PENDAHULUAN
1
2
3
4
maka populasi menunjukkan keseragaman yaitu jumlah individu setiap genus dapat
dikatakan relatif sama, atau tidak jauh berbeda (Esty, 2015).
12
13
flacon 5 ml yang berfungsi untuk menampung air hasil saringan. Air hasil saringan
yang berada di botol flacon, ditetesi formalin 4% selanjutnya di identifikasi melalui
mikroskop cahaya monookuler, kemudian dihitung menggunakan counter,
sedangkan identifikasinya menggunakan buku identifikasi. Selain parameter
biologi, diamati juga parameter fisika dan kimia seperti temperatur air, derajat
keasaman (pH), dan oksigen terlarut (DO).
Tabel 3.1. Nilai Indeks Saprobik dengan Penafsiran Kualitas Air Secara Biologis
4.1 Hasil
Zooplankton
Monogononta Euchlanis sp 2
Keratella sp 1
Lepadella sp 4 5
Adineta sp 1
Tubulinea Centropyxis sp 2 9 8
Lobosa Arcella sp 86 58 83
Dynophyceae Peridinium sp 1 3 4
Fitoplankton
Fragilariophyceae Tabellaria sp 7 15 2
Synedra ulna 102 94 105
Euglenoidea Euglena sp 1
Chlorophyceae Coelastrum sp 25 14
Pediastrum sp 4 22 23
Scenedesmus 1 1 1
Dimorphus
Zygnematophyceae Closterium sp 4 4 4
Spyrogyra sp 1 6
Bacillariophyceae Navicula sp 20 24 16
Surirella sp 2 18
Bacillaria sp 3
Pleurosigma sp 1
Diatom 2 2
Ulvophyceae Ulothrix 2 3
Chlorophyta 1 1
Cyanophyceae Calothrix 1
Jumlah Individu 231 273 295
Jumlah Spesies 11 20 17
Indeks Saprobitas 2,1 1,53 1,01
Kategori Tercemar Tercemar Tercemar
Sangat Ringan Sedang
Ringan
Sumber: Data primer (2019)
Berdasarkan tabel 4.2 terdapat parameter air Sungai Metro serta baku mutu
air kelas II. Temperatur air dan Ph air dari ketiga stasiun masih dalam deviasi tiga
16
17
sehingga air masih layak digunakan dalam kebutuhan sehari-hari. Oksigen terlarut
(DO) pada stasiun III menurun, sehingga tidak termasuk baku mutu air kelas II.
Tabel 4.3 menunjukkan jumlah spesies dari kelas yang mendominasi tiap-
tiap stasiun Sungai Metro. Stasiun I sampai III didominasi oleh kelas
Fragilariophyceae, Bacillariaphyceae, dan Chlorophyceae dengan jumlah spesies
yang berbeda dalam setiap stasiun.
107
109
35 38
109
29 48
22 5
FRAGILARIOPHYCEAE BACILLARIOPHYCEAE CHLOROPHYCEAE
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
4.2 Pembahasan
Komposisi jenis plankton yang ditemui pada perairan Sungai Metro di tiga
titik stasiun bagian hulu, tengah dan hilir, sebanyak 11 kelas yang terdiri dari 22
spesies. Pada fitoplankton, kelas yang ditemukan yaitu : Fragillariophyceae (2
spesies), Euglenoidea (1 spesies), Chlorophyceae (3 spesies), Zygnematoceae (2
spesies), Bacillariophyceae (5 spesies), Ulvophyceae (2 spesies), dan
Cyanophyceae (1 spesies). Sedangkan pada zooplankton kelas yang ditemukan
18
Nilai indeks dominasi dari ke-tiga stasiun berkisar antara 0,19 - 0,34.
Kisaran nilai indeks dominasi tertinggi berada pada stasiun I dengan nilai 0,34. Hal
tersebut menandakan bahwa ada spesies yang mendominasi pada bagian hulu
sungai. Spesies yang mendominasi yaitu Synedra ulna dari kelas
Fragillariophyceae. Indeks keseragaman plankton yang ditemukan berkisar antara
0,56 – 0,68. Pada ketiga stasiun didapatkan nilai keseragaman yang sama. Sesuai
dengan pernyataan (Awaludin dkk, 2015), apabila nilai indeks mendekati 1, maka
keseragaman antar spesies tergolong merata. Indeks saprobitas plankton (X) pada
tiga stasiun bervariasi antara 1,01-2,1 dengan kategori β-Mesosaprobik (tercemar
ringan-sedang) dan Oligosaprobik (tercemar sangat ringan). Dari data pengamatan,
sungai bagian hulu sampai ke hilir semakin tercemar. Bagian hilir (Stasiun III)
termasuk kategori tercemar sedang, dikarenakan wilayah sungai yang padat
penduduk dan banyak limbah domestik. Selain itu kandungan oksigen pada stasiun
III paling rendah dengan nilai 4,5 mg/L. Pada umumnya air yang telah tercemar,
memiliki kandungan oksigen yang rendah. Makin banyak limbah organik dalam air,
makin sedikit sisa kandungan oksigen terlarut (Ali, 2013).
19
Keanekaragaman
(H’)
Stasiun I 1,36 Keanekaragaman kecil dan tercemar sedang
Stasiun II 2,06 Keanekaragaman kecil dan tercemar sedang
Stasiun III 1,91 Keanekaragaman kecil dan tercemar sedang
Dominasi (D)
Stasiun I 0,34 Ada individu yang mendominasi (banyak)
Stasiun II 0,19 Ada individu yang mendominasi (sedikit)
Stasiun III 0,22 Ada individu yang mendominasi (banyak)
Keseragaman (E)
Stasiun I 0,56 Keseragaman plankton relatif sama
Stasiun II 0,68 Keseragaman plankton relatif sama
Stasiun III 0,67 Keseragaman plankton relatif sama
Saprobitas (X)
Stasiun I 2,1 Tercemar sangat ringan
Stasiun II 1,53 Tercemar ringan
Stasiun III 1,01 Tercemar sedang
Sumber: Data primer (2019)
5.1. Simpulan
5.2. Simpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro di Kecamatan
Sukun Kota Malang. Bumi Lestari, 13(2), 265–274.
Amedia, I. 2013. Diatom sebagai Bioindikator Kualitas Air. Semarang : Universitas
Diponegoro
Anggoro, S. 1988. Analisa Tropic-Saprobik (Trosap) Untuk Menilai Kelayakan
Lokasi Budidaya Laut dalam : Workshop Budidaya Laut Perguruan Tinggi
Se-Jawa Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro
Asih. P. 2014. Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Teluk Dalam Desa
Malng Rapat Bintan.Skripsi. Tanjung Pinang: UMRAH FIKP
Awaludin, A., Dewi, N., & Ngabeti, S. 2015. Koefisien Saprobik Plankton di
Perairan Embung. Jurnal MIPA. 38(2), 115–120.
Basmi. 2000. Planktonologi : Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Barnes, R.S.K. 1976. Estuarine Biology. Southampton: The Camelot Press Ltd
Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak
Kalimantan Timur. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Esty. 2015. Hubungan Kelimpahan Plankton Terhadap Kualitas Air di Perairan
Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau .Riau: FIKP
UMRAH
Handayani. S & Patria M.P. 2009. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk
Krenceng Cilegon, Banten. Makara Sains. 9(2): 75-80
Isti’anah, D., Faizul H., & Ainun L. 2015. “Synedra Sp. Sebagai Mikroalga Yang
Ditemukan Di Sungai Besuki Porong Sidoarjo, Jawa Timur.” Bioedukasi:
Jurnal Pendidikan Biologi 8(1):57.
Kamilah, F., Fida R., & Novita K.I. 2014. “Keanekaragaman Plankton Yang
Toleran Terhadap Kondisi Perairan Tercemar.” LenteraBio 3(3):226–31.
22
23
24
25
RIWAYAT HIDUP