Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

BIOTILIK SEBAGAI METODE ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN


KUALITAS AIR SUNGAI MANDAR DI DESA LEKOPADIS KECAMATAN
TINAMBUNG

OLEH :

RAT DELA
20160409020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia memiliki potensi air terbesar kelima didunia yang sebagian
besar dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat, akan tetapi penggunaanya perluh
dikelola dengan baik agar tidak terbuang secara percuma dan kualitas air tetap
terjaga. Kualitas air pada sebagian besar sungai di Indonesia dalam masa kritis karena
banyaknya masukan cemaran berupa limbah padat maupun limbah cair. Masuknya
limbah padat kedalam sungai mengakibatkan berkurangnya kapasitas dan luasan
sungai karena sungai telah berubah menjadi tempat pembuangan limbah bagi
masyarakat. Kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar berada pada kondisi
tercemar berat sehingga sangat memprihatinkan mengingat bahwa air sungai
merupakan sumber utama air bersih yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk
Indonesia
Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia
dan mahluk hidup lainnya. Sungai memililki sifat yang dinamis, maka dalam
pemanfaatannya dapat berpotensi mengurangi nilai manfaat darisungai itu sendiri dan
dampak lainnya dapat membahayakan lingkungan secara luas. Lingkungan perairan
sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotic yang saling berinteraksi melalui arus
energi dan daur hara. Bila interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan
yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang (Ferianita, 2008
dalam pramitha,2010).
Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi
penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi
yang hingga saat ini masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah
satu fungsi lingkungan sungai yang utama adalah untuk pengairan lahan pertanian
dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Seiring dengan pertambahan penduduk

1
dan perkembangan berbagai industri, maka pencemaran air sungai telah menjadi
masalah serius yang dihadapi oleh manusia.
Pengelolaan wilayah pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), tidak dapat
dilepaskan dari pengelolaan sumber daya air. Sumber daya air yang berkelanjutan
mutlak diperlukan dalam setiap sendi kehidupan manusia. Demikian juga dalam
melakukan monitoring dan evaluasi suatu DAS sumber daya air menjadi salah satu
hal yang tidak dapat dilepaskan. Hal ini dikarenakan, air merupakan sumber
kehidupan bagi semua mahluk hidup. Seperti disampaikan oleh Samidjo (2014),
bahwa kualitas dan kuantitas air sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup dan untuk keperluan komersial lain. Moersidik dan Hartono (2009)
menambahkan bahwa keperluan air tersebut diantaranya untuk keperluan sehari-hari,
untuk kebutuhan dalam bidang pertanian, industry bahkan pariwisata.
Salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di Kabupaten Polewali Mandar
Sulawesi Barat adalah sungai Mandar. Sungai mandar melintasi beberapa kecamatan
di daerah ini diantaranya Kecamatan Tubbi Taramanu, Alu, Limoboro hingga
Tinambung. yang memiliki luas 48.034,74 hektar. Sejak dulu aktivitas warga di
daerah tersebut tidak terlepas dari sungai Mandar. Sungai tersebut menjadi sumber air
utama sampai saat ini, sungai Mandar juga masih banyak dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan. Salah satunya untuk pemenuhan kebutuhan air minum
masyarakat setempat. Terutama di Desa Lekopadis Kecamatan Tinambung Warga
masyarakat rutin selalu mengambil air sungai Mandar untuk kebutuhan rumah tangga
dengan cara mereka membuat lobang dipinggiran sungai untuk menimba air.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan. Sumber
Daya Air menjelaskan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, di atas atau
dibawah permukaan tanah, termasuk air laut yang berada di darat. Kualitas air yang
baik akan menentukan penggunaan yang lebih luas, karena kualitas air merupakan
mutuh air yang telah memenuhi standar untuk suatu tujuan yang telah ditentukan
(Rahayu et al,2009).

2
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, pengkelasan air terbagi dalam
4 kelas, dimana setiap kelas memiliki fungsi masimg-masing, dan harus memenuhi
baku mutu seperti yang telah disyaratkan dalam PP tersebut. Kelas I akan lebih baik
kualitasnya dari pada kelas II, III dan IV.
1. Pada kelas I, dengan kualitas air yang paling baik akan digunakan sebagai air
baku untuk air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas air II, diperuntukan untuk sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas III adalah air yang diperuntukan bagi pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas IV adalah air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Pengamatan terhadap kualitas air sungai sangat diperlukan untuk menjaga
kelestarian sumber daya ini. Banyaknya aktivitas permukiman, pertanian,
perindustrian serta aktivitas lain, akan menimbulkan limbah yang berpotensi menjadi
polutan air. Monitoring dan evaluasi terhadap kualitas air sangat diperlukan untuk
mengetahui kualitas air serta dampak yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas yang
telah dilakukan.
Berdasarkan penelitian Fanani (2013) tentang keberadaan larva serangga
Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera di sub DAS Gajah Wong sebagai
indikator kualitas air diketahui bahwa sub DAS Sungai Gajah Wong di lokasi
Hargobinangun tercemar ringan. Sadonoharjo tercemar ringan-tidak tercemar, dan
Minomartani tercemar ringan. Wijayanti (2013), meneliti tentang analisis larva
akuatik insekta sebagai indikator kualitas perairan di hulu Sungai Gajah Wong. Dari
penelitian tersebut status kesehatan air di daerah Hargobinangun tercemar ringan,

3
Hargobinangun dan Sardonoharjo tidak-tercemar. Serupa dengan Fanani (2013),
Shoalihat (2015), kualitas air sungai Gajah Wong dari hulu ke hilir dalam kategori
bagus-buruk-dengan tingkat pencemaran organic kemungkinan agak tercemar –
tercemar berat. Selain itu Yasaroh (2016), tentang keberagaman makrozoobentos
(Ephemeroptera, Plechoptera) sebagai bioindikatorkualitas perairan Sungai diketahui
kualitas sungai Gajah Wong tergolong kemungkinan agak tercemar- tercemar berat.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wijayanti (2007), dalam jurnalnya tentang
“Kajian kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas
Hewan Makrobentos”. Hasil yang didapat pada penelitian tersebut adalah telah
ditemukan beberapa jenis hewan makrobentos yang terdiri dari empat kelas yaitu
Polychaeta, Bivalvia, Sipunculoidea dan Crustacea. Kelimpahan tertinggi dalam
struktur komunitas hewan makrobentos adalah kelas Polychaeta yang menunjukkan
bahwa hewan ini mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan.
Berdasarkan uraian penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diatas,
maka peneliti tertarik melekukan penelitian mengenai Biotilik sebagai metode
analisis pencemaran kualitas air sungai di aliran sungai Mandar Kecamatn
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Mengingat fungsi dari sungai Mandar yang
banyak dimanfaatkan warga dan dapat dapat dijadikan objek wisata. Berdasarkan
obsevasi awal sungai Mandar yang berada di Kecamatan Tinambung Kabupaten
Polewali Mandar ini memiliki kondisi fisik yang berbatu dan berarus tenang. Warga
sekitar biasanya memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber air minum, mencuci,
mandi, mencari ikan dan membuang sampah.
Dari melihat komposisi functional feeding group (FFG) organisme air merupakan
salah satu tawaran untuk dijadikan suatu data pembanding dalam memantau kualitas
atau ekosistem perairan. Karena organisme dapat memberikan gambaran adanya
gangguan pada ekosistem alami sungai dengan mengamti pola makn dominan atau
kelompok pemakan fungsional dari kelompok organisme perairan yang ada.

4
Selain denga FFG, pemantaun kesehatan kualitas air sungai menggunakan
parameter biologi dapat dilakukan dengan cara lebih praktis dan murah menggunakan
metode biotilik. Biotilik adalah memantau atau menilik kualitas air menggunakan
indikator biota makroinvertebrata air. Makroinvertebrata paling ideal sebagai
bioindikator kualitas perairan. Makroinvertebrata merupakan organisme yang tidak
bertulang belakang yang makroskopis. Selama masa hidupnya binatang tersebut
hidup di batuan batang kayu, sediment, debris, dan tanaman air. Yang termasuk
dalam benthos yaitu crustacean seperti clayfish, moluska seperti keong dan kerang,
cacing air dan beberapa larva dari insekta seperti nimpha stonefly dan odonata.
Makroinvertebrata sangat baik untuk indicator kesehatan air karena mereka hidup di
air selama masa hidupnya, mudah untuk didapatkan, memiliki toleransi yang berbeda
terhadap zat yang tercemar, dapat diidentifikasi di laboratorium, terdapat juga yang
hidup selam alebih dari satu tahun, memiliki mobilitas yang rendah dan merupakan
penghubung dari kondisi lingkungan.
Hasil penilaian kualitas air akan menghasilkan nilai indeks Kualitas Air. Indeks
kualitas air merupakan salah salah satu hal yang sangat efektif sebagai sumber
informasi tentang kualitas air bagi pemerhati lingkungan dan pengambil kebijakan.
Telah banyak diketahui bahwa untuk mengamati kualitas air, analisi secara kimia
lebih sering digunakan dan hanya bersifat sesaat dan membutuhkan biaya yang
relative tinggi. Selain itu parameter fisik dan kimia belum bisa dideskripsikan
mengenai riwayat suatu ekosistem sungai.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam sebuah penelitian, rumusan masalah menjadi fokus permasalahan yang
akan di teliti, terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui gambaran yang
akan diungkap di lapangan. Untuk mengungkap permasalah yang dikaji oleh peneliti
dan menjadi fokkus permasalahan maka rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah :

5
1. Bagaimana tingkat Pencemaran Kualitas air sungai Mandar berdasarkan
metode biotilik di Desa Lekopadis Kecamatan Tinambung Kabupaten
Polewali Mandar
2. Bagaimana tingkat keanekaragaman makroinvertebrata yang terdapat di
sungai Mandar di Desa Lekopadis Kecamatan Polewali Mandar.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui gambaran tingkat pencemaran kualitas air sungai
Mandar berdasarkan metode biotilik di Desa Lekopadis Kecamatan
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pencemaran kualitas air sungai mandar
berdasarkan metode biotilik di Desa Lekopadis Kecamatan
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
2. Mengetahui tingkat keanekaragaman makroinvertebrata yang terdapat
di sungai Mandar Desa Lekopadis Kecamatan Tinambung Kabupaten
Polewali Mandar

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Penelitian ini dilakukan untuk menguji kualitas perairan sungai berdasarkan
metode biotilik. Dengan adanya panduan tersebut diharapkan bagi akademisi
dapat meningkatkan pengetahuan mengenai beberapa cara untuk memonitor
kualitas perairan.
1.4.2 Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terbaru mengenai kesehatan perairan sunga dan menimbulkan rasa kepedulian
menjaga kelestarian sungai. Penggunaan metode biotilik sangat praktis dan
murah diharapkan bisa dipraktekan oleh masyarakat yang tinggal di daerah
aliran sungai.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Biotilik


2.1.1 Definisi Biotilik
Biotilik berasal dari kata Bio yang berarti biota dan titik berarti mengamati
dengan teliti, sehingga Biotilik adalah pemantauan lingkungan menggunakan
indikator biota, sinonim dengan istilah biomonitoring. Biotilik juga merupakan
singkatan dari Biota tidak bertulang belakang Indikator kualitas air yaitu
makroinvertebrata bentos. Misalnya serangga air, kepiting, udang, siput, cacing dan
lain-lain. Biotilik telah diterapkan di DAS Brantas, untuk menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian masyarakat, khususnya generasi mudah, agar berpartisipasi menjaga
kelestarian ekosistem sungai. Kondisi kerusakan sungai semakin meningkat karena
tingginya tekanan lingkungan daerah aliran sungai (DAS) akibat berkurangnya
daerah resapan air dan bantaran sungai. Hasil pemeriksaan Biotilik dapat memberikan
petunjuk adanya gangguan lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat
dirumuskan upaya penanggulangan yang dibutuhkan. Setiap warga Negara
berkewajiban menjaga kelestarian sungai, sehingga partisipasi masyarakat sangat
diperlukan untuk pemulihan kerusakan ekosistem sungai.
Sungai adalah ekositem daratan yang paling kritis karena tingginya tekanan
lingkungan akibat kerusakan daerah resapan air dan bantaran sungai serta eksploitas
sumber daya alam di daerah aliran sungai (DAS) yang tidak memperhatikan daya
dukung lingkungan. Jika selama ini pemantauan ekosistem sungai identik dengan
keharusan untuk menggunakan peralatan canggih nan mahal yang berarti jauh dari
jangkauan masyarakat umum, maka metode Biotilik menawarkan cara sederhana
tetapi efektif yang memudahkan kelompok maupun komunitas untuk langsung
memantau sampai sejauh mana kesehatan ekologis sebuah sungai dan daerah
alirannya.

7
Dibandingkan dengan metode konvensional yang ada, dengan metode biotilik
untuk mengetahui kualitas air disuatu lokasi, hasilnya dapat diketahui paling lama 1
jam, padahal dengan metode fisika kimia seperti BOD dan COD, dibutuhkan waktu
minimal lima hari untuk pengujian laboratorium. Dalam sepuluh tahun ini metode
Biotilik telah diujicobakan dan diterapkan di DAS Brantas oleh lembaga Ecoton dan
inspirasi (Institut Perlindungan dan Pemulihan Sungai) untuk menumbuhkan
masyarakat, khusunya generasi muda, agar berpartisipasi menjaga kelestarian
ekosistem sungai.
2.1.2 Panduan Identifikasi Biotilik
Identifikasi jenis Biotilik dilakukan sampai level famili dan Biotilik dibagi
menjadi 4 kelompok berdasarkan daya tahannya terhadap pencemaran air sungai.
Nama famili dari masing-masing anggota kelompok memiliki warna khusus untuk
memudahkan pengenalan dan analisi data. Biotilik yang termasuk dalam kelompok
EPT Diberi tanda bintang pada nama familinya.
Tabel 2.1.1 Panduan Identifikasi Biotilik

Nama Kategori Warna Skor Biotilik


Group A Sangat Sensitif Biru 4
Group B Sensitif Hijau 3
Group C Tahan Merah 2
Group D Sangat Tahan Abu-abu 1
Sumber buku panduan ayo cinta sungai

2.1.3 Makroinvertebrata
Makroinvertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak memiliki tulang
belakang yang hidup menempel pada substrata tau sedimen, debris, kayu-kayu, dan
lain-lain. Makroinvertebrata air merupakan komponen biotik pada ekosistem perairan
yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik biologi suatu perairan,
sehingga digunakan sebagai indikator pencemaran kualitas air sungai.

8
Sifat-sifat Makroinvertebrata
a. Sangat peka terhadap perubahan kualitas air sungai tempat hidupnya sehingga
mempengaruhi komposisi dan kelimpahannya.
b. Jenisnya cukup banyak dan hampir ditemukan di semua perairan
c. Tubuhnya dapat mengakumulasi racun, sehingga dapat sebagai petunjuk
pencemaran
d. Mudah dikumpulkan dan diidenfikasikan paling tidak sampai tingkat family
e. Pengambilannya cukup mudah dilakukan karena memerlukan peralatan
sederhana, murah dan tidak bepengaruh terhadap mahluk hidup lainnya.
Tabel indeks biotik yang akan digunakan sebagai dasar dalam penentuan
pencemaran kualitas air sungai dengan metode Biotilik, sebagai berikut :
Tabel 2.1.2 Intreprestasi FBI untuk menilai Kualitas air
Famili Biotilik Kualitas air Tingkat Pencemaran
Indeks
0,00-3,75 Sangat Tidak terpopulasi bahan organik
baik
3,76-4,25 Baik sekali Sedikit terpopulasi bahan organik
4,26-5,00 Baik Terpopulasi beberapa bahan
organic
5,01-5,75 Cukup Terpopulasi agak banyak
5,76-6,50 Agak Terpopulasi banyak
buruk
6,51-7,25 Buruk Terpopulasi sangat banyak
7,26-10,00 Buruk Terpopulasi berat
sekali
Sumber : Hilsenhoff (1988)

9
Tabel 2.1.3 Klasifikasi Kualitas Air Berdasarkan Bisel Indeks Biotilik.
Kelas Biotilik Indeks Warna Tingkat Pencemaran
A 10-9 Biru Terpopulsi ringan atau tidak
terpopulasi
B 8-7 Hijau Sedikit terpopulasi
C 6-5 Kuning Terpopulasi dalam jumlah
sedang
D 4-3 Jingga Terpopulasi berat
E 2-1 Merah Terpopulasi sangat berat
F 0 Hitam Mati secara biologi
Sumber : biotilic Indeks Manual for Secondary school University Gent Belgium
(1999)

2.2 Tinjauan Umum Tentang Analisis Pencemaran Kualitas Air


Sungai
2.2.1 Analisis Kualitas Air Sungai
Analisa atau analisis merupakan suatu usaha untuk mengamati detail sesuatu hal
atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentukannya atau
penyususnannnya, untuk dikaji lebih lanjut. Kata analisa atau analisis atau analysis
digunakan dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ilimu bahasa, ilmu sosial
maupun ilmu sains (alam). Dalam ilmu kesehatan digunakan dalam Analisis berbagai
faktor penyebab kesehatan Misalnya analisis kualitas air, udara, dan makanan.
Analisis kualitas air merupakan suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik
fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air
relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air yaitu sifat air dan
kandungan mahluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondidi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum. Berbagai lembaga negara didunia berstandar

10
kepada data ilmiah dan keputtusan politik dalam menentukan standar kualitas air
yang diizinkan untuk keperluan tertentu. Air terikat erat dengan kondisi ekologi
setempat sehingga kualitas air termasuk subjek yang sangat kompleks dalam ilmu
lingkungan.
1 Jenis-jenis Analisis Parameter Kualitas Air :
a. Parameter Fisika, meliputih (suhu, warna, bau dan rasa)
 Suhu
Suhu sangat mempengaruhi pola penyebaran dan kelimpahan biota
perairan. Pengukuran suhu biasanya dilakukan langsung di lapangan, suhu air
yang normal berkisar ± 3OC dari suhu udara. Peningkatan suhu air biasanya
disebabkan oleh berbagai hal antara lain, air sungai yang dekat dengan gunung
berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan
air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu.
Dampak yang terjadi akibat peningkatan suhu berupa penurunan jumlah
oksigen terlarut, peningkatan reaksi kimia, maka akan berkurangnya aktivitas
kehidupan organisme perairan tersebut..
 Warna
Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi
yang berwana, ekstrak senyawa-senyawa organic ataupun tumbuh-tumbuhan
dank arena terdapatnya mikro organisme seperti plaankon, ion-ion metal alami
seperti besi dan mangan. Komponen penyebab warna khususnya yang berasal
dari limbah industry kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia
maupun bagi biota air.
 Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan
tidak berasa. Adanya bau daa rasa pada air, menunjukan terdapatanya
organisme penghasil baud an juga adanya bahan-bahan pencemar yang dapat
menggangu kesehatan.

11
b. Parameter Kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)
 DO (Oksigen terlarut)
Adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air tertentu pada suatu
suhu dan tekanan atmosfer tertentu. Oksigen merupakan salah satu faktor
pembatas, sehingga bila ketersediaanya di dalam air tidak mencukupi
kebutuhan biota, maka akan menghambat aktivitas di dalam perairan tersebut.
Rendahnya kadar oksigen dapt mempengaruhi terhadap fungsi biologis dan
lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Perairan dikatakan mengalami pencemaran jika kadar DO dibawah 4 ppm
Kadar DO yang rendah dapat memberikan pengaruh yang berbahaya pada
komunitas air. Kehidupan di air dapat bertahan jika terdapat di oksigen
terlarut dalam minimal sebanyak 5 ppm( 5 part per million atau 5 mg oksigen
untuk setiap liter air).
 pH (Derajat Keasaman)
PH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu
perairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukan aktivitas ion hidrogen
dalam suatu perairan. Nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4
sampai 9 perairan dengan pH <7 maka perairan ini bersifat alkalis (basa) dan
pH = 7 disebut sebagai netral. Perubahan pH air bergantung pada polutan air,
air yang memilki pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran normal maka
akan mempengaruhi kehidupan jasad renik.
 BOD (Kebutuhan Oksigen Biokimiawi)
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme earobik untuk menguraikan hampir semua zat organik yang
terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air. Pengukuran BOD diperlukan
untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun
industry dan untuk mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang
tercemar tersebut. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat

12
organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung disebabkan
adanya bakteri aerobik.
 COD (Kebutuhan Oksigen Kimiawi)
COD adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total
zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air.Angka COD merupkan
ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat
diuraikan secara biologis maupun hanya dapat diuraikan dengan proses kimia.
Banyak zat organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara
cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa-senyawa organik
tersebut juga menurubkan kualitas air. Bahan-bahan yang stabil terhadap
reaksi biologis dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD
96% hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit, kira-kira akan setara
dengan hasil uji BOD selama 5 menit.

c. Parameter Biologi air (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton, fungi,


hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
Parameter biologi masih jarang digunakan sebagai parameter penentu
pencemaran. Padahal, pengukuran menggunakan parameter fisika dan kimia hanya
memberikan kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan
interpretasi dalam kisaran lebar. Indikator biologis merupakan petunjuk yang mudah
untuk memantau terjadinya pencemaran. Adanya pencemaran lingkungan, maka
keanekaragaman spesies akan menurun dan mata rantai makanannya menjadi lebih
sederhana, kecuali bila terjadi penyuburan. Flora dan fauna yang dapat dijadikan
indikator biologis pencemaran sungai dapat diamati dari keanekaragaman spesies,
laju pertumbuhan stuktur. Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai tinggi
menandakan kualitas air sungai tersebut baik/belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila
kean+ekaragaman kecil, sungai tersebut tercemar.

13
2.2.2 Pencemaran Air Sungai
Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat-material,
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dalam
Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat-material, energy dan atau
komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.
Pencemaran sungai yang terjadi di banyak wilayah di Indonesia saat ini telah
mengakibatkan terjadinya krisis air bersih (air dengan kualitas yang memenuhi
syarat) terutama di daerah perkotaan. Kurangnya kesadaran warga sekitar serta
lemahnya penegakan hokum dan pengawasan serta belum ditemukannya metode
teknis yang dapat menyelesaikan masalah kualitas air sungai, mejadikan pencemaran
sungai semakin lama semakin kronis.
Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu perairam lentik dan perairan
lotik. Sungai termasuk dalam perairan lotik yang ditandai dengan adanya arus.
Perairan lotik berasal dari kata lotus yang artinya mencuci. Perairan lotik (mengalir)
meliputih mata air, selokan atau sungai.
a. Zona air deras : daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi
untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang
lepas, sehingga dasarnya padat Zona ini dihuni oleh bentos yang berdaptasi
khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau berpegang dengan
kuat pada dasar yang padat.
b. Zona air tenang : bagian air yang dalam dimana kecepatan arus sudah
berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar,

14
sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok
untuk penggali nekton dan pada beberapa kasus, plankton.
Karakteristik sungai dan pencemaran yaitu jika limbah yang masuk kedalam
sungai tidak berlebihan, umumnya aliran air sungai dapat menguraikan limbah
tersebut dan dapat memperbarui suplai DO melalui difusi dengan atmosfir. Limbah
yang masuk ke sungai umumnya memiliki kadar DO yang rendah, maka pada bagian
hilir kadar DO berangsur-angsur meningkat kembali sampai ketingkat normal.

2.2.3 Dampak Pencemaran Air Sungai


Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah
industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsure hara yang
terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan
manusia.
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minuma, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem
air sungai dan lainnya. Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air sungai yaitu
mengganggu kesehatan dan merusak estetika lingkungan.
1. Dampak terhadap Lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang kelingkungan perairan,
maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan
bau menyengat disamping tumbukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan.
2. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain
sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, sebagai sarang insekta
penyebar penyakit dan jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia
tak dapat membersihkan diri.

15
2.2.4 Hipotesis
Menurut Dharma, hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian.
Hipotesis penelitian (Ha) merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang menunjukan adanya hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara Pencemaran Kualitas air sungai Mandar dengan


keberadaan makroinvertebrata berdasarkan metode biotilik di Desa Lekopadis
Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
2. Ada hubungan antara tingkat keanekaragaman makroinvertebrata yang tedapat
di sungai Mandar dengan kualitas sungai di Desa Lekopadis Kecamatan
Polewali Mandar

2.2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjuan pustaka yang telah dikemukakan diketahui bahwa


pencemaran kualitas air sungai mandar ( Variabel Dependen ) dipengaruhi oleh
keberadaan Biotilik atau Makroinvertebrata( Variabel Independen ).

16
Maka kerangka konsep penelitian tersebut antara lain :
Variabel Independen Variabel dependen

Nama Jenis Biotilik


Grup A
Grup B
Grup C
1 Pencemaran Kualitas
Grup D
Air Sungai

T1 Parameter Fisika
 Suhu
 Warna
 Bau dan rasa

Parameter Kimia
 DO (Oksigen Terlarut)
 pH
 BOD
 COD

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

17
BAB III
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang Kualitas air sungai Mandar yang
diteliti dengan menggunakan metode biotilik.

4.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi menurut Dharma (2011), merupakan unit dimana suatu hasil
penelitian akan diterapkan. Atau populasi adalah keseluruhan jumlah yang
diteliti atas obyek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas
tertentu yang diterapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sungai Mandar yang
berada di Kecamatan Tinambung.
2. Sampel
Sampel menurut Dharma (2011), adalah sekelompok individu yang
merupakan bagian dari populasi terjangkaumdimana peneliti langsung
mengumpulkan data atau melakukan pengamatan atau pengukuran pada
penelitian ini. Sampel pada penelitian ini adalah bagian Hulu, bagian Tengah,
dan bagian Hilir Sungai Mandar. Desa Lekopadis Kecamatan Tinambung
Pengambilan sampel.

4.3 Teknik Pengumpulan Data


Sumber Data Penelitian
Data-data pada penelitian ini dapat diperoleh baik dari data primer maupun data
sekunder.

18
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang dikumpulkan melalui
observasi langsung di lokasi pengamatan, yaitu sungai Mandar di Desa
Lekopadis Kecamatan Tinambung.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari berbagai
laporan, data dan informasi yang tersedia di instansi atau lembaga pemerintah
dan masyarakat.

4.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa alat dan bahan seperti jaring, kaca
pembesar,dan kamera untuk dokumentasi, serta panduan Biotilik atau
makroinvertebrata yang dapat membantu dalam mengidentifikasi keberadaan dan
jumlah dari makroinvertebrata yang dimaksudkan dalam penelitian.

4.5 Pengolahan Data


Cara yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu dengan
pemantauan langsung pada lokasi penelitian di sungai Mandar di Desa Lekopadis
Kecamatan Tinambung. Adapun langkah-langkah yang akan digunakan untuk
pengumpulan data dalam hal ini pengambilan sampel Biotilik adalah sebagai berikut:
a. Masuk kedalam aliran sungai untuk melakukan pengambilan sampel jika
kedalaman sungai kurang dari 50 meter. Untuk sungai yang dalam,
pengambilan sampel cukup dilakukan dari tepi sungai, Lakukan teknik
kicking dan jabbing untuk mengumpulkan sampel Biotilik dari dasar sungai.

19
b. Lakukan analisis data Biotilik hasil kegiatan di sungai, untuk menarik
kesimpulan status kesehatan sungai. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nama dan jenis Biotilik yang peroleh datanya kemudian dihitung berapa
macam jenis Biotilik yang ditemukan dan berapa macam jenis Biotilik dari
kelompok EPT (Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera).
2. Kategorikan family yang sudah teridentifikasi kedalam beberapa grup, yaitu :
Tabel 4.5.4 Panduan Identifikasi Biotilik
Nama Kategori Warna Skor
Biotilik
Grup A Sangat Sensitif Biru 4
Grup B Sensitif Hijau 3
Grup C Tahan Merah 2
Grup D Sangat Tahan Abu-abu 1
Sumber buku panduan ayo cinta sungai

Kemudian mengisi tabel dibawah ini :


Jumlah jenis Biotilik dari grup A :…..X4 =.....
Jumlah jenis Biotilik dari grup B :…..X3 =…..
Jumlah jenis Biotilik dari grup C :…..X2 =…..
Jumlah jenis Biotilik dari grup D :…..X1 =…..
Total X=….. Y=…..
Indeks Pencemaran Air (IPA) = Y/X =…..

Hasil dari Indeks Pencemaran Air sungai kemudian dicocokan dengan tabel
berikut untuk menarik kesimpulan mengenai status sungai.

20
Tabel 4.5.5 Penilaian Tingkat Pencemaran Sungai Dengan Jumlah Jenis Biotilik
Parameter Skor Skor
Penilaian
4 3 2 1
Keragaman >13 10-13 7-9 <7
Jenis Famili
Keragaman >7 3-7 1-2 0
Jenis EPT
% Kelimpahan >40% >15-40% >0-15% 0%
EPT
Indeks Biotilik 3,3-4,0 2,6-3,2 1,8-2,5 1,0-1,7
Total Skor
Skor Rata-Rata ( Total Skor/4 )
Kriteria Tidak Tercemar Tercemar Tercemar
Kualitas Air Tercemar Ringan Sedang Berat

Skor Rata-rata 3,3-4,0 2,6-3,2 1,8-2,5 1,0-1,7

Sumber : buku panduan ayo cinta sungai

Tabel 4.5.6 Penilaian Kualitas Air dengan Indeks Biotilik


No Indeks Biotilik Kategori Kualitas Air
1 3,1-4,0 Sangat Bersih Pencemaran Sangat Ringan
2 2,6-3,0 Bersih, Pencemaran Ringan
3 2,1-2,5 Agak Bersih Pencemaran Sedang
4 1,6-2,0 Kotor, Pencemaran Agak Berat
5 1-1,5 Sangat Kotor, Pencemaran Berat
Sumber : buku panduan ayo cinta sungai

21
Untuk melakukan pemeriksaan agar hasilnya lebih lengkap lagi yaitu dapat
dilakukan analisis data dengan cara sebagai berikut :
Nama dan jenis Biotilik yang diperoleh, kemudian dihitung berapa macam jenis
Biotilik yang ditemukan dan berapa macam jenis Biotilik dari kelompok EPT.
Kemudian dikelompokkan sesuai dengan panduan pengelompokan Biotilik.

Analisis data Biotilik :


% EPT = jumlah individu dari kelompok EPT
Total jumlah individu dalam sampel
% Grup A dan B = jumlah individu dari grup A dan B
Total jumlah individu dalam sampel

Semakin tinggi nilai % EPT dan % Biotilik yang tidak tahan terhadap
pencemaran/sensitive terhadap pencemaran yaitu grup A dan B menunjukan semakin
baik kesehatan sungai.

4.6 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilaksanakan di Sungai Mandar Desa Kecamatan Tinambung.
Alasan peneliti melakukan penelitian di sungai Mandar karena dilatar belakangi
dengan data-data pendukung mengenai lokasi penelitian dan peran sungai Mandar
sebagai sumber air minum masyarakat di Tinambung, sehingga menguatkan peneliti
untuk mengambil lokasi penelitian di sungai Mandar dan sesuai dengan variabel yang
diteliti yaitu dalam hal mengidentifikasi atau memantau pencemaran kualitas air
sungai disesuaikan dengan jenis makroinvertebrata yang ditemukan dan
diklasifikasikan.

4.7 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan bulan November 2019 sampai Januari 2020

22
4.8 Variabel Penelitian dan Defenisis Operasional Variabel
4.8.1 Variabel penelitian
Menurut Sugiyono (1999) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Ada dua jenis
variabel dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini adalah Status
pencemaran kualitas air sungai Mandar dengan menggunakan metode Biotilik.
2. Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Pada
penelitian ini yaitu keberadaan dan jenis makroinvertebrata yang ditemukan
sebagai bioindikator penentuan pencemaran kualitas air sungai

23
No. Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Variabel Independen Observasi Observasi Semakin tinggi Ordinal
langsung pada nilai % EPT dan
keberadaan dan jenis pemantauan lokasi penelitian % Biotilik yang
Biotilik lingkungan kemudian tidak tahan
menggunakan dihitung berapa terhadap
indikator biota, macam jenis pencemaran/sensi
sinonim dengan Biotilik yang tive terhadap
istilah ditemukan dan pencemaran yaitu
biomonitoring. berapa macam grup A dan B
Biotilik juga jenis Biotilik dari menunjukan
merupakan kelompok EPT. semakin baik
singkatan dari Kemudian kesehatan sungai.
Biota tidak dikelompokkan
bertulang belakang sesuai dengan
Indikator kualitas panduan
air yaitu pengelompokan
makroinvertebrata Biotilik.
bentos.
2 Variabel Dependen Observasi Observasi Jika Nama dan Ordinal
langsung pada jenis biotilik :
Pencemaran kualitas lokasi penelitian Grup A = Sangat
air sungai masuknya atau kemudian Sensitif
dimasukkannya Kategorikan nama Grup B = Sensitif
mahluk hidup, zat- dan jenis biotilik Grup C = Tahan
material, energy yang sudah Grup D = Sangat
dan atau komponen teridentifikasi Tahan
lain kedalam air kedalam beberapa
oleh kegiatan grup
manusia, sehingga
kualitas air turun
sampai ke tingkat
tertentu yang
menyebabkan air
tidak dapat
berfungsi sesuai
dengan
peruntukannya

24
1.9 Analisis Data
Dari data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di sungai Mandar Desa
Lekopadis Kecamatan Tinambung, dikumpulkan dalam tabel pemantauan yang
selanjutnya dilakukan perhitungan indeks Biotilik, yaitu berdasarkan Famili Biotilik
Indeksdengan tujuan memperoleh data kualitas air sungai Mandar melalui metode
Biotilik.Data yang telah diolah selanjutnya disajikan secara deskriptif dalam bentuk
tabel klasifikasi makroinvertebrata disertai dengan penjelasannya.

25

Anda mungkin juga menyukai