Anda di halaman 1dari 10

KARYA ILMIAH

KUALITAS PERAIRAN MUARA SUNGAI BATANG ARAU PADANG,


SUMATERA BARAT BERDASARKAN KANDUNGAN BAHAN
ORGANIK

OLEH
DIANTI FARHANA KAMASELA
1304115434

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KUALITAS PERAIRAN MUARA SUNGAI BATANG ARAU PADANG,
SUMATERA BARAT BERDASARKAN KANDUNGAN BAHAN
ORGANIK

Oleh

Dianti Farhana Kamasela1, Bintal Amin2 dan Syahril Nedi2


Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: diantifk@gmail.com

Abstrak

Pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk


muara sungai, yang dapat merusak sumber daya hayati laut, bahaya terhadap
kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut dan menurunkan kualitas
air laut. Kondisi tersebut dapat terjadi di perairan, seperti di Muara Sungai Batang
Arau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan Arau dan
tingkat pencemaran bahan organik Sungai Batang Arau. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 dengan
menggunakan metode survey. Kualitas perairan Sungai Batang Arau
dikategorikan dalam kondisi yang kurang baik. Berdasarkan pengamatan, banyak
ditemukan sampah sehingga nilai oksigen terlarutnya rendah (DO<5 mg/L ) sudah
tidak memenuhi syarat untuk kehidupan biota. Nilai BOD Sungai Batang Arau
yakni berkisar (0,2-2,1 mg/L), nilai COD bahan berkisar 12,8-53,3 mg/L dan nilai
TOM berkisar 12,20-22,12 mg/L. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa kualitas
perairan Sungai Batang Arau rata-rata adalah berbeda sangat nyata antar stasiun
(p<0,001).

Kata kunci: Pencemaran organik, Sungai Batang Arau, Kualitas Perairan


1
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
WATER QUALITY OF BATANG ARAU ESTUARY PADANG, WEST
SUMATERA BASED ON ORGANIC MATERIAL CONTAINERS

By

Dianti Farhana Kamasela1, Bintal Amin2 dan Syahril Nedi2


Department of Marine Science, Faculty of Fishery and Marine Science, University of Riau
Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru- 28293- Riau-Indonesia
Email: diantifk@gmail.com

Abstract

Marine pollution is a change in marine environment including estuaries,


which can cause bad consequences for marine living resources, danger to human
health and reduce the quality of sea water and it’s function. This research aims to
know the water quality of Batang Arau River and it’s organic pollution level. This
research was held on December 2016 until February 2017 by using survey
method. The quality of Batang Arau River is categorized as under adverse
conditions. Based on this observation, found many garbage which makes the
value of dissolved oxygen are low (DO <5 mg/L) and it’s not eligible for biota’s
life. The value of BOD in Batang Arau River ranged from 0.2-2.1 mg/L, the
value of COD range from 12.8-53.3 mg/L and the value of TOM ranged from
12.20-22.12 mg/L. The result of ANOVA shows that value of the water quality in
Batang Arau River are very different between stations (p<0.001).

Keywords: Organic pollution, Batang Arau River, Water Quality


1
Student of Fisheries and Marine Science Faculty University of Riau, Pekanbaru
2
Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty University of Riau, Pekanbaru

PENDAHULUAN serta manfaatnya (Kementrian


Lingkungan Hidup, 2004).
Pencemaran laut adalah Salah satu pencemaran air
perubahan dalam lingkungan laut laut adalah pencemaran bahan
termasuk muara sungai. Pencemaran organik. Penggunaan bahan organik
laut dapat menimbulkan akibat yang yang melebihi batas normal pada
buruk sehingga dapat merusak perairan laut akan menimbulkan
sumber daya hayati laut, bahaya pencemaran laut (Harmayani dan
terhadap kesehatan manusia, Konsukartha, 2007).
gangguan terhadap kegiatan di laut Sungai Batang Arau merupakan
termasuk perikanan dan penggunaan salah satu sungai yang berada di kota
laut secara wajar, menurunkan Padang, Sumatera Barat.
kualitas air laut dan mutu kegunaan Pemanfaatan Sungai Batang Arau
cukup beragam. Padatnya aktivitas
penduduk di sekitar Sungai Batang pengamatan kondisi fisik perairan,
Arau, warna perairan keruh pengamatan kondisi lingkungan
cenderung coklat disertai aroma tidak sekitar perairan, pengambilan sampel
air dan analisis sampel air (BOD,
sedap dan tingkat sedimentasi yang
COD dan TOM).
cukup tinggi yaitu sebesar 3482 Penentuan titik pengambilan
ton/th (Bapedalda Kota Padang, sampel menggunakan metode
2004). Perairan Muara Sungai purposive sampling, sampel diambil
Batang Arau diduga telah tercemar dengan beberapa pertimbangan yang
oleh bahan organik. Kondisi seperti dianggap sesuai dengan tujuan
ini tidak bisa dibiarkan berlanjut penelitian. Peta lokasi penelitian dan
karena mengakibatkan terganggunya titik pengambilan sampel dapat
ekosistem yang kemudian dilihat di Gambar 1.
mempengaruhi kehidupan hewan dan Lokasi penelitian terdiri dari
tumbuhan di dalamnya. Dalam upaya 5 (lima) stasiun penelitian, Stasiun 1
mengetahui sejauh mana tingkat terletak di aliran Sungai Batang Arau
pencemaran Muara Sungai Batang yang merupakan daerah padat
Arau, dilakukan penelitian dengan penduduk dan aktivitas perkapalan.
pengukuran kualitas perairan dan Stasiun 2 berada di mulut Sungai
mencari tahu tingkat pencemaran Batang Arau dan berdekatan dengan
bahan organik di perairan tersebut. darmaga tempat berlabuhnya kapal-
kapal nelayan dan kapal penumpang
METODE PENELITIAN
dengan rute pelayaran Padang-
Penelitian ini dilakukan pada Mentawai, sedangkan Stasiun 3-5
bulan Desember 2016 – Februari terletak di bagian kiri dan kanan
2017, Penelitian lapangan meliputi Muara Sungai Batang Arau.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan titik pengambilan sampel


Pengambilan sampel air dan dikocok sampai endapan hilang.
mengacu pada SNI 06-2412 Tahun Sampel air dituangkan sebanyak 50
1991. Pengukuran kualitas perairan ml kedalam erlemeyer dan titrasi
dengan thiosilfat (Na2S2O35H2O)
diukur bersamaan dengan
hingga berubah menjadi kuning
pengambilan sampel air. Parameter pucat. Selanjutnya ditambahkan 2-3
kualitas air yang diukur adalah tetes indikator amilum sampai warna
kecerahan, suhu, oksigen terlarut, menjadi biru dan titrasi kembali
salinitas, kecepatan arus dan pH. dengan thiosulfat sampai warna biru
Bahan utama yang digunakan hilang, jumlah titran yang dipakai
sebagai objek dalam penelitan ini dicatat dan dimasukkan ke dalam
rumus perhitungan oksigen terlarut
adalah sampel air yang berasal dari
(Alaerts dan Santika, 1984).
Sungai Batang Arau. Beberapa
peralatan untuk mendukung DO (mg/l) = AxNx8x1000
pengukuran parameter kualitas air v
yang dilakukan di lapangan adalah
botol winkler atau botol plastik,
kamera, thermometer, hand Keterangan:
refractometer, secchi disk pH meter A : Volume lartan natriun thiosulfat
yang terpakai
dan alat tulis.
N : Normalitas laran thiosulfat
Peralatan yang digunakan (0,025N)
dalam analisis DO, BOD, COD dan 8 : Berat molekul O2
TOM di laboratoratorium adalah 1000 : Konstanta (ketetapan)
V : Volume air sampel yang
tabung reaksi, tabung erlenmeyer,
digunakan
buret, penangas air dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan untuk
Dalam pengukuran BOD, air
pengukuran DO dan BOD adalah
sampel yang digunakan sebelumnya
sampel air, larutan MnSO4, larutan
didiamkan selama 5 hari setelah
alkali azida, Larutan natrium
pengambilan air sampel, selanjutnya
thiosulfat (Na2S2O3) 0,02. Bahan
dilakukan pengukuran DO5 (DO
yang digunakan untuk analisis COD
pada hari ke 5) Selanjutnya
adalah sampel air, larutan blanko,
dilakukan perhitungan BOD:
dan larutan H2SO4. Bahan yang
digunakan untuk analisis TOM BOD = DO0-DO5
adalah sampel air, H2SO4, larutan
KMnO4 0,01N, dan aquades. Keterangan:

Analisis DO dan BOD DO0 : DO hari ke 0


DO5 : DO heri ke 5
Pengambilan air sampel Analisis COD
menggunakan botol BOD 125 ml dan
dihindari terjadi bubbling. Kemudian Metode yang digunakan
ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml dalam analisis COD ini adalah
NaOH-KI, sehingga terjadi endapan metode titrasi. Prosedur awal
berwarna coklat. Setelah itu pengukuran COD adalah 10 ml
ditambahkan larutan H2SO4 pekat sampel dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.Selanjutnya ditambahkan 0,01 N kemudian hasil ml KMnO4
5 ml K2Cr2O7 dan diaduk, kemudian yang digunakan untuk aqudes di
tambahkan dengan hati-hati 15 ml catat (SNI 06-6989.22-2004).
H2SO4 pekat kemudian erlenmeyer
TOM (mg/l) = (x-y) x 31,6 x 0,01 x 1000
ditutup dan didiamkan selama 30
ml sampel
menit. Selanjutnya diencerkan
dengan menambahkan 7,5 ml
aquades, selanjutnya ditambahkan 2- Keterangan:
3 tetes indikator ferroin, kemudian
X : ml KMnO4 untuk sampel.
dititrasi dengan larutan FAS hingga Y : ml KMnO4 untuk
terjadi perubahan warna. Kemudian aquades (larutan blanko).
dilakukan prosedur yang sama, ml sampel : Banyaknya sampel yang
membuat larutan blanko dengan digunakan
mengganti sampel air dengan 10 ml 31,6 : 1/5 dari BM KMnO4
0,01 : Normalitas KmnO4
aquades (Hutagulung et al, 1997).
COD (mg/l) = (B-S) x N x 8 x 1000 HASIL DAN PEMBAHASAN
ml sampel
Parameter Kualitas Perairan
Keterangan :
Parameter fisika dan kimia
B : Vol FAS untuk Blanko
S : Vol FAS untuk Sampel perairan pada lokasi penelitian
N : Normalitas FAS memiliki nilai suhu yang berkisar
antara 27,3-31,3, salinitas berkisar
Analisis TOM 6,3-32,6 ppt, pH berkisar 6-8,
kecerahan berkisar 0,45 – 1,8 m,
Langkah pertama adalah
menyiapkan 50 ml air sampel, kecepatan arus berkisar 0,16-
selanjutnya air sampel dimasukkan 0,31m/dt dan nilai DO berkisar 4,53-
kedalam tabung erlenmeyer. 10 mg/L . Kualitas perairan Sungai
Selanjutnya air sampel ditambahkan Batang Arau dapat dikategorikan
sebanyak 9,5 ml KMnO4 langsung dalam kondisi yang kurang baik,
dari buret. Kemudian ditambahkan dimana diketahui dari banyaknya
10 ml H2SO4 (1:4). Lalu larutan
sampah di sepanjang Sungai Batang
dipanaskan sampai suhu 70-80oC,
dan diangkat. Bila suhu telah turun Arau dan berdasarkan hasil
menjadi 60-70oC, larutan langsung pengukuran parameter kualitas
ditambahkan dengan Natrium oksalat perairan.
0,01 N secara perlahan-lahan sampai Nilai rata-rata kecerahan di
tidak berwarna. Segera titrasi dengan Sungai Batang Arau berkisar 45-181
KMnO4 0,01 N, sampai berubah cm. Secara umum nilai kecerahan
warna (merah jambu/pink).
terendah terdapat pada stasiun 1 dan
Selanjutnya ml KMnO4 yang
digunakan (x ml) di catat. 2, yang disebabkan karena Stasiun 1
Langkah kedua adalah dan 2 terletak di dalam Aliran Sungai
membuat larutan pembanding, Batang Arau yang terdapat limbah
larutan pembanding yang digunakan yang mengandung partikel terlarut
adalah aquades 50 ml, dilakukan dan tersuspensi yang berasal dari
prosedur awal hingga titrasi KMnO4
sumber-sumber seperti kawasan terlarut di perairan. Berdasarkan
pemukiman sekitarnya serta air Kepmen No.51/MNLH/2004,
buangan kapal yang berlabuh di oksigen terlarut di sekitar DAS
sekitar muara. Menurut Sembiring Batang Arau (Stasiun 1) sudah tidak
(2008) kecerahan akan semakin memenuhi syarat untuk kehidupan
menurun dikarenakan meningkatnya biota (< 5 mg/L ).
jumlah partikel atau bahan organik
terlarut disuatu Perairan. Nilai Biological Oxygen Demand (BOD)
kecerahan saat surut juga lebih tinggi
dibandingkan saat pasang, hal ini Hasil penelitian menunjukkan
dikarenakan pengukuran kecerahan nilai rata-rata BOD Sungai Batang
dilakukan di waktu yang berbeda. Arau antara pasang dan surut di
Nilai suhu di Sungai Batang lokasi penelitian relatif tidak jauh
Arau rata-rata berkisar 27,3 – 31,3oC. berbeda yakni berkisar 0,8-2,1 mg/L.
Nilai suhu lebih tinggi pada saat Konsentrasi tertinggi ditemukan pada
surut dibandingkan pasang. Hal ini Stasiun 1 dan terendah di Stasiun 3
disebabkan waktu pengukuran yang (Gambar 2).
berbeda antara pasang dan surut. 2.5 Pasang
Nilai pH Sungai Batang Arau 2 Surut
BOD (mg/l)

berkisar 6-8. Stasiun 1 memiliki pH


1.5
yang lebih rendah (asam)
1
dibandingkan stasiun lain,
0.5
dikarenakan stasiun 1 diduga
0
terdapat lebih banyak pasokan 1 2 3 4 5
limbah dari pemukiman penduduk Stasiun
dibandingkan dengan stasiun lain. Gambar 2. Nilai rata-rata BOD Sungai
Konsentrasi rata-rata oksigen Batang Arau
terlarut (DO) Sungai Batang Arau
Nilai rata-rata BOD antara
berkisar 4,5 – 10 mg/L . Konsentrasi
pasang dan surut di Muara Sungai
DO semakin tinggi pada stasiun yang Batang Arau relatif tidak jauh
mengarah kelaut (Stasiun 3, 4 dan 5) berbeda yakni berkisar 0,8-2,1 mg/L.
dengan kisaran rata-rata 6,8 - 10 Nilai BOD Stasiun 1 dan 2 lebih
mg/L . Stasiun 1 dan 2 memiliki tinggi dari pada stasiun lainnya,
kandungan oksigen terlarut lebih disebabkan oleh letak kedua stasiun
rendah dibandingkan stasiun lainnya yang mendapat pasokan bahan
organik lebih cepat dari aktivitas
baik pada saat pasang maupun surut.
penduduk sekitarnya, seperti
Menurut Clingan dan Norton (1987) pemukiman dan buangan dari kapal
bahwa rendahnya DO dapat yang bersandar di pelabuhan yang
disebabkan oleh adanya proses menyebabkan jumlah oksigen yang
dekomposisi bahan-bahan organik dibutuhkan untuk dekomposisi bahan
menjadi bahan anorganik sehingga organik juga tinggi. Semakin banyak
mampu mereduksi jumlah oksigen bahan organik dalam air, maka
semakin besar Nilai BODnya 60
sedangkan DO akan semakin rendah. 50 Pasang

COD (mg/l)
Apabila kadar oksigen terlarut 40 Surut
berkurang mengakibatkan hewan- 30
hewan yang menempati perairan 20
tersebut akan mati dan jika kadar 10
BOD dan COD meningkat 0
menyebabkan perairan menjadi 1 2 3 4 5
tercemar (Hilda et al., 2009). Stasiun
Hasil ANOVA diketahui
bahwa Nilai BOD antar stasiun
adalah berbeda sangat nyata (p<0,01) Gambar 3. Nilai rata-rata COD Sungai
Batang Arau
dimana diketahui nilai BOD tidak
homogen dan terdapat perbedaan Hasil penelitian
antar stasiunnya. Sedangkan pada uji menunjukkkan konsentrasi COD
lanjut perbedaan yang signifikan jauh lebih besar (10 kali lebih besar)
didapat pada stasiun 1 dan 2 yang dibandingkan BOD. Effendi (2003)
dibandingkan dengan Stasiun 3, 4 menyatakan bahwa perbedaan
dan 5. Berdasarkan Kepmen No. konsentrasi BOD dengan COD
51/MNLH/2004, BOD5 yang biasanya terjadi pada perairan
diperkenankan untuk biota laut tercemar karena bahan organik yang
adalah < 20 mg/L sehingga dapat mampu diuraikan secara kimia lebih
disimpulkan perairan Muara Sungai besar dibandingkan penguraian
Batang Arau dilihat dari konsentrasi secara biologi.
BOD5 masih layak untuk kehidupan Nilai COD lebih tinggi pada
biota di dalamnya. Tidak ada saat pasang dibandingkan surut. Saat
perbedaan dengan yang pasang, konsentrasi COD berkisar
dikemukakan oleh Lee et al. 16-53,3 mg/L dengan nilai tertinggi
(1978) bahwa kisaran BOD5 < 2,9 ditemukan di Stasiun 1 dan terendah
mg/L menandakan perairan berada di Stasiun 5. Adapun saat surut,
dalam kondisi tidak tercemar. konsentrasi COD berkisar 12,8-35,7
mg/L. Hasil ANOVA untuk
Chemical Oxygen Demand (COD) membandingkan Nilai COD antar
stasiun adalah berbeda sangat nyata
Berdasarkan hasil (p<0,01), dimana diketahui nilai
pengukuran, nilai COD perairan COD tidak homogen dan terdapat
perbedaan antar stasiunnya. Seperti
Sungai Batang Arau berkisar 12,8-
pada BOD, perairan dengan nilai
53,3 mg/L . Nilai COD tertinggi COD tinggi tidak diinginkan
berada pada Stasiun 1 saat pasang terutama bagi kepentingan perikanan
yakni sebesar 53,3 mg/L dan nilai dan kelautan.
COD terendah ada pada Stasiun 5
saat surut yakni sebesar 12,8 mg/L Total Organic Matter (TOM)
(Gambar 3).
Hasil penelitian menunjukkan
nilai TOM berkisar 12,2-22,1 mg/L.
Nilai tertinggi ditemukan di Stasiun
3 dan terendah di Stasiun 1 (Gambar ditandai dengan tingginya salinitas
4). perairan air laut.
25 Hasil ANOVA yang di dapat
untuk membandingkan Nilai TOM
TOM (mg/l)
20 Pasang
15 antar stasiun adalah berbeda sangat
Surut nyata (p<0,01, nilai TOM tidak
10
5 homogen dan terdapat perbedaan
0 antar stasiunnya. Nilai TOM Muara
1 2 3 4 5 Sungai Batang Arau masih relatif
Stasiun baik (menurut PP no 82 tahun 2001)
karena masih berada dibawah
Gambar 4. Nilai rata-rata COD Sungai
ambang batas maksimum yaitu
Batang Arau
50mg/L .
Konsentrasi TOM saat
pasang berkisar 12,2-22,1 mg/L . KESIMPULAN DAN SARAN
Nilai tertinggi ditemukan di Stasiun
3 dan terendah di Stasiun 1. Kuliatas perairan Sungai
Tingginya nilai TOM pada Stasiun 3 Batang Arau dikategorikan dalam
diduga di karenakan kecepatan arus kondisi yang kurang baik, dilihat dari
yang cendrung lemah yakni sebasar
kondisi fisik yang banyak sekali
0,18-0,23m/dt yang menyebabkan
terjadinya penumpukan bahan sampah dan nilai DO yang rendah (<
organik. Secara umum, bahan 5 mg/L ) sudah tidak memenuhi
organik di Laut/Muara lebih rendah syarat untuk kehidupan biota. Nilai
dibandingkan bahan organik di DAS. BOD Sungai Batang Arau berkisar
Dalam penelitian ini tingginya bahan (0,2-2,1 mg/L), nilai COD
organik di Muara disimpulkan mengindikasikan bahwa bahan
disebabkan oleh arus Muara yang
cendrung lemah, limbah buangan organik yang diuraikan secara kimia
yang terus mengalir ke arah Muara dinilai cukup tinggi. TOM Sungai
Sungai, pola dan arah pergerakan Batang Arau berkisar 12,20-22,12
arus serta kondisi hidrodinamika mg/L. Nilai parameter kualitas
yang kurang dinamis. Menurut perairan Sungai Batang Arau sangat
Yudiansyah et al., (2015) bahan berbeda antar stasiun.
organik di muara sungai/ laut tinggi
Dalam upaya meminimalisir
bisa disebabkan karena aktifitas
tingkat pencemaran bahan organik di
masyarakat di daratan yang
Muara Sungai Batang Arau
menghasilkan berbagai jenis limbah
diharapkan kesadaran masyarakat
rumah tangga yang bersifat organik.
lebih ditingkatkan untuk membuang
Biasanya limbah tersebut dibuang
sampah pada tempatnya dan
melalui saluran pembuangan
diharapkan Pemerintah ataupun
(drainase) mengalir ke sungai serta
Badan Lingkungan Hidup setempat
perairan pesisir pantai dan laut,
bisa lebih tegas terhadap kebersihan
sehingga terakumulasi beban
Sungai Batang Arau.
cemaran organik dimuara sungai dan
menuju kelaut, selain itu juga diduga
adanya klorin didalam perairan yang
DAFTAR PUSTAKA Palembang : Telaah
Indikator Pencemaran Air.
Skripsi.Universitas Sriwijaya
Alaerts,G dan Santika,S.S. 1984.
Metoda Penelitian Air. Hutagalung, H.P., D. Setiapermana
Surabaya: Usaha Nasional dan S.H. Riyono. 1997.
Metode Analisa Air Laut,
Badan Pengendalian Dampak Sediment Dan Biota. Buku
Lingkungan Daerah Kota kedua. Jakarta P30-LIPI. 182:
Padang (BAPEDALDA). 59-77.
2004. Daerah Aliran Sungai
Batang Arau. Padang. KLH (Kementrian Lingkungan
Hidup). 2004. Status
Barus, T.A. 2001. Pengantar Lingkungan Hidup Indonesia
Limnologi, Studi Tentang 2007. Kementerian Negara
Ekosistem Sungai dan Danau. LingkunganHidup RI.
Jurusan Biologi, Fakultas
MIPA USU, Medan Lee, C.D., S.B. Wang, and C.L. Kuo.
1978. Benthic
Clingan T dan M.G Norton. 1987. Macroinvertebrates and Fish
Wastes In Marine as Biological Indicators of
Environment. Congress of the Water Quality, with
United States. Office of Reference to Community
Technology Assessment. Diversity Index.International
Washington. Conference on Water
Pollution Control in
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Developing Countries,
bag Pengelolaan Sumber Bangkok. Thailand. Hal. 172.
Daya dan Lingkungan
Perairan. Cetakan Kelima. Sembiring, K. 2008. Pemodelan
Yogjakarta :Kanisius. Matematis Hidrolisis Selulose
Harmayani, K.D. dan I.G.M. Batang Pisang Menggunakan
Katalis Asam Cair. Fakultas
Konsukartha, 2007.
Teknologi Pertanian – Institut
Pencemaran Air Tanah Pertanian Bogor.
Akibat Pembuangan Limbah
Domestik Di Lingkungan Yudiyansyah, Rinawatidan dan H.I.
Kumuh. Jurnal Pemukiman Qudus. 2015. Analisis
Natah, 5(2): 93-94. Kualitas Perairan Muara
Sungai Way Tulang Bawang
Hilda ,Z,. Zazili. H. dan Dian Asih Dengan Parameter Tss Dan
Puspitawati. (2009) .Struktur Kimia Non Logam. FMIPA
Dan Fungsi Komunitas Universitas Lampung.
Lampung.
Makrozoobenthos Di
Perairan Sungai Musi Kota

Anda mungkin juga menyukai