Anda di halaman 1dari 6

STUDI KADAR SIANIDA (CN) PADA AIR SUNGAI TOMBULILATO

KECAMATAN BONE RAYA KABUPATEN BONE BOLANGO


TAHUN 2013
MAGFIRA HUNOWU
NIM 811409042
Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK

Magfira Hunowu. 2013. Studi Kadar Sianida (CN) Pada Air Sungai Tombulilato
Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013. Skripsi, Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan.
Pembimbing I Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra., M.Kes dan Pembimbing II Ramly
Abudi, S.Psi, M.Kes.
Penggunaan Sianida (CN) yang lebih tinggi menyebabkan sianida yang
dibutuhkan lebih banyak sehingga konsentrasi sianida yang lebih tinggi memiliki
potensi yang lebih besar untuk menjadi polutan dan mencemari lingkungan di
sekitarnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Sianida (CN) pada
air Sungai Tombulilato. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu air Sungai Tombulilato.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purpossive sampling dan
lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu hulu, tengah dan hilir
sungai. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang
relevan.
Pemeriksaan kadar Sianida (CN) dianalisis dengan alat Spektrofotometer
UV-Vis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disetiap lokasi pengambilan
sampel mengandung Sianida (CN). Dimana kadar Sianida yang paling tinggi
terletak di sungai yang berada di daerah hulu sungai dengan kadar Sianida (CN)
sebesar 6,18 ppm dan kadar Sianida yang rendah terletak di sungai yang berada di
daerah hilir sungai dengan kadar Sianida (CN) sebesar 3,44 ppm.
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka saran yang dapat diberikan yaitu
dengan cara mengolah limbah pertambangan tersebut dengan cara memelihara
tanaman kayu apu karena dengan cara ini dapat meminimalisirkan kadar Sianida
(CN) pada air sungai.

Kata Kunci : Kadar Sianida (CN), Sungai Tombulilato, Pertambangan.

PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu
sumber kehidupan manusia. Apabila
air akan tercemar maka akan
mengakibat kerugian bagi kehidupan
makhluk hidup dimuka bumi ini. Dan
apabila air dimuka bumi ini telah
terganggu (tercemar) oleh suatu
aktivitas dari manusia, maka air
tersebut tidak dapat dimanfaatkan
lagi oleh makhluk hidup. Jika kondisi
ini terjadi, maka air bersih akan
menjadi barang langka bahkan akan
menjadi barang mahal karena sudah
tercemar (M.Umar dalam Wardhana,
2008:42).
Sungai merupakan lingkungan
perairan yang sering digunakan
manusia untuk berbagai keperluan,
diantaranya sebagai tempat untuk
membuang
hasil
sampingan,
sehingga secara tidak langsung dapat
masuk ke perairan laut. Wilayah
permukaan laut merupakan zona
terdepan yang bertindak sebagai
penerima tekanan dari berbagai
aktifitas manusia, baik aktivitas darat
maupun di perairan laut, semuanya
itu dapat mempengaruhi kualitas
perairan.
Pengelolaan
yang
berlebihan terdapat sumber-sumber
alam di daratan akan mengakibatkan
kerusakan yang hebat di lautan (Polii
dan Sonya, dalam Hutabarat dan
Stewart, 2002: 31).
Pembuangan limbah berbahaya
menjadi persoalan besar, bila air
yang dikonsumsi oleh manusia,
hewan, dan organisme tercemar
limbah yang mengandung senyawa
berbahaya. Kondisi ini dapat
menimbulkan gangguan, kerusakan,
dan bahaya bagi semua makhluk
hidup. Salah satu pencemar yang
sangat berbahaya adalah sianida.
Sianida berdampak negatif terhadap

makhluk hidup, yakni menganggu


fungsi
hati,
pernapasan,
dan
menyebabkan kerusakan tulang.
Sungai Tombulilato sebagai
sungai utama yang melewati daerah
pertambangan emas yang langsung
bermuara di laut. Usaha tersebut
dikelola
dengan
menggunakan
sianida dan limbah yang dihasilkan
terlebih dahulu dikelola kemudian
dibuang ke lingkungan. Secara tidak
langsung aliran Sungai Tombulilato
turut berperan dalam masuknya
bahan pemcemar berupa sianida yang
berasal dari daerah pertambangan ke
perairan Laut (Polii dan Sonya, 2002:
31).
Sesuai Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan Atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Emas dan Atau
Tembaga
menurut
Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 202 Tahun 2004 kadar
Sianida (CN) tidak bisa > 0,5 Mg/L
(Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup).
Masalah Penambangan Tanpa
Ijin (PETI) yang sering melakukan
kegiatan penambangan disuatu areal
ijin
dari
suatu
perusahaan
pertambangan. Para PETI ini
biasanya dalam memanfaatkan bahan
galian
menggunakan
bahan
berbahaya dan beracun (B3) untuk
pengolahan bahan galian tersebut,
antara lain dengan cara amalgamasi.
Amalgamasi
adalah
proses
penyelaputan partikel emas oleh air
raksa dengan membentuk amalgam.
Amalgamasi merupakan metode
ekstraksi logam emas yang paling
sederhana dan murah, tetapi hanya
sesuai untuk bijih emas dengan kadar
tinggi, mempunyai ukuran butir
kasar (Widodo, 2010:10).

B3 yang digunakan oleh para


penambang liar dalam proses
pengolahan bahan galian untuk
mendapatkan
bullion,
misalnya
menggunakan Mercury (Hg) atau
Sianida (Cn). Proses amalgamasi ini
biasanya dilakukan didekat dengan
sungai dan limbah dari amalgam
langsung
dibuang
ke
sungai
(Djunaidi, 2008: 46).
METODE PENELITIAN
Rancangan
penelitian
ini
menggunakan
metode
survei
deskriptif
dengan
pendekatan
kuantitatif. Dalam hal ini mengenai
kadar Sianida (CN) pada Air Sungai
Tombulilato Kecamatan Bone Raya
Kabupaten Bone Bolango. Populasi
dalam penelitian ini yaitu air Sungai
Tombulilato yang dicurigai tercemar
Sianida (CN). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah
purpossive sampling.
Pengambilan sampel secara
purpossive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri (Notoatmodjo,
2010: 124). Dimana yang menjadi
pertimbangan peneliti ini didasarkan
pada cemaran air sungai, jarak
tempuh serta waktu tempuh yang
akang dihadapi oleh peneliti nanti
pada saat melakukan penelitian.
Sampel air Sungai Tombulilato
yang digunakan dalam penelitian ini
diambil di tiga titik yaitu:
1. Air sungai yang berada di hulu.
Dimana air tersebut berada di
sekitar
lingkungan
pertambangan.
2. Air sungai yang berada di tengah.
Dimana air sungai tersebut
berada di sekitar pemukiman
masyarakat.

3. Air sungai yang berada di hilir.


Dimana air Sungai Tombulilato
ini langsung mengalir ke Laut.
Sehingga air sungai yang berada
di hilir ini diambil di sungai yang
letaknya dekat Laut.
Sungai Tombulilato memiliki
panjang 5 km (hulu sampai hilir).
Titik pengambilan sampel dimana
jarak titik dari hulu sampai tengah
2,5 km dan jarak titik dari tengah ke
hilir yaitu 2,5 km. Pengambilan
sampel
air
sungai
dilakukan
sebanyak 1 (satu) kali pengambilan
dimana air diambil di tengah sungai.
Metode pengambilan sampel yang
diambil secara langsung pada sungai
yang sedang diteliti, dimana sungai
tersebut diukur kedalamannya sekitar
satu meter dengan kriteria apabila
kedalaman sungai < 1 m, maka
jumlah titik yang diambil pada satu
lokasi adalah satu titik dan
kedalaman sungai > 1 m, maka
jumlah titik yang diambil pada satu
lokasi adalah dua titik (Hadi,
2005:88).
Sampel air diambil secara
sederhana dengan menggunakan
botol sampel yang berwarna gelap
tujuannya agar air sungai tidak
terkena matahari secara langsung.
Sampel uji sianida ditambahkan
bahan pengawet sodium hidroksida
(NaOH)
untuk
menjaga
keseimbangan
kimia
dan
mengendalikan pH sehingga sianida
dapat mengendap (Hadi, 2005:44).
Teknik analisis data yang
digunakan yaitu menggunakan teknik
analisis univariat. Analisis univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Notoatmodjo,
2010: 182) dimana data dianalisis
dengan statistik deskriptif dan

disajikan dalam bentuk tabel


distribusi frekuensi.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan terhadap air Sungai
Tombulilato dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Kadar CN
Pada Air Sungai Tombulilato
Kecamatan Bone Raya
Kabupaten Bone Bolango
Jenis
Sampel

Lokasi
Pengambilan
Sampel

Hulu
Air
Sungai

Tengah
Hilir

Hasil
Analisis

Metode Analisis

6,18
ppm
5,04
ppm
3,44
ppm

Spektrofotometer
UV-Vis

Dari
tabel
diatas
dapat
diketahui bahwa disetiap lokasi
pengambilan sampel mengandung
Sianida (CN). Menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 202 Tahun 2004 menyatakan
bahwa kadar Sianida (CN) tidak bisa
> 0,5 Mg/L (Keputusan Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup).
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh kadar Sianida pada air
sungai sudah melebihi batas toleransi
yang telah ditetapkan sehingga air
Sungai Tombulilato tidak layak
untuk digunakan baik sebagai
konsumsi maupun MCK.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa 6,18 ppm kadar
Sianida (CN) yang terkandung di air
sungai pada bagian hulu. Hal ini
dipengaruhi
oleh
aktifitas
pertambangan yang dilakukan oleh
para penambang yaitu pada bagian

hulu sehingga air sungai yang berada


pada bagian ini telah tercemar
dimana air Sungai Tombulilato
mengandung kadar Sianida (CN)
melebihi batas toleransi yang telah
ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor
202 Tahun 2004 yaitu tidak bisa >0,5
Mg/L. Menurut Hadi Tahun 2005
yang menjadi pertimbangan peneliti
didasarkan pada cemaran sungai
dimana pada bagian hulu ini
merupakan daerah sungai yang masih
jernih atau belum tercemar. Akan
tetapi pernyataan tersebut berbanding
terbalik dengan kenyataan di
lapangan.
Kadar Sianida untuk air sungai
pada bagian tengah yaitu 5,04 ppm,
dimana pada bagian tengah sungai
ini berada disekitar lingkungan
rumah warga. Tetapi sebagian besar
aktifitas masyarakat tidak dilakukan
di sungai tersebut. Air Sungai
Tombulilato pada bagian tengah ini
memiliki kadar Sianida (CN) yang
sudah melebihi batas toleransi. Kadar
Sianida (CN) pada bagian tengah ini
hanya memiliki perbandingan yang
kecil dengan kadar Sianida (CN)
pada bagian hulu.
Hal ini
dikarenakan
tidak
terdapatnya
aktifitas pertambangan didaerah ini
sehingga cemaran yang dihasilkan
berasal dari daerah hulu yaitu
pertambangan.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa kadar
Sianida (CN) pada air Sungai
Tombulilato bagian hilir yaitu 3,44
ppm. Pada bagian hilir ini tidak
terdapat rumah warga yang letaknya
dekat dengan sungai tersebut karena
sungai pada bagian ini merupakan
pertemuan antara air sungai dan air
laut sehingga tidak ada aktifitas

warga yang dilakukan ditempat ini.


Tetapi untuk daerah hilir sungai ini
digunakan oleh para nelayan untuk
memancing atau menjala ikan.
SIMPULAN DAN SARAN
1) SIMPULAN
a) Kadar Sianida (CN) di bagian
hulu dimana air sungai yang
berada disekitar pertambangan
yaitu 6,18 ppm dimana kadar
Sianida pada bagian hulu sungai
ini telah melebihi batas toleransi
yang telah ditetapkan oleh
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup Nomor 202
Tahun 2004 yaitu tidak bisa >0,5
Mg/L.
b) Kadar Sianida (CN) di bagian
tengah dimana air sungai yang
berada disekitar pemukiman
masyarakat yaitu 5,04 ppm
dimana kadar Sianida pada
bagian tengah sungai ini telah
melebihi batas toleransi yang
telah ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 202 Tahun 2004
yaitu tidak bisa >0,5 Mg/L.
c) Kadar Sianida (CN) di bagian
hilir dimana air sungai yang
berada didekat laut yaitu 3,44
ppm dimana kadar Sianida pada
bagian hilir sungai ini telah
melebihi batas toleransi yang
telah ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 202 Tahun 2004
yaitu tidak bisa >0,5 Mg/L.
2) SARAN
a) Kepada
para
penambang
diharapkan untuk membuang
limbah pertambangan sebaiknya
diolah terlebih dahulu salah satu
caranya
yaitu
memelihara
tanaman kayu apu. Karena
tanaman ini fungsinya dapat

menyerap Sianida (CN). Cara ini


efektif dalam menurunkan kadar
Sianida (CN) di air Sungai
Tombulilato.
b) Kepada
Pemerintah
Daerah
sebaiknya mengawasi aktifitas
para
penambang
guna
mengendalikan pencemaran air
sebelum timbul dampak yang
tidak diinginkan.
c) Kepada peneliti lain untuk dapat
melakukan penelitian lebih lanjut
tentang bahaya Sianida (CN)
karena sifat sianida yang sangat
beracun.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia
Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Ariyanti, Santi dan Raharjo Budi
Bambang. 2010. Hubungan
Jarak Sumur Dari Sungai
Tercemar Limbah Tapioka
Dengan Kadar Sianida. Jurnal
(Online), Volume 5 No. 2, Hal
106-111 (journal.unnes.ac.id,
diakses 22 Februari 2013).
Djunaidi, Muhammad. 2008. Kajian
Pencemaran Air Sungai dan
Analisis
Risiko
Terhadap
Lingkungan di Sekitarnya
Akibat Penambangan Bijih
Emas. Jurnal (Online), Volume
2
No.
2,
Hal
45-55.
(isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 22
Februari 2013).
Hadi,

Anwar.
2005.
Prinsip
Pengelolaan
Pengambilan
Sampel Lingkungan. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Prasetyo, Sulung. 2012. Selamatkan


Sungai Dari Sianida. Jurnal

Bumi.(https://jurnalbumi.wordp
ress.com, diakses 14 Maret
2013).

Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan


Lingkungan.
Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

Purba, Karina 2009. Analisa Kadar


Total Suspended Solid (TSS),
Amoniak (NH3), Sianida (CN-),
dan Sulfida (S2-) Pada Limbah
Cair
Bapedaldasu.
Karya
Ilmiah, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Medan. (repository.usu.ac.id,
diakses 22 Februari 2013).

Sutrisno,
Totok,
dkk.
2006.
Teknologi Penyediaan Air
Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.
Syarif, Fauzia. 2009. Serapan
Sianida (CN) Pada Mikania
Cordata
(Brum,f)
B.L
Robinson,
Centrosema
pubescens Bth dan Leersia
hexandra
Swartz
Yang
Ditanami
Media
Limbah
Tailing Terkontaminasi CN.
Jurnal (Online). Volume 10 No.
1,
Hal
69-76.
(ejurnal.bppt.go.id, diakses 22
Februari 2013).
Tintus, Libertus. 2008. Dosis Efektif
Kombinasi Natrium Tiosulfat
dan Natrium Nitrit Sebagai
Antidot Keracunan Sianida
Akut Pada Mencit Jantan
Galur Swiss. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Sanata
Dharma
Yogyakarta.
(www.library.usd.ac.id, diakses
22 Februari 2013).
Umar M. Ruslan, Ishak Imron. 2008.
Analisa Kandungan Logam
Berat Pada Sungai Bora dan
Tabobo.
Jurnal
(Online).
Volume 1 No. 2, Hal 42-52.
(isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 22
Februari 2013).

Purnomo,
Sugeng.
2011.
Penggunaan Unit Ozonizer
Untuk Destruksi Sianida Dalam
Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun.
Artikel
Pusat
Teknologi Akselerator dan
Proses Bahan (Online), Buku II
(http://klikharry.com, diakses
22 Februari 2013).
Riyanti, Lukitowati dan Afrilianza.
2010. Proses Klorinasi Untuk
Menurunkan
Kandungan
Sianida dan Nilai KOK Pada
Limbah Cair Tepung Tapioka.
Jurnal (Online). Volume 13 No.
3,
Hal.
13-38
(jpsmipaunsri.files.wordpress.c
om, diakses 22 Februari 2013).
Sihombing,
Fernando.
2007.
Penggunaan Media Filtran
Dalam Upaya Mengurangi
Beban Cemaran Limbah Cair
Industri Kecil Tapioka. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut
Pertanian
Bogor.
(repository.ipb.ac.id, diakses
22 Februari 2013).

Anda mungkin juga menyukai