Disusun oleh:
Nama: Fika Fitrianesia
NIM : 185080101111002
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Tujuan................................................................................................................4
1.3 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1 Sungai......................................................................................................................5
2.2 Kualitas Air..............................................................................................................5
2.3 Biomonitoring..........................................................................................................6
2.4 Bioindikator.............................................................................................................6
2.2 Makroinvertebrata....................................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................8
METODELOGI.................................................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................................8
3.2.1 Alat beserta Fungsi.....................................................................................8
3.2.2 Bahan beserta Fungsi..................................................................................8
3.3 Prosedur Sampling.............................................................................................9
3.4 Indentifikasi Makroinvertebrata.........................................................................9
BAB IV............................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................10
4.1 Teknik Pengambilan Sampel..................................................................................10
4.2 Kelompok Makroinvertebrata.................................................................................12
BAB V.............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan......................................................................................................15
5.2 Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
oleh organisme lain yang dapat hidup pada dasar berlumpur seperti cacing
Oligochaeta, keong Pulmonata, dan larva Chironomid
Menurut Machdar (2018), makroinvertebrata sering dijadikan bioindikator
perairan karena dapat meberikan petunjuk telah terjadi penurunan kualitas air,
dapat mengukur efektivitas tindakan penanggulagan pencemaran, dapat
meunjukkan kecenderungan untuk memprdiksi perubahan-perubahan yang
mungkinsaja terjadi pada waktu yang datang, sehingga pemantauan kualitas air
sungai dapat dilakukan degan pemantauan biologis yang ada di sungai.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengerti dan
memahami cara pengambilan sampel makroinvertebrata dan mampu mengetahui
kondisi DAS dari jenis makroinvertebrata yang ditemukan.
1.3 Manfaat
Praktikum biomonitoring ini bertujuan mengenalkan mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan tentang cara pengambilan sampel makroinvertebrata
dan mampu mengetahui kondisi DAS dari jenis makroinvertebrata yang
ditemukan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Pohan, et al. (2016), sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir
dan mendapat masukan dari semua buangan yang berasal dari kegiatan manusia di
daerah pemukiman, pertanian dan industri didaerah sekitarnya. Masukan buangan
ke dalam sungai akan mengakibatkan per- ubahan faktor fisika, kimia, dan biologi
di dalam per- airan. Sungai merupakan salah satu ekosistem, yaitu sauatu sistem
ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintegrasi sehingga
membentuk suatu kesatuan. Apabila salah satu komponen terganggu, maka hal
ini akan mempengaruhi komponen lain yang ada pada sungai tersebut.Sungai
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir.
5
2.3 Biomonitoring
Biomonitoring adalah kajian pemantauan status lingkungan berbasis
makhluk hidup. Biomonitoring terhadap organisme yang terpapar racun bersifat
dinamis, baik konteks tempat maupun waktu. Hubungan organisme dengan
lingkungannya yang terangkai menjadi sistem biologi tersebut mampu
mengintegrasikan variable-variabel lingkungan dengan respon kehidupan
organisme dalam waktu terrtentu dan relatif lebih mudah diukur, sehingga
memudahkan pendugaan dampak pencemaran terhadap organisme. Penggunakan
hewan dan tumbuhan sebagai indikator, kemudian lebih dikenal dengan istilah
bioindikator juga perlu dikuasai oleh mahasiswa khususnya bagi mereka yang
menempuh mata kuliah ekologi dan pengetahuan lingkungan. Biomonitoring air
dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme indikator. Organisme
tersebut, yaitu Plankton adalah kelompok mikroorganisme yang hidup melayang-
layang di dalam air, Perifiton adalah kelompok alga, cyanobacter, mikroba dan
detritus yang hidup di dalam air, Mikrobentos adalah kelompok mikroorganisme
yang hidup di dalam atau di permukaan air”; (4) Kelompok makroinvertebrata di
dalam atau permukaan air. Makrofita adalah kelompok tumbuhan air dan Nekton
adalah ikan (Husmanah dan Rahardjanto, 2019).
2.4 Bioindikator
Bioindikator adalah ukuran langsung dari kesehatan fauna dan flora di
perairan. Indikator biologi yang umum digunakan di air tawar meliputi berbagai
ukuran makroinvertebrata atau keragaman ikan, pertumbuhan alga benthik
(benthic algal growth) dan kebutuhan oksigen bentik (benthic oxygen demand).
Untuk muara, indikator biologis kurang dikembangkan. Satu-satunya indikator
biologis yang umum digunakan di muara adalah klorofil-a, yang merupakan
ukuran kepadatan populasi fitoplankton. Untuk daerah pesisir, indikator seperti
kondisi lamun atau kondisi terumbu karang tepi kadang-kadang digunakan. Dalam
banyak ekosistem perairan, pengaruh utama pada kesehatan ekosistem akuatik
dapat menjadi faktor selain kualitas air, termasuk degradasi habitat dan perubahan
pola aliran alami. Oleh karena itu, penting untuk memasukkan indikator faktor-
faktor ini dalam biomonitoring (Department of Environment and Science, 2018).
6
2.5 Makroinvertebrata
Makroinvertebrata merupakan kelompok hewan tidak bertulang belakang
yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Makroinvertebrata air dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia, dan biologi suatu perairan,
sehingga dapat dipakai sebagai indikator kualitas air sungai. Sifat-sifat
makroinvertebrata air, yaitu Sensitif terhadap perubahan kualitas air, sehingga
berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya, Ditemukan hampir di semua
perairan, Terdiri atas banyak jenis serta merespon berbeda pada gangguan yang
berbeda pula, Bergerak secara terbatas, Mengakumulasi racun pada tubuhnya,
Mudah dikumpulkan dan diidentifikasi paling tidak sampai tingkat family.
Pengambilan contoh mudah dilakukan, karena memerlukan peralatan sederhana,
murah, dan tidak berpengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.
Makroinvertebrata air terdiri dari larva Plecoptera (stonefly), Larva Trichoptera
(kutu air), larva Ephemeroptera (kumbang perahu), Platyhelminthes (cacing
pipih), larva Odonata (capung), Crustaceae (udang-udangan), Mollusca (siput dan
kerang), larva Hemiptera (kepik), Coleoptera (kumbang air), Hirudinea (lintah),
Oligochaeta (cacing), dan larva Diptera (nyamuk, lalat). Selain itu, teripang
(Holothuroidea) secara ekologis sebagai indikator terjadinya pencemaran pada air
laut dan juga dapat memberikan gambaran tentang kondisi terumbu karang
(Husmanah dan Rahardjanto, 2019).
7
BAB III
METODELOGI
8
3.3 Prosedur Sampling
Persiapkan Kicking
Sampel
Identifikasi Makroinvertebrata
Hasil
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
meter dengan menggerakkan kaki memutar untuk merangsang hewan yang
bersembunyi di dasar sungai agar keluar dan terhanyut masuk ke dalam jarring.
Selanjutnya Teknik jabbing dilakukan di tepi sungai dangkal, caranyaa adalah
meletakkan jaring di permukaan dasar sungai, kemudian bergerak maju ke arah
hulu atau sumber datangnya air sambil menyapukan jaring hingga menyentuh
permukaan dasar sungai sepanjang 5 meter, terutama di bawah tanaman air.
Selanjutnya tuangkan sampel dari kantong jaring ke dalam nampan plastik dan
siramkan sedikit air untuk membersihkan sisa sampel dalam jaring dan
memudahkan pengambilan makroinvertebrata dari substrat dalam sampel.
Lakukan sortasi. Usahakan untuk mengambil seluruh hewan indikator dalam
sampel, terutama yang berukuran kecil dan kelompok serangga Ephemeroptera,
Plecoptera dan Trichoptera (EPT). Selanjutnya jumlah hewan minimal yang
diambil dari sungai yang dipantau adalah 100 ekor hewan. Jika dalam 3 kali
pengambilan sampel jumlah hewan yang didapatkan kurang dari 100 ekor, maka
perlu dilakukan pengambilan sampel tambahan dan catat total jumlah
pengambilan sampel yang dilakukan. Selanjutnya melakukan identifikasi
makroinvertebrata, hitung jumlah individu, masukkan ke tabel. Selanjutnya
penilaian kualitas air sungai dengan bioindikator dilakukan dengan menghitung 4
parameter, yaitu keragaman jenis famili, keragaman jenis EPT, persentase
kelimpahan EPT dan Indeks, yang diberikan skor penilaian berdasarkan kriteria
penilaian untuk 4 kategori kualitas air. Selanjutnya rerata hasil penghitungan
mengindikasikan kondisi kualitas air sungai yang diperiksa.
11
tubuhnya tidak mengalami kerusakan sehingga saat mengindetifikasi dapat
dilakukan dengan mudah.
12
Menurut Husamah dan Rahardjanto (2019), makroinvertebrata air
memiliki sifat yakni sensitif terhadap perubahan kualitas air sehingga berpengaruh
terhadap komposisi dan kelimpahannya, ditemukan hampir di semua perairan,
terdiri atas banyak jenis serta merespon berbeda pada gangguan yang berbeda
pula, bergerak secara terbatas, mengakumulasikan racun pada tubuhnya serta
mudah dikumpulkan dan diidentifikasi paling tidak sampai tingkat family. Salah
satu makroinvertebrata yang sering digunakan dalam penelitian adalah
makrozoobentos. Bentos adalah hewan yang sebagian besar siklus hidupnya di
substrat perairan. Makrozoobentos terdapat di seluruh badan sungai mulai dari
hulu sampai ke hilir. Berdasar tingkat toleransi pada pencemaran, bentos
digolongkan dalam :
a. Jenis tahan bahan pencemar, seperti cacing Tubifex, Masculinum sp. dan
Psidium sp.
b. Jenis lebih bersih, seperti Bryzoa, Crustacea dan serangga perairan
c. Jenis hanya senang bersih, seperti siput Vivinatidae dan Amnicolidae
13
Tubificidae dapat hidup di air sungai dengan bahan organik yang tinggi, keruh,
berlumpur dan kansungan oksigen terlarut yang rendah. Bioindikator dari perairan
yang tidak tercemar adalah planaria, tercemar ringan adalah Hydropsychidae,
Baetidae, tercemar sedang adalah Gastropoda dan Caenidae dan tercemar sedang
sampai agak berat adalah Chironomidae. Chironomidae merupakan salah satu
famili dari ordo Diptera yang toleran terhadap pencemaran organik dan dapat
hidup di perairan dengan kadar oksigen rendah, sehingga famili ini dapat
mencerminkan ekosistem perairan tercemar. Family Thridiae dengan salah satu
spesiesnya Melanoides tuberculata dapat menjadi bioindikator perairan tercemar
karena memiliki operculum yang dapat melindungi diri dari kekeringan sehingga
bisa bertahan pada lahan kering dan salinitas tinggi. Operculum pada spesies ini
dapat meningkatkan toleransi terhadap bahan kimia beracun di lingkungan.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biomonitoring merupakan kegiatan memonitor kualitas air dengan
memnfaatkan organisme perairan sebagai indikator dan aspek fisika-kimia sebagai
unsur pendukungnya. Dalam praktikum biomonitoring indikator biologi yang
digunakan yaitu makroinvertebrata. Markoinvertebrata digunakan karena sangat
peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga spesies yang dijumpai di dalam air
dapat dianalisa untuk memberikan gambaran tentang kondisi perairan tersebut.
Organisme ini dapat digunakan sebagai indikator biologis karena adanya faktor
preferensi habitatnya dan juga mobilitasnya yang relative rendah sehingga
keberadaannya sangat dipengaruhi secara langsung oleh semua bahan yang masuk
ke dalam perairan.
Pengambilan sampel makroinvertebrata dilakukan dengan metode kicking.
Pengambilan sampel makroinvertebrata menggunakan jala dengan mesh size 500
µm. Pengambilan sampel dilakukan dengan berlawanan dengan arah arus sungai
dan mengaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersama-sama untuk
melepaskan organisme dari dasar perairan sehingga organisme akan masuk ke
dalam jala.
Adapun organisme yang menggambarkan perairan tercemar adalah Baetis
sp dari famili Baetidae, anggota dari Ordo Plecoptera, Ordo Ephemeroptera, dan
sebagainya. Sedangkan organisme yang menggambarkan kondisi perairan yang
masih baik diantaranya adalah Ordo Coleoptera, Ordo Ephemeroptera, Ordo
Plecoptera, Ordo Trichoptera, dan Ordo Gastropoda.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya diharapkan lebih dipersiapkan lagi bahan dan juga
pemahaman terhadap praktikum yang akan dilakukan sehingga tidak praktikan
dapat memahami dengan baik materi yang diberikan. Bahan berupa video turorial
pada proses kicking dan penyortiran sampel yang diberikan juga sebaiknya
dilengkapi dengan penjelasan materi, agar praktikan tidak kebingungan mengenai
tata cara yang benar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M dan D. M. Atmaja. 2019. Kualitas Air Pada Sumber Mata Air Di Pura
Taman Desa Sanggalangit Sebagai Sumber Air Minum Berbasis
Metode Storet. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha. 7 (2) : 74-
84.
Pohan, D.A.S., Budiyono dan Syafrudin. 2016. Analisis Kualitas Air Sungai Guna
Menentukan Peruntukan Ditinjau dari Aspek Lingkungan. Jurnal
Ilmu Lingkungan. 14 (2) : 1-10.
16