Anda di halaman 1dari 53

PENGAMATAN PERAIRAN LENTIK DAN LOTIK

(Laporan Praktikum Limnologi)

Oleh
Adi Saputra 1414111001
Anisah Qulub 1614201007
Ayu Rahmasari 1614201018
Faiza Anisa Ulfa 1614201005
Jaya Wardana 1614201017
M. Fauji Saputra 1614201012
Wahyu Hari Nugroho 1614201020

Kelompok 9 (Sembilan)

PROGRAM STUDY SUMBERDAYA AKUATIK


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Nama :
1. Adi
2. Anisah Qulub 1614201007
3. Ayu Rahmasari 1614201018
4. Faiza Anisa Ulfa 1614201005
5. Jaya Wardana 1614201017
6. M. Fauji Saputra 1614201012
7. Wahyu Hari Nugroho 1614201020

Judul Praktikum : Perairan Lentik dan Lotik


Tanggal : 17-18 november 2017
Tempat : Danau Ranau Kecamatan Sukau Lampung Barat
Program Studi : Sumberdaya Akuatik
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung
Kelompok : 9 (Sembilan)

Bandarlampung, 15 November 2017


Mengetahui,
Asisten

Putri Yulia
NPM.1514111082
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Ekologi terdapat didalamnya hubungan atau interaksi makhluk hidup dan
lingkungannya yang timbal balik. Didalam perairan terdapat interaksi antara
organisme perairan yang mempunyai simbiosis dengan tanaman air disekitarnya.
Dalam perairan air tawar ini merupakan habitat yang sering dijumpai berbagai
macam simbiosis ataupun interaksi antara organisme perairan dengan kompenen
hayati secara biotik maoun abiotik. Maka, perairan ini dibagi menjadi 2
kelompok,yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan
tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa, dan sebagainya. Danau atau situ
memiliki karakteristik: arus yang stagnan atau tenang, organisme yang hidup di
dalamnya tidak membutukan adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu, substrat
umumnya berupa lumpur halus, dan residence time-nya lama. Untuk mengenal
komponen penyusun ekosistem perairan menggenang baik unsur biotik maupun
abiotiknya serta mengetahui interaksi yang terjadi di dalamnya. Setiap perairan
memiliki karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun kimiawi. Pada
ekosistem perairan tergenang tidak terdapat arus atau bahkan cenderung stagnan.
Residene time yang lama merupakan salah satu faktor pembeda antara perairan
tergenag dan perairan mengalir. Maka dari itu dilakukan praktikum limnology
untuk mengetahui parameter fisika, kimia dan biologi pada erairan tergenang
Danau Ranau.

I.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum yang dilakukan adalah diharapkan mahasiswa mampu :

1. Memperkenalkan dan melatih para mahasiswa untuk dapat melakukan


pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi perairan tawar baik diperairan
mengalir maupun mengenang
2. Mengetahui perbedaan karakteristik antara ekosistem perairan mengalir dan
tergenang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parameter Fisika
2.1. 1 Suhu
Menurut Susanto (1991), suhu adalah salah satu sifat fisik yang dapat
mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan pada ikan. Suhu juga dapat
mempengaruhi makhluk hidup dalam pertukaran zat-zat atau metabolisme.
Keadaan ini jelas terlihat pada jumlah plankton yang beriklim sedang lebih
banyak dibanding yang beriklim tropis. Ini karena pada daerah yang beriklim
panas, proses perombakannya berlangsung lebih cepat sehingga tidak
memungkinkan plankton untuk tumbuh dalam jumlah yang besar.

Menurut Achmad (2004), pengaruh suhu sangat penting dalam kasus oksigen.
Kelarutan oksigen dalam air pada berbagai suhu berpengaruh terhadap kelarutan
gas-gas dalam air. Dengan kenaikan suhu air, terjadi penurunan kelarutan oksigen
(O2) yang dibarengi dengan naiknya kecepatan pernapasan organisme perairan,
sehingga sering menyebabkan adanya suatu keadaan naiknya kebutuhan oksigen
diikuti oleh turunnya kelarutan gas tersebut dalam air

2.1. 2 Kecepatan arus


Arus di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim dan suhu permukaan
laut yang berubah – ubah Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan
suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan
pasang-surut (Wibisono, 2005).

Gerakan air lautberpengaruhpada gerakan plankton (fitoplankton). Tempattempat


yang banyak planktonnya biasanya di situ banyak berkumpul ikan. Oleh karena
itu bagi para nelayan, informasi tentang gerakan air laut dapat dimanfaatkan untuk
mendeteksi tempat-tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan(Irawan, 2000).
2.1. 3 Kecerahan
Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis dalam lingkup perairan terutama pada tumbuhan. Kecerahan yang
tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan.
Kecerahan sangat penting dalam kehidupan ekositem perairan terutama
ikan(Erikarianto, 2008).

Pada perairan kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran


cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur kecerahan yang biasanya di sebut dengan Secchi disk. Satuan untuk
nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter.
Jumlah cahaya yang diterima oleh fitoplankton diperairan asli bergantung pada
intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya
perambatan cahaya didalam air. Secara umum kecerahan perairan dalam media
budidaya yang baik berkisar antara 30 – 40 cm (Effendi, 2003).

2.1. 4 Kedalaman
Kedalaman adalah lokasi sebuah titik yang diukur secara vertikal terhadap
ketinggian titik acuan. Kedalaman merupakan jarak dari permukaan sampai
dasar. Kolam harus memiliki kedalaman yang berbeda-beda untuk dapat
berfungsi dengan baik. Dasar yang dangkal di sekitar tepian dan bagian yang
lebih dalam di daerah tengah merupakan kondisi yang ideal untuk kolam atau
bisa dalam di satu sisi dan dangkal di sisi lainnya. Daerah kolam yang dangkal
memberikan tempat bagi tanaman air yang menyediakan pangan bagi ikan dan
rumah bagi ikan-ikan kecil dan daerah dengan suhu yang lebih hangat akan
mendorong plankton dan hewan kecil (yang menjadi pakan ikan) untuk tumbuh
di daerah ini. Kedalaman kolam yang optimum adalah 100-200 cm ( Asmawi,
1983).

Kedalaman menentukan zonasi secara vertikal badan air, yang dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari dan suhu. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang
masuk ke perairan lentik dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (1) Lapisan eutrofik,
yaitu lapisan yang masih mendapat cukup cahaya matahari; (2) Lapisan
kompensasi yaitu lapisan dengan intensitas cahaya 1 % dari intensitas cahaya
permukaan; (3) Lapisan profundal yaitu lapisan dibawah lapisan kompensasi,
dengan intensitas cahaya yang sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik).
(Effendi, 2003).

2.1. 5 Substrat
Menurut Hamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang
terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan lalu hidup merupakan medium
atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tepat hidup.
Menurut Odum 1971 dalam Sahri et al 2000, substrat dasar yang berupa bantuan
merupakan habitat yang paling baik dibandingkan substat pasir dan kerikil.
Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air, sedangkan substrat
batuan tidak mudah terbawa oleh air.

Kandungan bahan organik menggambarkan tipe substrat dan kandungan bahan


nutrisi di perairan. Tipe substrat berbeda-beda sepreti pasir, lumpur dan tanah liat
(Sembiring, 2008). Menurut Suciati (2006), kecepatan arus sungai dipengaruhi
oleh kemiringan, kekasaran kadar sungai, kedalaman, dan kelebaran sungai,
sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda
selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai.

2.1. 6 Salinitas
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida,semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan
semua bahan anorganik telah dioksida. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg
atau promil (%). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 5%. Perairan
payau antara 0,50%-30%, dan perairan laut 30%-40%. Pada perairan pesisir, nilai
salinitas sangat dipengaruhi oleh masuknya air tawar di sungai (Pratama, 2009).

Menurut Agrifishery (2010), menyatakan bahawa salinitas dapat dilakukan


dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan pengukuran
dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau salinometer.
Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau
promil (%). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 6-89 ppt
dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
2.2 Faktor Kimia
2.2. 1 pH
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen
menggunakan rumus umum pH=-log(H+). Air murni terdiri dari ion H + dan OH-
dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasanya 7. Makin banyak ion OH -
dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi Ph. Cairan demikian disebut
cairan alkalis. Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah Ph dan cairan
tersebutbersifat masam. Sebagian besar danau ber pH 6-9. Danau sadah (soda
lake)ber pH 11,5. Danau asam dapat disebabkan karena hujan asam akibat polustri
industry sehingga kapasitas buffer menghilang. Danau di padang pasir Afrika
Tengah (Danau Utan)=air yang masuk lebih kecil dan jumklah air yang keluar.
Akibatnya menjadi danau yang alkali. Sehingga variasi tanaman dan hewan juga
rendah (Arfiati, 2001).

2.2. 2 DO
DO atau Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan
yang menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam ekosistem perairan
(Erikarianto, 2008). Kadar oksigen di atmosfer sekitar 210 mg/l.Oksigen adalah
salah satu gas yang ditemukan terlarut pada perairan.alam bervariasi bergantung
pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen
berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian/altitude dan
berkurangnnya tekanan atmosfer (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi,2000).

Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan atmosfer semakin
rendah.Setiap peningkatan suatu tempat sebesar 100 m diikuti dengan penurunan
tekanan hingga 8 mm Hg – 9 mm Hg.Pada kolom air, setiap peningkatan
kedalaman sebesar 10 m disertai peningkatan tekanan sebesar 1 atmosfer (Cole,
1998 dalam Effendi, 2000).

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam


proses dekomposisi bahan organik, jadi BOD menggambarkan suatu proses
oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme yang terjadi di perairan (Anonim,
2007). Kebutuhanoksigen biokimiawi (BOD) merupakan parameter kimia yang
menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam
proses dekomposisi bahan organik (Erikarianto, 2008).

2.2. 3 Amonia
Amonia (NH3) merupakan salah satu parameter kualitas air yang merupakan
masalah besar bagi ikan dan dalam kegiatan budidaya ikan. Menurut Pillay
(2004), konsentrasi amonia yang toksik dalam periode waktu yang singkat
berkisar antara 0,6-2,0 mg/l. Adanya amonia dalam perairan, selain menyebabkan
toksisitas tinggi, konsentrasi amonia juga membahayakan bagi ikan. Pengaruh
langsung dari kadar amonia tinggi yang belum mematikan adalah rusaknya
jaringan insang, yaitu lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai
alat pernafasan akan terganggu (Rully, 2011).

Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa metabolisme ikan yang terlarut
dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak termakan dan
mengendap di dasar 2 kolam budidaya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan
ikan yang tidak termakan, menurunnya kadar DO pada kolam yang apabila
oksigen terlarut berkisar antara 1 -5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan
menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat
toksik bagi sebagian besar spesies ikan (Rully, 2011).

2.2. 4 TAN
Proses imobilisasi dan mineralisasi terjadi pada bakteri yang mengonsumsi
detritus. Jika detritus memiliki kandungan N rendah, mikroorganisme harus
mengambil N dari lingkungan, dan apabila kelebihan N akan dilepaskan ke
lingkungannya (Robertson and Groffman, 2007). Proses imobilisasi N terlihat
pada awal penelitian, dimana kandungan TAN awalnya 1 mg/l pada hari ke-4
mengalami penurunan menjadi 0,5 mg/l, pada saat itu warna air sudah sedikit
coklat menandakan bakteri mulai berkembang. Penurunan TAN sepertinya
dikarenakan bakteri menyerap nitrogen berupa yang terdapat di air dibandingkan
memineralisasi protein sebagai sumber N yang terdapat pada air leri, karena
bentuk yang lebih sederhana sehingga langsung diserap oleh bakteri. Kebanyakan
bakteri cenderung memanfaakan ammonia dalam bentuk NH4 + daripada NH3 hal
tersebut berkaitan dengan fisiologis metabolik bakteri (Sukenda et all., 2006).

Amonia (NH3) adalah gas tidak berwarna berbau tajam dan sangat larut dalam air
terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Amonia adalah senyawa yang stabil dan
berfungsi sebagai bahan awal untuk produksi banyak senyawa nitrogen yang
penting secara komersial. Amonia adalah gas tidak berwarna dengan bau yang
tajam menyengat. Titik didihnya adalah -33,35 ° C (-28,03 ° F), dan titik bekunya
adalah -77,7 ° C (-107,8 ° F). Memiliki kalor penguapan tinggi (23,3 kilojoule per
mol pada titik didihnya) dan dapat ditangani sebagai cairan dalam wadah termal
terisolasi di laboratorium. (Kalor penguapan suatu zat adalah jumlah kilojoule
yang dibutuhkan untuk menguapkan satu mol zat dengan tidak ada perubahan
suhu.) Molekul amonia memiliki bentuk piramida trigonal dengan atom hidrogen
tiga dan sepasang elektron melekat pada atom nitrogen. Konstanta dielektrik
amonia (22 pada -34 ° C [-29 ° F]) adalah lebih rendah dari air (81 pada 25 ° C
[77 ° F]), jadi pelarut yang lebih baik untuk bahan organic (Effendi, 2003).

2.3 Faktor Biologi


2.3. 1 Plankton
Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik yang
terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani “planet” yang
berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk organisme di
laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889 (Dewiyanti,
2014).

Fitoplankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air, relatif


tidak memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh
gerakan air seperti arus, dan lain-lain (Pratiwi , 2015). Menurut Maresi (2015)
fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum, yaitu:
Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta,
Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta, dan Euglenophyta.

2.3. 2 Periphyton
Perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar substrat
yang tenggelam. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air
yang tenggelam, dan kadangkala pada hewan air (Odum 1971). Agustini ( 2014 )
perifiton terdiri dari mikroflora yang tumbuh pada semua substrat
tenggelam. Pada umumnya perifiton di perairan mengalir terdiri dari diatom,
(Bacillariophyceae), alga biru berfilamen (Myxophyceae), alga hijau berfilamen
(Chlorophyceae), bakteri atau jamur berfilamen, protozoa, dan rotifera (tidak
banyak pada perairan tidak tercemar), serta beberapa jenis serangga (Anggraini,
2016). Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya, perifiton dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Epilithic, perifiton yang menempel pada batu.
2. Epipelic, perifiton yang menempel pada permukaan sedimen.
3. Epiphytic, perifiton yang menempel atau hidup pada permukaan daun atau
batang tumbuhan.
4. Epizoic, perifiton yang menempel pada permukaan tubuh hewan.
5. Epidendritic, perifiton yang menempel pada kayu.
6. Epipsamic, perifiton yang menempel pada permukaan pasir

2.3. 3 Benthos
Dalam suatu ekosistem perairan, bentos menjadi salah satu komunitas sangat
penting terutama pada perairan danau dan sungai (Sharma et al. 2013). Salah satu
parameter biologi yang di gunakan untuk meniali kualiata air pada suatu
lingkuangan adalah Makrozoobentos (Vyas et al. 2012). Makrozoobentos adalah
organisme yang sering digunakan sebagai indikator pencemaran (Minggawati
2013) dan berperan juga dalam biomonitoring dari suatu perairan (Roy dan Gupta
2010; Sharma et al. 2013). Bentos menjadi biomonitoring suatu perairan karena
hidupnya yang cenderung menetap (Trisnawaty et al. 2013), pada sedimen dasar
perairan (Purnami et al. 2010), baik substrat lunak maupun substrat keras
(Lumingas et al. 2011), memiliki sifat kepekaan atau sangat peka terhadap
beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah (Sharma et al. 2013), selain itu
juga, bentos sangat mudah di tangkap dan ia memiliki kelangsungan hidup yang
panjang (Purnami et al. 2010).
Makrozoobentos pada suatu perairan berkontribusi sangat besar terhadap fungsi
ekosistem perairan (Vyas dan Bhawsar 2013) dan memegang peranan penting
seperti proses mineralisasi dalam sedimen dan siklus material organik (Vyas et al.
2012), serta berperan dalam transfer energi melalui bentuk rantai makanan (Roy
dan Gupta 2010; Sharma et al. 2013), sehingga bentos berfungsi sebagai
penyeimbang nutrisi dalam suatu lingkungan perairan (Minggawati 2013).
Komposisi dari makrozoobentos dapat merespon dengan baik perubahan variasi
karakteristik fisika kimia air diatasnya (Stamenkovic et al. 2010).

Bentos adalah organisme yang hidup di daerah dasar perairan dan mendiami pada
kedalaman tertentu. Bentos mendiami atau hidup di daerah intertidal dengan
kedalaman yang bervariasi (Hutabarat dan Evans, 1985). Dengan mempelajari
berbagai jenis bentos, akan diketahui berbagai jenis mahluk hidup yang ada di
perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu
tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan sehingga tercipta
keanekaragaman jenis bentos yang menghuni perairan (Susanto, 2000). Bentos
merupakan hewan-hewan seperti kelompok Bintang Laut, Bulubabi, Gastropoda,
Teripang, Bivalvia, dan Bintang ular (Oemarjati dan Wardhana, 1990).

Bentos adalah organisme yang hidup pada daerah dasar laut atau sungai, baik
dengan cara menempel pada pasir maupun lumpur. Bentos memegang beberapa
peranan penting dalam peraira seperti dekomposisi dan mineralisis meterial
organik yang memesuki perairan dan ia juga menduduki beberapa tingkat trofik
dalam suatu rantai makan (Odum, 1993).

Organisme bentos dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam sautu


pencemaran lingkuangn perairan sungai. Sehingga bentos dapat digunakan
sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena tempat hidupnya selalu berkontakan
dengan limbah.. Kelompok hewan ini, dapat lebih mencerminkan adanya
perubahan faktor lingkungan dari waktu kewaktu (Sastrawijaya, 2009).

2.3. 4 Tumbuhan air


Tumbuhan air sering disebut pula tumbuhan akuatik yang berfungsi sebagai
produsen penghasil energi dalam suatu ekosistem (Odum dan Barrett 2005).
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang hidup di dalam air dan memiliki organ yang
teradaptasi dengan lingkungan perairan, atau tumbuh di dekat badan air, terendam
sebagian atau seluruhnya (Uno et al, 2001). Tumbuhan air termasuk salah satu
komponen biologi dalam ekosistem danau yang sangat sensitif terhadap
perubahan kondisi lingkungan (Sunanisari et al. 2008).

Pada ekosistem danau, tumbuhan air berfungsi sebagai sumber makanan bagi
organisme perairan (feeding ground), tempat bertelur ikan (spawning ground),
tempat memijah ikan (nursery ground), sekaligus tempat berlindung bagi ikan dan
hewan-hewan invertebrata perairan (shelter ground). Selain itu, tumbuhan air juga
memproduksi oksigen selama proses fotosintesis, memberikan nilai keindahan
bagi danau, bahkan beberapa di antaranya mampu menyerap unsur logam berat,
sehingga dapat mengurangi pencemaran (Sunanisari et al. 2008).

Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di
atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses respirasi tumbuhan
air dan hewan serta proses dekomposisi bahan organik dapat menyebabkan
hilangnya oksigen dalam suatu perairan. Selain itu, peningkatan suhu akibat
semakin meningkatnya intensitas cahaya juga mengakibatkan berkurangnya
oksigen (Effendi, 2003). Meningkatnya suhu air akan menurunkan kemampuan air
untuk mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga
akan menurun. Peningkatan suhu juga akan mempercepat laju respirasi dan
dengan demikian laju pengunaan oksigen juga meningkat (Afrianto dan Liviawati,
1992).

Dinamika oksigen terlarut dalam ekosistem perairan ditentukan oleh


keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen. Tumbuhan akuatik
merupakan faktor yang penting dalam menentukan keseimbangan oksigen dalam
ekosistem perairan. Produksi oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis oleh
komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua
organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik (Boyd, 1990).
Tumbuhan akuatik lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon
dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat
berperan sebagai sumber karbon. Namun, di dalam kloroplas bikarbonat harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim
karbonik anhidrase (Effendi, 2003).
Sebagian besar oksigen dalam perairan dihasilkan oleh proses fotosintesis
tumbuhan air dan fitoplankton. Akan tetapi, sebagian besar oksigen tersebut
digunakan untuk respirasi fitoplankton (Effendi, 2003). Perairan dangkal suplai
oksigen didominasi oleh tanaman tepi, makrofita dan alga bentik. Jenis dan
kelimpahan tanaman merupakan faktor penting yang mempengaruhi fotosintesis
(Boyd, 1990).

2.1 Produktivitas primer


Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu unsur yang
penting pada salah satu mata rantai perairan. Plankton-plankton yang ada dalam
perairan akan sangat berguna dalam menunjang sumberdaya ikan, terutama dari
golongan konsumen primer. Densitas dan diversitas fitoplankton dalam perairan
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tersebut. Densitas fitoplankton akan
tinggi apabila perairan yang didiami subur (Boyd 1982).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer


perairan. Faktor-faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia, fisika,
dan biologi. Faktor kimia seperti kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan
hara yang pentong untuk pertumbuhan dan reproduksi phytoplankton. Bila
dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada level air yang rendah
dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan produktivitas primer yang tinggi.
Disamping faktor kimia dan fisika, faktor biologi seperti perbandingan komposisi
biomassa phytoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah
individu dalam populasi phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan
jumlah individu dalam populasi zooplankton, dan karena yang melakukan
fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah phytoplankton, ini berakibat
langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 11 – 12 November
2017 bertempat di Danau Ranau Kabupaten Lampung Barat.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

No Nama Alat Gambar Fungsi


1. Termometer Untuk pengukuran
suhu

2. Ember 10 liter Untuk mengambil


air

3. Botol film Untuk menyimpan


sampel
4. Botol terang Untuk sampel air
DO

5. Botol gelap Untuk sampel air


DO

6. Secchi disk Untuk mengukur


kecerahan

7. Tongkat Sakti Untuk mengukur


kedalaman

8. Core Sampler Untuk mengambil


benthos
9. Surber Untuk mengambil
bentos di sungai

10. Label Untuk memberi


nama sampel

11. Lakban Untuk melakban


botol

12. Cool box Untuk menyimpan


botol BOD

13. Sikat Gigi Untuk menyikat


permukaan batu
yang akan diambil
perifitonnya

14. Lugol Untuk mengawetkan


sampel
15. Aquadest Untuk
membersihkan alat
yang telah
digunakan

3.3 Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Suhu
Pada perlakuan pengukuran suhu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Termometer yang telah diberi tali dicelupkan ke dalam air selama 1 menit
sampai skala termometer stabil,
2. Kemudian dilihat angka suhunya.
3. Hasilnya dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik.

3.3.2 Arus Perairan


Pada perlakuan pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Botol bekas 600 ml yang sudah diisi setengahnya lalu diberi tali disiapkan,
2. Botol tersebut dihanyutkan dan diukur waktu tempuhnya sampai tali tegak
lurus,
3. Hasilnya dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik.

3.3.3 Kecerahan
Pada perlakuan pengukuran kecerahan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Secchi disk disiapkan dan ditentukan titik yang akan diamati,
2. Secchi disk dicelupkan dan diamati pada kecerahan berapa warna putih
dan hitam tidak terlihat lagi,
3. Dihitung kecerahan dengan menggunakan rumus kecerahan
4. Kemudian hasilnya dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik.

3.3.4 Kedalaman
Pada perlakuan pengukuran kedalaman dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Secchi disk yang telah terdapat tongkat pengukur disiapkan untuk
mengukur kedalaman,
2. Secchi disk dimasukkan kedalam air kemudian diukur kedalamannya,
3. Hasilnya dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik.

3.3.5 pH
Pada perlakuan pengukuran pH dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. pH paper dimasukkan ke dalam air,
2. Ditunggu beberapa saat sampai setengah mengering ,
3. Perubahan warna yang terjadi dicocokkan dengan kotak pH,
4. Hasilnya dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik.

3.3.6 Oksigen Terlarut


Pengukuran DO dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. DO meter diaktifkan
2. DO meter dikalibrasi agar mendapatnilai yang pas
3. Ujung proble DO meter dimasukan ke dalam air
4. Nilai DO yang tertera dilayar. Nilai yang dicatat adalah nilai dilayar stabil.

3.3.7 BOD
Pengukuran BOD dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel dimasukkan dalam botol winkler sampai penuh
3. Ditambahkan MnSO4 masing-masing 2ml
4. Ditambahkan alkali iodida azida masing-masing 2ml
5. Dikocok selama 5 menit
6. Ditambahkan larutan H2SO4 pekat masing-masing 2ml, dikocok hingga
homogeny
7. Ditambahkan indicator amilum masing-masing 2ml
8. Dititrasi dengan natrium tiosulfat hingga sampel terlihat jernih

3.3.8 TAN (Total Amonia Nitrogen)


Pengukuran TAN (Total Amonia Nitrogen) dengan cara sebagai berikut :
1. Air sampel sebanyak 20-25 ml disaring dengan menggunakan kertas
saring.
2. Air sampel yang telah disaring dimasukan ke dalam gelas piala sebanyak
10 ml.
3. Selanjutnya ditambahkan dengan 0,05 ml larutan MnSO4 sambil diaduk.
4. Sampel dikocok secara merata, kemudian ditambahkan 0,5 ml
hypoclorous.
5. Sampel ditambahkan dengan 0,6 ml larutan phenate.
6. Setelah 30 menit – 1 jam, diamati dengan spektrofometer pada panjang
gelombang 625 nm.
7. Nilai absorbansi yang diperoleh dibandingkan dengan grafik standar.

3.3.9 Plankton
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Plankton net disiapkan.
2. Air diambil dengan menggunakan ember 10L dkemudian dituangkan
kedalam plankton net dan dilakukan sebanyak 5 kali.
3. Air yang ada didalam botol plankton net dituangkan ke dalam botol film.
4. Lugol dimasukkan ke dalam botol film dan diberi label.
5. Perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik.
3.3.10 Perifiton
Pengambilan sampel perifiton dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Habitat yang mewakili sungai ditentukan titiknya.
2. Tiga buah batu dipindahkan dari sungai untuk di analisis kuantitatif bentuk
alga. Diusahakan memilih bebatuan yang permukaannya datar yang
tergeletak secara paralel terhadap badan sungai.
3. Masing-masing permukaan batu diisolasi seluas 4 cm2 dengan membuat
garis bantu.
4. Masing-masing permukaan yang telah diisolasi di sikat dan di kerik bentik
alga nya dan dimasukkan kedalam botol sampel.
5. Sampel diawetkan menggunakan lugol dengan cara penetesan lugol pada
larutan sampel.

3.3.11 Bentos
Penganbilan sampel bentos dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Titik lokasi pengambilan sampel ditentukan.
2. Sedimen diambil dengan menggunakan core sampler.
3. Sedimen diletakkan diatas saringan dan dilihat hewan bentos apa saja yang
didapat.
4. Bentos yang ditemukan dimasukkan ke dalam plastik zip dan diberi lugol
agar awet.

3.3.12 Tumbuhan Air


1. Tanaman air diambil sebagai sampel
2. Tanaman air yang telah diambil diidentifikasi
3. Hasil identifikasi dicatat
IV. Hasil Dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan Parameter Fisika


4.1.1 Suhu

Suhu Danau 1
31
30
29
28
Titik 1
27
26 Titik 2
°C

25 Titik 3
24
23
22
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok

Grafik 1. Suhu Danau 1

Suhu Danau 2
30
29
28
27 Titik 1
26 Titik 2
°C

Titik 3
25
24
23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok

Grafik 1. Suhu Danau 2


Suhu Sungai
30
25
20
Titik 1
15 Titik 2
°C

10 Titik 3
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok

Grafik 3. Suhu Sungai 1

4.1.2 Pengamatan Kecerahan


Tabel 1. Nilai Pengamatan Kecerahan Danau 1, Danau 2 dan Sungai
Sechidisk
TI T2 T3
Kel Lokasi
Keceraha Keceraha Keceraha
H P H P H P
n n n
6 6
Danau 1 70 14% 75 13% 55 56 2%
0 5
1
Danau 2 0 10 100% 0 12 100% 0 11 100%
Sungai 0 5 100% 0 4 100% 0 3 100%
5 2
Danau 1
5 65 15% 5 30 17% 53 54 2%
2 Danau 2 0 8 100% 0 15 100% 0 27 100%
1 2
Sungai
5 61 75% 5 63 60% 25 42 40%
5 8
Danau 1
0 50 0% 0 85 6% 50 60 17%
3 2
Danau 2
0 45 100% 1 70 70% 25 83 70%
Sungai 0 6 100% 0 10 100% 0 13 100%
5 8
Danau 1
4 55 2% 0 95 16% 65 80 19%
4 13
Danau 2
0 50 100% 0 75 100% 0 5 100%
Sungai 0 5 100% 0 8 100% 0 6 100%
5 Danau 1 0 47 100% 6 85 29% 50 65 23%
0
13
Danau 2 1 41 98% 1 82 99% 1 99%
8
Sungai 1 7 86% 1 10 90% 1 6 83%
5 8 10 11
Danau 1
0 50 0% 5 98 13% 5 7 110%
6
Danau 2 0 7 100% 1 8 88% 0 13 100%
Sungai 1 9 89% 1 9 89% 1 9 89%
2 4 10
Danau 1
7 55 51% 5 80 44% 65 5 38%
7
Danau 2 0 27 100% 0 45 100% 0 65 100%
Sungai 0 5 100% 0 6 100% 0 5 100%
11
Danau 1
0 45 100% 0 85 100% 0 0 100%
8
Danau 2 0 44 100% 50 55 0.09% 40 50 0,20%
Sungai 0 4 100% 0 5 100% 0 5 100%
3 4
Danau 1 40 13% 50 10% 20 35 43%
5 5
9
Danau 2 0 45 100% 0 50 100% 0 45 100%
Sungai 0 5 100% 0 5 100% 0 5 100%
11
Danau 1
0 25 100% 0 80 100% 0 0 100%
10
Danau 2 0 43 100% 0 55 100% 0 55 100%
Sungai 0 10 100% 0 5 100% 0 20 100%

4.1.3 Pengamatan Kedalaman


Tabel 2. Pengamatan Kedalaman Danau 1, Danau 2 dan Sungai
Kedalaman (cm)
Kelompok Lokasi
T1 T2 T3
Danau 1 55 80 105
1 Danau 2 45 65 90
Sungai 3 10 15
Danau 1 35 75 95
2 Danau 2 35 55 75
Sungai 5 15 20
Danau 1 50 80 120
3 Danau 2 45 95 140
Sungai 3 3 4
Danau 1 55 95 140
4 Danau 2 51 75 135
Sungai 5 7 11
Danau 1 50 80 110
5 Danau 2 50 60 120
Sungai 7 10 6
Danau 1 50 86 113
6 Danau 2 41 40 40
Sungai 6 4 3
Danau 1 55 80 105
7 Danau 2 27 45 65
Sungai 5 6 5
Danau 1 48 88 114
8 Danau 2 44 80 100
Sungai 5 5 5
9 Danau 1 54 85 132
Danau 2 46 54 50
Sungai 5 5 5
Danau 1 33,3 90 126,7
10 Danau 2 48 48,3 53
Sungai 10 5,3 25

4.1.4 Pengamatan Arus


Tabel 2. Pengamatan Arus Danau 1, Danau 2 dan Sungai
Kelompok Lokasi Titik Detik Arus (m/s)
1 82 0,012
Danau 1 2 84 0,012
3 90 0,011
1 52 0,190
1 Danau 2 2 51 0,170
3 55 0,180
1 6 0,004
Sungai 2 7 0,003
3 5 0,005
1 70 0,015
Danau 1 2 77 0,012
3 39 0,025
1 92 0,017
2 Danau 2 2 90 0,010
3 158 0,004
1 7 0,001
Sungai 2 9 0,003
3 5 0,004
3 Danau 1 1 70 0,015
2 55 0,018
3 39 0,025
1 50 0,200
Danau 2 2 50 0,200
3 50 0,200
1 9 0,015
Sungai 2 6 0,015
3 8 0,015
1 131 0,005
Danau 1 2 131 0,006
3 155 0,004
1 115 0,008
4 Danau 2 2 127 0,007
3 105 0,009
1 5 0,001
Sungai 2 7 0,001
3 8 0,012
1 170 0,007
Danau 1 2 155 0,006
3 131 0,005
1 131 0,003
5 Danau 2 2 155 0,004
3 170 0,007
1 7 0,001
Sungai 2 5 0,020
3 4 0,015
1 38 0,026
Danau 1 2 53 0,018
3 55 0,018
1 50 0,020
6 Danau 2 2 50 0,020
3 50 0,020
1 8 0,125
Sungai 2 4 0,250
3 6 0,160
7 1 83 0,012
Danau 1 2 83 0,012
3 91 0,011
1 86 0,011
Danau 2 2 53 0,018
3 34 0,029
Sungai 1 7 0,142
2 8 0,125
3 10 0,100
1 9 0,111
Danau 1 2 30 0,030
3 38 0,026
1 52 0,019
8 Danau 2 2 46 0,022
3 32 0,031
1 3 0,333
Sungai 2 4 0,250
3 9 0,111
1 69 0,060
Danau 1 2 50 0,020
3 54 0,020
1 87 0,010
9 Danau 2 2 88 0,010
3 86 0,010
1 9 0,110
Sungai 2 4 0,030
3 9 0,150
1 11,3 0,088
Danau 1 2 10,5 0,096
3 14,2 0,070
1 54,3 0,018
10 Danau 2 2 51,7 0,019
3 48 0,021
1 3,2 0,313
Sungai 2 2,8 0,357
3 65 0,015

4.2 Hasil Pengukuran Parameter Kimia


4.2.1 Hasil Pengamatan pH
Danau 1
8
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6
5
4
pH

3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok

Grafik 4. pH Danau 1

Danau 2
7.5

7 7 7 7 7 7 7 7 7

6.5
pH

6 6 6

5.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kelompok

Grafik 5. pH Danau 2

Sungai
7.5

7 7 7 7 7 7 7 7 7

6.5
pH

6 6 6 6 6

5.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok

Grafik 6. pH Sungai
4.3 Hasil Pengamatan Parameter Biologi
4.3.1 Plankton

Plankton Danau 1
70
60
50
40
30
20
10
0
Jumlah

ra l i s ra a m us a ri s ra ya sta ns i e m m m m us
s po ma ogy form i deu a c nem ea opo Lygb bu ri a di ck di u ni u rmu i deu a c
ro y i r a o ra o i n ot ro a o io e
C. ri av s i ra oph zoc os p stero nd
ra
i c a h Sp ari ster end Tri b Sl a e i r i e
M om li A yn h o r
o h d A yn
at ag
C os l
Di Fr
S el Me Mon R yl i n S
M C
Spesies

Grafik 7. Plankton Danau 1

Plankton Danau 2
35
30
25
20
15
10
5
0
Jumlah

a s m ma re um s s
rata nel l p or
a m
i u ci sti di u g la i a i ca a ri atu
t s d i u n l l i t
es i o cro i
rm a ero oph
y o os rc lo pe ci cu vi s
fn ster i o yr n ci zoc til a n
r i a A M eb s
p h
n or G
ro Rh i
e o u s a us i
l S o
lla k o hl o
Gl des odi s
m c
a be M
hyc
T c ro n
Tra
Spesies ki st pha
An Ste

Grafik 8. Plankton Danau 2

Plankton Sungai
10
8
6
4
2
0
Jumlah

a s a ri x il n is a m ve va
or he or h a ga rg ri k iu sl ar
sp an
t s p ot Th ll e ne n e i d a
v l
ro hn ro Ul e ii
lim ph ed
r ta
M
ic
Ac m
ic
ella c ia a o ra n a ila
o i y r
ri c th to
r on S
Au
r
Su Ni li l a M
c
Spesies Os
Grafik 9. Plankton Sungai

4.3.2 Perifiton

Perifiton Danau 1
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
a in m us cus ura l a re i um i ca is s a a
n em era i di u occ a l e u n l a l a r i tatu gl en ori n
d rn a p rc o e u s
yto cel l oc dr phi ci zocl l a p a ci c i nvi Eu Eud
Sc bs o tich en m n i ti
m e S n A ro rh oeo us us
ri u Kl Sy h lo l s m isc
o c g
cl ch
y de nod
h i zo ra s tro a
R t
nki teph
a s

Grafik 10. Perifiton Danau 1

Perifiton Danau 2
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
a to i n i x m ei i s ei ve l a ra l a ta m a us a
n em kro era ethr i di u i cki the i cki va l i du l eu nel ul a ni u gl en or ori n
s d
yto ne l l mo rn d a n d ei s vi r hi p ri o ra n cl o Eu em ud
n
Sc a fe ce Ho bs o s i ra Ach s i ra a nt hi a mp Aste i a g hi zo Tet
m E
n um l e l o l o hn zc A o r R
l l a ri K e e
M A Ni
c t
us
a be ocl o M M
T iz
Rh

Grafik 11. Perifiton Danau 2


Perifiton Sungai
140
120
100
80
60
40
20
0
o x i a l ve m l ve a h ra i a a h ru m l a de m na
ot ri u r i u i u
s kr eth ri ch s va rm s va mer s po i l a mer a b rm nel vi r oni gl e
e o o t i o i a ro a g g o
a Al s p eri ma oc o l Eu
fen Hom l oe a nte ros p a nte Al g Mi c Fl Al g ro st e i z
na G hn nd hn d A on Rh
ella Ac Cyl i Ac ylin Tr
ib
a b C
T

Grafik 12. Perifiton Sungai

4.3.3. Bentos

Bentos Danau 1
14
12
10
8
6
4
2
0

Grafik 13. Bentos Danau 1

Bentos Danau 2
14
12
10
8
6
4
2
0
e ta e e e e a m e a a Sp
i da r ra i da i da i da i da ce iu nic l en vex
b r i l a c a u n m
di se pa
r yn ia pu
e av Sa co iu
Hy ly l a vi pha i th orb m C.D F.J s a ch
i S S C a a
St v
la po nc
pi tehl bra
ra ro
Pa ac
M

Grafik 14. Bentos Danau 2


Bentos Sungai
14
12
10
8
6
4
2
0
ae er us
a ta is ae ae m ia
i id ub h r ra n al l id i id hiu n ar
p e i i
do
b s el
p s ic ic ob ac pl
a
nu th lla ed rb yd br
Hy tu ra y m co h ro
Po
r
Pa sc do ac
r u m
hi

Grafik 15. Bentos Sungai

4.2 Pembahasan

Suhu merupakan parameter fisika yang dapat mempengaruhi kehidupan biola di


dalamnya, kenaikan suhu 1 derajat saja dapat bérakibat besar bagi organisme yang
hidup. Suhu pada danau ranau ke seluruh an berkisar antara 27~29 derajat Celsius.
Pada suhu di kedalaman bersifat Homogen dan lebih dingin daripada suhu
permukaan perairan. Pada pagi hari suhu suhu permukaan lebih dingin karna
pengaruh udara di dataran tinggi. Sedangkan suhu pada perairan sungai berkisar
antara 27-28 derajat selsius, Karna perairan sungai merupakan perairan yang
mengalir, jadi suhu disana cukup berfluktuasi namun dengan intensitas yang
rendah dan tidak terlalu ekstrim fluktuasi nya.

Kecerahan pada danau ranau di titik 1 memiliki kecerahan yang rendah karna
pada saat pangukurannya dilakukan secara manual jadi endapan endapan yang
berada di dasar perairan naik ke permukaan dan mengakibatkan kekeruhan yang
cukup mengganggu bagi organisme yang hidup di dalamnya. Pada titik 2
kecerahan yang diukur menunjukkan hasil yang cukup cerah, cahaya masih dapat
masuk kedalam badan air karna kedalam nya sudah cukup dalam dan endapan
yang terdapat juga tidakBanyak jadi tidak keruh saat di lewati oleh orang atau
kapal yang lewat, namun kepadatan tanaman air juga cukup tinggi. Pada titik 3
kecerahan yang di dapat cukup tinggi tingkat kecerahan nya, namun tumbuhan air
yang sangat melimpah kemungkinan menutupi cahaya yang masuk sehingga
cahaya tidak sampai dasar perairan. Pada sungai kecerahan yang di dapat rata rata
100%karna kedalaman sungai juga hanya sekitar 20-30 cm dan aliran yang cukup
atau lumayan Deres jadi setiap endapan yang terangkat langsung mengalir dan
mengendap di lokasi lainnya.

Arus perairan pada danau ranau terbilang cukup rendah karna pada perairan danau
memang tidak terlalu cepat, arus yang terdapat juga disebabkan oleh pergerakan
angin atau adanya upwelling dan atau downwelling yang mengakibatkan endapan
endapan di dasar danau naik ke permukaan mengakibatkan perairan yang bersifat
toksik bagi biola di dalamnya. Arus danau yang mengakibatkan upwelling dan
downwelling hanya terjadi satu tahun sekali menurut para pembudidaya yang ada
disana. Arus pada perairan sungai terbilangcukup cepat karna kecepatan nya
0.100-0.350 m perdetik.
Berdasarkan tabel dan grafik yang kandungan pH pada titik atau pada danau satu
pada kelompok 1 kadar pH nya sebesar 7, kelompok 2 kadar pH nya 7, kelompok
3 kadar pH nya 7, kelompok 4 kdar pH nya sebesar 7, kelompok 5 kadar pH nya 7
begitu seterusna dari kelompok 6 sampai 10 kadar pH yang didapat adalah 7.

Dilakukan pengamatan pH air pada titik 2 Danau ranau dan didadaptkan hasil dari
masing-masing kelompok yaitu pada kelompok 1 didapat pH 7, kelompok 2
didapat pH 7, Kelompok 3 didapat pH 7, kelompok 4 didapat pH lebih rendah
yaitu 6, kelompok 5 didapat hasil pH 7, kelompok 6 didapat pH 7, kelompok 7
didapat pH 6, kelompok 8 didapat pH 7, kelompok 9 didapat pH 7, dan kelompok
10 didapat pH 7. Rata-rata sebaran pH pada tiap titik di stasiun 2 Danau Ranau
yaitu 7 yang berarti pH air di perairan tersebut relatif normal.

Dilakukan pengamatan pH air pada titik sungai di Danau ranau dan didadaptkan
hasil dari masing-masing kelompok yaitu pada kelompok 1 didapat pH 7,
kelompok 2 didapat pH 6, Kelompok 3 didapat pH 7, kelompok 4 didapat pH
yaitu 6, kelompok 5 didapat hasil pH 7, kelompok 6 didapat pH 6, kelompok 7
didapat pH 6, kelompok 8 didapat pH 7, kelompok 9 didapat pH 7, dan kelompok
10 didapat pH 7. Rata-rata sebaran pH pada tiap titik di stasiun 2 Danau Ranau
yaitu 7 yang berarti pH air di perairan tersebut relatif normal atau masih
mendekati pH asam.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa plankton yang ditemukan di Danau


Lokasi 1 Danau Ranau Kecamatan Sukau terdiri atas 18 jenis plankton . Data hasil
pengamatan menunjukkan bahwa plankton jenis microsspora merupakan jenis
yang terbanyak di danau 1. Berdasarkan tabel diketahui bahwa plankton yang
ditemukan di Danau Lokasi 2 Danau Ranau Kecamatan Sukau terdiri atas 12 jenis
plankton . Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa plankton jenis
sphaeroichistis merupakan jenis yang terbanyak di danau 2. Berdasarkan tabel
diketahui bahwa plankton yang ditemukan di sungai Danau Ranau Kecamatan
Sukau terdiri atas 11 jenis plankton . Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa
plankton jenis microsspora merupakan jenis yang terbanyak di sungai. Indeks
keanekaragaman plankton (H’) pada danau 1 perhitungan data kelompok 9 yaitu
2.770394, berdasarkan hasil indeks keanekaragaman plankton, diketahui bahwa
keanekaragaman plankton di Danau Lokasi 1 Danau Ranau Kecamatan Sukau
termasuk ke dalam kategori sedang dengan nilai 1<H’>3. Keanekaragaman
plankton didapatkan hasil sebesar 0.95849 dengan kategori keseragaman yang
tinggi. Nilai indeks dominansi (D’) plankton Danau Lokasi 1 Danau Ranau
Kecamatan Sukau menunjukan nilai 0.067775. Nilai indeks dominansi ini
menunjukan dalam struktur komunitas tersebut tidak terdapat jenis yang secara
ekstrim mendominasi spesies lainnya yaitu nilai mendekati 0.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perifiton yang ditemukan di Danau


Lokasi 1 Danau Ranau Kecamatan Sukau terdiri atas 13 jenis perifiton. Data hasil
pengamatan menunjukkan bahwa plankton jenis Eudorina merupakan jenis yang
terbanyak di danau 1. Berdasarkan tabel diketahui bahwa perifiton yang
ditemukan di Danau Lokasi 2 Danau Ranau Kecamatan Sukau terdiri atas 17 jenis
plankton . Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa perifiton jenis rizoclonium
merupakan jenis yang terbanyak di danau 2. Berdasarkan tabel diketahui bahwa
perifiton yang ditemukan di sungai Danau Ranau Kecamatan Sukau terdiri atas 8
jenis perifiton. Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa perifiton jenis
clyndrosprom merupakan jenis yang terbanyak di sungai. Indeks keanekaragaman
perifiton (H’) pada danau 1 perhitungan data kelompok 9 yaitu 2.1260,
berdasarkan hasil indeks keanekaragaman perifiton, diketahui bahwa
keanekaragaman perifiton di Danau Lokasi 1 Danau Ranau Kecamatan Sukau
termasuk ke dalam kategori sedang dengan nilai 1<H’>3. Hal ini diduga adanya
peran faktor lingkungan yang menyebabkan hanya jenis tertentu saja yang dapat
hidup dan berkembang di perairan Keseragaman perifiton didapatkan hasil sebesar
0.967568 dengan kategori keseragaman yang tinggi. Nilai indeks dominansi (D’)
perifiton Danau Lokasi 1 Danau Ranau Kecamatan Sukau menunjukan nilai
4.09353. Nilai indeks dominansi ini menunjukan dalam struktur komunitas
tersebut tidak terdapat jenis yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya
yaitu nilai mendekati 0.

4.3 Hasil Kuisioner


Danau Ranau adalah danau yang terletak di Kecamatan Sukau Lampung Barat.
Danau ini terbagi menjadi 3 wilayah, yakni wilayah dinas perhubunan, wilayah
dinas pariwisata dan wilayah Keramba Jarring Apung (KJA). Danau Ranau
Wilayah Keramba Jarring Apung banyak membudidaya ikan nila, ikan lain yan
dibudidaya namun hanya beberapa KJA ialah ikan lele, ikan mas dan lainnya. Hal
ini disebabkan karena ikan nila sangat laku keras dipasaran selain rasanya yang
khas ikan ini mudah dan renyah untuk dikonsumsi. Kendala yang warga alami
hingga sekarang ialah pemasarannya yang masih tergantung pada tengkulak denan
harga yang sangat rendah, daerah ini sulit dijangkau pasar besar karena memang
tempatnya membutuhkan jarak dan waktu yang sangat lama untuk menempuhnya
dari pusat jual beli. Penyakit ikan mati sering dialami warga dan mereka mampu
sedikit mengatasinya karena memang sering mendapat penyuluhan dari dinas
perikanan setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Universitas Negeri, Jakarta.

Alaerts, 1987. Water Pollution Biology. Ellis Horwood Limited. Chichester.


England. 231 h.

Anggraini, Aprilia. 2016. Kelimpahan Dan Tingkat Kesuburan Plankton Di


Perairan Sungai Bedog (Plankton Abundance And Productivity In Bedog
River)Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.

Agustini, Maria. 2014.Identifikasi Dan Kelimpahan Plankton Pada Budidaya


Ikan
Air Tawar Ramah Lingkungan. Jurnal Agroknow Vol. 2 No. 1. Surabaya.

Basu Swastha dan Irawan, (2000), Manajemen Pemasaran Modern, Edisi


2,Yogyakarta : Liberty.

Dewiyanti, G.A. Diasari dkk .2014. Kepadatan Dan Keanekaragaman Plankton


Di Perairan Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur
Dari Daerah Hulu, Daerah Tengah Dan Daerah Hilir Bulan Maret 2014.
Departemen Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Airlangga,
Surabaya.
Effendi.2003.Proses Nitrifikasi dengan Sistem Biofilter untuk Pengolahan Air
Limbah yang Mengandung amonia.Issn195-204Vol. 3 No.3Jurnal Teknologi
Lingkungan.

Efendi, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Effendi, I., H. J. Bugri dan Widanarni. 2003. Pengaruh Padat Penebaran


Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia.
Vol. 5 (2): 127-135.

Erikarianto, 2008. Parameter-Fisika-dan-Kimia-Perairan. Erlangga. Jakarta.

Hutabarat dan Evans.2006. Analisis Kualitas Air Pada Sentral Outlet Tambak
UdangSistem Terpadu Tulang Bawang Lampung. ITB. Bandung.

Maresi, Sinta dkk. 2015. Fitoplankton Sebagai Bioindikator Saprobitas Perairan


Di Situ Bulakan Kota Tangerang Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2,
Program Studi Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Nontji.2007. Fluktuasi Kandungan Amonia dan Beban Cemaran Lingkungan


Tambak Udang Vaname Intensif dengan Teknik Panen Parsial dan Panen
Total. Jurnal Saintek Perikanan. Program Studi Ilmu Lingkungan, Program
Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro.

Pratiwi ,Esty Dewi.2015. Hubungan Kelimpahan Plankton Terhadap Kualitas Air


Di Perairan Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Fikp Umrah. Riau.

Salwin.2000. Adsorpsi Amonia dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit


Menggunakan Abu Terbang Bagas. Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik,
Yogyakarta.

Susanto, 1991. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wibisono m.s 2005. Pengantar ilmu kelautan. Pt. Gramedia widiasarana


Indonésia. Jakarta.

Sukenda, P., Hadi, dan E. Harris. 2006. Pengaruh Pemberian Sukrosa Sebagai
Sumber Karbon Dan Probiotik Terhadap Dinamika Populasi Bakteri Dan
Kualitas Air Media Budidaya Udang Vaname, Litopenaeus Vannamei.
Jurnal Akuakultur Indonesia. (2) 179-190.

Surinati.2009. Analisis Kadar Oksigen Terlarut di suatu perairan. Jakarta.


Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai