Anda di halaman 1dari 12

PENCEMARAN LIMBAH DOMESTIK DI PERMUKIMAN SUNGAI KOTA

BANJARMASIN INDONESIA

Di tulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi Perairan

Disusun Oleh:

Hafizah Asby
227030012

PRODI MAGISTER BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIFA)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
MEDAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan sungai merupakan tempat yang memiliki peran penting bagi makhluk hidup.
Keberadaan ekosistem sungai dapat memberikan manfaat bagi makhluk hidup, baik yang hidup
di dalam sungai maupun yang ada di sekitarnya. Kegiatan manusia sebagai bentuk kegiatan
pembangunan akan berdampak pada perairan sungai. Adanya kegiatan manusia dan industry
yang memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk membuang limbah. Hal tersebut akan
berdampak pada penurunan kualitas air, yaitu dengan adanya perubahan kondisi fisik, kima dan
biologi. Kondisi sungai yang tercemar tidak dapat digunakan untuk kegiatan perikanan (Salmin,
2005)
Sungai sebagai sumbar daya alam merupakan ekosistem perairan yang sangat besar
manfaatnya bagi kehidupan manusia. Pada umumnya sungai dimanfaatkan untuk keperluan
aktivitas rumah tangga (mandi, cuci, kakus), bahan baku air minum, wisata (pemandian),
pertanian perikanan, penambangan pasir, transportasi bahan untuk perindustrian dalam skala
kecil maupun skala besar. Selain itu,sungai menjadi media tempat hidup berbagai jenis tumbuhan
air, ikan, plankton, dan makro invertebratayang melekat didasar sungai (Soemarwoto, 2001)
Sampah-sampah atau kotoran yang tidak berguna akibat proses kehudupan manusia yang
sering juga dibuang ke dalam tanah maupun air/sungai. Beberapa bentuk pencemaran, terutama
disebabkan oleh zat kimia beracum seperti asam, alkali, lemak, detergen dam lain-
lainmempunyai pengaruh langsung yang destruktif pada kehidupan. Selain ole zat-zat kimia, air
dapat pula dicemari oleh bibit-bibit penyakit yang kemudian dapat menulari hewan dan manusia
sehingga menimbulkan epidemic penyakit yang luas di masyarakat (Supardi, 2003).
Didalam suatu sistem Daerah Aliran sungai (DAS), sungai yang berfungsi sebagai wadah
pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondidi
sungai tidak dapat dipisahkan dari Daerah Aliran Sungai (PP 38 tahun 2011). Kualitas air sungai
dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang bersal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas
pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada didalamnya
(Wiwoho, 2005).
Lingkungan yang bersih merupakan salah satu tolok ukur kualitas hidup masyarakat
(Boyko et al., 2012). Cara untuk meningkatkan kualitas lingkungan termasuk pengelolaan limbah
rumah tangga (Baud et al., 2001; França et al., 2020; Puspitawati dan Rahdriawan, 2012; Zorpas,
2020). Limbah domestik adalah sisa-sisa kegiatan manusia yang tidak dimanfaatkan atau hasil
produk sisa yang manfaatnya lebih kecil dari produk yang digunakan sehingga segera dibuang
atau digunakan kembali (Guirguis dan Moussa, 2019; Kahfi, 2017; Zurbrügg, 2002).
Laju pertumbuhan penduduk Kota Banjarmasin per tahun selama 2010-2019 adalah
1,3% (Badan Pusat Satistik Kota Banjarmasin, 2020). Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan
dari waktu ke waktu telah meningkatkan jumlah sampah domestik yang dihasilkan, dan semakin
cepat tingkat penguasaan teknologi dan industri suatu kelompok masyarakat mengakibatkan
semakin banyak limbah domestik yang dihasilkan (Hoornweg et al., 2013, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Berapakah jumlah penduduk di bantaran sungai Kota Banjarmasin?
b. Berapakah jumlah pemukiman sampah domestik tepi sungai Kota Banjarmasin?
c. Berapakah besarnya pencemaran limbah domestik di pemukiman tepian sungai kota
Banjarmasin?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk memperkirakan jumlah penduduk di bantaran sungai Kota Banjarmasin.
b. Untuk mengetahui jumlah pemukiman sampah domestik tepi sungai Kota Banjarmasin
c. Untuk mengetahui besarnya pencemaran limbah domestik di pemukiman tepian sungai
kota Banjarmasin
.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan informasi pada masyarakat akan pentingnya sungai bersih
b. Memberikan informasi pada masyarakat tentang cara untuk mengatasi pencemaran pada
sungai.
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, yang terletak
pada 3°16'46" – 3°22'54" Lintang Selatan dan 114°31'40" – 114°39'55" Bujur Timur dengan luas
wilayah 98,46 km², seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Riset lokasi

2.2 Bahan Penelitian


Bahan penelitian adalah jumlah penduduk tiap rumah yang dihuni, yang terdiri dari
limbah padat dan limbah cair, diperoleh dari hasil wawancara terstruktur, observasi, dan
pengukuran, kemudian dianalisis menggunakan rumus timbulan sampah domestik, yaitu:
Vs = P0 xv
Keterangan :
Vs : Volume sampah domestik
P0 : Jumlah penduduk (orang)
2.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan populasi setiap kepala
keluarga (KK) pada setiap rumah yang berada di bantaran sungai Kota Banjarmasin. Hasil
identifikasi rumah hunian di bantaran sungai Kota Banjarmasin menggunakan digitalisasi visual
citra satelit Worldview-3 tanggal 31 Mei 2021, pada Gambar 2 diketahui jumlah rumah tinggal
adalah 10.724, sehingga jumlah sampel berdasarkan metode Slovin dengan margin error 5%
adalah 386. Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling yang
terdiri dari 108 rumah di Kabupaten Banjarmasin Utara, 147 Kelurahan Banjarmasin Selatan, 19
Kelurahan Banjarmasin Tengah, 54 rumah di Kecamatan Banjarmasin Timur, dan 58 Kelurahan
Banjarmasin Barat.

Gambar 2 Peta persebaran permukiman di bantaran sungai Kota Banjarmasin


BAB III
HASIL DAN DISKUSI

3.1 Jumlah Penduduk Pemukiman Tepi Sungai Banjarmasin


Hasil rata-rata populasi tiap rumah dari sampel penelitian berdasarkan hasil wawancara
terstruktur diperoleh nilai 4,07, sehingga dengan jumlah pemukiman bantaran sungai di Kota
Banjarmasin sebanyak 10.724 diketahui perkiraan jumlah penduduk pemukiman. bantaran
sungai Kota Banjarmasin sebanyak 43.618 jiwa.

Gambar 3 Kondisi sungai yang sudah tercemar limbah domestik

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi
berbagai kebutuhan, seperti keperluan rumah tangga, pertanian, industri dan lain-lain. Oleh
karena itu sumberdaya air tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.
3.2 Jumlah Pemukiman Sampah Domestik Tepi Sungai Kota Banjarmasin

Gambar 4 Kondisi Pemukiman di Sekitar Sungai

Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi
buruk sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta mahluk hidup
lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya
dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumberdaya alam. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi
barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam macam limbah dari
berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami
penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat.
Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik.
Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan
pencemar. Beberapa tahun terakhir ini, kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar dalam
kondisi tercemar, terutama setelah melewati daerah pemukiman, industri dan pertanian.
Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan
dampak terhadap kondisi kualitas air sungai 3 terutama aktivitas domestik yang memberikan
masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (Priyambada (dkk), 2008).
Perhitungan jumlah sampah domestik dibagi menjadi sampah padat (sampah organik
dan sampah anorganik) dan sampah cair (mandi, cuci, dan kakus). Hasil rata-rata jumlah sampah
per rumah dari sampel penelitian berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh nilai
0,37 Kg/hari/orang, terdiri dari sampah organik 0,13 Kg/hari/orang dan sampah anorganik 0,24
Kg/hari/orang. Hasil rata-rata jumlah limbah cair per rumah dari sampel penelitian berdasarkan
hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh nilai 69,58 liter/hari/orang, yang terdiri dari limbah
cair mandi 34,72 liter/hari/orang, cairan pencuci limbah 21,21 liter/hari/orang, dan limbah cair
jamban 13,65 liter/hari/orang.
Besarnya timbulan sampah domestik pada permukiman di bantaran sungai Kota
Banjarmasin berdasarkan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 43.618 jiwa, diperoleh perkiraan
jumlah sampah padat sebesar 16,14 ton/hari, terdiri dari sampah organik sebanyak 5,67 ton/hari
dan sampah anorganik sebanyak 5,67 ton/hari. sebanyak 10,47 ton/hari, sedangkan perkiraan
jumlah limbah cair sebesar 3.034,94 m3/hari, terdiri dari limbah cair bak mandi sebesar 1.514,42
m3/hari limbah cair cuci sebesar 925,14 m3/hari dan limbah jamban sebesar 595,39 m3/hari.

3.3 Besarnya Pencemaran Limbah Domestik di Pemukiman Tepian Sungai Kota


Banjarmasin
Hasil wawancara terstruktur dan perhitungan diperoleh persentase dan jumlah
pencemaran limbah padat yang dibuang ke TPS dan sungai oleh warga permukiman bantaran
sungai Kota Banjarmasin yaitu sampah organik yang dibuang ke TPS sebesar 41,79% atau 2,37
ton/hari, sedangkan jumlah yang dibuang ke sungai sebesar 58,21% atau 3,30 ton/hari. Jumlah
pencemaran limbah padat anorganik yang dibuang ke TPS sebesar 57,44% atau 6,01 ton/hari,
sedangkan yang dibuang ke sungai sebesar 42,56% atau 4,46 ton/hari, dan jumlah limbah cair
yang dihasilkan dari aktivitas mandi, cuci, dan kegiatan jamban adalah 3.034,94 m3/hari,
semuanya dibuang ke sungai.
Jumlah sampah domestik pada permukiman di bantaran sungai Kota Banjarmasin
selama satu tahun diperkirakan sampah organik yang dibuang ke TPS sebanyak 865,05
ton/tahun, sedangkan yang dibuang ke sungai sebanyak 1.204,5 ton/tahun, dan sampah anorganik
yang dibuang ke ke TPS sebanyak 2.193,65 ton/tahun. dibuang ke sungai sebanyak 1.627,9
ton/tahun.
Jumlah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan mandi, cuci, dan kakus selama satu
tahun diperkirakan sebesar 1.107.753,1 m3/tahun, yang terdiri dari bak limbah cair sebesar
552.76,3 m3/tahun, air limbah pencucian sebesar 337.676,1 m3/tahun , dan air buangan kakus
sebesar 217.317,35 m3/tahun.
Hasil nilai rata-rata timbulan sampah domestik untuk setiap penduduk permukiman
bantaran sungai Kota Banjarmasin diperoleh sebesar 0,37 kg/hari/orang untuk sampah padat dan
69,58 liter/hari/orang untuk sampah cair, menunjukkan nilai tersebut dibawah standar untuk
sampah rumah tangga. timbulan sampah di Kota Besar, dengan nilai timbulan sampah antara 0,7
– 0,8 Kg/hari/orang dan sampah cair 100 liter/orang/hari (SNI 8455:2017 P, 2017; SNI M-36-
199103, 1991). Rendahnya rata-rata timbulan sampah domestik pada setiap penduduk
permukiman bantaran sungai di Kota Banjarmasin disebabkan karena hasil kajian menunjukkan
bahwa pendapatan masyarakat relatif rendah yaitu di bawah Rp. lebih rendah dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di perumahan kompleks dengan pendapatan relatif lebih tinggi
(Adiana dan Karmini, 2012; Vidiawan dan Tisnawati, 2015). Sebagian besar limbah domestik
yang dihasilkan penduduk di bantaran sungai dibuang ke sungai tanpa pengelolaan karena
rendahnya kesadaran masyarakat jika dibandingkan dengan limbah domestik masyarakat yang
tinggal di kompleks permukiman perkotaan dengan pengelolaan dan kesadaran lingkungan yang
tinggi (Harahap et al., 2012; Indrawati, 2011; Puspitasari, 2009).
Sampah anorganik warga permukiman di sepanjang bantaran sungai Kota Banjarmasin
yang dibuang ke sungai sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan karena sampah
anorganik terbuat dari sumber alam yang tidak terbarukan dan mengandung bahan kimia,
sedangkan sampah organik dapat menimbulkan pencemaran termasuk menimbulkan bau tidak
sedap. bau, kekeruhan, dan bau. merusak keindahan lingkungan (Marliani, 2015; Putra dan
Yuriandala, 2010; Straka et al., 2018). Dampak limbah domestik yang langsung dibuang ke
sungai dapat menyebabkan pendangkalan alur sungai di Indonesia (Indrawati, 2011; Marliani,
2015; Zulfahmi et al., 2016). Sungai Barito merupakan salah satu sungai terbesar dan terpanjang
di Indonesia yang mengalami proses pendangkalan akibat limbah domestik, sehingga perlu
dilakukan pengerukan secara berkala karena merupakan jalur transportasi kapal penumpang,
kargo, dan batubara yang sangat penting untuk mendukung perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan (Novico et al., 2018). Dampak limbah domestik yang langsung dibuang ke sungai
menyebabkan besarnya biaya pengolahan air bersih yang terjadi di wilayah Kota Banjarmasin,
karena faktor pencemaran fisik, kimia, dan biologi (Auliani, 2011; Budi dan Tantyonimpuno,
2006).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil kajian memperkirakan jumlah penduduk permukiman di bantaran sungai Kota
Banjarmasin sebanyak 43.618 jiwa. Jumlah sampah domestik di permukiman sepanjang bantaran
sungai Kota Banjarmasin selama satu tahun diperkirakan sampah organik yang dibuang ke TPS
sebanyak 865,05 ton/tahun, sedangkan yang dibuang ke sungai sebanyak 1.204,5 ton/tahun, dan
sampah anorganik yang dibuang ke TPS sebanyak 2.193,65 ton/tahun, dibuang ke sungai
sebanyak 1.627,9 ton/tahun. Jumlah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan mandi, cuci, dan
kakus selama satu tahun diperkirakan sebesar 1.107.753 m3/tahun, yang terdiri dari bak limbah
cair sebesar 552.76,3 m3/tahun, air limbah pencucian sebesar 337.676,1 m3/tahun dan limbah
cair jamban sebesar 217.317,35 m3/tahun. Studi ini memberikan cara untuk memperkirakan
pencemaran limbah domestik pemukiman tepi sungai di negara-negara berkembang. Upaya
pengendalian jumlah pencemaran limbah domestik di permukiman bantaran sungai di setiap
perkotaan di Indonesia sangat diperlukan dengan memfasilitasi pembangunan fasilitas mandi,
cuci, dan toilet umum yang terhubung dengan instalasi pembuangan air limbah dan tempat
pembuangan sampah. Pemantauan perubahan jumlah pencemaran limbah domestik di
permukiman bantaran sungai selama 5 sampai 10 tahun ke depan sangat diperlukan, sebagai
upaya untuk mengidentifikasi jumlah pencemaran di Kota Banjarmasin yang merupakan daerah
penyangga pemindahan ibu kota negara ke Pulau Kalimantan pada tahun 2024.
DAFTAR PUSTAKA

Baud, I., Grafakos, S., Hordijk, M. and Post, J. 2001. Quality of Life and Alliances in Solid
Waste Management: Contributions to Urban Sustainable Development. Cities. 18(1) :
3–12. https://doi.org/10.1016/ S0264-2751(00)00049-4
Boyko, C. T., Gaterell, M. R., Barber, A. R. G., Brown, J., Bryson, J. R., Butler, D., Caputo, S.,
Caserio, M., Coles, R., Cooper, R., Davies, G., Farmani, R., Hale, J., Hales, A. C.,
Hewitt, C. N., Hunt, D. V. L., Jankovic, L., Jefferson, I., Leach, J. M. and Rogers, C.
D. F. 2012. Benchmarking sustainability in cities: The role of indicators and future
scenarios. Global Environmental Change. 22(1) : 245–254. https://doi.org/
10.1016/j.gloenvcha.2011.10.004
Guirguis, M. N. and Moussa, R. R. 2019. Investigation on utilizing garbage as a resource for a
sustainable neighbourhood: Case study of a neighbourhood in New Cairo, Egypt. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science. 397: 012018. https://doi.org/
10.1088/1755-1315/397/1/012018
Hoornweg, D., Bhada-Tata, P. and Kennedy, C. 2013. Environment: Waste production must
peak this century. Nature. 502(7473): 615–617. https://doi.org/ 10.1038/502615.
Novico, F., Ali, A., Saputro, E., Sinaga, A. and Egon, A. 2018. Morfodinamika Jangka Pendek
Pendangkalan di Alur Pelayaran Barito, Kalimantan Selatan. Jurnal Geologi Kelautan.
15(2). https://doi.org/10.32693/ jgk.15.2.2017.402
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Bidang Dinamika Laut
Pusat Penelitian Oseanografi (LIPI), Jakarta.
Straka, M., Khouri, S., Rosova, A., Caganova, D. and Culkova, K. 2018. Utilization of Computer
Simulation for Waste Separation Design as a Logistics System. International Journal of
Simulation Modelling. 17(4) : 583–596.
Soemarwoto , O., 2001, Ekologi Lingkungan dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta
Supardi, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, PT Alumni Bandung.
Wiwoho, 2005, Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai dengan QUAL2E,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai