Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Pesawaran merupakan daerah penyangga Ibu kota Provinsi Lampung.


Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Pesawaran adalah 1.173,77 km2 atau
117.377 Ha dengan Kecamatan Padang Cermin sebagai kecamatan terluas, yaitu
31.763 Ha. Sungai terpanjang di Kabupaten Pesawaran adalah Way Semah, de-
gan panjang 54 km dan daerah aliran seluas 135,0 km2, sedangkan aliran sungai-
sungai kecil diantaranya Way Penengahan, Way Kedondong, Way Kuripan, Way
Hurun, dan lain-lain.

Sungai Way Hurun merupakan sungai yang berada di Teluk Hurun Lampung, Ka-
bupaten Pesawaran, Lampung. Di sekitar Sungai Way Hurun terdapat berbagai
aktivitas penduduk yang dapat mempengaruhi kualitas perairan Sungai Way Hu-
run, antara lain kegiatan budidaya tambak udang, pertanian, pemukiman pen-
duduk, dan limbah hewan ternak. Pembuangan limbahnya dialirikan langsung ke-
Sungai Way Hurun, sehingga beban badan S ungai Way Hurun semakin lama
akan semakin berat, bahkan dapat melampaui kemampuan perairan untuk
menetralkan kembali secara alami (purifikasi) limbah yang masuk, sehingga
kualitas air akan berubah.

Kegiatan manusia yang ada baik di lingkungan daratan maupun perairan itu sen-
diri sangat berkaitan erat dengan jenis dan intensitas kondisi ekosistem perairan.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut terhadap kesehatan lingkungan
dapat berbentuk perubahan fisik lingkungan perairan atau penambahan bahan-
bahan luar hasil kegiatan manusia baik yang bersifat racun atau tidak beracun.
Peningkatan kebutuhan manusia meningkatkan degradasi lingkungan perairan
yang akhirnya akan mempengaruhi sumberdaya hayati perairan.
2

Kondisi lingkungan yang berubah dapat mempengaruhi organisme dan biota yang
ada di dalam perairan. Salah satunya adalah perifiton yang berperan sebagai Pro-
dusen dalam tingkatan rantai makanan pada perairan tersebut. Keberadaan peri-
fiton di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan. Perifiton
memiliki batas toleransi tertentu terhadap faktor-faktor fisika kimia sehingga akan
membentuk struktur komunitas perifiton yang berbeda. Kombinasi pengaruh an-
tara faktor fisika kimia dan kelimpahan perifiton menjadikan komunitas dan do-
minansi perifiton pada setiap perairan tidak sama sehingga dapat dijadikan seba-
gai indikator biologis suatu perairan (Hidayati, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Substrat merupakan daerah tempat tinggal berbagi macam jenis hewan dan tum-
buhan yang hidup disuatu dasar perairan tertentu, salah satunya tempat hidup peri-
fiton. Perifiton merupakan alga yang hidup melekat (sessile) dan tumbuh pada
substrat baik benda hidup maupun benda mati yang terdapat di bawah permukaan
air. Pada penelitian ini menggunakan substrat alami dan substrat buatan, dimana
substrat alami substrat yang berasal dari perairan perairan tersebut, sedangkan
substrat buatan dibuat menggunakan batu yang dimasukkan kedalam perairan ter-
sebut. Penggunaan substrat buatan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui pertumbuhan perifiton pada waktu yang telah ditentukan. Semua ke-
giatan penduduk pembuangan limbahnya dialirikan ke sungai Teluk Hurun Lam-
pung, sehingga beban badan sungai Teluk Hurun semakin lama akan semakin
berat, sehingga kualitas air akan berubah. Dengan berubahnya kualitas air, kon-
disi kehidupan akuatik menjadi tidak stabil, dan jumlah serta jenis biota akuatik
berkurang sehingga mengakibatkan terputus atau terganggunya siklus rantai ma-
kanan. Kualitas perairan yang berubah akan mempengaruhi keberadaan perifiton
baik biomassa maupun struktur kominitasnya. Berkaitan dengan hal tersebut, ru-
musan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana perbedaan pertumbuhan stru-
tur komunitas perifiton pada perairan yang tercemar dan tidak cemar di Sungai
Way Hurun Lampung Desa Haura Kecamatan Padang Cermin kabupaten Pesa-
waran dan bagaimana keadaan kesuburan perairan sungai Way Hurun jika dikait-
kan dengan faktor fisika dan kimia.
3

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


(1) Mengkaji perbedaan pertumbuhan struktur komunitas perifiton pada perairan
yang tercemar dan tidak tercemar di substrat alami dan substrat buatan.
(2) Mengetahui Korelasi faktor fisika kimia perairan dengan keanekaragaman
perifiton.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat digunakan untuk menambah
referensi ilmiah tentang pengukuran struktur komunitas perifiton pada substrat
alami dan substrat buatan di perairan sungai Way Hurun.

1.5 Kerangka Pikiran

Sungai Way Hurun merupakan sungai yang berada di Teluk hurun, Kabupaten
pesawaran, Lampung. Di sekitar Sungai Way Hurun terdapat berbagai aktivitas
penduduk yang dapat mempengaruhi kualitas perairan Sungai Way Hurun, antara
lain kegiatan budidaya tambak udang, pertanian, pemukiman penduduk, dan lim-
bah hewan ternak. Pembuangan limbahnya dialirikan langsung ke sungai Way
Hurun, sehingga dapat terjadi penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air dapat
dilakukan dengan cara pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi, sehingga
dapat mengetahui kondisi perairan berdasarkan kualitas air Sungai Way Hurun
yang mempengaruhi struktur komunitas perifitonnya. Analisis struktur komunitas
perifiton pada substrat alami dan substrat buatan dijadikan sebagai informasi
ilmiah yang dapat digunakan sebagai dasar upaya pengelolaan Sungai Way Hurun
Lampung (Gambar 1).
4

Aktivitas Manusia di sekitar


Sungai Way Hurun

Kualitas Air

Parameter Fisika Parameter


Kimia

Struktur Komunitas Perifiton di


Sungai Way hurun

Gambar 1. Kerangka pikir


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
2.1.1 Pengertian sungai dan peran sungai

Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi
yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalir-
nya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai adalah
bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air mengalir.
Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat
aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan (Pratiwi, 2013).

Faktor fisika kimia sungai juga berhubungan erat dengan kecepatan arus. Sungai
yang berarus deras mempunyai potensi lebih besar untuk berdifusi dengan oksigen
atmosfir bila dibandingkan dengan sungai yang berarus lambat. Kadar oksigen
ter-larut juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme
perairan. Kestabilan kadar oksigen secara ekologis mempunyai arti penting bagi
organisme oleh karena itu komunitas sungai sangat peka dan mudah mengalami
modifikasi bila terjadi penurunan kadar oksigen terlarut. Pada ekosistem sungai
sedikit sekali atau bahkan tidak dijumpai adanya stratifikasi. Keadaan ini
berkaitan dengan ada- nya arus tipe substrat dasar yang memungkinkan lapisan
sungai selalu teraduk se- cara vertikal dan horisontal. (Soegianto, 2011).

Meskipun demikian sungai memiliki peran yang sangat besar, secara ekologis su-
ngai berperan dalam siklus hidrologis, sumber plasma nutfah, habitat biota, siklus
materi, dan aliran energi. Secara ekonomis sungai dapat dimanfaatkan sebagai sa-
7

rana transportasi yang murah dan efisien. Secara sosial dan budaya sungai diman-
faatkan untuk berbagai kepentingan adat, seperti Sungai Gangga di India. Secara
politis sungai digunakan sebagai pembatas wilayah antar kabupaten, provinsi bah-
kan negara. Sungai juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti
mandi, sumber air bersih, mencuci, irigasi pertanian, berakhirnya saluran pem-
buangan air hujan dan air limbah, dan potensial untuk dijadikan objek wisata su-
ngai. Banyaknya limbah dari aktivitas manusia yang bermuara di sungai dapat
mengakibatkan turunnya kualitas perairan sungai (Pratiwi, 2013).

2.2 Definisi perifiton

Perifiton atau aufwuch adalah kompleks biota akuatik sesil (imobil) terasosiasi de-
ngan detritus yang menempel pada substrat terendam, kompleks biota tersebut be-
rupa campuran mikroalga, cyanobacteria, heterotrophic mikroba, protozoa, dan
detritus. Perifiton juga merupakan mikroalga penempel yang umumnya merupa-
kan sumber energi utama di perairan, keberadaannya sangat melimpah dan me-
miliki peranan yang lebih besar dalam menentukan produktivitas primer di-
banding fitoplankton (Van Dam et al. 2011).

Berdasarkan substrat penempelannya, perifiton dapat dibedakan atas:


(1) Epipelik, yaitu perifiton yang menempel pada permukaan sedimen;
(2) Epifitik, yaitu perifiton yang menempel pada permukaan tumbuhan;
(3) Epilitik, yaitu perifiton yang menempel pada permukaan batuan;
(4) Epizoik, yaitu perifiton yang menempel pada permukaan hewan
(Wetzel,2014).

2.3 Struktur Komunitas Perifiton

Struktur komunitas dapat dipelajari berdasarkan komposisi, ukuran, dan keragam-


an spesies. Struktur komunitas juga terkait erat dengan kondisi habitat. Perubahan
pada habitat akan berpengaruh terhadap tingkat spesies sebagai komponen terkecil
penyusun populasi yang membentuk komunitas. Perubahan tersebut terjadi akibat
adanya interaksi dua komponen prinsip ekologi yaitu: prinsip toleransi dan prinsip
kompetisi (Odum, 2012).
7

Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, te-
tapi juga oleh jumlah relatif organisme dari spesies-spesies itu, sehingga kelim-
pahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi
individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada
keseimbangan komunitas dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas
(Soegianto, 2011).

Komunitas perifiton umumnya terdiri atas alga mikroskopis yang menempel, baik
satu sel maupun alga benang terutama dari jenis diatom, jenis alga Conjugales,
Cyanophyceae, Euglenophyceae, dan Chrysophyceae. Komunitas perifiton pada
substrat di perairan mengalir terdiri atas alga dan mikroorganisme heterotrof.
Zonasi dalam struktur komunitas perifiton, yaitu:
(1) Zona eulitoral
Daerah pinggiran yang masih mendapat percikan air Daerah ini ditumbuhi
perifiton yang dapat bertahan terhadap perubahan lingkungan yang cukup
ekstrim.
(2) Zona sublitoral atas
Zona perairan yang masih dapat ditembus sinar matahari, perubahan suhu ke-
cil dan tidak berarti. Zona ini memiliki komposisi perifiton yang paling kaya.
(3) Zona sublitoral bawah
Zona air yang kurang mendapat sinar matahari. Intensitas cahaya dan suhu
menurun menurut wilayah termoklin. Dengan kondisi demikian, jenis alga
hijau secara kuantitatif menurun, namun masih layak bagi alga coklat, alga
biru, dan alga merah.
(4) Zona air gelap
Pada zona ini komunitas perifiton jenis alga autotrof semakin menghilang dan
digantikan oleh jenis-jenis heterotrof. Pembagian zona diatas umumnya di-
gunakan dalam perairan tergenang sedangkan pada perairan mengalir zona
yang ada hanya zona 1 dan zona (Krisanti, 2013). Fitoplankton, perifiton, dan
makrofita merupakan biota utama yang menentukan produtivitas primer per-
airan. Komunitas perifiton berperan dalam menetukan produktivitas primer
perairan baik pada perairan mengalir maupun perairan tergenang. Diperairan
tergenang peranan komunitas perifiton lebih rendah dari pada komunitas peri-
8

fiton, sedangkan untuk perairan mengalir peranan komunitas perifiton lebih


besar kecuali di perairan mengalir yang keruh (Barnes, 2011).

2.4 Substrat

Substrat buatan didefinisikan sebagai alat yang dimasukan kedalam perairan, yang
dapat memgambarkan substrat yang standar dari lingkungan akuatik dimana subs-
trat ini diletakan. Substrat buatan dapat digunakan untuk memonitor perubahan
komunitas invertebrate dalam ruang dan waktu, tetapi tidak merefleksikan ko-
munitas invertebrata penghuni pada substrat alami. Komunitas yang mengkolo-
nisasi substrat buatan akan bias untuk organisme mobil dan drifting (hanyut ter-
bawa arus). Perkiraan kelimpahan yang diperoleh dari substrat buatan dinyatakan
sebagai jumlah persampler, karena mereka tidak menduga kelimpahan pada sub-
strat alami yang berbatasan/berdekatan (Syam, 2013).

Ada 2 tipe utama substrat buatan yang umum digunakan: Multiple sampler dan
basket sampler. Mutiple sampler terdiri dari permukaan yang standar (baku) biasa-
nya papan tebal yang keras atau material keramik untuk dikolonisasi oleh organis-
me akuatik, bentuknya seragam dan diketahui luas areanya. Multipleplate sampel
selektif untuk kelompok invertebrate tertentu. Basket sampler tidak baku, umum-
nya digunakan keranjang berbentuk selinder “barbecue basket”. Keranjang diisi
dengan batu alami yang bervariasi diameternya dari 2,5 – 7,5 cm (1-3 inchi). Per-
mukaan area yang tersedia untuk kolonisasi tergantung pada substrat yang diguna-
kan dalam basket. (Riefani, 2014).

Substrat alami merupakan habitat yang lebih baik untuk disampel. Keuntungan
utama dari sampling pada substrat alami merefleksikan struktur komunitas inver-
tebrate yang menghuni habitat. Potensi tidak menguntungkan meliputi variasi ha-
sil yang lebih tinggi dari substrat yang heterogen dimana pada putarannya me-
ningkatkan biaya melalui syarat-syarat ukuran sampel yang besar. Substrat alami
di perairan tawar dapat disampel dengan menggunakan alat seperti, grab, stream-
net, core dan airlift (sedotan) sampel, beberapa autor telah menyampling batu se-
cara tunggal, lebih baik dari pada substrat campuran. Sungai besar dengan aliran
deras dengan substrat relatif kasar merupakan habitat yang paling sulit untuk di-
9

sampel, sedikit sekali metoda yang paling efektif (Supriyanti, 2012).

2.5 Parameter Fisika dan Kimia Perairan


2.5.1 Derajat Keasaman

Perubahan kualitas air dapat menyebabkan perairan yang bersifat basis (pH > 7)
berubah menjadi bersifat asam (pH<7). Rendahnya nilai pH mengindikasikan me-
nurunnya kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan bi-
ota di dalamnya. Terjadinya perubahan ini akan membunuh biota yang paling pe-
ka sekalipun, karena jaringan makanan dalam perairan terganggu. Salah satu ba-
han kimia yang banyak digunakan untuk kepentingan industri dan rumah tangga
adalah deterjen, ternyata menyebabkan berkurangnya nilai pH dan konsentrasi
oksigen dalam aliran sungai yang pada akhirnya bermuara ke perairan sekitarnya.
(Welch, 2011).

Nilai pH dalam perairan bervariasi mulai dari arah sungai sampai di laut, semakin
ke laut nilainya semakin tinggi (bersifat basis), mendapatkan nilai pH antara 6,65–
8,20, nilai-nilai pH yang rendah umumnya diperoleh di dalam badan sungai dan
semakin ke arah laut nilainya semakin tinggi. Nilai antara 6,5–8 sebagai batas
aman pH perairan untuk untuk kehidupan biota di dalamnya (Supriyanti, 2012).

2.5.2 Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen atau disingkat dengan DO atau sering juga
disebut dengan kebutuhan oksigen (oxygen demand) adalah sejumlah oksigen ya-
ng terlarut dalam suatu perairan. Nilai oksigen terlarut yang biasanya dapat diukur
dalam bentuk konsentrasi dan satuan dari oksigen terlarut adalah jumlah oksigen
(O2) yang tersedia dalam suatu perairan. Semakin besar nilai oksigen terlarut pada
air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas air sangat yang bagus. Sebalik-
nya jika nilai oksigen terlarut rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut sudah
tercemar. Pengukuran oksigen terlarut juga bertujuan untuk melihat sampai se-
jauh mana suatu perairan yang mampu menampung seberapa banyak biota air se-
perti mikroorganisme dan ikan (Supriyanti, 2012).
10

Dinamika oksigen terlarut (DO) di perairan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
faktor fisika dan proses biogeokimia. Faktor fisika seperti turbulensi air, tempera-
atur, intensitas cahaya dan kecepatan angin, kecepatan aliran dan kedalaman su-
ngai sangat mempengaruhi perubahan nilai DO di perairan. Proses biogeokimia
yang mempengaruhi nilai DO di sungai adalah kebutuhan oksigen biokimia
(BOD), proses nitrifikasi, kebutuhan oksigen sedimen (SOD) (Soegianto, 2011).

2.5.3 Kecerahan

Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses foto-
sintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan sejumlah atau
sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu yang dinyatakan deng-
an persen. Cahaya ini adalah cahaya dari beberapa panjang gelombang di daerah
spectrum cahaya yang terlihat dan jatuh tegak lurus pada lapisan permukaan air
pada kedalaman tertentu. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh adanya penetrasi
cahaya matahari yang memasuki perairan. Dalam kegiatan wisata bahari, tingkat
kecerahan perairan sangat menentukan daya tarik dari wisatawan yang berkun-
jung. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat kecerahan suatu perairan maka
akan semakin jernih perairan tersebut. Dengan demikian, segala keindahan dasar
laut dapat terlihat dengan jelas dari permukaan air (Sakaruddin, 2011).

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukur
ran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai ke-
cerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian ora-
ng yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu
nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Kordi, 2015).

2.5.4 Nitrat

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat berasal dari ammoni-
um yang masuk ke dalam badan sungai terutama melalui limbah domestik. Kon-
sentrasinya di dalam sungai akan semakin berkurang bila semakin jauh dari titik
pembuangan yang disebabkan adanya aktifitas mikroorganisme di dalam air. Nit-
11

rat dapat digunakan untuk mengklafisikasikan tingkat kesuburan perairan. Diper-


airan oligotrofik kadar nitrat 0–1 mg/l, perairan mesotrofik kadar nitrat 1–5 mg/l,
perairan eutrofik kadar nitrat 5-50 mg/l (Suryono, 2019).

Masuknya nitrat kedalam badan sungai disebabkan manusia yang membuang ko-
toran ke dalam air sungai, kotoran banyak mengandung amoniak. Kemungkinan
lain penyebab konsentrasi pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan in-
dustri, dan kotoran hewan. Nitrat menyebabkan kualitas air menurun, menurun-
kan oksigen terlarut, dan merupakan sumber nitrogen yang penting untuk ke-
hidupan tumbuhan dan hewan (Soegianto, 2014).

2.5.5 Kecepatan Arus

Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal


dan vertikal masa air. Arus sangat dipengaruhi oleh sifat air itu sendiri, gravitasi
bumi, keadaan dasar perairan, dan gerakan rotasi bumi. Sirkulasi arus pada per-
mukaan perairan terutama disebabkan oleh adanya wind stress. Arus air yang ada
dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dari parameter kuali-
tas air itu sendiri. Disamping itu arus juga dapat berdampak pada kandungan ok-
sigen yang ada dalam air tersebut melalui proses difusi secara langsung dari udara
(Hidayat, 2015).

Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan perairan salah satunya


adalah gerakan atau arus air. Gerakan air selain berfungsi untuk mensuplai zat
hara, juga membantu memudahkan organisme didalam perairan tersebut untuk
menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan per-
tukaran CO2 dan O2, sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Bila
konsentrasi oksigen terlarut tinggi maka konsentrasi karbondioksida di dalam air
rendah. (Riefani, 2008).

2.5.6 Suhu

Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi perairan.
Suhu juga berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akua-
tik memiliki kisaran suhu tertentu untuk pertumbuhannya. Perubahan suhu akan
12

menimbulkan beberapa dampak diataranya adalah:


(1) jumlah oksigen terlarut dalam air menurun
(2) kecepatan reaksi kimia meningkat
(3) kehidupan ikan dan organisme air lainnya akan terganggu
(4) menyebabkan kepunahan biota akuatik yang sensitif terhadap suhu yang
tinggi (Tenribali, 2015).
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sungai Way Hurun Kabupaten Pesawaran, Lampung pada
bulan desember sampai dengan februari tahun 2021-2022. Analisis sampel perifiton
dilakukan di Laboratorium Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung. Penelitian
ini dilakukan pada 3 stasiun, stasiun 1 berada di perairan yang belum tercemar,
stasiun 2 berada dialiran sungai yang dekat dengan pembuangan limbah peternakan,
dan stasiun 3 berada dialiran sungai yang dekat dengan pem- buangan limbah rumah
tangga (Gambar 2):

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian


14

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Alat Fungsi
1 Secchi disk Mengukur kecerahan
2 Cool Box Tempat sampel perifiton
3 Kuas/sikat halus Mengerik daun lamun
4 Substrat buatan Menempel sampel perifiton
5 Botol sampel Menaruh sampel perifiton
6 Botol 100ml Menyimpan air sampel
7 Kertas Label Tanda pada setiap botol
8 Termometer Mengukur suhu
9 Buku identifikasi Mengidentifikasi perifiton
10 Kertas pH Mengukur pH
11 Tali raffia dan botol Mengukur kecepatan arus
12 Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
13 Mikroskop Menganalisis perifiton
14 SRC Pengamatan perifiton
15 Kamera digital Dokumentasi
16 Do Meter Mengukur oksigen terlarut
No Bahan Fugsi

1 Aquades Media untuk jenis perifiton

2 Lugol 4% Pengawetan sampel

3.3 Pengumpulan Data


3.3.1 Pemasangan Substrat Buatan

Substrat buatan yang digunakan adalah batu yang berdiameter 5x5 cm dan dimasuk-
kan ke dalam perairan tersebut. Substrat buatan dimasukkan kedalam waring lalu di-
ikat menggunakan tali tambang 15 cm di bawah permukaan air, dilengkapi dengan
15

pemberat batu dan di pasang dimasing-masing stasiun dengan rincian setiap stasiun
memiliki 1 ikat waring dipasang secara sejajar. Wadah substrat digantung mengguna-
kan tali yang diikatkan pada bambu. Setiap satu waring berisi 3 buah batu yang me-
rupakan ulangan dari perlakuan. Setiap batu diberi kayu penyangga yang dipasang
secara terpusat dan sepotong kayu di kedua sisi kaca objek glass sebagai kayu
penjepit (Gambar 3).

Gambar 3. Ilustrasi Substrat buatan

3.3.2 Pengambilan Sampel Perifiton


Sampel perifiton pada substrat (alami dan buatan) diambil dengan cara disikat secara
halus untuk memisahkan perifiton dari substratnya. Sampel kemudian dimasukkan ke
dalam botol sampel yang telah berisi akuades dan direservasi dengan lugol

3.3.3 Pengukuran Parameter Kualitas Air


Pengambilan sampel kualitas air dilakukan setiap 2 minggu sekali. Pengukuran di-
lakukan secara in-situ yang meliputi pH, suhu, oksigen terlarut (mg/L), kecerahan
(cm; secchi disk), dan ex-situ yang mencakup nitrat.
16

3.3.3.1 Pengambilan Sampel Fisika Air

(1.) Suhu
Suhu air diukur dengan menggunakan termometer dan dilakukan langsung dilapang-
an pada setiap lokasi pengamatan. Termometer dimasukkan ke dalam perairan dan
diamkan beberapa saat, kemudian dicatat skala suhu yang didapat.
(2.) Kecerahan
Kecerahan diukur dengan alat Sechi disk yang disambungkan dengan kayu yang telah
diberi ukuran. Sechi disk diturunkan secara perlahan hingga batas tidak tampak yaitu
warna hitam pada sechi disk tidak terlihat lagi, kemudian dicatat hasilnya. Setelah itu,
secara perlahan tarik sechi disk ke atas hingga warna hitam pada sechi disk tersebut
kembali terlihat dan dicatat, ini adalah batas tampak. Setelah itu nilai batas tampak
dan batas tidak tampak dijumlahkan lalu dibagi dua dan hasil yang didapat adalah
nilai kecerahan.

(4.) Kedalaman
Kedalaman sungai dapat diukur dengan tongkat kayu yang telah diberi ukuran. Tong-
kat kayu dimasukkan ke dalam sungai hingga menyentuh dasar sungai dan diusaha-
kan agar tongkat kayu berdiri tegak dan lurus. Ukuran kedalaman sungai dapat dilihat
dari tongkat kayu yang terendam air. Ukuran yang tertera pada tongkat kemudian di-
catat.

(5.) Kecepatan Arus

Pengukuran kecepatan arus dilakukan secara langsung dengan menggunakan botol


plasik yang diisi air dan diikatkan dengan tali rafia sepanjang 10 meter kemudian
dihanyutkan mengikuti aliran sungai hingga menegang, dan dicatat waktunya. Peng-
ukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
17

3.3.3.2 Pengambilan Sampel Kimia Air


(1.) pH

Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter. Pengukuran pH meter dilakukan dengan


mengambil sampel air yang akan diukur kadar pHnya (letakkan dalam wadah). Di-
nyalakan pH meter dengan menekan tombol on pada pH meter. pH meter dimasukkan
ke dalam wadah yang berisi air yang akan diuji. Pada saat pH meter dicelupkan ke
dalam air, skala angka akan bergerak acak, ditunggu hingga angka berhenti dan tidak
berubah-ubah dan hasil akan terlihat didisplay digital.

(2.) DO (Dissolved oxygen)

Pengukuran DO dilakukan secara langsung di lapangan menggunakan DO meter.


Sensor pada DO meter dicelupkan ke dalam air, maka dengan otomatis nilai oksigen
terlarut akan terlihat pada monitor DO meter.

3.4 Analisis Data


3.4.1 Kelimpahan (K)

Perifion diindentifikasi menggunakan Davis (2015) dan Prescott (2012), serta


perhitungan kelimpahan menggunakan rumus berikut (APHA, 2012):

N . At .Vt
K = Ac .Vs . As

Keterangan:

K: kelimpahan perifiton (Ind/cm²)


N: jumlah perifiton yang diamati (Ind)
As: luasan substrat yang dikerik (5x5) cm²
At: luas cover glass (20x20) cm²
Ac: luas bidang pandang 9 (20x 0,45) cm
Vt: volume air pada botol sampel (100 ml)
Vs: volume konsentrat dalam objek glass yang diamati (mL).
6

3.4.2 Indeks Keanekaragaman (H’)

Nilai keanekaragaman dihitung berdasarkan modifikasi indeks menggunakan


metode Shannon Wiever (Sournia, 2014): H’= ∑-(pi In pi)

Keterangan:
Pi: ni/n
ln pi: nilai yang ditetapakan berdasarkan Tabel kategori Shanon Wiever

kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3 kategori yaitu :


H` < 1 : Keanekaragaman jenis rendah
1 < H` < 3 : Keanekaragaman jenis sedang
H` > 3 : Keanekaragaman jenis tinggi

3.4.3 Indeks Keseragaman (E)

Mengetahui nilai keseragaman penyebaran spesies dalam komunitas substrat


alami dan buatan digunakan indeks keseragaman, yaitu rasio keanekaragaman dan
maksi- mumnya (Sournia, 2014):

Keterangan:
H’: adalah nilai indeks keanekaragaman
H: maks adalah ln S
S: jumlah total individu

Dengan kriteria nilai E (Indeks Keseragaman Evenness) sebagai berikut:


E<0.4: Keseragaman rendah
0.4 ≤ E≤ 0.6: Keseragaman sedang

E> 0.6: Keseragaman tinggi

3.4.4 Indeks Dominansi

dihitung dengan rumus berikut (Ludwig Reynolds,2015):


C= ∑ (ni/N)

Keterangan:
6

C: Indeks Dominansi
N: jumlah total individu
Ni: jumlah individu dari spesies ke-i

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1 apabila:


0 < C<0.3: Dominansi rendah
0.3 <C≤ 0.6: Dominansi sedang
0.6 < C≤ 1: Dominansi tinggi

3.4.5 Analisis PCA

Uji analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis PCA
(Principal Component Analysis). Adapun parameter yang digunakan dalam
analisis PCA adalah suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, pH, dissolved
oxygen (DO), nitrat, dan kelimpahan perifiton. Software yang digunakan dalam
pengolahan data PCA adalah Statistika 13. Variabel yang digunakan sebagai input
dalam analisis PCA adalah suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, pH,
dissolved oxygen (DO), ni- trat, dan kelimpahan perifiton sebagai variabel
kuantitatif (kolom) serta substasiun pengamatan sebagai individu statistik (baris).
Output yang dihasilkan adalah dalam bentuk grafik kombinasi linear hasil
interpretasi aktif variabel terhadap supplemen- tary variable, dimana setiap axis
(faktor) dapat di interpretasikan sebagai korelasi dengan variabel-variabel asal.
19
19
19
19

.
15
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai