daerah tersebut rendah kadar garamnya, penguapan bisa
disebabkan oleh panas dari sinar matahari oleh pergerakan angin.
2. Curah hujan, makin besar curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit curah hujan yang turun
salinitas akan tinggi
3. Banyak sedikitnya sungai bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
sebaliknya makin sedikit sungai bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya
akan tinggi.
4. Arus laut, mempunyai peran besar terhadap penyebaran konsentrasi garam
dalam lautan. Jika suatu wilayah terjadi tingkat penguapan yang tinggi dan
curah hujan yang rendah sehingga menghasilkan tingkat salinitas yang tinggi,
arus laut akan membantu penyebaran kadar garamnya hingga menyebar
diseluruh wilayah lautan lainya.
5. Kandungan mineral, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
salinitas di suatu peraiaran. Air tawar dan air laut sama-sama memiliki
kandungan mineral yang bernama magnesium. Tetapi kandungan magnesium
akan selalu tinggi pada lautan dibandingkan dengan tawar.
2.2. Air Tawar
Perairan tawar dibagi menjadi dua, yaitu perairan mengalir (loltic water) dan
perairan menggenang (lentic water). Perairan lotik adalah perairan yang dicirikan
dengan adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan bervariasi sehingga
perpindahan massa air berlangsung terus-menerus seperti sungai, kali, parit dan
lain-lain. Sedangkan perairan menggenang disebut juga perairan tenang, yaitu
perairann yang dimanna aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa
perairan pada air terakumulasi dalam periode waktu yang lama, contoh dari
perairan tergenang yaitu danau (Muhatadi&Cardova, 2016).
A. Perairan Mengalir
Peraiaran mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas
memebedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat
6

air tawar. Perbedaan memengaruhi bentuk serta kehidupan tumbuhan dan hewan
yang menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah
bahwa danau terbentuk karena cekungan sudah ada dan air yang mengisi
cekungan itu, teetapi danau setiap saat dapat di isi oleh endapan sehingga
menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya sudah ada
sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran
selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie, 2019)
B. Perairan menggenang
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan
buatan. Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi
perairann yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik.
Perairan menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran
air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terkumulasi dalam periode waktu
yang lama, arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup
didalamnya (Satino 2011).
Berdasarkkan literatur Effendi (2013), karakteristik dari peraairan
menggenang adalah perairannya yang tenang atau tidak ada arus, organisme tidak
memerlukan waktu untuk beradaptasi, adanya stratifikasi secara vertikal akibat
perbedaan suhu dan insensitas cahaya, substratnya berupa lumpur halus, dan
residence time atau waktu air untuk tinggal lebih lama cukup lama.
2.3. Air Payau
Menurut Soedjono (2002), air payau terjadi karena instrusi air asin ke air
tawar, hal ini dikarenakan adanya degradasi lingkungan. Pencemaran air tawar
juga dapat terjadi karena fenomena air pasang naik. Saat air laut meluap, masuk
ke median sungai, kemudian terjadi pendangkalan di sekitar sungai sehingga air
asin ini masuk ke dalam air tanah dangkal dan menjadi air payau. Air di
kategorikan sebagai air payau bila konsentrasinya 0,05 sampai 3% atau menjadi
saline bila konsentrasi nya 3 sampai 5%. Lebih dari 5% disebut brine (Anonim,
2007).
Air payau atau brackish water adalah air yang mempunyai salinitas antara 0,5
ppt sampai 17 ppt. Air ini sering dijumpai pada pertambakan, estuary yaitu
pertemuan air laut dengan air tawar. Air tawar mempunyai salinitas < 0,5 ppt dan
7

air minum maksimal 0,2 ppt. Dari sumber literatur lain, air tawar maksimal
mempunyai salinitas 1 ppt sedangkan air minum 0,5 ppt. Sementara itu air laut
rata-rata mempunyai salinitas 35 ppt. Pada umumnya denngan komposisi kimia
air payau yang perlu di perhatikan dalam pengolahan ini, adalah kandungan CI,
Ca, Mg, dan Na.
Selain memeiliki kadar garam yang tinggi, air payau juga mengandung bahan
organik alami yang pada umumnya di sebut Natural Organic Matter (NOM) dalam
kadar yang tinggi. NOM identik dengan senyawa humat yang merupakan
golongan senyawa organik alami yang paling banyak terdapat di linkungan, baik
tanah maupun air. Istilah senyawa humat tidak mengacu pada golongan senyawa
organik dengan karakteristik yang beragam. Keragaman karakteristik tersebut
timbul sebagai akibat peranan berbagai faktor yang terlibat dalam proses
pembentukannya di alam, meliputi senyawa assalnya (prekursosr) yang dapat
berupa sisa tanaman maupun hewan, reaksi pembentukan yang melibatkan reaksi
kimia atau biologis, dan kondisi lingkungan proses pembentukan berlangsung
(Simon et al., 2014; Bruchet and Rybacki, 2014).
Air payau yang mengandung Na melebihi batas, lebih besar dari 200 ppm,
jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengganggu kesehatan. Demikian
pula jika air tersebut digunakan untuk menyiram tanaman seperti sayuran, maka
hasil panen yang diperoleh berkurang jika dibandingkan dengan hasil penyiraman
pada air tawar. Jumlah penurunan hasil panen tergantung dari besaran zalinitas air
dan jenis tanaman. Untuk jeperluan industri, adanya NaCI dan MgCI2 dalam air
yang melebihi batas akan menyebabkan korosi pada pipa dan pearalatan proses
2.4. Air Laut
Menurut Annisa (2009) air laut adalah air yang berasal dari laut atau
samudera yang memiliki kadar garam rata-rata 3,5% artinya dalam 1 liter air laut
terdapat 35 gram garam. Perbedan utama antara air laut dan air tawar adalah,
adanya kandungan garam dalam air laut, sedangkan pada air tawar tidak
mengandung garam.
Menurut Lyman dan Fleming dalam Annisa (2009) garam yang terkandung
didalam laut yaitu: NaCI (68,1%), HgCI2 (14,4%), NaSO4 (11,4%), KCI (3,9%),
CaCI2 (3,2%), NaHCO, (0,3%), KBr (0,3%), dan lain-lain (0,1%).
8

Menurut Syukuri dalam Rano (2015) air laut secara umum dikenal sebagai
musuh utama konstruksi perkerasan jalan Laston, air laut banyak mengandung
unsur-unsur yang diantaranya ada yang sangat merugikan terhadap suatu
perkerasan jalan, jika air laut menggenangi suatu perkerasan jalan dan ditambah
dengan beban lalu lintas yang tinggi.
Air laut rasanya asin karena mengandung garam yang terdiri dari banyk zat-zt
terlarut pada garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-
partikelterlarut.garma-garam utama yang terdapat pada air laut adalah klorida
(55,05%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3,69%), kalsium
(1,16%), kalium (1,10%). Semua zat-zat terlarut inilah yang menyebabkan rasa
asin pada air laut. Zat terlarut berasal dari daratan yang terkikis dan terbawa oleh
aliran ssungai-sungai maengalir ke laut yang disebabkan dari pengikisan unsu
organis, garam, kikisan batuan darat, dari tanah longso, air hujan atau dari gejala
alam lainnya yang terbawa oleh aliran sungai sampai ke air laut.
Pengadukan dalam lapisan permukaan gelombang arusbair laut dapat
memungkinkan salinotas menjadi homogen. Gelombang mengangkat massa air
dengan tingkat salinitas tinggi di lapisan dalam dan mengakibatkan naiknya
tingkat salinitas permukaan perairan (Budiono 2019).
9

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Oseanografi tentang salinitas dilaksanakan pada hari Jum’at, 13
Oktober 2023, pukul 10.00-11.40 WIB di Laboratorium Oseanografi, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air, aquades dan garam.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum oseanografi dalam mengukur salinitas
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat Praktikum
Nama Alat Fungsi
Ember Wadah air (menampung air)
Teko ukur Mengukur banyak air
Pipet tetes Meneteskan aquades dan larutan garam
Tisu Membersihkan prisma Hand Refactometer
Hand Refactometer Mengukur jumlah salinitas

3.3. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Hand Refactometer
adalah sebagai berikut:
1. Cara mengukur salinitas adalah dengan terlebih dahulu mengkalibrasi alat
dengan mungukur salinitas aquades adalah 0 ppt.
2. Hand Refractometer dibuka kapnya kemudian aquades dituangkan
menggunakan pipet tetes dan di teteskan pada kaca objek 2-3 tetes. Kemudian
kap ditutup perlahan-lahan dan jangan sampai terbentuk gelembung udara
pada air.
3. Salinitas dilihat melalui lensa okuler dan akan terlihat skala pada layar dari
angka 0 hingga 100 permil atau 0 hingga 10 persen.
4. Layar akan terbagi atas dua warna putih bagian atas dan biru pada bagian
bawah.
10

5. Lap bagian prisma dengan kain lembut atau tisu setelah mendapatkan hasil
pengukuran yang dibutuhkan.
6. Kalibrasi kembali alat tersebut dengan mennngunakan aquades hingga
kembali ke angka 0.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


Setelah dilakukannya Praktikum Oseanografi mengenai salinitas dalam
mengukur salinitas menggunakan Hand Refactometer, maka hasil yang telah
dihitung sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Isian Percobaan
No Percobaan Nilai Salinitas (o/oo) Jenis Perairan
1 1a 7 o/oo Payau
2 2a 19 o/oo Payau
3 3a 25 o/oo Payau

4.2. Pembahasan
Hasil praktikum yang telah diperoleh didapati bahwa pada percobaan pertama
menggunakan 5 gram garam dan 3 liter air sehingga mendapatkan kadar garam
dengan jumlah 15 gram/L yang didapati dari jumlah garam dan air sehingga
larutan garam di teteskan 2-3 tetes ke Hand Refactometer dan mendapatkan 7%
salinitas, hal ini menyatakan bahwa air tersebut salinitas air payau.
Pada percobaan kedua menggunakan 20 gram garam dan 3 Liter air sehingga
mendapatkan 60 gram/L kadar garam dan diteteskan 2-3 tetes larutan garam ke
Hand Refactometer dan mendapatkan 19% salinitas pada perobaan kedua, dan hal
ini menyatakan bahwa pada percobaan kedua salinitas air nya masih pada salinitas
air payau.
Pada percobaan ketiga menggunakan 35 gram garm dan 3 liter air sehingga
menghasilkan 105 gram/L kadar garam yang sudah larut dan kembali meneteskan
2-3 tetes larutan air ke Hand Refactometer untuk mengetahui salinitas air nya,
dan pada percobaan ke dua mendapatkan 25% salinitas dan hal ini menyatakan air
masih pada salinitas air payau pada percobaan ketiga ini.
Dari percobaan pertama, kedua dan ketiga air masih pada salinitas air payau
yang dimana salinitas air payau itu bernilai 0,5-30% sehingga dapat disimpulkan
bahwasannya ketiga percobaan diatas bersalinitas air payau yang kadar garamnya
massih di bawah 30 dan tidak dibawah 0,5.
12

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa air dalam ketiga percobaan memiliki
salinitas yang termasuk dalam kategori air payau, dengan kadar garam yang masih
berada di bawah 30 gram per liter dan tidak kurang dari 0,5 gram per liter. Ini
ditemukan melalui pengukuran salinitas menggunakan Hand Refractometer
setelah melarutkan jumlah tertentu garam dalam air.
5.2. Saran
Berdasarkan data yang diperoleh dan prosedur yang sudah dilakukan dalam
praktikum pengukuran salinitas, maka sangat perlu dilakukan dengan percobaan
pada jenis perairan yang berbeda, untuk melihat perbandingan nilai salinitas pada
masing-masing jenis perairan yang beragam dan memperhatikan beberapa faktor-
faktor yang ada pada tempat praktikum dilakukan terhadap data pada masing-
masing parameter yang diukur dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa QN. 2021. Peningkatan Kualitas Air Hujan Sebagai Sumber Air Minum
Melalui Metode Filtrasi Dan Adsorpsi (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

Ardi I, Setiadi E, Kristianto AH dan Widiyati A. 2016. Salinitas Optimal Untuk


Peredaran Benih Ikan Betutu ( Oxyeleotris marmorata ). Jurnal riset
akuakultur. 11(4): 339-347.

Ath-thar FH. dan Gustiano R. 2010. Performa Ikan Nila Best Dalam Media
Salinitas. Balai Riset Perikanan Budidaya Perairan Air Tawar. Bogor

Chotiba ML. 2013 Pengaruh Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Untuk


Pertumbuhan Benih Ikan Nila Nirwana (Oreochromis Niloticus). [Skripsi]
Bandung. Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Padjadjaran.

Ewusie JY. 2019. Ekologi Tropika. Penerjemah: Usman Tanuwidjaja. Bandung


Penerbit ITB.

Hikmawati dan Patadjai RSM. 2019. Uji Adaptasi Benih Ikan Nila Gift
(Oreochromis niloticus) Berbagai Ukuran Bobot Yang Berbeda Pada
Salinitas Air Laut. Media Akuatika. 4(2): 53-60.

Karim MY. 2017. Pengaruh Osmotik Pada Berbagai Salinitas Media Terhadap
Vitalitas Kepiting Bakau ( syclla olivacea ) Betina. Jurnal perikanan
Universitas Gadjah Mada. 14(1): 37-44.

Kennish MJ. 2011. Practical Handbook of Marine Science. CRC Press LLC.
Corporate Blvd, Boca Raton, Florida. 33431.

Rachmawati D, Hutabarat J dan Anggora S. 2012. Pengaruh Salinitas Media


Berbeda Terhadap Pertumbuhan Keong Macan ( Babylonia Spirata L.)
Pada Proses Domestikasi. Ilmu Kelautan. 17(3): 141-147.

Sumarno, Dedi. 2013. Kadar Salinitas di Beberapa Sungai yang Bermuara di


Teluk Cempi, Kabupaten Dompu-Provinsi Nusa Tenggara Barat. Balai
Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan: Jatiluhur.
14

LAMPIRAN
15

Lampiran 1. Perhitungan
16

Lampiran 3. Bahan dan Alat

1. Akuades 2. Garam

3. Hand Refractometer
4. Pipet Tetes

5. Tisu 6. Timbaangan

7. Ember

8. Teku Ukur
17

Lampiran 4. Dokumentasi Prosedur Pengukuran Salinitas

1. Menimbang Garam 2. Melarutkan garam dengan air

1. Mengambil akuades
2. Meneteskan akuades pada
Hand Refractometer

3. Melihat jumlah salinitas


4. Menghitung jumlah salinitas

Anda mungkin juga menyukai