Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekologi merupakan salah satu cabang biologi. Yaitu ilmu pengetahuan

tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya atau ilmu yang

mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup (Irwan, 2003). Ada

juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yangt mempelajari

hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia dengan lingkungannya dimana

mereka hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka ada disitu. Ekologi

berasal dari bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat hidup) dan “logos” yang

berarti ilmu. Secara harafiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-

organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya

mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan

percobaan.

Ekosistem ialah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkunganhidup dan

kehidupan (biotik dan abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling

mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem

mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan

lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu kesatuan interaksi kehidupan alam

(Dephut, 1997). Ekosistem merupakan salah satu kesatuan antara komunitas

dengan lingkungannya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antara komunitas

sebagai komponen biotik (makhluk hidup) dengan lingkungannya sebagai

komponen abiotik (makhluk tak hidup. Komponen biotik terdiri dari makhluk

hidup (Luci, 2012).

1
Pada praktikum ini, faktor yang diamati ialah pengukuran suhu dengan

termometer air, pengukuran salinitas dengan menggunakan refraktometer,

pengambilan sampel plankton dengan menggunakan plankton net, pengecekkan

pH menggunakan kertas lakmus, pengukuran kecepatan arus dengan

menggunakan bola pimpong dan penggaris, pengukuran pasang surut air laut, dan

pengukuran kekeruhan/kecerahan air laut menggunakan secchi disk.

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

Adapun tujuan dan manfaat dilaksanakannya praktikum lapangan ini ialah :

1. Untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliiah ekologi perairan.

2. Untuk mengetahui kualitas parameter fisika, kimia dan biologi di pantai

Tenggayun.

3. Untuk mengetahui jenis biota yang hidup di sekitar pantai Tenggayun.

4. Untuk menambah wawasan tentang kondisi lingkungan sekitar di pantai

Tenggayun.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lokasi dan Keadaan Pantai Tenggayun

Pantai Tenggayun terletak di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis,

Riau. Pantai ini berbeda dengan pantai lainnya, pantai ini berada di daratan

Sumatera, tepatnya bagian pesisir timur Pulau Sumatra, wilayah Riau. Akses jalan

untuk mencapainya pun cukup mudah, karena keberadaannya tidak jauh dari jalan

provinsi yang menghubungkan Kabupaten Bengkalis dengan Kota Dumai. Pantai

ini memiliki nama Pantai Tenggayun sesuai dengan nama desa dimana pantai ini

berada. Lokasinya pun berada tidak jauh dari jalan lintas. Ketika memasuki desa

Tenggayun, akan terlihat gerbang masuk mengarah ke pantai.

Pantai Tenggayun menawarkan pemandangan berbeda dengan pantai

lainnya. Karena menghadap ke Selat Malaka, pantai ini terkadang menyajikan

pemandangan kapal besar yang melintas di perairan Malaka tersebut. Pantai ini

bersih dari sampah-sampah sehingga pemandangannya terlihat bagus.

Rumah-rumah ikan milik nelayan dapat ditempuh dengan jalan kaki jika

pantai tersebut dalam keadaan surut. Rumah-rumah ikan ini memiliki tinggi

sekitar 15 sampai 20 meter, dimana menjadi tempat nelayan untuk mengeringkan

hasil tangkapannya menjadi ikan asin. Jadi tidak heran disekitar pantai tersebut

bau amisnya menyengat.

2.2. Biota di Pantai Tenggayun

Menurut Wibisono (2005) sifat-sifat biota yang hidup di dalamnya

mempunyai ciri-ciri khas yang merupakan pertemuan antara biota yang

sepenuhnya hidup di darat dengan biota yang sepenuhnya hidup di perairan laut,

misalnya berbagai jenis ketam, kepiting (Scylla serata/Crustacea), Mimi (Limulus

3
tachypleus), yang semuanya sebagai hewan pemakan serasah. Beberapa jenis

burung merandai dan beberapa jenis yang hidup tergantung dari biji-bijian yang

terdapat dalam komunitas hutan bakau, dan beberapa jenis reptilia. Ciri khas yang

lain adalah adanya sejenis ikan yang bisa hidup di darat dan di air, yakni ikan

gelodok (Periopthalmus sp) yang mempunyai modifikasi insang sehingga mampu

menghirup udara langsung.

2.3. Parameter Kualitas Air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air ada beberapa bagian,


diantaranya adalah :
2.3.1. Suhu
Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapatkan perhatian dalam

pengkajian-pengkajian. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja hanya untuk

mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut tetapi juga dalam kaitannya dengan

kehidupan hewan atau tumbuhan, bahkan dapat juaga dimanfaatkan untuk

mengkaji metodologi (Nontji, 1989).

Menurut Nybakken (1988) salah satu faktor yang sangat penting dalam

mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme adalah temperatur (suhu).

Hewan makrobenthos juga dipengaruhi oleh temperatur perairan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Menurut Effendi (2003) bahwa kisaran

temperatur secara umum di perairan adalah 20°C - 30°C.

Keadaan suhu perairan yang diperoleh cenderung relatif sama antar stasiun

pengamatan. Pada umumnya suhu permukaan perairan adalah berkisar antara 28 –

31°C (Nontji, 2005). Kisaran suhu hassil pengukuran tersebut juga masih dalam

kisaran nilai suhu permukaan laut bulanan di perairan laut yang berkisar antara 25

4
– 31°C dengan suhu dominan berkisar antara antara 27 – 29°C (Hamuna et al.,

2015).

2.3.2. Derajat Keasaman (pH)

Menurut Gusrina (2008) pH (puisance negatif de H) yaitu logaritma negatif

dari kepekaan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan. pH mempunyai

pengaruh besar terhadap kehidupan organiisme perairan, sehingga pH perairan

dipakai salah satu untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.

Derajat Keasaman merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang

menunjukkan suasana asam suatu perairan. Air dikatakan basa apabila pH > 7 dan

dikatakan asam bila pH< 7. Secara alamiah pH peraiaran dipengaruhi oleh

konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Pada siang hari

fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesis yang

menghasilkan O2 dalam air, suasana ini menyebabkan pH air meningkat. Malam

hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O2 dalam proses respirasi yang

menghasilkan CO2, suasana ini menyebabkan kandungan pH air menurun (Arie,

1998).

pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar

antara 7 sampai 8,5. Kondisi yang bersifat sangat asam maupun sangat basa

membahayakan kelangsungan hidup organisme karena menyebabkan terjadinya

gangguan metabolisme dan repirasi pH yang sangat rendah menyebabkan

mobilitas berbagai senyawa organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi

menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak yang juga sangat

toksik bagi organisme. Nilai pH air yang normal yaitu antara 6 sampai 8.

5
2.3.3. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air

laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin

tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Gufran dan

Baso, 2007 dalam Widiadmoko, 2013). Perbedaan salinitas perairan dapat terjadi

karena adanya perbedaan penguapan dan presipitasi.

Menurut Aziz (2013) Salinitas merupakan faktor abiotik yang sangat

menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau

lebih tinggi daripada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat

(limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu. Pergoyangan air laut normal

secara global berkisar antara 33 ppt sampai dengan 37 ppt dengan nilai tengah

sekitar 35 ppt. Walaupun demikian terdapat kondisi ekstrim alami, seperti di Laut

Merah pada saat tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ppt ataupun seperti

contoh di Laut Baltik, terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat

mencapai titik terendah yaitu sekitar 2 ppt. Perairan muara sungai dan estuaria

biasanya mempunyai salinitas lebih rendah dari air laut normal dan disebuut

sebagai perairan payau (brackish water). Batas pergoyangan airpayau ini berkisar

0,5 ppt sampai dengan 30 ppt.

Salinitas dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan alat yang

disebut dengan refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas

adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (%). Nilai salinitas untuk

perairan tawar biasanya berkisar antara 6 - 89 ppt dan perairan laut berkisar antara

30 - 35 ppt (Agrifishery, 2010).

6
2.3.4. Kecerahan dan Kekeruhan

Pada perairan kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan

pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan

menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya disebut dengan Secchi

disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah

satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh fitoplankton diperairan asli

bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam permukaan air

dan daya perambatan cahaya didalam air. Secara umum kecerahan perairan dalam

media budidaya yang baik berkisar antara 30 – 40 cm (Effendi, 2003).

Menurut Kamlasi (2008) kecerahan perairan merupakan kebalikan dari

kekeruhan. Kecerahan air memberikan petunjuk tentang daya tembus atau

penetrasi cahaya ke dalam air laut. Pada perairan alami kecerahan sangat penting

karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesis. Kecerahan merupakan waktor

penting bagi profotosintesis dan produksi primer dalam suatu perairan.

Muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan sangat dipengaruhi oleh musim.

Pada waktu musim penghujan kandungan lumpur relatif lebih tinggi karena

besaran laju erosi yang terjadi, sedangkan pada musim kemarau tingkat kekeruhan

air dipengaruhi oleh laju aliran air yang terbatas menoreh hasil-hasil endapan.

Kekeruhan berbanding terbalik dengan kecerahan. Semakin tinggi kecerahan

maka semakin rendah kekeruhan.begitu pula sebaliknya (Sandy, 1985).

Secchi disk yang transparansi pada dasarnya adalah fungsi dari pantulan

cahaya dari permukaan disk dan karena itu dipengaruhi oleh karakteristik

penyerapan air dan bahan terlarut dan partikel yang terkandung di dalam air.

Sementara kosentrasi tinggi transparansi materi organik terlarut menurun dengan

7
cara nonlinier yang diukur dengan secchi disk, penurunan transmisi cahaya

sebagai dievaluasi oleh disk dipengaruhi oleh peningkatan hambiran cahaya oleh

partikel tersuspensi. Kedalaman transparansi sebagian besar tergantung intensitas

cahaya permukaan, tetapi tidak menentu menjelang fajar atau senja. Penentuan

yang terbaik dibuat di dekat tengah hari (Likens, 1979).

2.3.5. Kecepatan Arus


Arus merupakan gerakan air yang sangat luas, arus dipengaruhi oleh adanya

angin dan bentuk topografi dari kolam. Kecepatan arus pada permukaan kolam

disebabkan oleh tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan. Kecepatan

arus akan semakin berkurang cepat sesuai dengan bertambahnya kedalaman

kolam ikan sehingga faktor angin tidak berpengaruh sama sekali terhadap suatu

kecepatan arus. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya arus yaitu angin,

perbedaan tekanan air dan perbedaan densitas (Hutabarat dan Evans, 2000).

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh

lautan didunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam

menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta arus telah dibuat oleh

para pelaut berabad-abad yang lalu. Kita dapat mengetahui adanya arus-arus ini

terutama didasarkan atas pekerjaan seorang ahli oseanografi kebangsaan Amerika

Matthew Fontaine yang telah memulai pekerjaan tersebut sejak tahun 1840. Ia

membuat sebuah gambar dari sistem arus-arus dunia berdasarkan atas pengamatan

dan pengukuran terhadap besarnya pengaruh arus yang mempengaruhi

pembelokan arah kapal dari lintasan jalan yang seharusnya dikehendaki dari suatu

pelayaran yang panjang dan memakan waktu yang lama (Hutabarat, 2008).

8
Kecepatan arus dari suatu badan perairan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan badan air untujk mengasimilasi dan mengangkut bahan tercemar.

Kecepatn arus berperan dalam perkiraan pergerakan bahan tercemar sebagai

contoh pengetahuan akan kecepatan arus digunakan untuk memperkirakan kapan

bahan pencemar untuk mencapai suatu lokasi tertentu apabila bagi hulu suatu

badan air bagian pencemaran (Effendi, 2000).

2.4. Plankton

Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air

dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan hidupnya

tergantung pada arus atau gelombang pada air (Odum, 1971).

Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan

fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam

laut serta mampu berfotosintesis. Plankton merupakan makanan alami larva

organisme perairan. Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton

merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton

merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan. Plankton dalam

suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton terdiri dari

fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan

makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zooplankton,

ikan udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat

hewani dan beraneka ragam (Nybakken, 1992).

Phytoplankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air,

relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh

gerakan air seperti arus, dan lain-lain (Odum, 1971).

9
2.5. Pasang Surut

Menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena

pergerakan naik turunnya air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi

gaya gravitasi daan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh

matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan

karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Menurut Yogi (2010) pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu :

pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (Oseanic tide) dan

pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan

hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.

Pasang surut merupakan sebuah fenomena yang terjadi sehari-hari. Pasang

surut dapat dijumpai disekitar kita setiap harinya. Banyak ilmuwan yang meneliti

tentang pasang surut ini. Dengan melakukan pengamatan pasang surut kita dapat

memeperoleh data sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap tempat,

tergantung pada topografi tempat, letak geografis, sifat masing-masing lautan

maupun karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007).

10
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan Pada hari Sabtu tanggal 23

Maret 2019, pukul 14.00-17.00 WIB. Dilakukan di perairan Pantai Tenggayun,

Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis dan mengidentifikasi jenis plankton

dengan mikroskop pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2019. Di Laboratorium Balai

Benih Ikan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan pada saat praktikum dilaksanakan ialah :

Tabel 3.1. Alat-Alat Yang Digunakan Saat Praktikum

No. Alat Fungsi


1. Botol sampel Untuk meletakkan sampel plankton yang telah
diambil
2. Kertas lakmus Untuk mengukur pH air laut
3. Kertas label Untuk memberi tanda pada botol sampel
4. HP Untuk mengambil dokumentasi saat melakukan
praktikum
5. Termometer Untuk mengukur suhu air laut
6. Pipet tetes Untuk mengambil formalin
7. Sechidish Untuk mengukur tingkat kecerahan dan kekeruhan
air laut
8. Plankton net Untuk menyaring plankton yang diambil
9. Ember Untuk mengambil air laut untuk disaring pada
plankton net
10. Bola pimpong Untuk mengukur kecepatan arus
11. Refraktometer Untuk mengukur tingkat salinitas air laut
12. Buku dan pena Untuk mencatat data di lapangan
13. Box pendingin Untuk meletakkan alat yang digunakan dan sampel
yang diambil

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ekologi perairan ini adalah :

11
Tabel 3.2. Bahan Yang Digunakan Saat Praktikum

No. Bahan Fungsi


1. Formalin Untuk mengawetkan sampel yang di ambil
2. Air laut Sebagai sampel praktikum

3.3. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yang dilakukan sebagai berikut :

1. Melakukan asistensi dan pembagian kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 3 orang.

2. Persiapkan alat dan bahan sebelum berangkat ke pantai Tenggayun dan semua

alat di masukkan ke dalam box yang besar.

3. Melakukan breefing di lokasi praktikum sebelum melaksanakan praktikum

4. Melakukan pengamatan di lokasi (pantai Tenggayun) berupa :

a. Mencari dan mengumpulkan biota yang ada disekitar pantai tersebut dan

mengambil dokumentasikannya.

b. Melihat struktur tanah pantai tersebut.

c. Melihat tumbuh-tumbuhannya yang berada di pantai tersebut dan

mengambil dokumentasinya.

d. Menghitung jarak intertidal pantai.

e. Membagi jarak pengambilan sampel untuk masing-masing kelompok.

f. Masing-masing kelompok mengukur pH air laut tersebut.

g. Mengukur kadar salinitas air laut.

h. Mengambil sampel plankton dengan menggunakan plankton net sebanyak 5

kali timba dengan ember.

i. Masing-masing kelompokmengambil sampel sebanyak 3 perlakuan.

j. Mengukur kecepatan arus.

12
k. Mengukur suhuair laut tersebut.

l. Mengukur kecerahan/kekeruhan air laut tersebut

5. Sampel yang telah diambil diberi formalin sebanyak 3 tetes.

6. Masukkan semua peralatan ke box pendingin dan dibawa ke labor Balai Benih

Ikan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau.

7. Melakukan pengamatan untuk menngidentifikasi jenis plankton yang di dapat

dengan menggunakan mikroskop.

8. Menghitung jumlah dan mengambil dokumentasi plankton yang terlihat.

9. Membersihkan semua peralatan yang telah dipakai.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Pantai Tenggayun, maka

didapat data sebagai berikut :

4.1.1. Parameter Kualitas Air

Tabel 4.1. Pengukuran Parameter Kualitas Air di Pantai Tenggayun Tahun 2019.

Suhu Salinitas Kecerahan (cm) Kecepatan arus


Stasiun pH
(°C) (ppt) Hitam Putih (cm/dtk)
1 32 7 30 12 14 60 cm/5 detik
2 32 7 30 28 25 60 cm/ 6 detik
3 30 7 30 10 15 60 cm/3 detik
4 31 7 30 8 11 60 cm/6 detik
5 31 7 30 13 12 60 cm/12 detik
Rata-rata 31,2 7 30 14,2 15,4 60 m/6,4 detik

Tabel 4.2. Pengukuran Parameter Kualitas Air di Pantai Tenggayun Tahun 2018.

Suhu Salinitas Kecerahan (cm) Kecepatan arus


Stasiun pH
(°C) (ppt) Hitam Putih (cm/dtk)
1 30 5 28 12 12 50 cm/17,5 detik
2 29 4 26 14,5 15 40 cm/ 11,5 detik
3 29 4 30 9 11 30 cm/ 4,68 detik
Rata-rata 29,3 4,3 28 11,8 12,6 40cm/11,22 detik

4.1.1.1. Suhu

Pengukuran suhu di perairan pantai ini menggunakan alat yang disebut

termometer air yangtelah dikasih tali diujungnya agar suhu pada termometer

murni dari air laut tersebut. Pada tabel 4.1. pengkuran suhu air di Pantai

Tenggayun berkisar antara 30-32 °C. Suhu paling rendah pada stasiun 3 yaitu 30

°C, disebabkan oleh pengukuran suhu tersebut terlindung oleh cahaya matahari.

Pada pengukuran suhu di stasiun 3 ini sangat dekat dengan rumah ikan para

14
nelayan, cahaya matahari terhalang oleh rumah tersebut, sehingga air laut tidak

terlalu tinggi suhunya.

Suhu paling tinggi yaitu pada stasiun 1 dan 2 yaitu sebesar 32 °C,

disebabkan oleh saat pengukuran disini cahaya matahari langsung ke arah pantai

dan tidak ada terlindung oleh apapun. Rata-rata suhu di lima stasiun pada perairan

pantai ini ialah 31,2 °C. Suhu pada perairan pantai tersebut tergolong ke dalam

suhu normal di suatu perairan, karena jika suhu perairan melebihi 35 °C akan

terjadi krisis di perairan tersebut. Menurut Tatangindatu et al (2013), suhu

perairan yang baik dan menunjang untuk budidaya sesuai peraturan pemerintah

no.82 tahun 2001 yaitu 28 °C – 32 °C. Bila dibandingkan dengan hasil semua

menunjukan nilai suhu yang rendah, di bawah standar yang ditetapkan.

Sedangkan pada tahun 2018, suhu yang tertinggiyaitu 30 °C pada stasiun 1,

sedangkan stasiun lainnya 29°C. Rata-rata suhu pada tahun 2018 ini ialah 29,3°C

yang berarti suhu pada tahun ini lebih rendah dibanding suhu pada tahun

sekarang.

Menurut Effendi (2000), Apabila suhu air mencapai kisaran 35° - 40° C

merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan

kematian. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 °C menyebabkan terjadinya

peningkatan kosumsi oksigen biota perairan sekitar 2-3 kali lipat, peningkatan

suhu juga mengakibatkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh

mikroba.

4.1.1.2. Derajat Keasaman (pH)

Pada tabel 4.1 juga terlihat pengukuran derajat keasaman (pH) di Pantai

Tenggayun. Pengukuran pH ini menggunakan kertas lakmus. Hasil pengukuran

15
derajat keasaman ini sama pada kelima titik stasiun yaitu dengan pH 7. Sehingga

rata-rata pH di perairan pantai tersebut tetap 7. Pantai ini memiliki pH yang

terblang tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh suhu perairan yang juga

tinggi juga.

Gambar 1. pH perairan Pantai Tenggayun

Sedangkan pada tabel 4.4. pH yang diukur pada perairan Pantai Tenggayun

ini rata-ratanya adalah 4,3. Hal ini disebabkan karena pengukuran pH ini

dilakukan pada perairan payau yang mengalir ke pantai, sehingga pH tersebut jauh

rendahnya dibanding pengukuran tahun 2019.

Alasan suhu mempengaruhi air pH adalah bahwa molekul air memiliki

sedikit kecenderungan untuk memecah konstituen, hidrogen dan oksigen, saat

suhu meningkat. Sebagai peningkatan suhu, proporsi yang lebih besar molekul air

memecah, melepaskan ion hidrogen lebih sedikit, yang kemudian menurunkan pH

air (Effendi, 2003).

4.1.1.3. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas perairan pantai dari stasiun 1 hingga stasiun 5

sama semuanya dengan salinitas 30 ppt. Sehingga dapat diambil rata-rata salinitas

perairan ini adalah 30 ppt. Salinitas perairan diukur dengan menggunakan alat

yang disebut refraktometer. Air laut tersebut diambil satu tetes dan diletakkan

pada refraktometer, sehingga kadar salinitas akan tampak dilihat dengan mata.

16
Dibandingkan dengan tahun 2018 (tabel 4.4.) salinitas pantai ini berbeda di

setiap stasiun. Pada stasiun 1 salinitas perairannya adalah 28 ppt, stasiun 2

salinitasnya adalah 26 ppt, dan pada stasiun 3 salinitasnya adalah 30 ppt. Sehingga

jika diambil rata-ratanya, salinitas perairan di pantai ini 28 ppt dan salinitas tahun

2018 ini pun lebih rendah dibanding salinitas pada tahun 2019.

4.1.1.4. Kecerahan dan Kekeruhan

Pengukuran kecerahan perairan tahun 2019 dilakukan 5 titik stasiun dan

mempunyai hasil yang berbeda. Pada tabel 4.1. kecerahan yang tertinggi terdapat

pada stasiun 2 dengan kecerahan putih 25 cm, sedangkan kecerahan putih yang

paling rendah terdapat pada stasiun 4 yaitu dengan kecerahan 11 cm.

Begitu pula kecerahan hitam yang diukur dengan sechidisk, hasil

pengukurannya berbeda-beda pula. Kecerahan hitam yang tertinggi terdapat pada

stasiun 2 yaitu 28 cm, dan dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 4 yaitu 8

cm.

Dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perairan

Pantai Tenggayun ini memiliki kecerahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kekeruhan, dan menandakan bahwa cahaya matahari juga menembus perairan

pantai tersebut masih sangat baik. Sehingga biota dapat hidup dan berkembang

dengan baik, contohnya phytoplankton yang sangat memerlukan cahaya matahari

untuk melakukan fotosintesis.

Beda halnya dengan pengukuran pada tahun 2018, pengukuran kecerahan

putih perairan tertinggi yaitu 15 cm pada stasiun 2, sedangkan yang paling rendah

ialah 11 cm pada stasiun 3. Kemudian kecerahanhitam yang tertinggi ialah pada

17
stasiun 2 yaitu 14,5 cm, sedangkan yang paling rendah ialah pada stasiun 3 yaitu 9

cm.

Rata-rata kecerahan putih pada tahun 2019 ialah 15,4 cm dan kecerahan

hitamnya memiliki rata-rata 14,2 cm. Sedangkan pada tahun 2018 silam rata-rata

kecerahan putihnya ialan 12,6 cm, dan kecerahan hitamnya ialah 11,8 cm.

4.1.1.5. Kecepatan Arus

Hasil pengukuran kecepatan arus di Pantai Tenggayun pada 5 titik stasiun

berbeda-beda. Pengukuran ini dibantu dengan menggunakan alat berupa penggaris

sepanjang 60 cm, stopwatch, dan bola pimpong. Pada tabel 4.1. kecepatan arus

yang paling tinggi ialah pada stasiun 3 dengan kecepatan 60 cm/3 detik, hal ini

dikarenakan gelombang air laut yang tinggi dari stasiun lainnya dan dipengaruhi

juga oleh angin. Selain itu, ada kecepatan arus yang paling rendah pada stasiun 5

yaitu dengan kecepatan 60 cm/ 12 detik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

gelombang yang tidak terlalu kuat.

Pengukuran kecepatan arus ini dapat diambil rata-rata kecepatan arusnya

dari kelima stasiun. Rata-rata kecepatan arus di perairan Pantai Tenggayun pada

tahun 2019 ini ialah 60 cm/6,4 detik. Sedangkan rata-rata kecepatan arus tahun

2018 silam ialah 40cm/11,22 detik.

4.1.2. Pasang Surut

Tabel 4.3. Pengukuran Pasang Surut Air Laut Tahun 2019.

Stasiun Pasang Surut (m)


1 6
2 6
3 6
4 6
5 6

18
Rata-rata 6

Pada tabel 4.3. pengukuran pasang surut air laut tidak ada perbedaan setiap

stasiunnya. Hasil pengukuran pasang surut air laut di perairan Pantai Tenggayun

ialah sepanjang 6 meter. Sehingga dapat diambil rata-rata pasang surut di perairan

Pantai Tenggayun ini ialah 6 meter.

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik

turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa

terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.

Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding

terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,gaya

tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam

membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat dari pada jarak

matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air lautke arah bulan dan matahari

dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang

dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi

bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Suardi,2011).

4.1.3. Plankton

Tabel 4.4. Hasil Identifikasi Plankton tahun 2019.

No. Jenis Plankton Jumlah Keterangan


1. Closterium kuetzingii 4
Gonatozygon monotaenium De Desmidiacae
2. 3
Bary
3. Notrium degitus ehrbg 2
4. Amphiprora gigantea var sulcata 4
5. Hemidiscus sp 2
Diatomae laut
6. Nitzschia seriata 15
7. Stephanopyxis palmeriana 22

19
8. Pleurosigma angulatum 2
9. Thalassiothrix sp 2
10. Rhizosolenia clevei 5
11. Anguillula sp (nematoda) 7 Mero-plankton
12. Gyrosigma kuetzingii 2
13. Mastogloia lanceolata 1 Diatomae air tawar
14. Nitzschia vermicularis 2
15. Euglena spirogya 1 Englenophyta
16. Ceratium extensum 3
Phyrophyta
17. Peridinium inconspicum 1

Tabel 4.5. Hasil Identifikasi Jenis Plankton pada Tahun 2018.

No. Nama Plankton Jumlah spesies

Sklotonerma costatum
Nitzschia vermicularis
Synedra acus
S1 Pinnullaria iegumen 7 spesies
Pleurosigma dolicatum
Stephanopyxis palmeriana
Rhizosolenia elevel
Syenedra ulna
Ceratium extensum
Macrotthrix hirsuticornis
Cestum sp
Synura unvella
Bacilla paradoxa
Cosmarium cucurbitimun
S2 Synopita ultramarine 15 spesies
Vorticella sp
Geotrichuri
Reabdonella lohmauni
Anguila sp
Synedra acus
Cypris pertaus
Cyclops fombriatus
Rhizosolenia cleveri
Nitzschia closterum
Oscillatoria sanota
10 spesies
S3 Lyngbya sprulinoides
Dictosphaerium plchellum
Tolypothrix
Characium longipes

20
Synedra ulna
Calontrix
Tebellaria fenostrata
Jumlah 32 spesies

Selain mengukur parameter kualitas air dan pasang surut di perairan Pantai

Tenggayun, yang dilakukan selanjutnya ialah pengambilan sampel plankton

dengan menggunakan alat yang disebut dengan plankton net, ember kecil, dan

botol sampel yang digunakan untuk meletakkan sampel plankton yang telah di

ambil. Kemudian sampel yang telah dimasukkan ke dalam botol sampel diberi

formalin agar plankton tersebut tidak hancur saat dilakukan pengecekkan di

laboratorium.

Pada tabel 4.3. merupakan hasil dari mengidentifikasi sampel plankton yang

dilihat dengan menggunakan alat mikroskop. Jenis plankton yang nampak ada 17

jenis plankton yaitu : Closterium kuetzingii, Gonatozygon monotaenium De Bary,

Notrium degitus ehrbg dari kelompok desmidiacae, Amphiprora gigantea var

sulcata, Hemidiscus sp, Nitzschia seriata, Stephanopyxis palmeriana,

Pleurosigma angulatum, Thalassiothrix sp, Rhizosolenia clevei dari kelompok

diatomae laut, Anguillula sp (nematoda), dari kelompok mero-plankton,

Gyrosigma kuetzingii, Mastogloia lanceolata, Nitzschia vermicularis, dari

kelompok diatomae air tawar, Euglena spirogya dari kelompok englenophyta,

Ceratium extensum, Peridinium insconspicum dari kelompok phyrophyta.

Jenis plankton yang banyak ditemukan ialah dari kelompok diatomae laut

dengan jenisnya Stephanopyxis palmeriana sebanyak 22 individu (Gambar 1).

Jennis plankton yang paling sedikit ditemukan ialah pada kelompok englenophyta

21
dengan jenis Euglena spirogya sebanyak 1 sel dan pada kelompok phyrophyta

dengan jenisnya Peridinium inconspicum sebanyak 1 individu.

Gambar 2. Stephanopyxis palmeriana

Berbeda halnya dengan tahun 2018, pada tabel 4.5. plankton yang

diidentifikasi hanya jenisnya saja, sedangkan jumlah plankton yang terlihat tidak

dihitung. Tetapi, jenis plankton yang ditemukan di mikroskop pada tahun 2018

berjumlah 32 spesies, sedangkan pada tahun 2019 ini hanya 17 spesies.

Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir ini,

ada perubahan data yang dapat terlihat. Jika praktikum tahun 2018 lalu

pengukuran parameter kualitas air dan pengambilan sampel plankton ada 3 titik

stasiun, pada tahun 2019 ini pengukuran dan pengambilan sampel plankton ini

dilakukan pada 5 titik stasiun.

22
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa : Perairan di Pantai

Tenggayun hanya terdapat beberapa jenis plankton saja, ini menandakan bahwa

tingkat kesuburan di perairan ini masih kurang bagus. Suhu perairan pada tahun

2019 di pantai ini yang tertinggi ialah 32 °C dan yang paling rendah ialah 30 °C

dan jika di rata-ratakan untuk suhu ini ialah 31,2 °C. Pada tahun 2018, suhu rata-

rata yang diperoleh ialah 29,3°C. Suhu pada tahun 2019 lebih tinggi di

bandingkan suhu tahun 2018. Hal ini masih dianggap suhu perairan ini normal

untuk perairan laut. Selanjutnya pada tahun 2019, pH rata-rata perairan Pantai

Tenggayun ialah 7, sedangkan pH rata-rata pada tahun 2018 yaitu 4,3. Hal ini

disebabkan karena pengukuran pH ini dilakukan pada perairan payau yang

mengalir ke pantai, sehingga pH tersebut jauh rendahnya dibanding pengukuran

tahun 2019. kecepatan arus rata-rata pada tahun 2019 di perairan ini adalah 60

cm/6,4 detik. Sedangkan pada tahun 2018, kecepatan arus rata-ratanya yaitu

40cm/11,22 detik. Hal ini disebabkan kemungkinan pada tahun 2019 gelombang

laut lebih besar dibandingkan tahun 2018. Pasang surut pada tahun 2019 di

pantai ini ialah 6 meter dan salinitas rata-rata di perairan Pantai Tenggayun ini

ialah 30 ppt. Sedangkan di tahun 2018, salinitasrata-ratanya yaitu 28 ppt.

5.2. Saran

Sebaiknya dalam praktikum Ekologi Perairan ini para mahasiswa –

mahasiswi diharapkan serius dan tetap fokus dalam praktikumnya agar data yang

didapat lebihakurat dan meyakinkan. Dan alat praktikum harus diperiksa terlebih

dahulu agar tidak ada yang ketinggalan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arie, U. 1998. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya, Jakarta.
128 hlm.
Aziz. 2014. Rantai Makanan Di Laut. www.anneahira.com/rantai-makanan-di-
laut-1052.htm. Diakses pada tanggal 03 Mei 2014
Dephut. 1997. www.Departemenkehutanan.com. Diakses padatanggal 20 Mei
2013.
Donkers, J.J. 1964. Tidal Computations in revers and coastal water. North-
Holland Publishing company. Amsterdam.
Effendi, 2000. Limnologi. PT Gramedia : Jakarta.
______,2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Hamuna, B., Paulangan, Y.P., dan Dimara, L. 2015. Kajian suhu permukaan laut
mengunakan data satelit AquaMODIS di perairan Jayapura, Papua. Depik,
4(3), 160- 167.
Hutabarat, Sahala. 2008. Pengantar Oceanografi. Jakarta : Universitas Indonesia.

http://pekanbaru.tribunnews.com/2018/10/19/pantai-tenggayun-destinasi-wisata-
unggulan-baru-bengkalis. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2019.
Irwan, Z.D. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komonitas
dan Lingkungan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Kamlasi, Yusuf. 2008. Parameter KimiaPerairan Lautan.
Linkens, Gene E. 1979. Limnologi Analyses.W.B. Saunders Company :
Philadelpia London Toronto.
Luci. 2012. Definisi Ekosistem dan Definisi Jaringan.
http:www.definisi.ekosistem.pelajaransekolah.html. diakses pada tanggal 04
Mei 2014.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara.PT Grafindo. Jakarta.
________. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama,Jakarta.
_____________. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis (diterjemahkan
oleh H.M. Edidmar, Koesoebiono, D.G. Begen, M. Hutomo dan D.
Sukardjo). Gramedia, Jakarta
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of ecology. W.B. Sounders Company, Tooronto.
_________. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press:
Yogyakarta.

24
Sandy, IM, 1985. DAS-Ekosistem Penggunaan Tanah. Publikasi Direktorat
Taguna Tanah Departemen Dalam Negeri (Publikasi 437).
Suardi, 2011. Gelombang. http://organiisasi.org?arti-definisi-pengertian-
gelombang-dan-jenis-macam-gelombang-transversal-longitudinal.
http://riyn.multyply.com/journal/item/47 Diakses pada tanggal 16
November 2011 pukul 18.18 WIB.
Tatangindatu F, Ockstan K & Robert R. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air
pada Areal Budidaya Ikan di Danau tondano Desa Paleloan, Kabupaten
Minahasa, Budidaya Perairan. Vol. 1 No.2 :8-10.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Grasindo anggota IKAPI.
Jakarta.
Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktor-
penyebab-terjadinya-arus. Diakses tanggal 06 Desember 2013 pukul 16.45
WIB.

Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di


Perairan Teluk Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.
Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika-Pasang Surut. Form

http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasang-
surut. Diakses pada tanggal 06 Desember 2013 pukul 21.15 WIB.

25
LAMPIRAN

26
Lampiran 1. Dokumentasi Alat dan Bahan

Mikroskop Objek glass

Pipet tetes Formalin

Sechidish Plankton net

27
Bola pimpong Rol besi

Lampiran 2. Dokumentasi Pelaksanaan Praktikum

Foto bersama usai praktikum dilaksanakan

Pengambilan sampel plankton Pengukuran pH

28
Pengukuran kecepatan arus Pengukuran kecerahan

Pengukuran suhu Pengecekkan jenis plankton

Lampiran 3. Dokumentasi Jenis Plankton

Thalassiothrix sp Rhizosolenia clevei

29
Hemidiscus sp Nitzschia seriata

Nitzschia vermicularis Stephanopyxis palmeriana

Stephanopyxis palmeriana

Pleurosigma angulatum Amphiprora gigantea var sulcata

30
Stephanopyxis palmeriana

Nitzschia seriata Hemidiscus sp

Amphiprora gigantea var sulcata Stephanopyxis palmeriana

Euglena spirogya Ceratium extensum

31
Peridinium insconspicum Gyrosigma kuetzingii

Notrium degitus ehrbg Mastogloia lanceolata

32

Anda mungkin juga menyukai