Anda di halaman 1dari 8

ANALISA SPASIAL PENCEMARAN LOGAM BERAT

PADA SEDIMEN DAN BIOTA AIR DI MUARA


SUNGAI SERAYU KABUPATEN CILACAP
Suwarsito dan Esti Sarjanti
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Emai: ito_warsito@yahoo.co.in

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara spasial pencemaran
logam berat Cd, Pb, dan Fe pada sedimen dan biota (kerang) yang hidup di muara Sungai
Serayu. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai Juli 2013. Lokasi penelitian
adalah di muara Sungai Serayu di Kabupaten Cilacap. Pengambilan sampel terdiri dari 2
stasiun, yaitu stasiun 1 pada muara sungai (estuarin) dan stasiun 2 pada area 3 km
sebelum estuarin. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif expo de facto.
Metode pengambilan sampel menggunakan Sample Survey Method.Variabel penelitian
adalah kandungan logam berat Pb, Cd, dan Fe sedimen dan kerang di muara Sungai
Serayu. Analisis logam berat menggunakan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS).
Variabel pendukung adalah temperatur air, pH air, dan salinitas air pada lokasi penelitian
yang diukur secara in situ. Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu
membandingkan kandungan logam berat sedimen dan kerang di lokasi penelitian dengan
baku mutu yang ditetapkan oleh Reseau National d’Observation (RNO), World Health
Organization (WHO) dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
No. 03725/B/SK/VII/89. Sedangkan data pendukung berupa variabel parameter fisik
kualitas air dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan logam berat Pb dan Cd baik pada sedimen maupun kerang yang hidup di
muara Sungai Serayu masih berada di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh
RNO, WHO, dan Direktorat Jenderal POM No. 03725/B/SK/VII/89, namun kandungan
logam berat Fe baik pada sedimen maupun kerang di muara Sungai Serayu telah
melampaui ambang batas yang telah ditetapkan oleh RNO, WHO dan Direktorat Jenderal
POM No. 03725/B/SK/VII/89.
Kata-kata Kunci: Analisa Spasial, Pencemaran, Logam Berat Cd, Pb, dan Fe,
Sedimen, Kerang, Muara Sungai Serayu.

I. PENDAHULUAN mengalir keluar ke Samudera Hindia.


Sungai Serayu merupakan salah Beberapa pegunungan, termasuk Sumbing
satu sungai terbesar di Pulau Jawa yang dan Sundoro di sebelah timur, Walirang
terletak di bagian tengah pulau. Sungai di utara, Gunung Slamet di tengah-
Serayu melintasi beberapa kabupaten di tengah, dan serangkaian perbukitan
Provinsi Jawa Tengah, yaitu melalui rendah di sepanjang bagian selatan
Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, mengelilingi DASSerayu yang
Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. merupakan rangkaian pegunungan selatan
Daerah tangkapan Sungai Serayu sebesar (Munir, 2009).
4.375 km2 dan sungai utama memiliki Sungai Serayu selama ini
panjang 180 km dengan 11 anak dimanfaatkan untuk memenuhi
sungainya. Sungai Serayu berasal dari kebutuhan masyarakat pada wilayah
lereng barat laut Gunung Prahu dan yang dilalui oleh Daerah Aliran Sungai

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 30
(DAS) tersebut. Sungai Serayu digunakan efek-efek khusus pada makhluk hidup.
untuk irigasi, air minum, industri, listrik Dapat dikatakan bahwa semua logam berat
tenaga air, dan lain-lain. Namun selain dapat menjadi bahan racun yang akan
memanfaatkan Sungai Serayu untuk meracuni tubuh makhluk hidup, misalnya
kepentingan tersebut di atas, masyarakat di logam air raksa (Hg), cadmium (Cd), timah
sekitar DAS Serayu juga membuang hitam (Pb), besi (Fe), dan khrom (Cr).
limbah ke Sungai Serayu. Hal ini telah Apabila logam esensial ini masuk ke dalam
menimbulkan permasalahan pencemaran di tubuh dalam jumlah yang berlebihan, maka
sungai tersebut. akan berubah fungsi menjadi racun bagi
Menurut laporan pengujian kualitas tubuh (Palar,1994).
air dan sumber air Kabupaten Banyumas Mengingat Sungai Serayu banyak
tahun 2010,kegiatan industri, pertanian, dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya,
limbah rumah tangga dan penambangan maka tingkat pencemaran di sungai
liar merupakan sumber utama pencemaran tersebut perlu diteliti agar dapat dilakukan
di sepanjang Sungai Serayu. Sumber langkah-langkah untuk mengantisipasi
pencemar industri di DAS Serayu antara bahaya pencemaran terutama pencemaran
lain berasal dari PT. Indofood dengan logam berat. Hasil penelitian sebelumnya
konsentrasi Biological Oxygen Demand yang dilakukan oleh Suwarsito dan
(BOD) sebesar 27, 99 mg/L, sentra industri Sarjanti (2013) menunjukkan kandungan
Mojotengah dengan konsentrasi BOD logam air muara Sungai Serayu telah
sebesar 307, 2 mg/L, sentra industri tahu melampaui batas ambang yang telah
dengan konsentrasi BOD sebesar 291,8 ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
mg/L, home industri tahu di Sungai Nomor 82 tahun 2001 dan Keputusan
Begaluh dengan konsentrasi BOD sebesar Menteri Negara Kependudukan dan
1,41 mg/L, home industri tahu di Sungai Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 1998
Merawu dengan konsentrasi BOD sebesar tentang baku mutu kualitas air dan
1,69 mg/L, CV. Tabah dengan konsentrasi lingkungan. Kandungan logam berat Cd,
BOD sebesar 549,7 mg/L, CV. Menara Pb, dan Fe pada ikan yang tertangkap telah
dengan konsentrasi BOD sebesar 140, 2 melampau ambang batas ketentuan yang
mg/L, home industri pemotongan sapi di ditetapkan oleh WHO ataupun oleh POM
sekitar sungai dengan konsentrasi BOD No.03725/B/SK/VII/89 tentang kelayakan
sebesar 2.182 mg/L, PT. Indomulti Hair bahan pangan dan kehidupan di perairan.
dengan konsetrasi BOD sebesar 549,7 Namun hasil penelitian ini perlu
mg/L, CV. Karang Jati dengan konsentrasi dilanjutkan dengan meneliti kandungan
BOD sebesar 203, 5 mg/L, sentra industri logam berat yang terdapat pada sedimen
tapioka di Sungai Klawing dengan dan kerang yang hidup di muara Sungai
konsentrasi BOD sebesar 3,781 mg/L, PT. Serayu agar dapat diketahui tingkat
Walet dengan konsentrasi BOD pencemaran muara Sungai Serayu secara
sebesar5,512 mg/L, dan sentra industri di keseluruhan. Oleh karena itu, dalam
Sungai Tajum dengan konsentrasi BOD penelitian ini dilakukan penelitian dengan
sebesar 6,26 mg/L. menganalisis secara spasial pencemaran
Daerah Aliran Sungai Serayu pada sedimen dan biota (kerang) yang hidup di
saat ini telah mengalami kerusakan dan muara Sungai Serayu.
pencemaran lingkungan yang mengakibat Tujuan penelitian ini adalah untuk
kan menurunnya kualitas air Sungai menganalisis secara spasial pencemaran
Serayu. logam berat Pb, Cd, dan Fe pada sedimen
Bentuk pencemaran akibat limbah dan biota air (kerang) yang hidup di muara
buangan industri terutama mengandung Sungai Serayu.
gugus logam berat. Berbeda dengan logam
biasa, logam berat biasanya menimbulkan

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 31
II. METODE PENELITIAN sedimen dan kerang di lokasi penelitian
Metode penelitian ini menggunakan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh
metode deskriptif expo de facto.Metode Reseau National d’Observation (RNO),
pengambilan sampel menggunakan Sample World Health Organization (WHO) dan
Survey Method.Variabel penelitian adalah Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
kandungan logam berat Pb, Cd, dan Fe Makanan (POM) No. 03725/B/SK/VII/89.
sedimen dan kerang di muara Sungai Sedangkan data pendukung berupa
Serayu. Analisis logam berat variabel parameter fisik kualitas air
menggunakan Atomic Absorbtion dianalisa secara deskriptif kualitatif.
Spectrofotometer (AAS). Variabel
pendukung adalah temperatur air, pH air, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan salinitas air pada lokasi penelitian
yang diukur secara in situ. Analisa data Hasil pengukuran parameter fisik air
dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu di Muara Sungai Serayu disajikan pada
membandingkan kandungan logam berat Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Fisik Air di Muara Sungai Serayu


No Lokasi Salinitas pH Temperatur
1. Stasiun 1 3 ppt 8 280C
2. Stasiun 2 0 ppt 7,5 270C

Berdasarkan data pada Tabel 1 memperlihatkan kecenderungan aktivitas-


menunjukkan bahwa pada stasiun 1 suhu aktivitas kimiawi dan biologis,
air adalah 28 0C sedangkan lokasi 2 adalah pengentalan, tekanan uap, ketegangan
270C. Berdasarkan Keputusan Menteri permukaan dan nilai-nilai penjenuhan dari
Negara Kependudukan dan Lingkungan benda padat dan gas. Pengentalan
Hidup No.2 Tahun 1988 tentang syarat- mengatur sedimentasi, pada saat suhu
syarat dan pengawasan kualitas air dan meninggi pengentalan berkurang dan
baku mutu kualitas air limbah, menyatakan menghasilkan peningkatan kegunaan
bahwa suhu air yang layak untuk sedimentasi, dengan perkiraan bahwa
dikonsumsi adalah sekitar 300C - 450C. sedimentasi tidak terganggu oleh arus yang
Stasiun 1 dan 2 memiliki nilai suhu 270C - memancar (konversi). Suhu juga
280C.Nilai ini masih berada di dalam berpengaruh pada toksitas logam berat
kisaran Peraturan Pemerintah Nomor 82 terhadap biota. Apabila terjadi peningkatan
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas suhu, proses pemasukan logam berat dalam
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. tubuh akan meningkat dan reaksi
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pembentukan ikatan antara logam berat
nilai suhu dari masing-masing stasiun dengan protein dalam tubuh semakin cepat
bervariasi. Suhu badan air berbeda-beda (John dan Joel, (1995) dalam Syakti,
sesuai dengan musim, lintang (latitude), (2012)).
ketinggian dari permukaan laut (altitude), Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa pH
waktu dalam hari, sirkulasi udara, di stasiun 1 adalah 8, sedangkan di stasiun
penutupan awan, dan aliran serta 2 adalah 7,5. pH menyatakan intensitas
kedalaman badan air. Suhu mempunyai keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan
pengaruh universal dalam mengatur proses encer, dan mewakili konsentrasi hydrogen
alami di perairan, karena mempengaruhi ionnya (Otto.1986). Berdasarkan Peraturan
komponen biotik dan komponen abiotik Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
(Effendi 2003). Menurut Otto (1986), Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
pengukuran suhu pada air berguna dalam Pengendalian Pencemaran Air

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 32
menyatakan bahwa pH air yang layak faktor, seperti pola sirkulasi (pasang surut),
untuk dikonsumsi adalah sekitar pH 6-9. penguapan, dan curah hujan. Nilai salinitas
Stasiun 1 dan 2 memiliki nilai pH 8 dan pada perairan tawar biasanya kurang dari
7,5. Nilai ini masih berada di dalam 0,50/00, sedangkan perairan payau antara 0,5
0
kisaran yang diputuskan Peraturan /00 - 300/00 (Effendi, 2003). Menurut
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Darmono (1995), nilai salinitas pada
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan stasiun 1 dan 2 ini masih layak untuk
Pengendalian Pencemaran Air.Jadi dari dikonsumsi. Penurunan salinitas akan
nilai pH, air sumber dari lokasi tersebut mengakibatkan agen pengompleks di
layak untuk dikonsumsi. Menurut Hart perairan (Cl-), sehingga logam berat akan
(1982) dalam Syakti (2012) pada kondisi lebih banyak ditemukan dalam bentuk ion
pH mendekati normal (7-8), kelarutan bebas yang lebih mudah masuk ke dalam
logam berat cenderung stabil dan akan tubuh biota. Pada kondisi salinitas tinggi,
berikatan dengan anion, sehingga logam logam berat akan membentuk kompleks
berat akan membentuk kompleks dengan ion-ion Cl- pada jumlah yang sama
organologam (bentuk logam organik dan dengan yang terdapat dalam air laut,
logam anorganik) yang cenderung sehingga toksitas logam berat terhadap
mengendap di dasar perairan. biota akan menurun.
Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa Hasil analis logam berat Cd, Pb, dan
pada stasiun 1 salinitasnya adalah 3 ppt Fe sedimen dan kerang yang berasal dari
sedangkan pada stasiun 2 salinitasnya 0 Muara Sungai Serayu disajikan pada Tabel
ppt. Salinitas di estuarin mengalami 2.
fluktuasi yang dipengaruhi oleh berbagai

Tabel 2. Hasil analis logam berat Cd, Pb, dan Fe sedimen dan kerang Muara Sungai
Serayu
No. Lokasi Kandungan logam berat (ppm)
Sedimen Kerang
Cd Pb Fe Cd Pb Fe
1 Stasiun 1 0,045 0,847 1.234,08 0,003 0,397 4.477,51
2 Stasiun 2 0,079 1,212 1.678,96 0,008 0,257 2.302,17

Bedasarkan Tabel 2 terlihat bahwa bakteri dan jamur, tetapi cenderung


kandungan Fe lebih besar dibandingkan Cd dilarutkan kembali dalam bentuk ion.
dan Pb, baik pada sedimen maupun kerang Setelah mengalami pengendapan, bahan
di semua stasiun pengambilan sampel. organik dan logam, zat-zat ini akan
Secara umum, kandungan Cd, Pb, dan Fe mengalami diagenesis, yaitu serangkaian
pada sedimen di stasiun 2 lebih besar proses yang terjadi dalam suatu larutan
dibandingkan stasiun 1. Hal ini diduga yang meliputi pembentukan sedimen pada
bahwa pada stasiun 2 terjadi akumulasi temperatur rendah, melibatkan peningkatan
logam berat Cd, Pb, dan Fe yang berasal bobot molekul dan hilangnya gugus fungsi,
dari daerah aliran Sungai Serayu yang terbentuklah logam berat pada sedimen
terendapkan di dasar sungai tersebut. perairan yang relatif stabil dan kurang
Proses pengendapan ini akan reaktif.
mengakibatkan penumpukan logam berat Perbedaan kandungan logam berat
Cd, Pb dan Fe pada sedimen. Menurut Cd, Pb dan Fe pada sedimen di dua stasiun
Mulyanto (1992) dalam Fitriyah (2007), tersebut disebabkan karena perbedaan
tingginya logam berat pada sedimen proses pengendapan logam berat Cd, Pb
tersebut disebabkan karena aktivitas dan Fe. Pengendapan logam berat Cd, Pb

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 33
dan Fe dipengaruhi oleh jenis aliranair feses, sedangkan kandungan logam berat
sungai. Jenis aliran air pada Sungai Serayu pada sedimen bisa berkurang maupun
adalah aliran laminer dan turbulen. Aliran bertambah tergantung dari kondisi
laminer terjadi pada bagian sungai yang pengendapan dan jenis aliran air.
mendekati muara sungai (stasiun 2). Jenis Berdasarkan Tabel 2, kandungan
aliran air ini akan mempercepat terjadinya logam berat Cd dan Pb pada kerang baik di
proses pengendapan logam berat Cd, Pb stasiun 1 maupun stasiun 2 tergolong
dan Fe. Sedangkan aliran turbulen terjadi rendah, namun kandungan logam berat Fe
pada satasiun 1. Pada stasiun 1, aliran arus tergolong tinggi. Hal ini merujuk pada
air dipengaruhi oleh arus pasang surut air standar ketentuan baku mutu logam berat
laut sehingga terjadi aliran air turbulen. pada makanan sebesar 1 ppm. Standar
Jenis aliran air ini akan memperkecil baku mutu kandungan logam berat Pb pada
proses terjadinya pengendapan logam berat makanan sebesar 2 ppm. Kandungan Fe
Cd, Pb dan Fe. Pengaruh lain dari aliran menurut standar ketentuan baku mutu
turbulen adalah akan menyebabkan logam berat pada makanan sebesar 0,3
endapan yang sudah terbentuk terpecah ppm. Dari data tersebut, kandungan Cd dan
kembali, sehingga pengendapan logam Pb masih berada di bawah ambang batas
berat Cd, Pb dan Fe berkurang. layak untuk dikonsumsi, sedangkan
Kandungan Pb dan Fe pada kerang di kandungan Fe pada kerang telah
stasiun 1 lebih besar dibandingkan stasiun melampaui ambang batas layak untuk
2, namun kandungan Cd lebih besar di dikonsumsi yang telah ditetapkan oleh
stasiun 2. Hal ini berarti bahwa kerang WHO dan juga Direktorat Jenderal
yang hidup pada stasiun 1 mampu Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
menyerap logam berat Pb dan Fe yang No. 03725/B/SK/VII/89.
lebih banyak dibandingkan pada stasiun 2. Hasil analisis kandungan logam berat
Kebiasaan makan kerang sebagai filter Cd pada sedimen di stasiun 1 maupun di
feeder sangat memungkinkan untuk stasiun 2 tergolong rendah. Hal ini
menyerap logam berat yang lebih banyak merujuk pada standar ketentuan baku mutu
pada stasiun 1, apalagi dengan adanya logam berat Cd pada sedimen sebesar 0,1 -
pengaruh aliran air laminer yang terjadi 20 ppm menurut Reseau National
pada stasiun 1. Dengan adanya aliran d’Observation (RNO). Sedangkan hasil
laminer akan memudahkan kerang dalam analisis kandungan logam berat Pb pada
menyerap partikel-partikel yang terlarut sedimen di stasiun 1 maupun stasiun 2 juga
dalam air termasuk partikel logam berat masih tergolong rendah mengingat standar
yang terlarut dalam air di stasiun 1 ketentuan baku mutu logam berat Pb
tersebut. adalah 10 - 70 ppm menurut RNO.Kadar
Pada stasiun 1 dan 2, kandungan Cd dan toksisitas timbal (Pb) dipengaruhi oleh
dan Pb pada sedimen relatif tidak berbeda kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar
jauh dibandingkan kandungan Cd dan Pb oksigen (Effendi, 2003). Pb dan
pada kerang, namun kandungan Fe pada persenyawaannya dapat berada di dalam
kerang jauh lebih tinggi dibandingkan pada badan perairan secara alamiah dan sebagai
sedimen. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari aktivitas manusia. Secara
kerang mampu mengakumulasi logam alamiah, Pb masuk ke dalam perairan
berat Fe lebih tinggi dibanding pada melalui pengkristalan Pb di udara melalui
sedimen. Logam berat yang sudah bantuan air hujan. Di samping itu, proses
terakumulasi dalam jaringan tubuh kerang korosifikasi dari batuan mineral akibat
akan semakin bertambah banyak ketika hempasan gelombang dan angin, juga
kerang tersebut hidup pada lingkungan merupakan salah satu jalur sumber Pb yang
perairan yang mengandung logam berat akan masuk ke dalam perairan. Aktivitas
tinggi dan tidak akan dikeluarkan melalui manusia juga mempengaruhi masuknya Pb

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 34
ke dalam perairan. Di antaranya adalah air Jika dibandingkan dengan hasil
buangan dari industri yang berkaitan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah
dengan Pb, misalnya air buangan dari (2007) yang menyatakan bahwa
pertambangan bijih timah hitam dan kandungan Pb dan Cd pada air laut,
buangan sisa industri baterai. Buangan- sedimen dan kerang bulu (Anadara
buangan tersebut akan jatuh pada jalur- Antiquata) di Perairan Lekok Pauruan
jalur perairan seperti anak-anak sungai sudah melampaui batas ketentuan yang
yang kemudian akan dibawa terus menuju ditetapkan oleh POM No.
lautan (Palar, 1994). Akumulasi timbal di 03725/B/SK/VII/89 mengenai kelayakan
dalam tubuh manusia mengakibatkan bahan pangan dan kehidupan di perairan,
gangguan pada otak dan ginjal, serta pada penelitian ini kandungan Pb dan Cd
kemunduran mental pada anak yang masih di bawah batas ketentuan yang
sedang tumbuh (Effendi, 2003). ditetapkan oleh POM No.
Namun kandungan logam berat Fe 03725/B/SK/VII/89. Pencemaran yang
sedimen baik di stasiun 1 maupun stasiun 2 terjadi di Pantai Lekok kemungkinan besar
tergolong sangat tinggi, mengingat standar disebabkan adanya sampah-sampah
ketentuan baku mutu logam berat Fe pada organik maupun anorganik yang berasal
sedimen sudah melampaui nilai batas dari limbah rumah tangga. Selain itu juga,
ambang yaitu 20 - 150 ppm seperti yang diduga telah terjadi pencemaran logam
telah ditetapkan menurut RNO. Dengan berat Cd, Hg dan Pb di Perairan Lekok
demikian sedimen di Muara Sungai Serayu Pasuruan, terutama Sungai Rejoso. Pabrik
sudah tercemar oleh logam berat Fe. Industri yang kemungkinan sebagai
Tingginya kandungan Fe pada kerang dan sumber penghasil limbah logam berat yaitu
sedimen di Muara Sungai Serayu Pabrik Cheil Samsung Indonesia di Desa
disebabkan karena adanya limbah industri Arjosari Kecamatan Rejoso (pabrik ini
yang dibuang di sekitar pantai yang memproduksi pupuk cair dan juga MSG),
kemudian terdistribusi ke daerah estuarin dan PT. Cheil Jedang Indonesia
karena adanya arus dan gelombang pantai. (memproduksi MSG). Kedua pabrik
Industri yang mengakibatkan pencemaran tersebut diduga menghasilkan limbah
logam Fe di antaranya adalah kegiatan logam berat Cd dan Hg. PT. Arga Ansa
pertambangan pasir besi yang berada di Nusa, PT. Philips Seafoods Indonesia
dekat muara Sungai Serayu, keberadaan (produsen pengalengan, pengeringan dan
industri kimia, industri pencelupan, olahan ikan), kedua pabrik tersebut diduga
industri tekstil, industri penyulingan menghasilkan limbah logam berat Cd.
minyak, dan lain-lain. Jika manusia PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di
mengonsumsi ikan dan kerang yang Kecamatan Lekok Pasuruan, diduga
banyak mengandung logam Fe dapat menghasilkan limbah berat Pb.
mengakibatkan terjadinya atherosclerosis Hasil penelitian ini juga menunjukkan
yaitu penyumbatan pembuluh darah bahwa kandungan logam berat di muara
(Guyton and Hall, 2006). Toksisitas akut Sungai Serayu lebih rendah dibandingkan
Fe pada anak dapat terjadi karena anak dengan penelitian yang dilakukan oleh
memakan 1 gram Fe dan mungkin pada Sudarwin (2008) di Sungai Kreo
jumlah yang lebih banyak. Kandungan Jatibarang Semarang. Hasil penelitian
asupan besi pada anak secara normal menunjukkan bahwa kadar logam berat
adalah sekitar 10 – 20 mg/kg berat badan yang terdapat pada Sungai Kreo sudah
(Farahtlala, 2012). Namun Fe juga melampaui batas baku mutu. Hal ini terjadi
bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu karena Sungai Kreo berdekatan dengan
sebagai pembentuk hemoglobin (Guyton TPA Jatibarang Semarang. Selain itu,
and Hall, 2006). berbagai industri yang ada di Kota
Semarang memberi andil dihasilkannya

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 35
sampah seperti industri pembuatan batu mempunyai potensi membahayakan
baterai di daerah LIK Bugangan, kesehatan tubuh.
pengecatan mobil dan industri karoseri di
daerah Mangkang, Jrakah, Pedurungan, DAFTAR PUSTAKA
pengecoran besi/baja di daerah Tugu.
Sampah B3 baterai bekas ditemukan di Anggoro, S. dan Hartoyo. 2006. Distribusi
pemukiman pada lima kelurahan yaitu Logam Berat Pb pada Berbagai
Kelurahan Kauman, Ngesrep, Kuningan, Jaringan Tanaman Mangrove
Cabean, serta Sawah Besar. Sedangkan di Rhizopora mucronata dan Avicennia
lokasi non pemukiman sampah baterai marina. Laporan Penelitian Dosen
bekas ditemukan di Pasar Johar (0,05%), Muda. Universitas Muhammadiyah
area komersial dan sapuan jalanan Jl. Purwokerto.
Pandanaran – Jl. Pemuda (0,11%) dan Anonim.2008. Tabel Periodik Besi.
Balai Kota (0,33%). Sampah B3 lainnya http://www.chem-is-
berupa sisa cat ditemukan di TPS kawasan try.org/tabel_periodik/besi/. Diakses
LIK Bugangan. Keseluruhan kegiatan tanggal 20 Febuari 2013 pukul 08.00.
tersebut menghasilkan sampah dengan Darmansyah, A., N.V. Hidayati, dan A.S.
kandungan logam berat yang bersifat Siregar. 2012. Agen Pencemaran
toksik. Laut. IPB Press. Bogor.
Darmono. 2001. Lingklungan Hidup dan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Pencemaran, Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. UI
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Press. Jakarta.
disimpulkan bahwa kandungan logam Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
berat Pb dan Cd baik pada sedimen Bagi Pengelolaan Sumber Daya
maupun kerang yang hidup di muara Alam dan Lingkungan Perairan.
Sungai Serayu masih berada di bawah Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
ambang batas yang telah ditetapkan oleh Farahtlala. 2012.
Reseau National d’Observation (RNO), http://tralalaikrima.blogspot.com/2012
World Health Organization (WHO) dan /04/makalah-toksikologi-logam-berat-
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan fe-besi.html.Diakses tanggal 22
Makanan (POM) No. 03725/B/SK/VII/89, Febuari 2013 pukul 06.41WIB.
namun kandungan logam berat Fe baik Fardiaz, S. 1992. Polusi Udara dan Air.
pada sedimen maupun kerang yang hidup Kanisius.Yogyakarta.
di muara Sungai Serayu telah melampaui Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2006. Textbook
ambang batas yang telah ditetapkan oleh of Medical Physiology. 11th ed.
RNO, WHO dan Direktorat Jenderal POM Elsevier. Philadelphia. USA.
No. 03725/B/SK/VII/89. Hanchlopo. 2011. Makalah Pencemaran
Disarankan untuk melakukan Logam Besi Fe. http://
penelitian lanjutan mengenai jenis hanchlopoblogspot.blogspot.com/201
sedimen, tingkat kekeruhan air atau zat 1/04/makalah-pencemaran-logam-
padat tersuspensi dan kecepatan arus air di besi-fe.html. Diakses tanggal 20
muara Sungai Serayu. Memperbanyak Febuari 2013 pukul 08.00.
menanam pohon mangrove di sekitar Hidayat, K.S.2003. Survey Kadar Logam
muara Sungai Serayu untuk mengurangi Berat Pb dan Cd Pada Kerang Bulu
tingkat pencemaran logam berat terutama (Anadraantiquete) di Pantai Utara
Fe. Disarankan kepada masyarakat untuk Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo
berhati-hati mengkonsumsi kerang yang Jawa Timur. [Skripsi]. Manajemen
berasal dari muara Sungai Serayu karena Sumber Daya Perairan, Universitas
Brawijaya Malang.

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 36
Munir, A.2009. Karakteristik Daerah Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam
Aliran Sungai (DAS) Serayu Provinsi Berat dengan Menggunakan
Jawa Tengah Berdasarkan Keadaan Mikroorganisme: A Literatur
Fisik, Sosial, dan Study).Disampaikan pada Seminar
Ekonomi.Universitas Indonesia. On-Air Bioteknologi Untuk Indonesia
Palar, H. 1994.Pencemaran dan Taksiologi Abad 21.1-14 Febuari Seminar Forum
Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. PPI Tokyo Institue of Technology.
Rochyatun, Edward, dan A. Rozak. 1999. Sutamiharja, R. T. M. 1982.Kualitas
Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu, dan Pencemaran Lingkungan.
Zn, Ni, Cr, Mn, dan Fe dalam Air Pascasarjana Jurusan Pengelolaan
Laut dan Sedimen di Perairan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Kalimantan Timur. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudarwin. 2008. Analisis Spasial
Pencemaran Logam Berat (Pb dan
Cd) pada Sedimen Aliran Sungai dari
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Jatibarang, Semarang.
[Tesis]. Magister Kesehatan
Lingkungan, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Suwarsito dan E. Sarjanti, 30 – 37 ___________ 37

Anda mungkin juga menyukai