Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KIMIA

(PENGOLAHAN LIMBAH & PENCEMARAN


LINGKUNGAN)
SMA NEGERI 1 BARAT
Tahun Ajaran 2013/2014

Di Susun oleh :
NAMA : 1.FAJRI MEGA L. (16)
2.NINDYA GUPITA A. (23)
KELAS : X.1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Berkat kudrat dan iradat-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah “Pengolahan Limbah dan Pencemaran
Lingkungan.”
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan
dan arahan kepada penyusun.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Selasa, 20 Mei 2014


Penyusun
………….………….
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah merupakan benda yang tidak diperlukan, limbah pada umumnya mengandung
bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi. Bila dikembalikan ke alam dalam jumlah
besar, limbah akan terakumulasi di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem
Alam. Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem dengan
baik.Pengelolahan limbah merupakan upaya merencanakan melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi pendaya gunaan limbah,serta pengendalian dampak yang
ditimbulkannya.Upaya pengelolahan limbah memerlukan pengetahuan tentang limbah
unsur-unsur yang terkandung serta penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan
selain itu perlu keterampilan mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang
jumlah limbah yang terbuang ke alam.
Makalah ini akan membahas tentang pengelolahan limbah dan pencemaran lingkungan
dengan tata cara yang baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengolah limbah yang benar ?
2. Bagaimana cara mengatasi pencemaran lingkungan ?
C. Tujuan
Dengan adanya makalah ini mudah mudahan pembaca dapat menambah wawasan tentang
materi pengelolahan limbah dan pencemaran lingkungan agar limbah dapat di
manfaatkan untuk hal-hal yang berguna dan bukan sebagai sampah biasa.
D. Hipotesis penelitian
Jika limbah padat, cair, dan gas terus bartambah, maka akan terjadi
kerusakanekosistem dan pencemaran lingkungan.
1. Hipotesis Alternatif : Terdapat pengaruh limbah padat, cair, dan gas terhadap
kerusakan ekosistem dan pencemaran lingkungan.
BAB II

METODE PENGOLAHAN AIR LIMBAH


A.Pengertian Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.

Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah
dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut
beberapa pendapat antara lain:

1. Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan,
merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
2. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air
yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
3. Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
4. Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan
rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya.
Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

Lingkungan hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang baik.
Secara ilmiah lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang
timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum
dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:

1. Pengenceran atau Dilution

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti
makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu
banyak dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.

2. Kolam Oksidasi atau Oxidation Ponds

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam
besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak
perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang
terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Cara kerjanya untuk kolam
oksidasi atau Oxidation Ponds adalah sebagai berikut:

a. Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah sinar matahari,
ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya dalam air limbah
melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan
subur.
b. Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O dan CO2 oleh chlorophyl
dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 atau oksigen. Kemudian oksigen ini
digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang
terdapat dalam air buangan disamping itu terjadi pengendapan.
c. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut akan berkurang sehingga relatif aman
bila akan dibuang ke dalam badan-badan air seperti kali, danau, sungai.
3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk ke
dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan
dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi
untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya di mana kandungan zat-zat organik
dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
Sebagai patokan dapat dipergunakan acuan bahwa 85-95% dari jumlah air yang dipergunakan
menjadi air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air limbah tersebut
(Sugiharto,1987). Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang
80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi
dalam bentuk yang sudah kotor atau tercemar. Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir
ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air limbah ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga atau domestic wastes water, yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari
ekskreta yaitu tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya
terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air limbah industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-
zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang
dipakai oleh masing-masing industri, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak,
garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi
lebih rumit.
3. Air limbah kotapraja atau municipal wastes water yaitu air buangan yang berasal dari
daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah,
dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga.
Gambar Air Limbah yang Berasal dari Industri

Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang
tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisika, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak selalu
berjalan sendirisendiri tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinasi antara satu
dengan yang lainnya. Ketiga proses tersebut yaitu (Daryanto, 1995):

1. Karakteristik fisik

Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat tersuspensi), atau
dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga menggunakan metode ini
untuk pimisahan. Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-
bahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu
proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).

2. Karakteristik kimiawi

Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk
mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia
untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk
dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik
beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara kimia
dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena memerlukan
bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).

3. Karakteristik bakteriologis

Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metoda pengolahan biologis
dengan segala modifikasinya (Tjokrokusumo, 1995).
Pengolahan air limbah secara biologis, antra lain bertujuan untuk menghilangkan bahan
organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan
atau filter telah dikenal luas guna menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara
ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis
media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter
ditempatkan dalam suatu bak atau tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah
bawah ke atas (Laksmi dan Rahayu, 1993). Selain melakukan pencegahan perlu adapun cara atau
teknik pengolahan air limbah. Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi,
mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini adalah
tahap-tahapannya:

1.Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi
pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation,
flotation, sedimentation, dan filtration.

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang
tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan
pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated
lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.

4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta
thickening gravity or flotation.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah
kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration,
centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

Gambar Wastewater Treatment Proces


B. Pengolahan Air Limbah

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA FISIKA

Proses pengolahan yang termasuk pengolahan fisika antara lain pengolahan dengan
menggunakan screen, sieves, dan filter; pemisahan dengan memanfaatkan gaya gravitasi
(sedimentasi atau oil/water separator); serta flotasi, adsorbsi, dan stipping.
Dalam pembuangan air limbah, pada umumnya perlu dilakukan pengurangan laju alir dan
bahan organic. Prinsip yang penting adalah mengurangi emisi dan mengembalikan bahan-bahan
yang berguna kedalam sumbernya. IPAL yang baik hanya membutuhkan sedikit perawatan,
sedikit perawatan, aman dalam pengoperasian, dan menghasilkan sedikit produk sampingan
(mis: limpur). Pemisahan padatan-padatan dari cairan atau air limbah merupakan tahapan
pengolahan yang sangat penting untuk mengurangi beban dan mengembalikan bahan-bahan yang
bermanfaat serta mengurangi risiko rusaknya peralatan akibat adanya kebuntuan (clogging) pada
pipa, valve, dan pompa. Proses ini juga mengurangi abrasivitas cairan terhadap pompa dan alat
ukur, yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap biaya operasi dan perawatan peralatan.
Ada dua prinsip utama yang dapat diterapkan dalam pemisahan padatan, yaitu;
1. Screening
Screening biasanya merupakan tahap awal proses pengolahan air limbah. Proses ini
bertujuan untuk memisahkan potongan-potongan kayu, plastik, dan sebagainya. “Screen” terdiri
dari atas batangan-batangan besi yang berbentuk lurus atau melengkung dan biasanya dipasang
dengan tingkat kemiringan 750– 900 terhadap horizontal.
Efektifitas proses tergantung pada jarak antarbar. Pada screen halus jarak antarbar berkisar
antara 5 mm – 15 mm, medium screen 15 mm – 50 mm, dan screen kasar lebih dari 50 mm.
Pembersihan screen dapat dilakukan secara manual (menggunakan garpu tangan) atau
dengan menggunakan alat pembersih mekanis yang dilengkapi dengan motor elektrik. Bar screen
mekanik otomatis sering kali dilindungi dengan pre-screening, yang dipasang pada jarak 100 mm
dari sistem by pass untuk mengatasi kemungkinan tidak beroperasinya screen utama. Macam-
macam screening yaitu:
 Bar Screen dengan Pembersihan Manual
 Curved Screen
 Straight Screen Otomatis
 Basket Screen
 Screening Press
2. Grit Chamber
Grit chamber bertujuan untuk menghilangkan kerikil, pasir, dan partikel – partikel lain yang
dapat mengendap didalam saluran dan pipa-pipa serta untuk melindungi pompa-pompa dan
peralatan lain dari penyumbatan, abrasi, dan overloading. Grit removal digunakan untuk
mengambil padatan-padatan yang memiliki ukuran partikel lebih kecil dari 0,2 mm. Macam -
macam grit yaitu:

 Grit Removal Sederhana


 Circular Grit Removal
3. Sieves
Berbeda dengan screen yang menggunakan bar, strainer menggunakan anyaman kawat
logam atau plastik, ataupun pelat berlubang (perforated plate). Ukuran bukaan biasanya berkisar
antara 0,02 mm atau lebih kecil. Peralatan ini biasa digunakan untuk mengembalikan bahan-
bahan yang masih bermanfaat. Macam – macam jenis strainer, yaitu:

 Curved Strainer
 Rotary Strainer
 Spiral Sieves
 Band Strainer

4. Equalisasi
Equalisasi laju air digunakan untuk menangani variasi laju alir dan memperbaiki
performance proses – proses selanjutnya. Disamping itu, equilasasi juga bermanfaat untuk
mengurangi ukuran dan biaya. Pada dasarnya equilisasi dibuat untuk meredam fluktuasi air
limbah sehingga dapat masuk kedalam air IPAL secara konstan.
Secara ringkas, hal-hal penting dalam proses equilisasi adalah sebagai berikut.
a. Lokasi equilisasi tergantung pada jenis pengolahan dan karakteristik air limbah, biasanya
sebelum bak pengendapan awal dan aerasi
b. Dalam pelaksanaan equilisasi dibutuhkan pengadukan untuk mencegah pengendapan dan aerasi
untuk menghilangkan bau.
c. Equlisasi biasanya dilaksanakan bersamaan dengan netralisasi.
d. Dasar – dasar perencanaan Equlisasi:
1) Energy pengadukan sebesar 5 – 10 watt/m3;
2) Alat pengadukan meliputi shaft vertical atau horizontal mixer, submerged mixer, jet mixer, dan
surface aerator atau blower;
3) Pemilihan material: baja beton, GRP (Glass Reinforced Plastic), batukali atau geomembrane;
4) Dapat dilengkapi penutup ataupun tanpa penutup
5) Level bervariasi atau konstan; dan
6) Otomatisasi atau system control (pHIR, TIR, LIRC).
5. Sedimentasi
Beberapa hal mengenai sedimentasi primer yang penting untuk diperhatiakan adalah sebagai
berikut.
a. Sedimentasi bertujuan untuk memisahkan padatan – padatan
b. Proses ini mengurangi beban air limbah sebesar 50% - 70% SS dan 30% - 40% BOD5 (typically)
c. Sedimentasi dapat dilakukan dengan ataupun tanpa bahan kimia
d. Jenis – jenis sedimentasi antara lain horizontal flow, solit contact, atau inclined surface
f. Dasar – dasar perencanaan bak sedimentasi adalah sebagai berikut
1. Overflow rate, rata – rata : 30 – 50 m3/ m2 hari
2. Overflow rate, tertinggi : 70 – 130 m3/ m2 hari
3. Detention time : 2 – 3 jam
4. Weir loading rate : < 350 m3/ m hari
5. Rectangular, length : 10 m – 100 m
6. Rectangular, length/ width ratio : 1,0 – 7,5
7. Rectangular, length / depth ratio : 4,2 – 25,0 m
8. Rectangular, side water depth : 2,5 – 5, 0
9. Rectangular,width : 3,0 m – 24,0 m
10. Circular, diameter : 3,0 – 60,0 m
11. Circular, side water depth : 3,0 m – 6,0 m
g. Kecepatan air pada pipa masuk sekitar 0,3 m / detik
h. Kemiringan pada bak sedimentasi empat adalah 1% - 2%
i. Kemiringan pada bak sedimentasibundar adalah 4 mm – 100 mm / 1 cm
j. Kecepatan scraper adalah0,02 – 0,06 rev / menit
k. Scraper terdiri atas top scraper / scum scraper dan boks, jembatan centre well, dan electrical
geared motor
l. Centre well dan channel dapat terbuat dari beton atau besi
m. Transfer lumpur dapat menggunakan break tank atau langsung dari underflow pipe
n. Dapat menggunakan selfpriming pump atau progressivecavity pump yang dilengkapi dengan
pengontrol waktu
PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA KIMIA
Pengolahan air limbah secara KIMIA merupakan pengolahan air limbah dengan penambahan
bahan kimia (padat, cair, dan gas) kedalam air limbah. Beberapa proses pengolahan air limbah
secara kimia seperti Netralisasi, Koagulasi/flokulasi, dan gas transfer, setiap proses mempunyai
tujuan tertentu.

a. Proses Netralisasi
Proses netralisasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat keasaman (pH) air
limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses (pengkondisian) air limbah sebelum dilakukan
proses lanjutan atau pada akhir proses sebelum air limbah dibuang kelingkungan dalam rangka
memenuhi standar baku mutu air limbah yaitu pH 6-9.

Beberapa air limbah memiliki derajat keasaman (pH) asam dan basa, dalam proses
netralisasi diharapkan pH air limbah menjadi netral atau berkisar 6-9. Berbagai reaksi yang
terjadi pada proses netralisasi

YOH + HX → XY + H2O

Y dan X mewakili monovalen kation dan anion, XY merupakan garam yang terbentuk, sebagai
contoh reaksi netralisasi yaitu natrium hidroksida dengan asam clorida seperti berikut.

HCl + NaOH → NaCl + H2O


Dimana Na merupakan Y dan Cl merupakan X, pada reaksi tersebut akan dihasilkan garam yaitu
NaCl. Berbagai reaksi netralisasi seperti berikut :

HCl + NaOH → NaCl + H2O

H2SO4 + NaOH → Na2SO4 + H2O

Reaksi yang terjadi pada netralisasi ada yang bersifat eksotermis (the enthalpy of
neutralization) seperti reaksi antara natrium hidroksida dengan asam clorida, dan bersifat
endotermis yaitu natrium karbonat dengan asam asetat. Pada air limbah yang bersifat asam,
dibutuhkan basa untuk netralisasi dan sebaliknya. Pada netralisasi air limbah dapat pula
terbentuk padatan sehingga dibutuhkan proses pemisahan padatan.
b. Proses Koagulasi-Flokulasi

Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah secara kimia
yaitu dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Air limbah pada umumnya
mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid (berukuran < 1 mikron), bahan terlarut
(berukuran < nanometer). Padatan-padatan dalam air pada umumnya bermuatan negatif dan
padatan-padatan tersebut sangat sulit dipisahkan secara fisik (sedimentasi dan filtrasi dengan
media padat) dan dapat dilakukan secara kimia melalui proses koagulasi-flokulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel, sedangakan flokulasi merupakan
proses penggabungan partikel yang telah mengalami proses destabilisasi, mekanisme
destabilisasi partikel seperti terlihat dalam gambar berikut. Proses destabilisasi partikel dilakukan
dengan penambahan bahan kimia yang bermuatan positif yang dapat menyelimuti permukaan
partikel sehingga partikel tersebut dapat berikatan dengan partikel lainnya. Partikel yang telah
berikatan akan mudah untuk dipisahkan secara fisik (sedimentasi, flotasi, dan filtrasi). Proses
flokulasi dibutuhkan untuk penggabungan partikel dengan mennggunakan bahan kimia sehingga
mempercepat waktu pengendapan partikel (flok).

Pada proses koagulasi (destabilisasi) dibutuhkan bahan kimia yang mampu merubah
muatan partikel, perubahan muatan partikel dapat dilakukan dengan berbagai bahan kimia tetapi
bahan kimia yang bervalensi 3 (trivalent) sepuluh kali lebih efektif dibanding dengan bervalensi
2 (divalent). Bahan kimia yang sering dipergunakan dalam proses koagulasi seperti tercantum
dalam tabel berikut.

Koagulan Formula Berat molekul

Aluminium sulphate Al2(SO4)3 .18 H2O 666,7

Ferrous sulphate Fe (SO4). 7 H2O 278,0

Lime Ca(OH)2 56 sebagai CaO

Ferric chloride FeCl3 162,1


Ferric sulphate Fe2(SO4)3 400

Berbagai reaksi yang terjadi pada penambahan koagulan kedalam air atau air limbah seperti
reaksi-reaksi berikut
ALUMINIUM SULPHATE
Al2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6 CO2

Aluminum + Calcium Aluminum + Calcium + Carbon

Sulfate Bicarbonate Hydroxide Sulfate Dioxide

(ada dalam air

yang diolah)

FERRIC SULFATE

Fe2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6 CO2

Ferric + Calcium Ferric + Calcium + Carbon


Sulfate Bicarbonate Hydroxide Sulfate Dioxide

FERRIC CHLORIDE

2 Fe Cl3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2

Ferric + Calcium Ferric + Calcium + Carbon


Chloride Bicarbonate Hydroxide Chloride Dioxide

FERROUS SULFATE

FeS04 + Ca(HCO3)2 → Fe(OH)2 + CaS04 + 2CO2

Ferrous + Calcium Ferrous + Calcium + Carbon


Sulfate Bicarbonate Hydroxide Sulfate Dioxide

SODIUM ALUMINATE

2 Na2Al2O4 + Ca(HCO3)2 → 8 Al(OH)3 + 3 Na2CO3 + 6 H20

Sodium + Calcium Aluminum + Sodium + Water Aluminate


Carbonate Hydroxide Carbonate
Na2Al2O4 + CO2 → 2 Al(OH)3 + NaCO3
Sodium + Carbon Aluminum + Sodium

Aluminate Dioxide Hydroxide Carbonate

Na2Al2O4 + MgCO3 → MgAl2O4 + Na2CO3

Sodium + Magnesium Magnesium + Sodium

Aluminate Carbonate Aluminate Carbonat

Berbagai parameter perancangan sedimentasi untuk koagulasi berdasarkan jenis koagulan yang
dipergunakan seperti tercantum dalam tabel berikut

Tabel .Perancangan sedimentasi berdasarkan jenis koagulan

Jenis Koagulan Laju alir limpahan Waktu tinggal


(jam)
(gallon/hari-ft2)

Aluminium 500 - 800 2–8

Besi 700 - 1000 2–8

Kapur-Soda 700 - 1500 4–8

Hasil Koagulasi Pengendapan flok dalam tabung

Flokulasi merupakan suatu peristiwa penggabungan partikel-partikel yang telah mengalami


proses destabilisasi (koagulasi) dengan penambahan bahan kimia (flokulan) sehingga terbentuk
partikel dengan ukuran lebih besar (macrofloc) yang mudah untuk diendapkan. Mekanisme
flokulasi seperti terlihat dalam gambar 4.4. berikut.

Beberapa jenis bahan kimia yang berfungsi sebagai flokulan seperti tercantum dalam tabel
berikut.

Tabel .Jenis flokulan


Sumber flokulan Jenis flokulan

Flokulan Mineral Silika aktif

Tanah liat (koloid) : bentonit

Logam hidroksida (aluminium dan ferri hidroksida)

Flokulan organic Turunan pati (pati singkong, dan kentang)

Polisakarida

Kitosan

Gelatin dan alginat

Flokulan sintetis Polyethylene-imines (cationic)

Polyamides-amines (cationic)

Polyamines (cationic)

Polyethylene-oxide (nonionic)

Komponen karboksil dan sulfonate (anionic)

Polyacrylamide (nonionic)

Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi dengan berbagai kebutuhan


sehingga flokulan ini diproduksi bermuatan negatif (anionic), bermuatan positif (cationic) dan
netral (nonionic), flokulan bermuatan negatif dapat bereaksi dengan partikel bermuatan negatif
seperti garam-garam dan logam-logam hidroksida, sedangkan flokulan yang bermuatan positif
akan bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun bahan-bahan organik,
tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan negatif dapat mengikat tanah liat
yang bermuatan negatif.
Dalam proses koagulasi-flokulasi beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Konsentrasi padatan yang terkandung dalam air limbah. Konsentrasi padatan atau zat
terlarut dalam air limbah akan mempengaruhi kebutuhan konsentrasi koagulan yang
dibutuhkan dalam pengolahan air limbah, pada umumnya jika konsentrasi padatan atau
zat terlarutnya tinggi akan dibutuhkan konsentrasi koagulan yang lebih kecil (diperlukan
penelitian pendahuluan)
2. Jenis koagulan yang dipergunakan. Jenis koagulan yang akan diaplikasikan tergantung
pada karakteristik air limbahnya, hal ini disebabkan karena jenis koagulan tertentu akan
bekerja baik pada derajat keasaman (pH) air limbah tertentu.
3. Kecepatan putaran pengaduk (jika menggunakan tangki berpengaduk). Kecepatan
putaran pengaduk pada pengolahan dengan tangki berpengaduk berpengaruh terhadap
ukuran flok yang terbentuk, kecepatan putaran pengaduk dapat memecah flok yang sudah
terbentuk. Untuk proses koagulasi kecepatan putaran pengaduk sekitar 100 rpm,
sedangkan pada proses flokulasi lebih lambat sekitar 50 rpm.
4. Kecepatan aliran air limbah masuk dalam tangki (jika kecepatan aliran dimanfaatkan
untuk pengadukan)
5. Waktu pengadukan (waktu tinggal). Waktu pengadukan berkaitan dengan mekanisme
pembentukan flok, semakin lama waktu pengadukan pembentukan floknya akan semakin
sempurna dan mudah untuk diendapkan, tetapi jika terlalu lama terkadang flok yang
sudah terbentuk akan pecah kembali.
6. Jenis padatan (flok) yang dihasilkan. Jenis flok yang terbentuk tergantung pada jenis air
limbah dan koagulan yang dipergunakan, pada pemakain jenis koagulan tertentu akan
menghasilkan flok tertentu, kekuatan flok tertentu dan berat jenis flok tertentu. Dalam
proses pengolahan air limbah secara kimia yang diharapkan adalah terbentuk flok yang
kuat dan mudah untuk diendapkan dan pengendapan membutuhkan waktu yang relatif
cepat.
7. Pengelolaan flok yang dihasilkan. Pada proses pengolahan air limbah secara kimia
dihasilkan padatan (flok), flok yang dihasilkan perlu dilakukan pengelolaan sehingga
tidak menghasilkan limbah padat meskipun jumlahnya tidak banyak. Dalam pengelolaan
flok yang perlu diperhatikan adalah apakah flok dapat dioleh kembali menjadi bahan
kimia baru, produk baru dan sebagainya.
OPTIMASI PROSES KOAGULASI DAN FLOKULASI

Keberhasilan proses koagulasi dan flokulasi dalam pengolahan air limbah dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya :
1.Konsentrasi koagulan
2.Kecepatan Putaran Pengadukan
3.Waktu Pengadukan
Dalam optimasi proses diarahkan kepada perancangan peralatan tangki berpengaduk yang
efisien. Untuk optimasi proses dipergunakan persamaan Camp, yang dikenal dengan bilangan
Camp yaitu menghubungkan GRADIEN KECEPATAN dengan Waktu Pengadukan :
Bilangan Camp (Ca) = Gradien Kecepatan x waktu pengadukan.

Gradien kecepatan (G) merupakan fungsi dari Daya yang dibutuhkan (P), Viskositas air limbah
(Mu) dan Volume air limbah (V).

G = {P/(Mu x V)}^0,5 tanda (^) ini berarti pangkat

Daya (P) merupakan fungsi dari kecepatan putaran pengaduk (rev), luas penampang pengaduk
(A), densitas air limbah (rho), dan drag coefisien (CD). dan Persamaannya seperti berikut.

P = (CD x A x rho x Rev^3 )/2

CD : drag coefisien yang merupakan fungsi dari bilangan Reynold (NRe) (lihat literatur)

NRe = (Rev x dp x rho)/(Mu), dengan dp : diameter pengaduk.


Langkah pengerjaan :

1. Cari sifat fisik air limbah yaitu viskositas (Mu), densitas air limbah (rho)
2. Tentukan diameter pengaduk yang dipergunakan (dp) dan kecepatan putaran pengaduk
(rev)
3. Dengan mengetahui harga viskositas (Mu), densitas (rho), diameter pengaduk (dp) dan
kecepatan putaran pengaduk (rev), nilai bilangan Reynold (NRe) dapat dihitung.
4. Dengan mengetahui bilangan Reynold (NRe) dan mempergunakan grafik (lihat literatur),
dapat dihitung besarnya drag koefisien (CD)
5. Dengan mengetahui nilai CD, rho dan rev, serta luas pengaduk, maka dapat menghitung
besarnya Daya (P)
6. Dengan mengetahui nilai Daya (P), Volume air limbah (V) dan viskositas (Mu) maka
dapat menghitung nilai Gradien kecepatan (G)
7. Dengan mengetahui nilai Gradien kecepatan (G), dan waktu pengadukan (t), maka
besarnya bilangan Camp (Ca) dapat dihitung.

Bilangan Camp inilah yang sering diperguanakn sebagai landasan dalam optimasi proses
koagulasi dan flokulasi. Bilangan Camp terbaik untuk proses koagulasi dan flokulasi adalah
10.000 - 100.000 (bilangan tak berdimensi).
KINERJA PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA KIMIA
(KOAGULASI & FLOKULASI)

Penurunan padatan tersuspensi : 85 - 95 %

Penurunan COD : 50 - 70 %

Penurunan BOD : 50 - 70 %

c. Gas Transfer (injeksi gas kedalam air limbah)


Pada pengolahan air limbah, peristiwa gas transfer (injeksi gas kedalam air limbah) sering
terjadi seperti :

1. Injeksi gas chlor kedalam pengolahan air bertujuan untuk membunuh bakteri
2. Injeksi gas ozon kedalam pengolahan air limbah bertujuan untuk proses oksidasi
3. Injeksi udara kedalam pengolahan air limbah bertujuan untuk proses oksidasi, menjaga
agar air limbah tidak berbau, menjaga kehidupan mikroorganisme (proses pengolahan air
limbah secara biologi)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam injeksi gas/udara kedalam air limbah :

1. Kelarutan gas/udara tersebut didalam air limbah. Kelarutan gas/udara didalam air limbah
sangat penting untuk diketehui, ini berkaitan dengan perhitungan berapa laju alir
gas/udara yang diinjeksikan kedalam air limbah. Penentuan kelarutan gas/udara sangat
tergantung kepada Tekanan dan Temperatur.
2. Distribusi gas/udara didalam air limbah. Pendistribusian gas/udara didalam air limbah
bertujuan agar distribusi gas/udara merata pada setiap bagian air limbah, sehingga perlu
pengaturan pemasangan distributor gas/udara yang baik.
3. Tekanan cairan (terkait dengan tinggi cairan diatas distributor gas/udara). Pemasangan
distributor gas/udara pada bagian bawah air limbah akan mendapatkan tekanan
hidrostatik dari air limbah tersebut, sehingga ketinggian air limbah diatas distributor perlu
diperhatikan agar gas/udara dapat terdistribusi didalam air limbah dengan baik.
4. Ukuran gelembung gas/udara dalam air limbah. Ukuran gelembung gas/udara
mempengaruhi proses kelarutan gas/udara, semakin kecil ukuran gelembung gas/udara
semakin baik proses kelarutannya.
PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA
BIOLOGI
Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan
untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan
dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut.
Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama,
yaitu :

 Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup
banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;
 Lingkungan anoksik, yaotu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada
dalam konsentrasi yang rendah.
 Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat
oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses
metabolisme aerob.

Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses
penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakanmenjadi 2 bagian, yaitu :

 Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana


mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak
dalam keadaan tersuspensi.
 Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana
mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan berkembang
biak dalam keadaan yang tersuspensi.

Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob diantaranya ialah,
Temperatur, pH (Keasaman), Waktu Tinggal, Komposisi Kimia Air Limbah, Kompetisi
Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat, Serta Zat Toksik, namun yang akan dijelaskan disini
hanya faktor faktor yang berhubungan dengan materi yang akan kita bahas yaitu mengenai
proses penyesuaian pH, Pelepasan senyawa penghambat dan suplmentasi nutrien ialah sebagai
berikut :
a. Keasaman (pH)
Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4, tetapi
optimalnya pada kisaran pH antara7,0 -7,2 dan proses dapat gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri
acidogenik mengahasilkan asam organik, yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada
kondisi normal, penurunan pH ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri metanogen.
Dibawah kondisi lingkungan yang berlawanan kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu,
dan bahkan produksi metan dapat terhenti. Salah satu metode untuk memperbaikikeseimbangan
pH adalah dengan meningkatkan alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti lime (kapur),
anhydrous ammonia, sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.
b. Zat Toksik
Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah dalam
proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya ditandaidengan
penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi asam asam volatil. Berikut ini adalah
beberapa zat toksik yang dapat menghambat pembentukan metan, yaitu :

 Oksigen
 Amonia
 Hidrokarbon terklorinasi
 Senyawa Benzen
 Formaldehid
 Asam volatil
 Asam lemak rantai panjang
 Logam Berat
 Sianida
 Sulfida
 Tanin
 Salinitas
BAB III
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran Lingkungan dan dampaknya

PENGERTIAN LINGKUNGAN.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita ( makhluk hidup ).
Contohnya : meja, kursi, cahaya, udara, mamusia, hewan, tumbuhan, dsb.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik.

Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi, dsb.

Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia, dan mikroorganisme.

Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah Ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah
cabang dari ilmu biologi.

A. PENGERTIAN PENCEMARAN
Berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alami, sehingga mutu kualitas
lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.

Masuknya bahan pencemar atau polutan kedalam lingkungan tertentuyang keberadaannya


mengganggu kestabilan lingkungan.

B. PERUBAHAN LINGKUNGAN
Faktor faktor Penyebab Perubahan Lingkungan.

1. Faktor Alam.

Faktor yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain gunung meletus, gempa bumi,angin topan,
kemarau panjang, banjir, dan kebakaran hutan.

2. Faktor Manusia.

Kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan misalnya, membuang limbah (


limbah rumah tangga, industri, pertanian, dsb ) secara sembarangan, menebang hutan
sembarangan, dsb.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila:

1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.


2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah :

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak
lagi.
2. Merusak dalam waktu lama.

Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang
lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

C. MACAM MACAM PENCEMARAN LINGKUNGAN


a. Berdasarkan Tempat terjadinya.

Pencemaran Udara, disebabkan oleh :


(1) CO2 - Karbon dioksida berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar
fosil ( batubara, minyak bumi ), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu.
Meningkatnya kadar CO2 di udara jika tidak segera diubah menjadi oksigen akan mengakibatkan
efek rumah kaca.

(2) CO (Karbon Monoksida) - Proses pembakaran dimesin yang tidak sempurna, akan
menghasilkan gas CO. Jika mesin mobil dihidupkan di dalam garasi tertutup, orang yang ada
digarasi dapat meninggal akibat menghirup gas CO. Menghidupkan AC ketika tidur di dalam
mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot dapat masuk ke
dalam mobil, sehingga bisa menyebabkan kematian.

(3) CFC (Khloro Fluoro Karbon) - Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang karena tidak
bereaksi, tidak berbau, dan tidak berasa. CFC banyak digunakan untuk mengembangkan busa
(busa kursi), untuk AC (Freon), pendingin pada lemari es, dan hairspray. CFC akan
menyebabkan lubang ozon di atmosfer.

(4) SO dan SO2 - Gas belerang oksida (SO,SO2) di udara dihasilkan oleh pembakaran fosil
(minyak, batubara). Gas tersebut dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang
menyebabkan air hujan menjadi asam, yang disebut hujan asam.Hujan asam mengakibatkan
tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati, produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah
berkarat, bangunan-bangunan kuno, seperti candi menjadi cepat aus dan rusak, demikian pula
bangunan gedung dan jembatan.

(5) Asap Rokok - Asap rokok bisa menyebabkan batuk kronis, kanker paru-
paru,mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Perokok
dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif (mereka yang merokok) dan perokok pasif (orang
yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok). Perokok pasif lebih berbahaya daripada
perokok aktif. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara, antara lain :

 Terganggunya kesehatan manusia, misalnya batuk, bronkhitis, emfisema, dan penyakit


pernapasan lainnya.
 Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memudarnya warna cat.
 Terganggunya pertumbuhan tanaman, misalnya menguningnya daun atau kerdilnya
tanaman akibat konsentrasi gas SO2 yang tinggi di udara.
 Adanya peristiwa efek rumah kaca yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta
dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub.
 Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitrogen.

Pencemaran Air, disebabkan oleh :

(1) Limbah Pertanian.

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat
mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia,
orang yang memakannya akan mati. Untuk mencegahnya, upayakan memilih insektisida yang
berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable (dapat
terurai secara biologi) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang
sisa obat ke sungai. Pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air
(eutrofikasi), karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal
ini akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena oksigen
dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air terhalang dan tidak dapat masuk ke
dalam air, sehingga kadar oksigen dan sinar matahari berkurang.

(2) Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga berupa berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak,
lemak, air buangan manusia), atau bahan anorganik misalnya plastik, aluminium, dan botol yang
hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun menyumbat saluran air dan mengakibatkan
banjir. Pencemar lain bisa berupa pencemar biologi seperti bibit penyakit, bakteri, dan jamur.
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan, akibatnya
kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan
organik meningkat, akan ditemukan cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing
ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya limbah organik dari limbah
pemukiman.

(3) Limbah Industri

Limbah industri berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan anorganik yang berbuih dan
berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk, dan polutan berupa cairan
panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak menggenangi lautan sampai jarak
ratusan kilometer. Tumpahan minyak mengancam kehidupan ikan, terumbu karang, burung laut,
dan organisme laut lainnya untuk mengatasinya, genangan minyak dibatasi dengan pipa
mengapung agar tidak tersebar, kemudian ditaburi dengan zat yang dapat menguraikan minyak.

(4) Penangkapan Ikan Menggunakan racun

Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan), potas
(racun kimia), atau aliran listrk untuk menangkap ikan. Akibatnya, yang mati tidak hanya ikan
tangkapan melainkan juga biota air lainnya.

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain :

 Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.


 Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi).
 Pendangkalan dasar perairan.
 Punahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air.
 Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.

Pencemaran Tanah, disebabkan oleh :

Sampah organik dan anorganik yang berasal dari limbah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan
pertanian, peternakan, dan sebagainya.

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain :

 Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).


 Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk pertumbuhan
tanaman, dan
 Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi
b) Berdasarkan Macam Bahan Pencemar
Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi berikut ini :

1. Pencemaran kimia : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni), bahan radioaktif,
pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
2. Pencemaran biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,
Salmonella thyposa.
3. Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
4. Pencemaran suara : kebisingan ( menyebabkan sulit tidur, tuli, gangguan kejiwaan,
penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress).

c) Berdasarkan Tingkat Pencemaran


Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan ekosistem


lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
2. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis. Contohnya
pencemaran Minamata di Jepang.
3. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika. Contohnya
pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil tertutup, dan
pencemaran radioaktif.

D. PARAMETER PENCEMARAN LINGKUNGAN


Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu tempat digunakan parameter pencemaran.
Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran dan
tingkat pencemaran yang telah terjadi.
Paramater Pencemaran, meliputi :

1.Parameter Fisik

Meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan radioaktivitas

2. Parameter Kimia

Digunakan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar logam, dan logam berat.

a. Pengukuran pH air

Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena
pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan-bahan
organik organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan
kondisi air menjadi lebih alkali (basa). Jadi, perubahan pH air tergantung kepada bahan
pencemarnya.

b. Pengukuran Kadar CO2

Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH,
dan banyaknya organisme yang hidup dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air,
semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air
yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan cara titrimetri.

c.Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut

Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million atau satu per
sejuta; 1 ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm).
Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal :

1. Proses oksidasi (pembokaran) bahan-bahan organik.


2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan bakteri anaerob dari dasar perairan.
3. Proses pernapasan organisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari.

Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal sebagai
parameter biokimia, contohnya adalah pengukuran BOD atau KOB
Pengukuran BOD.
Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh bakteri air.
Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik tersebut, akibatnya kadar
oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin banyak bahan pencemar organik yang ada
diperairan, semakin banyak oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil
kadar oksigen terlarut.
Banyaknya oksigen terlarut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasi bahan organik disebut
sebagai Konsumsi Oksigen Biologis (KOB / COD) atau Biological Oksigen Demand, yang biasa
disingkat BOD.

Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen
terlarut setelah air sampel disimpan selama 5 hari pada suhu 200C. Karenanya BOD ditulis
secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja.

3. Parameter Biologi

Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan ada pula yang
tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput air
dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung siput
air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum mangalami pencemaran. Sebaliknya cacing
Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di
lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun species hewan yang lain telah mati. Ini berarti
keberadaan cacing tersebut dapat dijadikan indikator adanya pencemaran zat organik.
Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis.

E. DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

1. Punahnya Species

Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan,
kemudian mati. Berbagai species hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka,
ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar.
Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar, ada pula yang
tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya.
Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.

2. Peledakan Hama

Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka .
serangga hama akan berkembang tanpa kendali. Penyemprotan dengan insektisida juga dapat
mengakibatkan beberapa species serangga menjadi kebal (resisten). Untuk memberantasnya,
diperlukan dosis yang lebih tinggi dari biasanya. Akibatnya, pencemaran akan semakin
meningkat.

3.Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya species tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
makanan, jaring-jaring makanan, dan aliran energi berubah. Akibatnya, keseimbangan
lingkungan terganggu. Daur materi dan daur biokimia terganggu.

4. Kesuburan Tanah Berkurang


Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah. Hal ini menyebabkan kesuburan tanah
menurun. Penggunaan pupuk terus-menerus dapat mengakibatkan tanah menjadi asam. Hal ini
juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Untuk mengatasinya,
Hendaknya dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau dengan kompos, sistem
penanaman berselang-seling (tumpang sari), serta rotasi tanaman. Rotasi tanaman artinya
menanam tanaman yang berbeda secara bergantian di lahan yang sama.

5. Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami
keracunan. Akibat keracunan, orang dapat mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker,
kerusakan susunan saraf, menyebabkan cacat pada keturunannya bahkan meninggal dunia.

6. Pemekatan Hayati

Bahan pencemar memasuki lingkungan melewati rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
Bahan beracun yang dibuang ke perairan dapat meresap ke dalam tubuh alga. Selanjutnya, alga
tersebut tersebut dimakan oleh udang kecil Udang kecil dimakan oleh ikan . Jika ikan ini
ditangkap manusia kemudian dimakan, bahan pencemar akan masuk ke dalam tubuh manusia.
Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makhluk hidup dikenal sebagai
pemekatan hayati (dalam bahasa inggris dikenal sebagai biomagnification).

7. Terbentuk Lubang Ozon

Terbentuknya lubang ozon merupakan salah satu permasalahan global. Hal ini disebabkan
bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain. Gas CFC, misalnya
dari Freon dan spray, yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer. Di stratosfer terdapat
lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon ini merupakan pelindung (tameng) bumi dari cahaya
ultraviolet. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon,
sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang”.

F. USAHA-USAHA MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman
penduduk.
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau
ekosistem.
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Memperluas gerakan penghijauan.
5. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga
manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.
7. Membuang sampah pada tempatnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya makalah ini dapat disimpulkan bahwa limbah sangat berbahaya bagi
kesehatan tubuh dan juga dapat merusak alam semesta, begitupun dengan pencemaran
lingkungan. Dan kita harus tetap menjaga kelestarian alam agar tidak rusak.
B. Saran
Bagi semua masyarakat pengelolahan limbah sejak dini merupakan tindakan yang
amat baik untuk masa depan. Lingkungan sehat kita juga sehat lingkungan tercemar kita juga
yang menderita. Bersama-sama kita wujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Allahuma
Amin ...

Terima kasih,,,

Anda mungkin juga menyukai