Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komponen Mayor-Minor Kimia Air Laut”. Salam serta salawat kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin dimuka
bumi ini. Walaupun berbagai macam tantangan yang dihadapi, tapi semua itu telah
memberikan pengalaman yang berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang
akan datang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Asal-Usul Garam-Garam di Laut
B. Devenisi Salinitas
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Salinitas
D. Pengaruh faktor salinitas di laut pada tingkah laku dan kelimpahan
ikan
E. Devenisi Desalinisasi
F. Apa saja kelompok elemen (organic dan inorganic di alam)
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk sampai
pada tahap penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harus
melalui pengolahan terlebih dahulu, mengingat salinitas air laut sangat
tinggi. HYDRO sea water membran dapat mengubah air laut dengan
salinitas tinggi menjadi air tawar untuk penggunaan sehari-hari.
Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu,
dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan
suhu sekitar 100C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut
terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida.
Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi
yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin
seperti sekarang ini. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas,
kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh
salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
(salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida
(55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%),
potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat,
bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-
garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan
sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal-usul garam-garam di laut.
2. Untuk mengetahui pengertian Salinitas.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas.
4. Untuk mengetahui pengertian dari desalinisasi
5. Untuk mengetahui pengaruh salinitas di laut pada tingkah laku dan
kelimpahan ikan.
6. Untuk mengetahui kelompok elemen (organic dan inorganic di alam
terutama di perairan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Definisi Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu,
air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
2. Pengaruh Arus
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang
dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus.
Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis mendatar
pada tubuh ikan. Mechanoreceptoradalah reseptor yang ada pada vertikal yang
mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti
gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju
arus. Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas
antara dua arus atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus
(konvergensi dan divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain
(sepertieddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan
bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini.
Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersil biasanya berada pada
tengah-tengah arus eddies. Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di
tengah-tengah antisiklon eddies. Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan
pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui rantai makanan).
3. Pengaruh Cahaya
Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun vertikal. Banyak ikan
yang tertarik pada cahaya buatan pada malam hari, satu fakta yang digunakan
dalam penangkapan ikan. Pengaruh cahaya buatan pada ikan juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies bervariasi terhadap
waktu dalam sehari. Secara umum, sebagian besar ikan pelagis naik ke
permukaan sebelum matahari terbenam. Setelah matahari terbenam, ikan-ikan
ini menyebar pada kolom air, dan tenggelam ke lapisan lebih dalam setelah
matahari terbit.
Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu memijah dan pada larva. Jumlah
cahaya yang tersedia dapat mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah
cahaya juga mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung, hal ini
diduga berkaitan dengan jumlah produksi organik yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan cahaya.
4. Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke
lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan.
Prosesupwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk.
Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan
rintangan seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di
mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke
permukaan.
Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat
massa air yang di utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di
selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga,
keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya.
Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai
akibat tiupan angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini
membawa massa air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang
kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.
E. Definisi Desalinisasi
Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi
kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air dapat
digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan berupa
air garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan konsentrat
bersalinitas tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan
kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk
keperluan domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses
desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih
dari 35000 mg/l garam terlarut).
Distilasi merupakan metode desalinasi yang paling lama dan paling
umum digunakan. Distilasi adalah metode pemisahan dengan cara memanaskan
air laut untuk menghasilkan uap air, yang selanjutnya dikondensasi untuk
menghasilkan air bersih. Berbagai macam proses distilasi yang umum
digunakan, sepertimultistage flash, multiple effect distillation, dan vapor
compression umumnya menggunakan prinsip mengurangi tekanan uap dari air
agar pendidihan dapat terjadi pada temperatur yang lebih rendah, tanpa
menggunakan panas tambahan.
Metode lain desalinasi adalah dengan menggunakan membran. Terdapat
dua tipe membran yang dapat digunakan untuk proses desalinasi, yaitu reverse
osmosis (RO) dan electrodialysis (ED). Pada proses desalinasi menggunakan
membran RO, ialah sebuah istilah teknologi yang berasal dari
osmosis. Osmosisadalah sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana
molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke
daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran “semipermeable”. Membran
“semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang
memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari
“solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua
sisi membrane. Reverse osmosis dapat diartikan proses pemaksaan
sebuah solvent dari daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran
ke sebuah daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan
melebihi tekanan osmotik.
Dalam praktiknya, umpan dipompa ke dalam container tertutup, pada
membran, untuk meningkatkan tekanan. Saat produk berupa air bersih dapat
mengalir melalui membran, sisa umpan dan larutan brine menjadi semakin
terkonsentrasi. Untuk mengurangi konsentrasi garam terlarut pada larutan sisa,
sebagian larutan terkonsentrasi ini diambil dari container untuk mencegah
konsentrasi garam terus meningkat.
Sistem RO terdiri dari 4 proses utama, yaitu:
a) Pretreatment: Air umpan pada tahap pretreatment disesuaikan dengan
membran dengan cara memisahkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH,
dan menambahkan inhibitor untuk mengontrol scaling yang dapat
disebabkan oleh senyawa tetentu, seperti kalsium sulfat.
b) Pressurization: Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah
melalui proses pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan
membran dan salinitas air umpan.
c) Separation: Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut,
sementara membran akan memperbolehkan air produk terdesalinasi
melewatinya. Efek permeabilitas membran ini akan menyebabkan
terdapatnya dua aliran, yaitu aliran produk air bersih, dan
aliran brine terkonsentrasi. Karena tidak ada membran yang sempurna pada
proses pemisahan ini, sedikit garam dapat mengalir melewati membran dan
tersisa pada air produk. Membran RO memiliki berbagai jenis konfigurasi,
antara lain spiral wound dan hollow fine fiber membranes.
d) Stabilization: Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya
membutuhkan penyesuaian pH sebelum dialirkan ke sistem distribusi untuk
dapat digunakan sebagai air minum. Produk mengalir melalui kolom aerasi
dimana pH akan ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati 7.
c. Trace Element
Trace Elemen merupakan unsure – unsure atau senyawa – senyawa
kimia dilaut yang kelarutanya kurang dari 1 ppb atau dapat diartikan sang
kecil.tetapi untuk keberadaanya sang diperlukan dalam pengaturan
keseimbangan kelarutan elemen – elemen dilaut dan proses biologi organism
bahari. rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadap elemen yang
berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapa elemen
karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Logam-logam Cu, Mn, Fe dan Zn
jika terjadi defisiensi menyebabkan penyakit baik pada hewan maupun
tumbuhan. Cu, Cr, Se dan I untuk hewan dan B dan Mo untuk tanaman.
Elemen-elemen yang tidak mempunyai kepentingan secara biokimiawi
disebut "non essensial element". Contohnya “non-essential element” adalah
As, Cd, Hg, Pb, Po, Sb, Ti dan U yang menyebabkan toksisitas pada
konsentrasi yang melebihi ambang batas tetapi tidak menyebabkan
"deficiency disorder" pada
konsentrasi rendah seperti mikronutrien.
Kelompok Elemen Kimia Jarang (Trace Element)
Di laut terdapat pula kelompok elemen yang disebut kelompok elemen
jarang atau “Trace Element”. Elemen ini terdapat di laut dalam kadar yang
sanagt kecil sekali dibandingkan dengan kadar-kadar dari elemen- elemen dari
kelompok yang lain. Kadar elemen jarang yang terdapat di laut mempunyai
nilai kisaran antara 67.18µg sampai 0,024 µg dalam 1 liter air laut. Nama-nama
elemen Jarang Utama Yaitu:
Yod (I) 280 ton/mil³ air laut
Barium (Ba) 140 ton/mil³ air laut
Besi (Fe) 47 ton/mil³ air laut
Molibden(Mo) 47 ton/mil³ air laut
Seng (Zn) 47 ton/mil³ air laut
Selen (Se) 29 ton/mil³ air laut
Argon (Ar) 14 ton/mil³ air laut
Tembaga (Cu) 14 ton/mil³ air laut
Timah (Sn) 14 ton/mil³ air laut
Uranium (U) 14 ton/mil³ air laut
Mangan (Mn) 9 ton/mil³ air laut
Nikel (Ni) 9 ton/mil³ air laut
Vanadium (V) 9 ton/mil³ air laut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah “Unsur-Unsur Dalam Air Laut dan
Salinitas” yaitu : Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut
dalam air. Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas :
a) Penguapan
b) Curah hujan
c) Banyak sedikitnya sungai yang bermuara dilaut
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai. Pengaruh Faktor Salinitas
Di Laut Pada Tingkah Laku Dan Kelimpahan Ikan:
a) Suhu air laut
b) Pengaruh arus
c) Pengaruh cahaya
d) upwelling
Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi
kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air
dapat digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan
berupa air garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan
konsentrat bersalinitas tinggi. Berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam,
elemen terbagi atas elemen makro yaitu elemen kimia yang terdapat dilaut
dalam kadar yang besar, elemen mikro atau minor elemen yaitu kadarnya
yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok elemen kimia utama, dan
trace elemen dalam kadar yang sangat kecil sekali dibandingkan dengan
kadar-kadar dari elemen-elemen dari kelompok yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gewater.com/what_we_do/water_scarcity/desalination.jsp
http://www.oas.org/dsd/publications/Unit/oea59e/ch20.htm#TopOfPage
www.oseanografi.blogspot.com/200/07/salinitas-air-laut.html
www.wikipedia.com
Sanusi, H. S. 2006. Kimia Laut. Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 188 + xi halaman.