BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan
sampai kedalaman 10.000 meter (Karmana,2007)
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Biologi Perikanan ini adalah :
1. Dapat melakukan analisis morfometri pada kepiting sampel sehingga dapat
diketahui korelasi antara beberapa parameter bagian tubuh kepiting.
2. Dapat melakukan identifikasi individu kepiting.
3. Mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan
gonad, dan menghitung nilai fekuiditas dari suatu individu.
4. Dapat menganilisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies.
5. Dapat mengukur diameter telur kepiting.
Universitas Sriwijaya
2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Malacostraca
Superordo : Eucaridae
Ordo : Decapoda
Familia : Portunidae
Genus : Scylla
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis Crustacea dari
famili Portunidae yang mempunyai nilai protein tinggi, dapat dimakan dan
merupakan salah satu spesies yang mempunyai ukuran paling besar dalam genus
Scylla (Hill, 1992 dalam Agus, 2008). Secara umum morfologi kepiting bakau
dapat dikenali dengan ciri sebagai berikut, seluruh tubuhnya tertutup oleh
cangkang, terdapat 6 buah duri diantara sepasang mata, dan 9 duri disamping kiri
dan kanan mata, mempunyai sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa
Cheliped (kaki yang bercapit) dapat mencapai ukuran 2 kali panjang karapas,
Mempunyai 3 pasang kaki jalan, mempunyai sepasang kaki renang dengan bentuk
pipih, kepiting jantan mempunyai abdomen yang berbentuk agak lancip
menyerupai segi tiga sama kaki, sedangkan pada kepiting betina dewasa agak
membundar dan melebar, Scylla serrata dapat dibedakan dengan jenis lainnya,
karena mempunyai ukuran paling besar, disamping itu Scylla serrata mempunyai
Universitas Sriwijaya
3
4
pertumbuhan yang paling cepat dibanding ketiga spesies lainnya. Selain itu, Scylla
serrata memiliki warna relatif yang hampir sama dengan warna lumpur, yaitu
coklat kehitam-hitaman pada karapaksnya dan putih kekuning-kuningan pada
abdomennya. Pada propudus bagian atas terdapat sepasang duri yang runcing dan
1 buah duri pada propudus bagian bawah. Selain itu habitat kepiting bakau spesies
ini sebagian besar di hutan-hutan bakau di perairan Indonesia. (Moosa dkk.,1985
dalam Asmara, 2004).
Universitas Sriwijaya
4
5
kemudian induk betina akan dipeluk oleh induk jantan dengan menggunakan
kedua capitnya yang besar. Induk kepiting jantan kemudian menaiki karapaks
induk kepiting betina, posisi kepiting betina dibalikkan oleh yang jantan sehingga
posisinya berhadapan, maka proses kopulasi akan segera berlangsung. Setelah
perkawinan berlangsung kepiting betina secara perlahan-perlahan akan beruaya di
perairan bakau, tambak, ke tepi pantai, dan selanjutnya ke tengah laut untuk
melakukan pemijahan (Amir, 1994 dalam Agus, 2008).
Universitas Sriwijaya
5
6
Universitas Sriwijaya
6
7
sedang suhu yang ideal adalah 25 – 30°C. Suhu yang kurang dari titik optimum
berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme.
2.7.1.2. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut
dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (o/oo) atau
ppt (Part Perthousand) atau g/l. Salinitas menggambarkan padatan total di air
setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan dengan klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi,
2003 dalam Agus, 2008).
Biota air laut mengatasi kekurangan air dengan mengkonsumsi air laut
sehingga kadar garam dalam cairan tubuh bertambah. Dalam mencegah terjadinya
dehidrasi akibat proses ini kelebihan garam harus dibatasi dengan jalan
mengekskresi klorida lebih banyak lewat urine yang isotonik. Kepiting mengatur
ion plasmanya agar tekanan osmotik didalam cairan tubuh sebanding dengan
kapasitas regulasi. Salinitas yang sesuai untuk pemeliharaan kepiting adalah 15 –
25 ppt (Ramelan, 1994 dalam Agus, 2008). Kepiting akan mengalami
pertumbuhan yang lambat jika salinitas berkisar antara 35 – 40 ppt, dan tumbuh
dengan baik pada salinitas 10 – 15 ppt, tetapi lebih sensitif terhadap serangan
penyakit. Perubahan salinitas dapat mempengaruhi konsumsi oksigen, sehingga
mempengaruhi laju metabolisme dan aktivitas suatu organisme. (Hoer, et al. 1979
dalam Agus, 2008).
2.7.1.3. pH
Air Menurut Boyd (1990) dalam Agus (2008), derajat keasaman atau pH
menggambarkan aktifitas potensial ion hidrogen dalam larutan yang dinyakatan
sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu, atau pH = - log (H+).
Air murni mempunyai nilai pH = 7, dan dinyatakan netral, sedangkan pada air
payau berada pada kisaran normal antara 7 – 9. Konsentrasi pH mempengaruhi
tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan
yang asam cenderung menyebabkan kematian pada ikan demikian juga pada pH
yang mempunyai nilai kelewat basa, hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan
rendah sehingga aktifitas pernafasan tinggi dan berpengaruh terhadap menurunnya
Universitas Sriwijaya
7
8
nafsu makan (Ghufron dan H. Kordi, 2005 dalam Agus, 2008). Menurut Amir
(1994) dalam Agus (2008), kepiting bakau mengalami pertumbuhan dengan baik
pada kisaran pH 7,3 – 8,5
Universitas Sriwijaya
8
9
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM`
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan dengan sampel kepiting (Scylla serrata) di
laksanakan pada hari Rabu, 02 November 2016 di Laboratorium Dasar Perikanan,
Program Studi Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya.
Universitas Sriwijaya
9
10
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan ini dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan pada praktikum I
Bahan Jumlah Fungsi
Kepiting 2 ekor Bahan utama yang akan diamati
Aquades secukupnya Untuk melarutkan bagian dalam usus dan
untuk merendam gonad agar butiran-
butiran telurnya dapat dipisahkan
Log a =
∑ log W ── (N × log a)
Log b =
∑ log L
Universitas Sriwijaya
10
11
Universitas Sriwijaya
11
12
IKG
Keterangan:
IKG : Indeks kematangan gonad (%)
Bb : Berat gonad (g)
Bt : Berat total (g)
3.3.5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Gonad yang telah diambil dari tubuh ikan dan telah dibersihkan, ditimbang
beratnya dengan menggunakan timbangan digital
b. Gonad diambil, kemudian potong menjadi lima bagian dan ambil sebagian
gonad pada bagian pangkal, tengah, dan ujung gonad untuk pengamatan
selanjutnya, sehingga diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur terwakili
c. Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang beratnya
Universitas Sriwijaya
12
13
Fekunditas =
Keterangan:
F : Fekunditas
G : Berat gonad (g)
Q : Berat gonad sampel (g)
N : Jumlah telur pada gonad sampel (butir)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
13
14
a. Ambil telur (± 50 butir) dari tiga bagian: posterior, median, dan anterior dari
gonad
b. Masukkan dalam petridisk
c. Tambahkan aquades sampai telur terendam
d. Pisahkan telur secara manual dengan bantuan spatula
e. Amati dibawah miokroskop okuler dan sudah ditera dengan micrometer
objektif terlebih dahulu
Universitas Sriwijaya
14
15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Analisa Morfometri
Dari praktikum yang telah dilakukan, data analisa morfometri dapat dilihat
pada tabel 4.1, yaitu:
Tabel 4.1. Analisa Morfometri pada ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
Berat Panjang total Panjang Lebar Tinggi badan
No.
(gr) (cm) standar (cm) mulut (cm) (cm)
1. (Betina) - - - - -
2. (Jantan) 161 - - - -
Universitas Sriwijaya
15
16
4.1.5. Fekunditas
Dari praktikum yang telah dilakukan, data fekunditas dapat dilihat pada
tabel 4.5, yaitu:
Tabel 4.5. Fekunditas ikan kepiting
4.2. Pembahasan
Pada analisis morfometri pada kepiting (Scylla serrata), didapatkan hasil
berat kepiting jantan 161 g. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis pakan yang
diberikan, kondisi lingkungan ikan tersebut hidup serta dapat juga disebabkan
oleh tingkat kematangan gonad tiap ikan. Menurut Bonnie (2008), pada kondisi
lingkungan yang memungkinkan, kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai
umur 3-4 tahun dan mencapai ukuran lebar karapas maksimum lebih dari 200
mm. Kepiting betina matang pada ukuran lebar karapas antara 80-120 mm
sedangkan kepiting jantan matang secara fisiologis ketika lebar karapas berukuran
90-110 mm, namun tidak cukup berhasil bersaing untuk pemijahan sebelum
dewasa secara morfologis (yaitu dari ukuran capit) dengan lebar karapas 140-160
mm.
Universitas Sriwijaya
16
17
Universitas Sriwijaya
17
18
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum biologi perikanan ini adalah:
1. Kepiting jantan memiliki bentuk perut seperti huruf V dan tegas, sedangkan
kepiting betina memiliki bentuk perut seperti huruf U dan melebar.
2. Fekunditas kepiting bakau pada TKG III berkisar antara 345.923-1.046.272
butir, sedangkan pada TKG IV berkisar antara 352.152-1.472.639 butir.Ikan
sempel kedua (jantan) tidak memiliki nilai fekunditas.
3. Kebiasaan makan kepiting yaitu omnivora dan juga pemakan bangkai.
4. Kepiting betina matang pada ukuran lebar karapas antara 80-120 mm
sedangkan kepiting jantan matang secara fisiologis ketika lebar karapas
berukuran 90-110 mm.
5. Secara umum morfologi kepiting bakau dapat dikenali dengan ciri seluruh
tubuhnya tertutup oleh cangkang, terdapat 6 buah duri diantara sepasang
mata, dan 9 duri disamping kiri dan kanan mata.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih disiplin waktu ketika akan praktikum karna
waktu yang dibutuhkan untuk praktikum Biologi Perikanan ini cukup lama dan
sebaiknya ketika melakukan praktikum kepiting yang digunakan masih dalam
keadaan segar dan telah matang gonad.
Universitas Sriwijaya
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
19