Anda di halaman 1dari 2

Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki badan air

dengan hubungan terbuka antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai. Pada
wilayah tersebut terjadi percampuran antara massa air laut dengan air tawar dari daratan,
sehingga air menjadi payau. Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu
sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-
mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat menunjang
produktifitas perairan di wilayah estuari yang melebihi produktifitas laut lepas dan perairan
air tawar(Dewiyanti et al.2017).

Pada daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung
sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Massa air yang masuk kedalam
daerah estuaria pada waktu terjadi air surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya
salinitas air didaerah estuaria pada saat itu umumnya rendah. Pada waktu air pasang air
masuk kedalam estuaria dari air laut bercampur dengan estuaria, sehingga mengakibatkan
salinitas naik. Mengakibatkan organisme-organisme laut tidak dapat hidup didaerah estuaria,
kebanyakan organisme-organisme laut tersebut hanya dapat bertoleransi terhadap perubahan
salinitas yang kecil. Dan akibatnya mereka tidak di bisa hidup didaerah estuaria. Sebagian
besar jenis flora dan fauna yang hidup didaerah estuaria tersebut adalah organisme yang telah
beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut(Maharani et al.2014).

Akibatnya wilayah estuaria tersebut merupakan suatu tempat yang sulit untuk
ditempati, daerah ini bersifat sangat produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biota.
Oleh karena itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuaria relatif hanya dapat dihuni
oleh beberapa spesies saja. Pada daerah estuaria ini selain dari turun naiknya salinitas yang
disebabkan oleh air pasang, juga terjadi penurusan salinitas yang bertahap ketika air dari
mulut estuaria (muara sungai) bergerak ke arah sumber mata air (hulu sungai) sehingga
terdapat wilayah dari flora dan fauna yang hidup di daerah ini. Ridwan (2016) mengatakan
bahwa, perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi kualitas perairan pada parameter fisika
dan kimia air serta beban pencemaran Sungai Ciapus. Data yang digunakan meliputi
parameter fisika, kimia dan biologi. Faktor kimia meliputi pH dan salinitas. Faktor fisika
meliputi kecerahan, suhu, warna, kedalam, bau dan substrat. Sedangkan faktor biologi
meliputi plankton, perifiton, benthos, nekton dan neukton. Oleh karena itu, tujuan
diadakannya praktikum ini yaitu untuk menganalisis faktor-faktor nir hayati dan hayati
perairan mengalir (sungai) dan mengaitkan satu dengan yang lain.
Dapus :
Dewiyanti I, Fersita M, Purnawan S.2017.Identifikasi makrozoobenthos di perairan krueng
sabee krueng panga krueng teunom aceh jaya.jurnal seminar nasional biotik.4(1):109-
115.
Ridwan M.2016.Analisis beban pencemaran sungai ciapus sebagai bahan baku pengolahan
air
bersih di kampus IPB dramaga Bogor [Skripsi] .Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Maharani WR, Setiyono H, Setyawan WB.2014.studi distribusi suhu,salinitas dan densitas
secara vertikal dan horizontal di perairan pesisir probolinggo jawa timur.jurnal
oseanografi.3(2):151-160.

Anda mungkin juga menyukai