Anda di halaman 1dari 24

Dinamika Gen Dalam Populasi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Evolusi

DOSEN PENGAMPUH : Mira Wahyuni, M.Pd

Kelompok 6 :

1. Abdul Malik : 0310182067


2. Lailan Safitri Barus : 0310183139
3. Rosmayanti Dalimunthe : 0310182097
4. Siti Aisyah Tanjung : 0310103129

Tadris Biologi IV / Semester VI

TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Kami berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Dinamika Gen Dalam Populasi.
Matakuliah ini adalah salah satu matakuliah pokok yang ada pada kurikulum
Prodi Biologi di Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Sumatera Utara
Medan. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan
bantuan para pimpinan, rekan-rekan dosen, teman sejawat di lingkungan. Semoga
tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.
Penulis juga menyadari masih adanya kekurangan dan keterbatasan pada
makalah ini, maka penulis tetap mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak agar makalah ini bisa dikembangkan dikemudian hari. Akhir kata semoga
segala upaya yang penulis lakukan ini bermanfaat bagi kita semua dan Semoga
Allah SWT berkenan memberikan berkahnya sehingga semua harapan dan cita-
cita penulis dapat terkabulkan. Amin

Medan, 27 April 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah .......................................................................................... 1

B. RumusanMasalah .................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Variasi Dalam Populasi ...............................................................................3


B. Hukum Hardy Weinberg .............................................................................6
C. Keberlakuan Hukum Hardy Weinberg ........................................................9
D. Aplikasi Hukum Hardy Weinberg ............................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................20
B. Saran .........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika gen dalam populasi merupakan dasar yang baik untuk
mengungkap adanya proses evolusi. Selama perkembangan zaman,
evolusi selalu menjadi bahan pergunjingan yang beragam pendapat
berfluktuasi tingkat kebenarannya. Mungkin sampai sekarang orang
beranggapan bahwa evolusi adalah perubahan yang terjadi secara
bertahap dalam kurun waktu yang lama sehingga memunculkan spesies
baru. Maka, di dalam genetika populasi dapat tergambarkan secara
kuantitatif tentang evolusi. Evolusi terjadi pada tingkat populasi dan tidak
pada tingkat spesies. Sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dari
generasi ke generasi dalam suatu populasi dilihat dari macam gen dan
aliran gen yang melibatkan proses perkawinan.
Pada proses perkawinan maka terjadi saling tukar informasi genetik
antara dua individu yang akan menghasilkan individu-individu baru
dengan sifat yang sama atau sifat yang berbeda. Bisa dikatakan dengan
adanya interaksi perkawinan maka akan memunculkan variasi genetik
antara individu yang menuju ke arah spesiasi. Sifat yang diturunkan
tersebut bisa ditinjau dari frekuensi genotip atau yang lebih spesifik lagi
adalah keberadaan gen dalam genom yang akan mempunyai frekuensi alel
dalam populasi. Tentu saja faktor penyebab perubahan materi genetik
dalam suatu populasi tidak saja tercipta dari proses perkawinan saja
(biotik), tetapi juga dari faktor abiotik. Adanya faktor intern dan ekstern
tersebut maka dalam perkembangan dari generasi ke generasi terjadi
peningkatan dan penurunan variasi genetik.
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan memperjelas
terjadinya evolusi melalui pendekatan mikroevolusi secara kuantitatif.
Sejalan dengan pernyataan tersebut Hadi (2011) mengatakan bahwa
genetika populasi yang penting untuk memahami evolusi molekular.
Sehingga evolusi secara kuantitatif sehingga didapatkan konsep evolusi
yang lebih bermakna.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan variasi dalam populasi?
2. Apa saja hukum hardy weinberg ?
3. Bagaimana keberlakuan hukum hardy weinberg di dinamika gen
dalam populasi?
4. Bagaimana cara aplikasi hukum hardy weinberg?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi gen dan
keanekaragaman genetik dalam populasi?

C. Tujuan
1. Untuk Mngetahui pengertian dari variasi dalam populasi
2. Untuk Mngetahuihukum hardy weinberg tersebut
3. Untuk Mngetahuikeberlakuan hukum hardy weinberg di dinamika
gen dalam populasi
4. Untuk Mngetahuicara pengaplikasian hukum hardy weinberg
5. Untuk Mngetahui faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi gen
dan keanekaragaman genetik dalam populasi.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Variasi Dalam Populasi


Variasi gen dalam populasi merupakan gambaran dari adanya perbedaan
respon individu-individu terhadap lingkungan. Suatu populasi terdiri dari suatu
sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang
serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan-
perbedaan individu, misalnya dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan tingkah
lakunya. Variasi individu terjadi pada binatang bersel satu sampai dengan
manusia. Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan
pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada
sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Evolusi modern
mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi
genetika ini. Variasi dapat berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar
populasi (aliran gen), perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual, dan
tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen
horizontal pada bakteria.
Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses
ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies
tersebut. Bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan
yang dramatis pada fenotipenya. Secara umum variasi gen dalam populasi dapat
dibedakan menjadi 5 penyebab (agensiaevolutif), yakni mutasi, rekombinasi gen,
genetic drift, gen flow dan seleksi alam.1
1. Mutasi
Mutasi diartikan sebagai perubahan sifat keturunan (gen). Mutasi terjadi
secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi mempunyai
nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka ketahanan,
kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak lagi. Mereka

1
Wildan,Yatim. 1980. Genetika. Bandung: Penerbit Tarsito. Hal. 210-216.

3
cenderung untuk bertambah dalam populasi dibandingkan dengan anggota
populasi lain yang mempunyai nilai selektif rendah. Penyebab mutasi Faktor-
faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi dikenal sebagai mutagen.
a). Faktor fisika (radiasi)
Agen mutagenik dari faktor fisika berupa radiasi. Radiasi yang
bersifat mutagenik antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet,
sinar gamma, sinar –X, partikel beta, pancaran netron ion- ion berat, dan
sina- sinar lain yang mempunyai daya ionisasi.
b). Faktor kimia
Banyak zat kimia bersifat mutagenik. Zat- zat tersebut antara lain
adalah pestisida dan bahan-bahan industri (Formadehid, Glycidol, DEB,
dll), makanan dan minuman (caffein, siklamat, sikloheksilamin, natriun
nitrit, asam nitrit, dll), Obat (Siklofosfamid, Metil di-kloro etil amin,
Antibiotik, dll).
c). Faktor biologi
Virus merupakan penyebab kerusakan kromosom. Misalnya virus
hepatitis menimbulkan aberasi pada darah dan sumsum tulang. Virus
campak, demam kuning, dan cacar juga dapat menimbulkan aberasi.
2. Migrasi
Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel,
serta menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat
menambah bahan genetika baru ke lungkang gen yang telah ada pada suatu
populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Karena
pemisahan reproduksi antara dua populasi yang berdivergen diperlukan agar
terjadi spesiasi, aliran gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan
genetika yang berbeda antar populasi.
3. Genetic drift
Genetic drift adalah lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa
ini sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela
mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu
mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut
menurun pada populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam populasi kecil,

4
kurang dari 100 individu hilangnya gen masih cukup kuat pengaruhnya terhadap
frekuensi alela, meskipun ada agenesia evolutif lain yang berperanan pada saat itu
juga terhadap perubahan frekuensi alela dalam arah yang berbeda.
4. Seleksi alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa
makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama
kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Antara sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk
mempertahankan hidupnya.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston betularia.
Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya
lebih banyak daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya
revolusi industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit daripada
ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston
betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum
terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap industri,
sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak dapat
beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di
Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat
biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan,
akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Kesimpulan:
1. Penyebaran kupu hitam berkorelasi dengan derajat pencemaran.
2. Ada mutasi putih ke hitam.
5. Gene pool
Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang
dimiliki oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat
mempunyai suatu maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen. Dalam gen pool,
dimana setiap macam gen dengan frekuensi atau perbandingan alel gen A dan a
pada suatu populasi yang berbiak secara seksual, terdapat alel A sebanyak 90 %
dari jumlah kedua alel, sedangkan alel a merupakan 10 % dari jumlah itu. Akan
kita katakan kemudian bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah

5
0,9 dan 0,1. Bila frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu, maka
perubahan ini merupakan perubahan evolusi. Kalau kita katakan bahwa evolusi
adalah perubahan di dalam komposisi genetis dari populasi, yang kita artikan
adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di dalam suatu gen pool. Itulah
sebabnya faktor penyebab evolusi dapat kita tentukan dengan menentukan faktor
apa yang dapat menghasilkan suatu pergeseran dari frekuensi genetis.

B. Hokum Hardy Weinberg


Populasi yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin
acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin
acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip
ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg,
dokter dari Jerman, sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan
Hardy-Weinberg. Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus
dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak
terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-
peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan
frekuensi alel. Kalau dalam suatu populasi terdapat gen yang terdiri dari 2 alel; A
dan a, maka setiap individu tentunya akan memiliki salah satu atau kedua alel
tersebut. Pasangan alel dapat berupa AA (homozigot dominan), Aa (heterozigot),
dan aa (homozigot resesif). Dalam syarat-syarat tertentu, frekwensi alel A dan a di
populasi tersebut tentulah akan tetap. Dengan demikian persentase individu AA,
Aa, atau aa akan tetap dari generasi ke generasi. Pada populasi itu telah terjadi
perimbangan alel. Hukum Hardy-Weinberg merumuskan perimbangan alel pada
populasi yang panmixis. Persentase masing-masing alel adalah tetap dan
jumlahnya selalu 100%. Sedangkan kalau persentase itu diubah menjadi
frekwensi, maka jumlah frekwensi semua alel dari satu gen adalah 1.

6
2
Syarat-syarat Berlakunya Hukum Hardy–WeinbergKondisi-kondisi pada
hukum Hardy–Weinberg, sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi
berada di dalam keseimbangan genetis. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
1. Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak
mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti.
2. Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
3. Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
4. Tidak terjadi seleksi alam.
5. Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).
Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat
berbiak, mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh
perubahan sembarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene
pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang
demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi
antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan
segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain,
populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot,
sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam. Jadi suatu
kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, yang
disebut genetic drift.
Mutasi selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya.
Hampir semua gen mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000
pembelahan, kecepatan mutasi pada berbagai macam gen berbeda. Sangat jarang
mutasi alel dengan sifat sama dapat sampai mencapai keseimbangan. Jadi jumlah
mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan
waktu. Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan
yang sama – sama betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering.
Tekanan mutasi ini akan cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan –
lahan pada frekuensi genetis di dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan

2
MohamadAminWidodo,dkk. 2003. Evolusi. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 41-46.

7
cenderung untuk bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi
akan cenderung untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada faktor lain yang
mengubah tekanan mutasi ini.
Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini
merupakan faktor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada frekuensi
genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat sehingga kalau
bereaksi secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk
menimbulkan suatu perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid). Mutasi
terjadi secara sembarang (random) dan seringkali cenderung untuk mengarah pada
jurusan yang berbeda dari faktor – faktor lain yang menyebabkan organisme
sesungguhnya harus berevolusi. Kalau gene pool harus dalam keadaan seimbang,
sudah barang tentu imigrasi dari populasi lain tidak boleh terjadi kalau hal ini
akan menyebabkan terjadinya pemasukan gen baru. Hilangnya gene pool secara
emigrasi harus tidak boleh terjadi. sebagian besar populasi alami mungkin paling
sedikit mengalami migrasi genetis di dalam jumlah yang sangat kecil, dan faktor
ini menambah terjadinya variasi yang cenderung untuk mengacaukan
keseimbangan Hardy-Weinberg. Sangat disangsikan akan adanya suatu populasi
yang bebas dari migrasi genetis dan pada beberapa kejadian dimana migrasi
genetis terjadi, hal ini terjadi begitu kecil sehingga dapat diabaikan sebagai faktor
yang menyebabkan pergeseran frekuensi genetis. Itulah sebabnya dapat kita
simpulkan bahwa syarat ketiga untuk keseimbangan genetis kadang – kadang
terjadi di alam.
Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan
atau reproduksi yang random. 3
Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya bertanggung jawab atas
kelangsungan reproduksi dari suatu populasi. Seleksi pasangan, efisiensi dan
frekuensi proses perkawinan, fertilitas, jumlah zigot yang terjadi pada setiap
perkawinan, prosentase zigot yang menuju kea rah pertumbuhan embrio dan
kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai mencapai umur berbiak.
Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada keturunannya dalam arti

3
Suryo. 1996. Genetika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

8
keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila reproduksi merupakan sesuatu
yang sama sekali random, maka semua faktor yang mempengaruhi harus random,
yakni tidak terganggu dari genotip.
Keadaan tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.
Faktor–faktor tersebut mungkin selalu berhubungan dengan genotip, yakni
genotip dari organisme yang mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang
disebutkan di atas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada aspek
reproduksi yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan genotip.
Reproduksi tidak sembarang (nonrandom) adalah hokum umum.
Reproduksi di dalam arti luas adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada
semua populasi.
Sehingga kalau kita simpulkan, empat kondisi yang diperlukan untuk
keseimbangan genetik yang diusulkan oleh hokum Hardy-Weinberg adalah:
1. Ditemukan pada populasi besar.
2. Tidak pernah dijumpai mutasi.
3. Tanpa migrasi.
4. Reproduksi random tidak pernah dijumpai.
Suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai,
perubahan secara evolusi adalah sifat–sifat fundamental dari kehidupan suatu
populasi.

C. Keberhasilan Hukum Hardy Weinberg


1. Perkawinan Terjadi Secara Acak
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan populasi mendelian yang berukuran
besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-
individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk
bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda
dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa
konstan dari generasi ke generasi.4

4
Terry Noviar Panggabean, “Analisis Tingkat Optimasi Algoritma Genetika Dalam
Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Pada Bin Packing Problem”. (Journal Of Computer
Engineering, System And Science. Vol 1, No 2, 2016, h. 14.

9
Perkawinan secara acak menjelaskan bahwa probilitas dua genotipe yang
akan melakukan perkawinan adalah produk dari frekuensi (probilitas) dari
genotipe dalam satu populasi. Jika genotipe MM menyusun 90% dari populasi,
maka setiap individu memiliki 90% kesempatan (probilitas = 0,9) melakukan
perkawinan dengan orang bergenotipe MM. Probabilitas perkawinan antara MM
dengan MM kawin adalah (0,9)(0,9), atau 0,81.5
Dengan kawin acak, hubungan antara frekuensi alel dan frekuensi genotipe
sangat sederhana karena perkawinan acak individu setara dengan serikat acak
gamet. Secara konseptual, kita mungkin membayangkan semua gamet suatu
populasi sebagai hadiah dalam wadah besar. Untuk membentuk genotipe zigot,
pasang gamet ditarik dari wadah secara acak. Untuk lebih spesifik,
mempertimbangkan alel M dan N pada golongan darah MN, yang frekuensi alel
adalah p dan q, masing-masing (ingat bahwa p + q = 1).

Genotipe yang dapat dibentuk dengan dua alel akan ditampilkan di sebelah
kanan, dan dengan perkawinan acak, frekuensi masing-masing genotipe dihitung
dengan mengalikan frekuensi alel dari gamet yang sesuai. Namun, MN genotipe
dapat dibentuk dalam dua cara-alel M bisa datang dari ayah (bagian atas diagram)
atau dari ibu (bagian bawah diagram). Dalam setiap kasus, frekuensi genotipe MN
adalah pq; mengingat kedua kemungkinan, kita menemukan bahwa frekuensi MN
adalah pq + pq = 2pq.6
Pada perwakilan secara acak memiliki penyimpangan yang akan
menyebabkan Hukum Hardy Weinberg tidak berlaku. Dimana penyimpangan

5
H. Robert Tamarin, Principles of Genetics, Seventh Edition (United Kingdom: The Mc
Graw-Hill Companies, 2001)
6
Terry Noviar Panggabean, “Analisis Tingkat Optimasi Algoritma Genetika Dalam
Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Pada Bin Packing Problem”. (Journal Of Computer
Engineering, System And Science. Vol 1, No 2, 2016, h. 14.

10
tersebut terjadi dengan dua alasan, yaitu pilihan dan keadaan. Jika anggota dari
populasi memilih hidup fenotipe tertentu sebagai pasangan lebih atau kurang
sering secara acak sehingga populasi terlibat dalam perkawinan asortatif. Jika
individu dengan fenotipe serupa positif ini berlaku, jika perkawinan terjadi antara
individu dengan fenotipe berbeda lebih sering dari pada secara acak disebut
perkawinan asortatif negatif atau perkawinan disasortatif.
Penyimpangan perkawinan acak juga dapat terjadi antara individu yang
memiliki keterkaitan genetik atau lebih jauh terkait dengan individu yang dipilih
secara acak dari populasi. Salah satunya adalah inbreeding yaitu perkawinan
terkait, dan autbreeding adalah perkawinan individu yang tidak memiliki
keterkaitan gentik.7
2. Populasi Tetap
Populasi tetap menunjukkan bahwa jumlah individu yang mati sama
dengan jumlah individu yang lahir. Pada populasi tetap secara teoritis tidak
mungkin terjadi meskipun di suatu populasi yang tersolasi, karena populasi yang
mempertimbangkan keterbatasan lingkungan, sehingga laju pertumbuhan populasi
tergantung pada kerapatan populasinya. Jumlah populasi akan terus bertambah
atau akan terus berkurang. Tetapi dalam kenyataannya, sepanjang waktu
pertumbuhan keadaan lingkungan dapat berubah. Keadaan lingkungan yang
berubah akan mengakibatkan pertumbuhan mengalami penundaan. Oleh sebab itu,
pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah mengikuti siklus tertentu.8
3. Populasi Berjumlah Besar
Populasi besar hanya terjadi pada serangga atau mikroba. Hal tersebut
Faktor makanan merupakan faktor lainnya yang sangat menentukan
perkembangan populasi serangga. Makanan yang cukup sangat berpengaruh pada
perkembangbiakan serangga, yang dalam hal ini dapat meningkatkan populasi
serangga semakin besar.9 Sebab lebih besar populasi suatu organisme, maka
jumlah makanan yang tersedia juga harus memenuhi jumlah populasi suatu

7
H. Robert Tamarin, Principles of Genetics, Seventh Edition (United Kingdom: The Mc
Graw-Hill Companies, 2001)
8
Onoy Rohaeni, “Model Pertumbuhan Populasi Satu Spesies Dengan Tundaan Waktu
Diskrit”. Seminar Intern Prodi Matematika FMIPA UNISBA, 2016, h. 1.
9
Dadang, “Konsep Hama Dan Dinamika Populasi”. Workshop Hama dan Penyakit
Tanaman Jarak (Jatropha curcas linn.): Potensi Kerusakan dan Teknik Pengendaliannya, 2006, h.
7.

11
organisme tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, hukum Hardy Weinberg
hampir tidak pernah dapat dipenuhi. Oleh karena itu, akan terjadi evolusi. Hukum
Hardy Weinberg hanya dapat berlaku pada satuan waktu yang singkat. 10
4. Tidak Trjadi Mutasi
Mutasi adalah perubahan dalam DNA suatu organisme. Suatu mutasi baru
yang diturunkan melalui gamet dapat dengan segera mengubah kumpulan gen
suatu populasi. Kecepatan mutasi dari berbagai gen bervariasi. Alel yang lebih
stabil, frekuensinya akan cenderung bertambah banyak, sedangkan alel yang
mudah bermutasi akan cenderung untuk berkurang frekuensinya. Meskipun
mutasi pada suatu lokus gen tertentu jarang terjadi, dampak kumulatif mutasi
tersebut pada semua lokus bisa signifikan. Hal ini disebabkan oleh setiap individu
memiliki ribuan gen, dan banyak populasi memiliki ribuan atau jutaan individu.
Dengan begitu, dalam jangka panjang mutasi sangat penting bagi evolusi karena
mutasi mempertinggi variabilitas yang berfungsi sebagai bahan mentah untuk
seleksi alam.11
5. Tidak Terjadi Migrasi
Frekuensi alel dan frekuensi genotipe dapat berubah melalui pengurangan
atau penambahan alel melalui mutasi atau migrasi (imigrasi atau emigrasi) pada
suatu populasi. Imigrasi atau emigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam
populasi. Pengaruh imigrasi dan emigrasi akan berbanding terbalik dengan ukuran
populasi asal atau ukuran populasi yang akan dibentuk. Lebih kecil suatu populasi
asal, maka perubahan frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut.12
6. Tidak Terjadi Seleksi Alam
Seleksi alam adalah suatu proses di mana organisme-organisme yang lebih
baik penyesuaiannya terhadap lingkungan akan menghasilkan keturunan yang
lebih banyak dibanding yang lain. Sebagai hasil dari seleksi alam, proporsi
organisme suatu spesies dengan karakteristik yang bersifat adaptif terhadap
lingkungan akan meningkat pada masing-masing generasi. Oleh karena itu, seleksi
alam secara acak memodifikasi variasi asal dari ciri-ciri genetik suatu spesies
sehingga alel-alel yang bersifat menguntungkan karena survive akan

10
H. Widodo, Bahan Ajar Evolusi (Malang: Biologi FMIPA UM, 2003)
11
H. Widodo, Bahan Ajar Evolusi (Malang: Biologi FMIPA UM, 2003)
12
Ibid.

12
mendominasi, sedangkan alel-alel yang tidak menguntungkan akan berkurang.
Menurut Merriam-Webster’s Medical Dictionary, seleksi alam adalah suatu proses
alami yang akan menghasilkan individu yang survive atau kelompok terbaik yang
sesuai dengan kondisi di mana mereka hidup dan ini sama pentingnya untuk
mengabadikan kualitas genetik yang diinginkan dan untuk menghapus gen yang
tidak diinginkan sebagai hasil dari rekombinasi atau mutasi gen.
Seleksi alam mengakibatkan alel diturunkan ke generasi berikutnya dalam
jumlah yang tidak proporsional dengan frekuensi relatif generasi saat itu, sehingga
mengubah kumpulan gen. Seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan
genotip yang menguntungkan dalam suatu populasi.13

D. Aplikasi Hukum Hardy Weinberg


Hukum Hardy- Weinberg adalah suatu rumus yang dapat
menjelaskan mengenai mekanika evolusi dalam populasi. Hukum ini
dapat menggambarkan perimbangan genotipe yang berbeda akan tetap
sama sepanjang waktu. Salah satu implementasi penting dari prinsip
Hardy –Weinberg bahwa frekuensi alel tetap konstan dari genersi
berikutnya dengan asumsi antar zigot memiliki viabilitas sama
(kemampuan untuk bertahan hidup), dan frekurensi yang sama ketika
dewasa.
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi
dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu
konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak
mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka
frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan
sedangmengalami evolusi.
Hukum Hardy-Weinberg ini dapat diterapkan dalam menghitung
frekuensi alel pada suatu populasi. Keseimbangan dari frekuensi alel
dalam pusat gen dapat di tulis dengan kalimat matematika sebagai
berikut:
13
Yeni Hendriani, Modul Belajar Mandiri Biologi (Jakarta: Pegawai Pemerintah degan
Perjanjian Kerja (PPPK))

13
p² + 2pq + q² = 1
Keterangan:
p² = Presentase individu dominan homozigot
p = Frekuensi alel dominan
q² = Presentase individu resesif homozigot
q = Frekuensi alel resesif
2pq = Presentase individu heterozigot
dengan p + q = 1, maka ( p+q )² = p² + 2pq + q² = 1
Pada suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu
populasi. Para ahli genetika populasi menggunakan huruf p untuk
mewakili frekuensi dari satu alel dan huruf q untuk mewakili frekuensi
alel lainnya.
Hukum Hardy-Weinberg ternyata mempunyai aplikasi yang luas.
Persamaan Hardy-Weinberg sering digunakan sebagai tes awal apakah
evolusi terjadi dalam suatu populasi. Persamaan tersebut juga sering
digunakan dalam aplikasi medis, seperti memperkirakan persentase
populasi yang membawa alel yang diwariskan secara genetis. Misalnya,
menganggap henilketonuria/PKU (individu tidak mempunyai kemampuan
untuk memecah asam amino fenilalanin), gangguan metabolisme yang
dihasilkan dari homozigositos untuk alel resesif dan terjadi pada sekitar
satu dari setiap 10.000 bayi yang lahir di Amerika Serikat.
Untuk Menerapkan persamaan Hardy-Weinberg perlu
mengasumsikan bahwa tidak ada mutasi PKU baru dalam populasi
(kondisi 1), Orang yang tidak memilih pasangan mereka atas dasar
apakah atau tidak mereka membawa gen ini juga umumnya kawin dengan
kerabat dekat (kondisi 22), mengabaikan efek dari kelangsungan hidup
deferensial dan kebersihan reproduksi (kondisi 3), dan menganggap
bahwa tidak ada efek dari pergeseran genetik (kondisi 4), atau aliran gen
dari populasi lainnya atau ke amerika serikat.
Misalnya :
Frekuensi individu penderita PKU U (q2)=1tiap 10.000
Frekuensialelq (resesif )=√ 0.0001=0.01

14
Frekuensialel p(dominan)=1−q=1−0.01=0.99
Frekuensiheterozigot karier (2 pq)=2 x 0.99 x0.01=0.0198
(Berarti sekitar 2 % dari suatu penduduk populasi manusia membwa alel
PKU di Amerika Serikat)
Ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hukum Hardy-
Weinberg.
1. Jumlah frekuensi gen dominan dan resesif ( p + q ) adalah 1
2. Jumlah proporsi dari ketiga macam genotif(p² + 2pq + q²)adalah 1
Jadi, pada dasarnya hukum ini menyatakan bahwa frekuensi gen dominan
dan resesif pada suatu populasi yang cukup besar tidak akan berubah dari
satu generasi ke generasi lainnya jika tidak ada seleksi, migrasi, mutasi,
dan genetic drift . Keadaan populasi yang demikian disebut dalam
keadaan equilibrium (dalam keadaan seimbang). Hukum Hardy-
Weinberg antara lain memungkinkan perkiraan frekuensi gen dalam
populasi dengan dominasi sempurna dimana hanya genotif – genotif dari
homozigot resesif yang dapat di tentukan dari fenotipe. Adapaun aplikasi
yang membuktikan Hukum Hardy-Weinberg adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Frekuensi Alel Ganda
Alel ganda merupakan beberapa alel dari gen tunggal dalam suatu
populasi. Contohnya adalah golongan darah ABO pada manusia.Dalam
satu lokus terdapat tiga alel yaituIA , IB , i yang memungkinkan dapat
menghasilkan kombinasi genotip ( IA IA ,IBi, ii, IA IB , IAi, IB i).
Genotip IAdan IBmerupakan alel kodominan dan keduanya lebih dominan
dibandingkan i.
Kesimpulannya bahwa individu dengan genotip IA IA (homozigot)
dan IA i (heterizigot) sama halnya dengan IBIB dan
IBi, Jadi dapat
membedakan kombinasi fenotip dari empat kombinasi tersebut (Klug,
dkk., 2006).
Menurut rumus Hardy-Weinberg, dapat menghitung genotip dan
frekuensi alel yang terdapat tiga alel. p, q, r menunjukkan frekuensi alel
IA IB, i. karena terdapat tiga alel, maka rumusnya adalah :
p+q+r=1

15
Hardy-Weinbergmengasumsikan frekuensi genotip sebagai berikut :
( p+q+ r)2 = p 2 + q2 +r2 +2 pq+ 2 pr +2 pq=1
Seperti telah dijelaskan bahwa alel ganda berhubungan dengan sifat-sifat
yang dikontrol oleh 3 alel atau lebih. Dalam hal ini p,q dan r masing -
masing adalah frekuensi gen untuk alel 1, 2, dan 3. Jika kita mengetahui
frekuensi tipe darah dalam suatu populasi, kita dapat memperkirakan
frekuensi dari 3 alel dalam sistem ABO.
2. Perhitungan Frekuensi Heterozigot
Dalam aplikasi lainnya, Hukum Hardy-Weinberg memperkirakan
frekuensi heterozigot dalam suatu populasi. Frekuensi sifat resesif
biasanya dapat dihitung tersendiri dalam suatu populasi sampel. Dengan
adanya informasi ini Hukum Hardy-Weinberg dapat menghitung
frekuensi alel dan genotip (Klug, dkk.,2006).
Cyrstic fibrosis, sifat resesif autosom memiliki insiden sekitar 1/2500
= 0,0004 pada orang keturunan eropa utara individu dengan Cyrstic
fibrosis mudah dibedakan dari populasi ada umumnya dengan gejala
seperti keringat ekstra asin, berlebihan jumlah mulus dalam paru - paru,
dan rentan terhadap infeksi bakteri. Karena ini adalah sifat resesif,
individu dengan Cyrstic fibrosisharus homozigot. Frekuensi dalam suatu
populaso dilambangkan dengan q2 , Asalkan perkawinan telak acak pada
generasi sebelumnya. Oleh karena itu frekuensi alel resesif maka,
q 2 =√ 0.0004=0.02
karena p+q=1 , sehingga frekuensi p adalah
p=1−q=1−0.02=0.98
Dalam rumus Hardy-Weinberg, frekuensi heterozigot adalah 2 pq, maka
2 pq=2(0.98) (0.02)=0.04 atau 4% atau 1/25.

16
3. Cetakan DNA
Variasi genetik pada pembentukan DNA polimorfisme umum terjadi
pada genom manusia dan juga terjadi pada organisme lainnya. banyak
aplikasi yang dapat men7elaskan terjadinya variasi melalui metode
eksperimen yang mana polimorfisme dapat terdeteksi. Pada genom
manusia terdapat banyak variasi genetik terjadi, kecuali pada kembar
identik dan kembar lainnya yang berasal dari satu zigot, tidak berasal dari
dua individu manusia yang genetikanya identik. Setiap manusia
mempunyai genotip unik. Salah satu aplikasi yang digunakan adalah
menggunakan cetakan DNA. Cetakan DNA merupakan sebuah prosedur
yang mana sampel biologis manusia yang tidak dikenal dicocokkan
dengan sumbernya dengan menggunakan marker DNA polimorfik.
Sedikitnya sampel dari material manusia seringkali mengandung DNA
yang cukup sehingga genotip dapat ditentukan melalui jumlah marker
yang dicocokkan dengan hasil dari pelaku. Material yang da"at digunakan
misalnya darah, semen, akar rambut dan sel kulit.
Kekuatan bukti DNA tergantung pada jumlah alel yang hadir dalam
populasi. semakin besar jumlah polimorfisme yang sesuai, terutama jika
mereka sangat polimorfik, semakin kuat bukti yang mengaitkan tersangka
untuk sampel yang diambil dari TKP. Dengan jumlah dan kualitas yang
sesuai penanda DNA yang Cukup, Cetakan DNA dapat menjadi metode
yang diandalkan untuk identifikasi individu sebagai sidik Jari.

17
Gambar 2.3 menunjukkan salah satu jenis polimorfisme yang
digunakan dalam cetakan DNA. Fragmen restriksi yang sesuai dengan
masing - masing alel dalam panjangberbeda karena mengandung jumlah
yang berbeda dari unit berulang di tandem, polimorfisme yang dikatakan
sebagai variable number of tandem repeats (VTNR) polimorfisme.
Penanda tersebut digunakan dalam cetakan DNA karena banyak alel yang
mungkin, karena sejumlah variabel unitnya berulang. Dalam gambar ini,
jalur di gel berlabel M berisi beberapa fragmen DNA dari ukuran yang
berbeda yang dikenal sebagai penanda berat molekul. Masing - masing
jalur) 1 – 9 mengandung DNA dari satu orang. Dua fitur khas VNT's
yang harus diperhatikan:
 Kebanyakan orang heterozigot untuk alel VNTR menghasulkan
fragmen pembatas dengan ukuran yang berbeda. Heterosigositas
ditunjukkan dengan adanya dua band yang berbeda. Hanya orang
nomor 1 tampaknya menjadi homozigot untuk alel tertentu.
 Fragmen restriksi dari orang yang berbeda mencakup berbagai
ukuran. Variabilitas dalam ukuran menunjukkan bahwa populasi
mengandung banyak alel VNTR. Meskipun banyak alel dapat
hadir dalam populasi se1ara keseluruhan, setia" orang da"at
memiliki tidak lebih dari dua alel.

18
4. Terpaut Gen X
Jika gen dengan alel A dan a terpaut I, hasil kawin acak diilustrasikan
pada gambar 2.4. Prinsip – prinsip yang sama dengan mereka yang
dianggap sebelumnya, tapi gamet jantan membawa kromosom X (bagian
A) harus dibedakan dari orangmembawa kromosom Y (bagian B).
Ketika gamet jantan membawa kromosom X, pada Punnet persegi persis
sama dengan yang untuk gen autosomal dua alel, tetapi semua
keturunannya adalah perempuan. Akibatnya, di antara keturunan
perempuan, frekuensi genotipe adalah :
AA : p2 Aa : 2 pq aa : q2

19
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Hukum Hardy-Weinberg ini digunakan sebagai parameter untuk
mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung evolusi
ataukah tidak. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan
dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami
evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen
berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami
evolusi.
2. Hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg dapat berlaku dengan syarat
perkawinan terjadi secara acak, populaso tetap, populasi berjumlah
besar, tidak terjadi mutasi, tidak terjadi migrasi dan tidak terjadi
seleksi alam.
3. Aplikasi hukum Hardy-Weinberg dapat berupa perhitungan frekuensi
alel ganda, perhitungan frekuensi heterizigot, cetakan DNA dan
terpaut gen X

B. SARAN
Alangkah lebih baik jika dalam makalah ini referensinya lebih
diperbanyak guna menunjuang informasi yang lebih luas lagi dan juga
ditambahkan gambar untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi
makalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dadang. 2006. Konsep Hama Dan Dinamika Populasi. Workshop Hama dan
Penyakit Tanaman Jarak (Jatropha curcas linn.): Potensi Kerusakan dan Teknik
Pengendaliannya, , h. 7.
Hendriani, Yeni. 2016. Modul Belajar Mandiri Biologi. Jakarta: Pegawai
Pemerintah degan Perjanjian Kerja (PPPK).

Panggabean, Terry Noviar . 2016. Analisis Tingkat Optimasi Algoritma Genetika


Dalam Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Pada Bin Packing Problem.
Journal Of Computer Engineering, System And Science. Vol 1, No 2 : 14.

Rohaeni, Onoy. 2016. Model Pertumbuhan Populasi Satu Spesies Dengan


Tundaan Waktu Diskrit.. Seminar Intern Prodi Matematika FMIPA
UNISBA, h. 1.

Suryo. 1996. Genetika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tamarin, H. Robert. 2001. Principles of Genetics, Seventh Edition. United


Kingdom: The Mc Graw-Hill Companies.

Widodo, H. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Biologi FMIPA UM.

Yatim, Wildan. 1980. Genetika. Bandung: Penerbit Tarsito.

21

Anda mungkin juga menyukai