Anda di halaman 1dari 3

A.

Faktor Lingkungan Pembatas


Faktor-faktor lingkungan di estuari sangat mempengaruhi kehidupan organisme-
organisme yang hidup didalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken (1992, dalam
Wahyuni, 2016, hlm.15) “rezim atau faktor lingkungan fisikkimia estuari mempunyai variasi
yang besar dalam banyak parameter yang sering kali menciptakan suatu lingkungan yang
sangat menekan bagi organisme”. Parameter lingkungan estuari diantaranya:
1. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian
besar danau, sungai dan saluran air alami sangalah kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air tawar, secara definisi,
kurang dari 0,05 %. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline
bila konsentrasinya 3 sampai 5 %. Lebih dari 5 %, ia disebut brine. Air laut secara alami
merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5 %. Beberapa danau garam di
daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya.1
Salinitas sangat mempengaruhi kehidupan organisme, apabila salinitas tinggi maka
osmoregulasi pada tubuh makhluk hidup akan terganggu. Pada daerah estuari yang dekat
dengan perairan laut memiliki kadar garam yang bervariasi, hampir sama dengan air tawar
atau memiliki kadar yang hampir sama dengan air laut. “Kadar garam juga bervariasi seiring
pasang naik dan pasang surut air laut”.
Menurut Nontji (1987, dalam Wahyuni, 2016, hlm.15) “Estuari dapat mempunyai
struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan percampuran antara air tawar yang
relatif ringan dengan air laut yang lebih berat, pengadukan air juga sangat menentukan”.2
Banyak faktor yang mempengaruhi salinitas, diantaranya yaitu :3
a. Penguapan, semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya. Apabila pada daerah yang rendah tingkat
penguapan air lautnya, maka daerah itu memiliki kadar garam yang rendah.
b. Curah hujan, semakin besar atau banyak curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya ketika semakin
sedikit atau kecil curah hujan yang turun maka salinitas airnya akan tinggi.
1
Ferdinandus Didit Prakoso, Studi Pola Sebaran Salinitas, Temperatur, dan Arus Perairan Estuari
Sungai Wonokromo Surabaya (Teknik Kelautan FTK-ITS, 2016), h. 11.
2
Sri Wahyuni, Kelimpahan dan Keanekiaragaman Gastropoda di Estuaria Cipatireman Pantai
Singdangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya (Skripsi FKIP UNPAS, 2016), h. 15.
3
Ferdinandus Didit Prakoso, Studi Pola Sebaran Salinitas, Temperatur, dan Arus Perairan Estuari
Sungai Wonokromo Surabaya (Teknik Kelautan FTK-ITS, 2016), h. 11-12
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, semakin banyak sungai
yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
justru sebaliknya ketika semakin sedikit sungai yang bermuara ke laut maka
salinitasnya akan tinggi.
2. Suhu
Faktor lingkungan pada estuari salah satunya adalah suhu, suhu air di estuari lebih
bervariasi daripada di perairan pantai di dekatnya. Hal ini dikarenakan estuari memiliki
volume air yang lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, kondisi atmosfer yang
ada, air estuari lebih cepat panas atau lebih cepat dingin. ”Suhu merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme”.4
3. Temperatur
Temperatur merupakan sesuatu untuk menyatakan derajat panas dinginnya suatu zat.
Untuk mengetahui nilai dari derajat panas tersebut, digunakan thermometer. Di dalam air,
temperatur sangat mempengaruhi terhadap sifat air dan konsentrasi lain yang terkandung.
Salah satunya temperatur dapat mempengaruhi kandungan oksigen yang terlarut di dalam
suatu perairan (DO). Semakin tinggi temperatur pada suatu perairan, maka kandungan
oksigen terlarut di dalamnya akan semakin rendah. Sedangkan jika temperatur pada suatu
perairan semakin rendah, makan kandungan oksigen terlarutnya akan semakin tinggi.
Pada kisaran temperatur optimum di perairan yaitu sekitar 28o –32o C, konsumsi
oksigen oleh makhluk hidup di dalamnya mencapai 2,2 mg/g(berat tubuh)/jam. Sedangkan
pada temperatur rendah yaitu kurang dari 25o C, konsumsi oksigen meningkat menjadi 3,2
mg/g(berat tubuh)/jam.5
4. Oksigen
Oksigen sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk bernapas, pada estuari kandungan
oksigen sangat ditentukan oleh keadaan sekitar estuari, apabila disekitar estuari banyak
ditumbuhi oleh pepohonan serta dipengaruhi oleh produktifitas organisme didalam air yang
dapat menghasilkan oksigen, maka kandungan oksigen banyak, begitupun sebaliknya. Jumlah
oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi suhu dan salinitas. Terisolasinya
perairan di bagian dalam dari percampuran dengan sumber oksigen, dibarengi dengan
tingginya aktivitas biologis yang dilakukan oleh organisme, dapat mengurangi kondisi

4
Budianto, Pola Sebaran Salinitas Dan Suhu Di Perairan Estuari Sungai Kawal Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. (Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2015), h. 9.
5
Ferdinandus Didit Prakoso, Studi Pola Sebaran Salinitas, Temperatur, dan Arus Perairan Estuari
Sungai Wonokromo Surabaya (Teknik Kelautan FTK-ITS, 2016), h. 12.
oksigen di perairan dalam. Akibatnya, Oksigen sangat berkurang di dalam substrat.
Tingginya kandungan bahan organik dan tingginya populasi bakteri di sedimen menyebabkan
besarnya kebutuhan oksigen. Ukuran partikel sedimen yang halus membatasi pertukaran
antara air interstitial dengan kolam air di atasnya sehingga oksigen sangat cepat berkurang.
Oleh karena itu sedimen estuari pada kedalaman beberapa sentimeter yang pertama bersifat
anoksik kecuali jika ukuran partikelnya besar. Sebagian besar estuaria didominasi oleh
substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air laut.6
5. Substrat
Faktor lingkungan yang cukup penting di estuari, adalah substrat, dimana substrat di
estuari rata-rata termasuk kedalam substrat yang berlumpur. Sebagian besar partikel lumpur
estuaria bersifat organik, bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi
organisme estuaria. Peranan estuaria sebagai penyimpan zat organik sangat besar, di estuari
terdapat produsen-produsen seperti pohon mangrove dan lamun serta ganggang yang dapat
mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan
kemudian oleh organisme hewani.7

DAFTAR PUSTKA
Budianto, dkk. 2015. Pola Sebaran Salinitas Dan Suhu Di Perairan Estuari Sungai Kawal
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu
Kelautan, fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Kurniawati, Any. Dietriech Geoffrey Bengen. Hawis Maddupa. 2014. Mangrove Swamp
Condition and Telescopium Telescopium Density in Segara Anakan Lagoon, Cilacap
Regency. Skripsi pada FTIK Institut Pertanian Bogor : Tidak diterbitkan.
Prakoso, Ferdinandus Didit. 2016. Studi Pola Sebaran Salinitas, Temperatur, dan Arus
Perairan Estuari Sungai Wonokromo Surabaya. Teknik Kelautan FTK-ITS.
Wahyuni, Sri. 2016. Kelimpahan dan Keanekiaragaman Gastropoda di Estuaria
Cipatireman Pantai Singdangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.
Skripsi FKIP UNPAS. Tidak Dipublikasikan.

6
Sri Wahyuni, Kelimpahan dan Keanekiaragaman Gastropoda di Estuaria Cipatireman Pantai
Singdangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya (Skripsi FKIP UNPAS, 2016), h. 17.
7
Kurniawati, Mangrove Swamp Condition and Telescopium Telescopium Density in Segara Anakan
Lagoon, Cilacap Regency (Skripsi pada FTIK Institut Pertanian Bogor : Tidak diterbitkan, 2014), h. 221.

Anda mungkin juga menyukai