Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI PERAIRAN

NAMA : LINDA AYU NOVITA SARI

NIM : 165080101111009

KELOMPOK : 13

ASISTEN : SILVIA ANGGAITA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

DI BEDENGAN DAU, MALANG, JAWA TIMUR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus Mata Kuliah Ekologi Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh

NAMA : Linda Ayu Novita Sari

NIM : 165080101111009

Mengetahui,

Asisten Praktikum Koordinator Asisten


Praktikum Ekologi Perairan Praktikum Ekologi Perairan

Silvia Anggaita Dhenan Febrianto


NIM. 155080501111008 NIM. 155080500111002

Dosen Pengampu
Mata Kuliah Ekologi Perairan

Dr. Ir. Mulyanto, M.Si.


NIP. 119600317 198602 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan

Laporan Praktikum Ekologi Perairan. Laporan ini merupakan salah satu syarat

lulus Praktikum Ekologi Perairan. Laporan peraktikum ini disusun sebagai bukti

telah melaksanakan Praktikum Ekologi Perairan.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik

dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan

pengalaman saya. Saya mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi saya dan

para pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar

lebih baik kedepannya.

Malang, 25 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu organisme memerlukan lingkungan hidup yang sesuai dengan

kehidupannya. Air mempunyai beberapa sifat penting sebagai lingkungan bagi

organisme air yang dikaitkan dengan bahan-bahan dan energi yang

dikandungnya dengan sifat fisiknya. Air merupakan media hidup untuk organisme

perairan baik tumbuhan maupun hewan, sedangkan sifat kimia air mempunyai

fungsi sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan bahan-

bahan organik oleh produsen primer perairan tersebut.

Sinar matahari merupakan penunjang kehidupan makhluk hidup, kecuali

organisme kimia sintetis yang relatif tidak banyak. Semua bentuk kehidupan

mendapatkan hara organik berenergi tinggi baik langsung maupun tidak

langsung dari fotosintesis. Melalui alur rantai makanan pada akhirnya siklus

energi juga akan dimanfaatkan oleh produsen, begitu pula yang terjadi pada

lingkungan perairan. Salah satu cara untuk memahami interaksi organisme-

organisme dengan lingkungan perairan adalah dengan mempelajari proses yang

terjadi pada rantai makanan. Tingkatan berlapis ekologi meliputi ekosistem

individu/organisme dengan ciri biasanya memiliki struktur khusus yang disebut

dengan adaptasi, ekosistem populasi yaitu kumpulan individu sejenis pada suatu

daerah dan pada waktu tertentu, ekosistem komunitas yang terdiri dari beberapa

populasi yang berbeda dan berinteraksi antar spesies, ekologi ekosistem yaitu

suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen biotik dan abiotik terdapat

siklus kehidupan.

Ekologi umumnya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara

organisme-organisme dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai arti

luas, mencakup semua hal di luar organisme yang bersangkutan. Tidak saja
termasuk cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban dan topografi, tetapi juga

parasit, predator dan kompetitor.

Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal

balik/interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya. Dengan

demikian ada beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologi yang harus

dipahami mahasiswa misalnya: Klimatologi, Limnologi, Geologi, Fisika, Kimia,

Biologi, Planktonologi dan sebagainya.

1.2 Tujuan Praktikum Ekologi Perairan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam:

1. Mengetahui hasil pengukuran parameter fisika yang mempengaruhi perairan

Bedengan
2. Mengetahui hasil pengukuran parameter kimia yang mempengaruhi perairan

Bedengan
3. Mengetahui hasil pengukuran parameter biologi yang mempengaruhi perairan

Bedengan
4. Menentukan kualitas perairan Bedengan berdasarkan hasil pengukuran

parameter fisika, kimia dan biologi.

1.3 Kegunaan Praktikum Ekologi Perairan

Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah:

1. Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap

ekosistem sungai.

2. Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika, kimia

dan biologi.

3. Bagi peneliti atau lembaga ilmiah, sebagai sumber informasi keilmuan dan

dasar untuk penulisan ataupun penelitian lebih lanjut berkaitan dengan

ekosistem sungai dan ekosistem kolam.


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Sungai merupakan daerah dimana terdapat air yang mengalir dari hulu

(pegunungan) menuju hilir (laut). Selain mengalirkan air dari hulu, sungai juga

membawa material-material organik maupun anorganik dan mengantarkannya

keseluruh bagian sungai sampai hilir. Oleh karena itu, sungai dapat digolongkan

sebagai perairan yang mengalir. Odum (1998) menyatakan bahwa ada 2 zona

utama pada aliran sungai yaitu:

 Zona Air Deras yaitu daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup

tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain

yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni benthos yang

beradaptasi khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau

berpegang dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat

berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai didaerah

pegunungan.
 Zona Air Tenang yaitu bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus

sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di

dasar sehingga dasarnya lunak. Zona ini umumnya terdapat pada bagian hilir.

Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar

yang keras terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk

organisme (flora dan fauna) untuk menempel dan melekat. Dasar air yang

tenang bersifat lunak dan terus-menerus berubah umumnya membatasi

organisme bentik, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, dimana gerakan air

lebih lambat,lebih sesuai untuk plankton dan neuston.

2.2 Parameter Kualitas Air


2.2.1 Fisika
a. Suhu
Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu perairan. Kisaran suhu pada

perairan Indonesia antara 23-32oC. Mahida (1986), menyatakan bahwa tingkat

oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu

rendah. Clark (1974), menjelaskan bahwa keadaan suhu alami memberikan

kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi secara optimum. Banyak kegiatan

hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi, pemangsaan, kecepatan

berenang, perkembangan embrio dan kecepatan proses metabolisme. Oleh

sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem perairan dianggap

merugikan (Clark, 1974). Sedangkan menurut Handjojo dan Setianto (2005)

dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan

makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak.

b. Kecepatan Arus

Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal. Menurut

Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin,

semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin

dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan lotik umumnya kecepatan arus

berkisar antara 3 m/detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu

batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air dapat

berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan

kondisi substrat yang ada. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen

yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke

seluruh bagian dari perairan. Peranan arus adalah membantu difusi oksigen

serta membantu distribusi bahan organik dan nutrien.

2.2.2 Kimia
a. Potential of Hydrogen (pH)
pH (potential of Hydrogen) adalah negatif logaritma dari ion H+. Menurut

Kordi dan Tancung (2007), derajat keasaman (pH) yaitu logaritma dari kepekatan

ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH

air menunjukkan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan

sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter) pada suhu tertentu atau

dapat ditulis pH = - log (H+). Manik (2003), menyatakan bahwa peningkatan

keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung

asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah)

juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion

Fe2+ (larut dalam air).

b. Dissolved Oxygen (DO)

DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam perairan

yang dimanfaatkan oleh organnisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-

zat anorganik oleh mikroorganisme. Menurut Simanjuntak (2012), sumber utama

oksigen di perairan adalah difusi udara dan dari proses fotosintesis fitoplankton.

Sedangkan pemanfaatannya digunakan untuk respirasi, dekomposisi dan

oksidasi unsur kimia. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama

dalam kehidupan di perairan dan indikator kesuburan perairan.

c. Carbon Dioxide (CO2)

Menurut Susana (1988), karbondioksida adalah senyawa yang terbentuk

dari 1 atom Karbon dan 2 atom Oksigen (CO 2), mudah larut dalam air, tidak

berbau dan tidak berwarna. Karbondioksida termasuk gas yang reaktif dan

banyak terdapat dalam air. Karbondioksida yang terdapat dalam air umumnya

berasal dari udara melalui proses difusi dan terbawa oleh air hujan. Selain itu

karbondioksida juga berasal dari hasil proses respirasi mikroorganisme dan dari

hasil penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme.


d. Total Organic Matter (TOM)

TOM (Total Organic Matter) adalah kumpulan bahan organic kompleks

yang sedang dan belum mengalami proses dekomposisi yang terdiri dari bahan

organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid di dalam suatu perairan.

Menurut Kohangia (2002), bahwa kandungan bahan organik yang terdapat di

sedimen perairan terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan

batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme

perairan atau dari detritus organik yang telah tertransportasi oleh berbagai media

alam dan terendapkan didasar perairan dalam waktu yang cukup lama. TOM

berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi autochnus (dari perairan itu sendiri)

dan allotochnus (dari perairan luar).

e. Amonia

Menurut Umroh (2007), amonia merupakan hasil katabolisme protein

yang diekskresikan oleh organisme dan merupakan salah satu hasil dari

penguraian zat organik oleh bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam bentuk

tak terionisasi (NH3) atau bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4+) atau ion

ammonium. Sumber amonia di perairan adalah dari sisa metabolisme dan

pemecahan nitrogen organic

f. Nitrat

Menurut Hendrawati, et al. (2007), nitrat (NO3-) adalah bentuk utama

Nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman

dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat

merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting termasuk

DNA dan RNA. Tatangidatu (2013), menyatakan bahwa tingginya kadar nitrat

dipengaruhi oleh tingkat pencemaran dan pemupukan, kotoran hewan dan


manusia. Peran nitrat dalam perairan adalah sebagai nutrien utama bagi alga

dan mengklasifikasi kesuburan perairan.

g. Orthofosfat

Orthofosfat merupakan salah satu bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh tanaman air. Sedangkan polifosfat harus mengalami

hidrolisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan

sebagai sumber fosfor. Menurut Sembering (2008), orthofosfat merupakan nutrisi

yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Selain sebagai

nutrisi untuk fitoplankton, orthofosfat juga berfungsi sebagai indikator kesuburan

perairan.

2.2.3 Biologi
a. Benthos

Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik

yang sesil maupun vagil. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang

atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi

pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal

tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan benthos.

Organisme yang termasuk makrozoobenthos diantaranya adalah:

Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida.

Klasifikasi benthos menurut ukurannya: Makrobenthos merupakan benthos yang

memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod,

anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos

merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1-1 mm, contohnya

polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda,

turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki

ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bakteri, diatom, ciliata, amoeba, dan

flagellata.
Barus (2004) menyatakan bahwa berdasarkan tempat hidupnya, benthos

dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu benthos yang hidupnya di atas substrat

dasar perairan, dan infauna yaitu benthos yang hidupnya tertanam di dalam

substrat dasar perairan. Sedangkan berdasarkan siklus hidupnya, benthos dapat

dibagi menjadi holobenthos, yaitu kelompok benthos yang seluruh hidupnya

bersifat benthos dan merobenthos, yaitu kelompok benthos yang hanya bersifat

benthos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya. Sedangkan Odum (1971),

mengklasifikasikan benthos berdasarkan kebiasaan makannya yaitu filter-feeder

(menyaring partikel-partikel detritus yang melayang di perairan) dan deposit-

feeder (memakan partikel-partikel detritus yang mengendap di dasar perairan).

Hewan makrobenthos mempunyai peranan yang sangat penting dalam

siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et al. (1989) menyatakan bahwa

dalam ekositem perairan makrobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai

penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai

konsumen tingkat tinggi.

b. Perifiton

Perifiton adalah nama yang diberikan pada kelompok berbagai organisme

yang tumbuh atau hidup menempel pada substrat dalam air seperti tanaman,

kayu, batu dan sebagainya. Meskipun perifiton umumnya diperlakukan sebagai

bentos, ini bukanlah ciri khas komunitas tersebut dalam hal tertentu. Ia hadir

sangat banyak pada substrat apapun, misalnya ujung kayu yang berada dalam

air beberapa centimeter dari dasar.

Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup di bawah

permukaan air, sedikit bergerak atau melekat pada batu-batu, ranting, tanah atau

substrat lainnya. Menurut Wetzel (1982), perifiton berdasarkan substrat

menempelnya dibedakan atas epifitik (menempel pada permukaan tumbuhan),

epipelik (menempel pada permukaan sedimen), epilitik (menempel pada


permukaan batuan), epizooik (menempel pada permukaan hewan), dan

epipsammik (hidup dan bergerak di antara butir-butir pasir).

Dalam suatu perairan mengalir (lotik), alga perifiton lebih berperan

sebagai produsen daripada fitoplankton. Hal ini disebabkan karena fitoplankton

akan selalu terbawa arus, sedangkan alga perifiton relatif tetap pada tempat

hidupnya. Alga perifiton juga penting sebagai makanan beberapa jenis

invertebrata dan ikan (Graham dan Wilcox, 2000). Karena perifiton relatif tidak

bergerak, maka kelimpahan dan komposisi perifiton di sungai dipengaruhi oleh

kualitas air sungai tempat hidupnya.

3. METODE
3.1 Fungsi Alat dan Bahan

3.1.1 Alat beserta Fungsinya

3.1.1.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengamatan suhu adalah


sebagai berikut :
Alat Fungsi
Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan
Stopwatch : untuk menghitung lama termometer di perairan
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Kamera digital : untuk mendokumentasikan jalannya praktikum

b. Kecepatan Arus

Adapun alat-alat yang digunakan dalam perhitungan Kecepatan Arus


adalah sebagai berikut :
Alat Fungsi
Botol Mineral 600 Ml : untuk current meter konvesional
Stopwatch : untuk menghitung waktu pengukuran kecepatan arus
Nampan : untuk wadah alat dan bahan
Tali raffia 5 Meter : untuk pengikat botol mineral dan penanda jarak
Kamera digital : untuk mendokumentasikan jalannya praktikum

3.1.1.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Potential of


Hydogen (pH) adalah sebagai berikut :
Alat Fungsi
Kotak pH standar : untuk media pencocokan dengan pH paper
: untuk menghitung waktu pH paper saat dimasukkan
Stopwatch
ke air sampel
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Kamera digital : untuk mendokumentasikan jalannya praktikum

b. Dissolved Oxygen (DO)

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Dissolved Oxygen (DO)


adalah sebagai berikut :
Alat Fungsi
Botol DO 254 mL : untuk wadah air sampel
Pipet Tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
Statif : untuk menyangga buret
Corong : untuk mempermudah larutan masuk ke buret
Buret : untuk wadah larutan titrasi
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Washing bottle : untuk wadah aquades
Kamera digital : untuk mendokumentasikan jalannya praktikum
Botol film :
Ember :

c. Carbon Dioxide (CO2)

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Carbon Dioxide


(CO2) adalah sebagai berikut :
Alat Fungsi
Botol air mineral 600 ml : untuk wadah air sampel uji
Gelas ukur 25 ml : untuk mengukur volume air sampel
Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
Erlenmeyer 100 ml : untuk wadah larutan sampel
Buret : untuk wadah titrasi
Statif : untuk menyangga buret
Corong : untuk mempermudah larutan masuk ke buret
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Washing bottle : untuk wadah aquades
Kamera digital : untuk mendokumentasikan jalannya praktikum
Ember : untuk

d. Total Organic Matter (TOM)

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Total Organic Matter


(TOM) adalah sebagai berikut :
Alat Fungsi
Erlenmeyer : untuk wadah sampel
Gelas ukur 25 ml : untuk mengukur jumlah air sampel
Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
Buret : untuk titrasi dan wadah titrasi
Hotplate : untuk tempat memanaskan sampel
Statif : untuk menyangga buret
Bola hisap : untuk membantu pipet volume mengambil larutan
Pipet volume : untuk mengambil larutan dalam skala 1-10 ml
Thermometer Hg : untuk mengukur suhu sampel
Corong : untuk mempermudah larutan masuk ke dalam buret
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Washing bottle : untuk wadah aquades
Kamera digital :
Botol mineral 600ml :
Beakerglass :
e. Amonia

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Amonia adalah


sebagai berikut :
Alat Fungsi
Erlenmeyer 25 ml : untuk wadah sampel
Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
: untuk wadah sampel saat di uji menggunakan
Tabung reaksi kecil
spektofotometer
Rak tabung reaksi : untuk tempat meletakkan tabung reaksi kecil
Corong : untuk mempermudah pengukuran sampel
: untuk mengukur amonia dengan panjang gelombang
Spektofotometer
425µm dan nomor gelombang 380 nm)
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Kamera :
Gelas ukur 25 ml :
Washing bottle :
Botol mineral 600ml :
Beaker glass 100ml :

f. Nitrat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Nitrat adalah


sebagai berikut :
Alat Fungsi
Tabung reaksi kecil : untuk wadah sampel saat diuji dengan menggunkan
spektofotometer
Cawan porselen : untuk wadah sampel yang akan dipanaskan
Spatula : untuk menghomogenkan sampel
Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
Gelas 25 ml : untuk mengukur air sampel yang akan digunakan
Rak : untuk tempat meletakkan tabung reaksi kecil
Nampan : untuk tempat alat dan bahan
Washing bottle : untuk wadah aquadest
Hotplate : untuk memanaskan sampel
Spektofotometer : untuk mengukur kadar nitrat dengan nomor program
380nm dan panjang gelombang 410 nm.
Kamera digital :
Blower :
Botol mineral 600ml :
Beaker glass :

g. Orthofosfat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam perhitungan orthofosfat adalah
sebagai berikut :
Alat Fungsi
Gelas ukur 50 ml : untuk alat mengukur air sampel
Erlenmeyer 50 ml : untuk wadah larutan sampel
Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
: untuk wadah sampel saat diuji dengan menggunkan
Tabung reaksi keci
spektofotometer
Rak tabung reaksi : untuk tempat meletakkan tabung reaksi kecil
: untuk mengukur orthofosfat dengan nomor
Spektrofotometer
gelombang490 nm dan panjang gelombang 690 nm
Washing bottle : untuk wadah aquadest
Kamera digital :
Botol mineral 600ml :
Nampan :
Beaker glass 100 ml :

3.1.1.3 Parameter Biologi

a. Benthos

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengamatan benthos adalah


sebagai berikut :
Alat Fungsi
Botol film : Untuk wadah sampel benthos
Jaring kicking : Untuk menyaring benthos
Nampan : Untuk wadah alat dan bahan
Pinset : Untuk mengambil benthos
Loop : Untuk mengamati morfologi benthos
Buku Prescott : Untuk pedoman identifikasi benthos
Wahing Bottle : Untuk wadah aquades
Kamera digital : untuk mendokumentasikan jalannya praktikum

b. Perifiton

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengamatan perifiton adalah


sebagai berikut :
Alat Fungsi
Botol film : untuk wadah sampel perifiton
Sikat gigi : untuk memisahkan perifiton
Washing bottle : untuk wadah aquades
Mikroskop binokuler : untuk mengamati perifiton
Buku Prescott : untuk mengidentifikasi perifiton
Kamera digital :
Penggaris :
Cutter :
Object glass :
Cover glass :
Nampan :

3.1.2 Bahan beserta Fungsinya

3.1.2.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Suhu adalah


sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Sampel Air Sungai : sebagai sampel yang akan diukur suhunya
Tisu : untuk membersihkan alat yang digunakan

b. Kecepatan Arus

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Kecepatan


Arus adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
: sebagai sampel yang akan diukur kecepatan
Sampel Air Sungai
arusnya

3.1.2.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Potential of


Hydrogen (pH) adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Air Sampel Sungai : sebagai sampel yang akan diukur pH nya
pH Paper : sebagai alat pengukur pH air

b. Dissolved Oxygen (DO)

Adapun Bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Dissolved


Oxygen (DO) adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Air Sampel Sungai : sebagai bahan yang akan diukur kadar DO nya
MnSO4 : sebagai larutan pengikat oksigen di dalam air
NaOH + KI : sebagai larutan pembentuk endapan coklat dan
melepas I2
Na2S2O3 0.025 N : sebagai larutan titrasi
H2SO4 : sebagai larutan pengkondisian asam dan melarutkan
endapan
Aquades : sebagai larutan kalibrasi
Amylum : sebagai larutan pengkondisian suasana basa
Kertas Label : sebagai penanda sampel
Tisu : sebagai pembersih alat yang digunakan

c. Carbon Dioxide (CO2)

Adapun Bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Carbon


Dioxide (CO2) adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
: sebagai indikator suasana basa dan warna merah
Larutan PP
muda
Sampel air : sebagai objek yang diukur kadar CO2 nya
Na2CO3 (0,0454 N) : sebagai larutan titrasi
Aquades : sebagi larutan kalibrasi
Kertas label : sebagai penanda alat
Tisu : sebagai pembersih alat yang digunakan

d. Total Organic Matter (TOM)

Adapun Bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Kecepatan


Total Organic Matter (TOM) adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Sampel Air Sungai : sebagai sampel yang akan diukur kadar TOM nya
KMnO4 : sebagai oksidator dan pengikat bahan organik
Na – Oxalate (0,01 N) : sebagai reduktor
H2SO4 : untuk mempercepat reaksi dan pengkondisian asam
Aquades : sebagai larutan kalibrasi
Tisu : sebagai pembersih alat yang digunakan
Ketas label : sebagai penanda alat

e. Amonia

Adapun Bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Amonia adalah


sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Air Sampel Sungai : sebagai sampel yang akan diukur kadar amonia nya
Larutan nessler : sebagai indikator warna kuning
Aquades : sebagai lautan kalibrasi
Kertas saring : sebagai penyaring air sampel
Kertas label : sebagai penanda alat
Tisu : sebagai pembersih alat yang digunakan
Aluminium foil : sebagai

f. Nitrat
Adapun Bahan-bahan yang digunakan dalam pengukuran Nitrat adalah
sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Asam fenol disulfonik : sebagai pelarut kerak nitrat
Aquades : sebagai larutan kalibrasi dan pengencer
NH4OH : sebagai indikator warna kuning
Kertas saring : untuk penyaring sampel
Air sampel : sebagai sampel yang akan diukur kadar nitrat nya
Kertas label : sebgai penanda alat
Tisu : untuk membersihkan alat yang digunakan
Alumunium foil :

g. Orthofosfat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam perhitungan orthofosfat


adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
: sebagai larutan untuk mengikat fosfat di perairan
Amonium molybdate
menjadi amonium fosfamolybdate
SnCl2 : sebagai indikator warna biru
: sebagai sampel yang akan diukur kadar
Air sampel
orthofosfatnya
Aquades : sebagai larutan kalibrasi
Tisu : sebagai pembersih alat yang digunakan
Aluminum foil :
Kertas label : sebagai pennada alat

3.1.2.3 Parameter Biologi

a. Benthos

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan benthos


adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Kertas label : Sebagai pemberi tanda sampel
Air sungai : Sebagai media hidup benthos
Benthos : Sebagai sampel yang akan diidentifikasi
Alkohol 90% : Sebagai larutan preservasi benthos
Tisu : Sebagai pembersih alat
Akuades : sebagai larutan kalibrasi
b. Perifiton

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan perifiton


adalah sebagai berikut :
Bahan Fungsi
Air sungai : sebagai media hidup perifiton
Perifiton : sebagai organisme yang diamati
Larutan lugol : sebagai larutan preservasi
Aquades : sebagai larutan kalibrasi
Tisu : sebagai pembersih alat yang digunakan
Kertas label : sebagai penanda alat

3.2 Analisa Prosedur

3.2.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Praktikum Ekologi Perairan materi pengukuran suhu, langkah pertama

yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah selanjutnya yaitu

termometer Hg dimasukkan secara langsung kedalam air sungai dengan cara

membelakangi cahaya matahari. Tujuan membelakangi cahaya matahari yaitu

agar tidak ada kontaminasi atau paparan cahaya matahari ke termometer.

Termometer Hg dipegang ujungnya pda bagian tali agar tidak terkontaminasi

dengan suhu tubuh lalu dimasukkan ke dalam sungai. Tunggu selama 2-5 menit

hingga skala pada termometer Hg menunjukkan angka yang stabil. Angkat

termometer Hg dan catat hasilnya dan dikomentasikan.

b. Kecepatan Arus

Praktikum Ekologi Perairan materi pengukuran kecepatan arus, langkah

pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan

berupa 2 botol mineral yang diikat tali raffia dengan panjang 5 m dan jarak antar

kedua botol 30 cm. Kemudian diisi salah satu botol dengan air yang berfungsi

sebagai pemberat, lalu botol dihanyutkan di perairan sungai sampai semua tali

terbentang sambil dihitung waktu yang dibutuhkan untuk semua tali terbentang
dengan menggunakan stopwatch. Catat waktunya dan hitung kecepatan arus

dengan menggunakan rumus :

V=
Dimana:
V = kecepatan arus (m/s),
S = jarak (m)
T = waktu (s).
lalu dicatat hasinya dan didokumentasikan.

3.2.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

Praktikum Ekologi Perairan materi pengukuran Ph, langkah pertama yang

dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Langkah selanjutnya, menghitung

pH menggunakan pH paper, yaitu dengan mencelupkan pH paper ke dalam air

sampel dan didiamkan selama 1 menit. Setelah itu pH paper dikibas - kibaskan

sampai setengah kering. Kemudian dicocokkan perubahan warna pH paper

dengan kotak standar pH lalu catat hasilnya dan didokumentasikan.

b. Dissolved Oxygen (DO)

Pada Praktikum Ekologi Perairan materi Dissolved Oxygen (DO), langkah

pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah

selanjutnya, mengambil sampel air dengan cara memasukkan botol DO kedalam

perairan dengan kemiringan 45° dan tutup botol DO saat masih berada didalam

perairan dengan syarat tidak boleh terdapat gelembung udara karena dapat

berpengaruh terhadap kadar DO yang diukur. Kemudian ditambahkan 2 ml

MnSO4 untuk mengikat oksigen dan 2 ml NaOH+KI untuk membentuk endapan

coklat dan melepas I2, lalu di homogenkan sampai terbentuk endapan coklat,

kemudian air bening yang berada di atas endapan dibuang secara perlahan.

Langkah berikutnya yaitu, dambahkan 2 ml H 2SO4 (1:1) untuk melarutkan

endapan coklat dan pengkondisian asam, lalu dihomogenkan sampai endapan

larut. Langkah terakhir yaitu menambahkan 4 tetes amilum untuk pengkondisian


suasana basa dan sebagai indikator warna ungu, kemudian dititrasi dengan Na-

thiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N sampai berubah menjadi bening atau tidak berwarna

untuk pertama kali. Dicatat ml titrat yang terpakai dengan rumus :

Keterangan :

V titran = volume titrasi

N titran= normalitas

8 = Ar O

1000 = konversi dari liter ke mililiter

4 =.2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI

lalu dicatat hasilnya dan didokumentasikan`

c. Carbon Dioxide (CO2)

Pada Praktikum Ekologi Perairan materi Carbon Dioxide (CO2), langkah

pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah

selanjutnya yaitu mengukur air sampel sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur,

kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan indikator

PP sebanyak 3 tetes, jika air berwarna merah jambu berarti air sampai tersebut

tidak mengandung CO2 bebas, tetapi jika air sampel berwarna bening alias tetap

tidak berwarna, maka selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan Na 2CO3 0,0454

N, dilakukan titrasi sampai air sampel berubah warna menjadi merah jambu

pertama kali. Langkah terakhir dihitung kadar CO2 dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

V titran = volume Na2CO3 yang terpakai saat titrasi


N titran = normalitas Na2CO3 (0,0454N)

1000 = konversi dari liter ke mililiter

V air sampel = Volume air sampel

lalu dicatat hasilnya dan didokumentasikan.

d. Total Organic Matter (TOM)

Pada Praktikum Ekologi Perairan materi Total Organic Matter (TOM),

langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah

selanjutnya, mengambil air sampel sebanyak 12,5 ml, lalu air sampel tersebut

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2,4 ml KMnO4 0,01N

menggunakan pipet volume. Larutan KMnO4 tersebut berfungsi untuk mengikat

bahan organik dan sebagai oksidator. Langkah berikutnya, ditambahkan H2SO4

(1:4) sebanyak 2,5 ml, funsi dari larutan ini yaitu sebagai katalisator. Kemudian

dipanaskan dengan hot plate sampai suhu 75°C kemudian diangkat, suhu

tersebut merupakan suhu optimal KMnO4 bekerja lalu diamkan sampai dengan

suhu 65°C. kemudian ditambahkan dengan Na-oxalate 0,01N perlahan sampai

tidak berwarna lalu dititrasi dengan dengan KMnO4 0,01N sampai terbentuk

warna merah jambu dicatat sebagai ml titran (x ml). Langkah selanjutnya diambil

12,5 ml aquades, larutan berfungsi sebagai larutan standar lalu dilakukan

prosedur yang sama seperti air sampel sebelumnya dengan bahan aquades dan

dicatat titran yang digunakan sebagai (y ml) sebagai pembanding lalu dihitung

kadar TOM menggunakan rumus:

Keterangan :

x (ml) = volume titran pada air sampel

y (ml) = voluume titran pada akuades

31,6 = ½ dari Mr
0,01 = Normalitas Na-oxalate

1000 = konversi dari liter ke mililiter

ml air sampel = volume air sampel

lalu dicatat hasilnya dan didokumentasikan.

e. Amonia

Pada Praktikum Ekologi Perairan materi pengukuran amonia, langkah

pertama yang dilakukan yaitu menyiakan alat dan bahan. Langkah selanjutnya

saring sampel menggunakan kertas saring ke dalam gelas ukur hingga mencapai

25 ml kemudian dimasukkan kedalam beaker glass lalu ditambahkan dengan

larutan nessler seanyak 0,5 ml lalu didiamkan kurang lebih selama 10 menit.

Fungsi dari larutan nessler yaitu untuk mengikat amonia. Langkah berikutnya,

sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil dan ditutup dengan aluminium

foil kemudian dhitung kadar amonia menggunakan spektrofotometer. Cara

penggunaan spektofotometer yaitu, pertama sambungkan ke sumber listrik lalu

tekan power dan ditunggu hingga sellfest menjadi 0. Selanjutnya tekan method

dan diukur nomer program yaitu 380nm lalu tekan enter. Kemudian diatur

panjang gelombang sesuai dengan parameter yang diukur, panjnag gelombang

yaitu 420nm lalu tekan enter. Sampel blanko kemudia dimasukkan dan tekan

zero hingga muncul angka 0,00 mg/l dan terakhir catat hasilnya dan

didokumentasikan.

f. Nitrat

Praktikum Ekologi Perairan materi pengukuran nitrat langkah pertama

yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah selanjutnya yaitu

mengambil air sampel sebanyak 12,5 ml dan menyaringnya, lalu dimasukkan ke

dalam cawan porselen. Selanjutnya, cawan porselen dipanaskan di atas hotplate

sampai terbentuk kerak lalu di dinginkan. Kemudian ditambahkan asam fenol

disulfonik 6-7 tetes untuk melarutkan kerak nitrat dan diaduk dengan spatula
agar homogen, lalu diencerkan dengan 3 ml aquades. Langkah selanjutnya yaitu

menambahkan NH4OH sampai berwarna kekuningan, lalu diencerkan lagi

dengan aquades sampai 12,5 ml. Masukkan ke dalam tabung reaksi kecil dan

tuutp dengan aluminium foil hingga rapat agar suhu tetap optimal. Hitung kadar

nitrat dengan menggunakan spektofotometer. Cara penggunaan spektofotometer

yaitu, pertama sambungkan ke sumber listrik lalu tekan power dan ditunggu

hingga sellfest menjadi 0. Selanjutnya tekan method dan diukur nomer program

yaitu 353nm lalu tekan enter. Kemudian diatur panjang gelombang sesuai

dengan parameter yang diukur, panjnag gelombang yaitu 410nm lalu tekan enter.

Sampel blanko kemudia dimasukkan dan tekan zero hingga muncul angka 0,00

mg/l dan terakhir catat hasilnya dan didokumentasikan.

g. Orthofosfat

Praktikum Ekologi Perairan materi pengukuran orthofosfat langkah

pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah

selanjutnya yaitu, air sampel diambil dan disaring sebanyak 12,5 ml lalu

dimasukkan ke dalam erlenmayer. Kemudian ditambahkan 0,5 ml ammonium

molybdate yang berfungsi untuk mengikat fosfat di perairan menjadi amonium

fosfomolybdate lalu dihomogenkan. Selanjutnya, ditambahkan larutan SnCl2

sebanyak 3 tetes yang berfungsi sebagai indikator warna biru lalu homogenkan

dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil, ditutup dengan aluminium foil dan

hitung kadar orthofosfat dengan menggunakan spektrofotometer. Cara

penggunaan spektofotometer yaitu, pertama sambungkan ke sumber listrik lalu

tekan power dan ditunggu hingga sellfest menjadi 0. Selanjutnya tekan method

dan diukur nomer program yaitu 490nm lalu tekan enter. Kemudian diatur

panjang gelombang sesuai dengan parameter yang diukur, panjnag gelombang

yaitu 690nm lalu tekan enter. Sampel blanko kemudian dimasukkan dan tekan
zero hingga muncul angka 0,00 mg/l dan terakhir catat hasilnya dan

didokumentasikan.

3.2.3 Parameter Biologi

a. Benthos

Praktikum Ekologi Perairan materi benthos dilakukan dua kali prosedur

kerja, yaitu pengambilan sampel benthos dan perhitungan kelimpahan benthos.

Langkah pertama yang dilakukan pada pengambilan benthos yaitu menyiapkan

alat dan bahan. Pengambilan benthos dilakukan di aliran sungai dengan

menggunakan jaring kicking. Cara menggunakan jaring kicking yaitu jaring

dipegang dengan arah melawan arus, kemudian diaduk dasar perairan dengan

dua kaki secara bersamaan untuk melepas organisme dari dasar perairan agar

masuk ke dalam jaring. Selanjutnya, jaring dibalik ke arah luar untuk

memindahkan sampel ke dalam botol film. Sampel benthos diambil dengan

menggunakan pinset. Sampel benthos yang sudah dimasukkan ke botol film

kemudian diawetkan dengan menggunakan alkohol 96% karena konsentrasinya

lebih kuat untuk mengawetkan benthos daripada menggunakan lugo, untuk

selanjutnya dilakukan identifikasi benthos di laboratorium. Sampel benthos yang

sudah diawetkan dikeluarkan dari botol film dengan pinset. Kemudian diletakkan

diatas tisu diatas nampan dan diamati secara langsung dengan menggunakan

loop. Benthos diamati bentuk dan jenisnya kemudia dicocokkan dengan buku

Prescott, Setelah itu dihitung kelimpahan benthos dengan menggunakan rumus :

N=

Dimana :

N = Kelimpahan benthos (individu/m2)

n = jumlah benthos (individu)

A = Luas (m2)

NN==
b. Perifiton

Pada Praktikum Ekologi Perairan materi perifiton dilakukan dua kali

prosedur kerja, yaitu pengambilan sampel perifiton dan perhitungan kelimpahan

perifiton. Langkah pertama yang dilakukan pada saat pengambilan perifiton yaitu

menyiapkan alat dan bahan. Pengambilan perifiton dilakukan pada substrat

perairan berbatu lalu ditandai dengan cutter pada permukaan substrat dengan

luas 3x3 cm. Kemudian disikat atau dikerik bagian permukaan yang sudah di

tandai. Hasil dari kerikan tersebut kemudian dimasukkan kedalam botol film dan

beri larutan aquades hingga botol film penuh. Kemudian diawetkan sampel

peifiton tersebut dengan memberikan lugol sebanyak 2-5 tetes. Sampel perifiton

yang sudah diawetkan dikeluarkan dari botol film dengan menggunakan pipet

tetes kemudian diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes agar tidak

menggumpal dan ditutup dengan menggunakan cover glass dengan kemiringan

450 hingga tidak ada gelembung udara. Diamati dibawah mikroskop dengan

perbesaran 400x. kemudian amati dan hitung jumplah perifiton pada tiap bidang

pandangnya. Kemudiaan identifikasi menggunakan buku identifikasi Prescott dan

hitung kelimpahan perifiton dengan rumus :

Dimana :

N = kelimpahan perifiton (ind/cm2 )


n = jumlah perifiton
As = luas substrat yang dikerik (3x3 cm)
At = luas penampang permukaan SRC (mm2 )
Ac = luas amatan (mm2)

Vt = volume konsentrat pada botol

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Lingkungan Pengamatan

4.1.1 Stasiun Benthos

2.1.2 Stasiun Perifiton

4.2 Analisis Hasil Pengamatan Tiap Parameter

4.2.1 Parameter Fisika

a. Suhu

b. Kecepatan Arus

4.2.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

b. Dissolved Oxygen (DO)

c. Carbon Dioxide (CO2)

d. Total Organic Matter (TOM)

e. Amonia

f. Nitrat

g. Orthofosfat

4.2.3 Parameter Biologi

a. Benthos

b. Perifiton

4.3 kualitas Perairan di Bedengan

4.4 Faktor Koreksi

4.5 Manfaat di Bidang Perikanan


5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Asriani, W. O., Emiyarti dan E. Ishak. 2013. Studi kualitas lingkungan di sekitar
pelabuhan bongkar muat nikel (Ni) dan hubungannya dengan struktur
komunitas makrozoobentos di perairan Desa Motui Kabupaten Konawe
Utara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3 (12): 22-35.
Furaidah, Z dan C. Retnaningdyah. 2013. Perbandingan kualitas air irigasi di
pertanian organik dan anorganik berdasarkan sifat fisika - kimia dan
makroinvertebrata bentos (studi kasus di Desa Sumber Ngepoh,
Lawang Kabupaten Malang). Jurnal Biotropika. 1 (4): 154-159.
Apriyanti, E., A. Ihwan dan M. I. Jumarang.2016. Analisis kualitas air di parit
besar Sungai Jawi Kota Pontianak. Prisma Fisika. 4 (3): 101-108.
Arizuna, M., D. Suprapto dan M. R. Muskananfol. 2014. Kandungan nitrat dan
fosfat dalam air pori sedimen di sungai dan muara sungai Wedung
Demak. Diponegoro Journal of Maquares. 3 (1): 7-16.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

- Parameter Fisika
a. Suhu
b. Kecepatan Arus
- Parameter Kimia
a. Potential of Hydrogen (pH)
b. Dissolved Oxygen (DO)
c. Carbon Dioxide (CO2)
d. Total Organic Matter (TOM)
e. Amonia
f. Nitrat
g. Orthofosfat
- Parameter Biologi
a. Benthos
b. Perifiton
Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Organisme Perairan

- Stasiun Benthos dan Perhitungannya

No. Gambar Jumlah Klasifikasi Kelimpahan


1

Perhitngan:

- Stasiun Perifiton dan Perhitungannya

BP Gambar Jumlah Klasifikasi Kelimpahan


Perhitungan:
Lampiran 3. Data Hasil Kualitas Air

- Stasiun Benthos dan Perhitungannya

No. Parameter Hasil Pengukuran


1 Suhu
2 Kecepatan Arus
3 pH
4 DO
5 CO2
6 TOM
7 Amonia
8 Nitrat
9 Orthofosfat

- Stasiun Perifiton dan Perhitungannya

No. Parameter Hasil Pengukuran


1 Suhu
2 Kecepatan Arus
3 pH
4 DO
5 CO2
6 TOM
7 Amonia
8 Nitrat
9 Orthofosfat
- Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
- Lampiran 5. Terminologi

Anda mungkin juga menyukai