Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum ini adalah:
1. Menentukan nilai pH, Suhu, Salinitas, Konduktivitas, TSS, TDS, BOD, DO,
dari sampel yang di uji.
2. Menentukan status mutu air bedasarkan KEPMENLH Nomor 15 Tahun
2003 tantang penentuan status mutu air.
3. Mengetahui kondisi air sungai dan membandingkannya dengan aliran-aliran
sungai lainnya yang menjadi sampel pengujian.

1.2 Prinsip Pengujian


1.2.1 Mengukur Kadar pH (Derajat Keasaman), Salinitas, dan Konduktivitas
Menggunakan JAnco Model 6150 (Portable meter)
Memasukkan sampe air kedalam gelas ukur,kemudian
masukkan sensor kedalam gelas ukur berisi sampel air.Pembacaan
nilai pH menggunakan sensor berwarna hijau.Sedangkan pembacaan
nilai

untuk

salinitas

dan

konduktivitasberwarna

hijau

dan

kuning.Pembacaan dilakukan saat nilai yang tampil pada layar stabil.


1.2.2Mengukur Kadar Suhu Dengan Fluke Thermometer
Fluke Thermometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur suhu dari badan sungai yang diujikan. Ambil sampel
air,kemudian masukkan kedalam sampel air untuk mengukur kadar pH
melalui Probe thermometer yang di tampilkan di display.Pembacaan
suhu di lakukan pada saat nilai yang tampil di display tampil.

1.2.3

Mengukur Kadar Total Suspended Solid (TSS) dan Total Disolved


Solid (TDS) Menggunakan Metode Gravimetri
Metode ini tidak masuk penentuan bahan yang menampung
padatan

yang

mudah

menguap

dan

komposisi

garam

mineral.Pengujian yang homogeny yang di saring dengan kertas saring


kemudian di keringkan sampai mencapai berat konstan dengan suhu
105oC.kemudian berat saringan mewakili padatan yang tersuspensi
total.Jika padatan menghambat dan memperlama padatan dengan
proses penyaringan diameter saringan perlu di besarkan atau
mengurangi

volume

contoh

uji

untuk

memperoleh

estimasi

TSS.Dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.


1.2.4

Mengukur Kadar BOD dan DO Dengan Metode Titrasi


Sampel air yang akan di uji tidak boleh ada gelembung
udara.Untuk DO,teteskan masing masing 2 ml MnSO4 dan alkaliionida.Kocok sampai terjadi pengendapan.Kemudian tambahkan 2 ml
H2SO4 terlarut pekat kocok kembali smapi endapan terlarut dengan
sempurna.Masukkan kedalam erlemayer kemduian titrasi dengan
tiosulfat.Tambahkan larutan kanji hingga warna biru hilang da catat
larutan tiosulfur yang di gunakan.
Sedangkan Untuk BOD dengan melaurtkan pengenceran
sebanyak 10% dari banyaknya sampel.kemduian di inkubasi selama 5
hari di dalam incubator.Pada suhu 20oC kemduian catat nilai tiosulfat
dan volume tiosulfat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Penelitian Terdahulu
2.1.1. Analisis Beban dan Indeks Pencemar di Tinjau dari Parameter Logam
Berat di Sungai Siak Kota Pekanbaru
Penelitian ini dilakukan oleh Yanti Agustina (Staf Dinas Perikanan
dan Kelautan Provinsi Riau, Pekanbaru), Bintal Amin (Dosen
Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Riau, Pekanbaru)
dan Thamrin (Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Sarjana
Universitas Riau) pada tahun 2012.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis beban indeks
pencemar ditinjau dari parameter logam di sungai Siak Kota Pekanbaru.
Penelitian ini dilakukan di perairan sungai Siak Pekanbaru selama 4 bulan
yaitu dari bulan Februari hingga bulan Mei 2012. Peralatan yang
digunakan peralatan lapangan seperti GPS thermometer air raksa dan
sebagainya. Dan peralatan laboratorium seperti alat-alat gelas/tabung
reaksi, burat dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi perarian sungai siak dalam
wilayah administrasi kota Pekanbaru saat ini telah berada dalam taraf
yang mengkhawatirkan. Estimasi total beban pencemar logam Pb, Cu dan
Zn menunjukan bahwa perairan sungai Siak dalam wilayah administrasi
Pekanbaru telah menerima beban pencemar logam yang sangat tinggi.
Beban tercemar logam Pb merupakan logam yang memiliki beban
pencemar tertinggi yaitu 889,50 Ton/Bulan yang diikuti beban pencemar
logam Zn sebesar 737,10 ton/Bulan dan beban pencemar logam Cu
sebesar 726,37 Ton/Bulan.
Hasil perhitungan nilai indeks pencemaran logam berat jenis Pb,Cu
dan Zn berdasarkan KEPMENCH No. 115 Tahun 2003, diketahui bahwa
kondisi perairan siap dalam wilayah administrasi kota Pekanbaru pada

stasiun 1 saat ini dalam status tercemar ringan. Sedangkan indeks


pencemaran logam berat jenis Pb, Cu dan Zn pada stasiun 2 saat ini
berstatus tercemar berat dan sangat berbahaya apabila digunakan sebagai
air baku untuk minum maupun prasarana/rekreasi air, pembudayaan air
tawar, peternakan dan pengairan lahan pertanian.
2.1.2. Pencemaran Residu Pestisida di Sungai Umbulrejo Kecamatan Dampit
Kabupaten Malang.
Penelitian dilakukan oleh Miftahul Khair Kadim (Pascasarjana
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya dan Dosen
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, yang Bernama Sri Sudaryanti dan
Endang Yuli H), dilakukan Pada tahun 2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran
resiko pestisida di Sungai Umbulrejo. Penelitian ini dilakukan diempat
titik pengamatan mewakili gambaran aktivitas pertanian yang ada di
sungai Umbulrejo, dari masing-masing titik diambil sampel air, sedimen
dan bentos yang ditemukan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pencemaran residu pestisida
organo fosfat (profenofos) terjadi pada sungai umbulrejo. Kadar
profenofos titik 1 diair 12,07 Ppm, sedimen 0,093 Ppm dan Bentos 0,062
Ppm, titik 2 diair 4,21 Ppm, Sedimen 0,0224 Ppm, dan Bentos 0,211 Ppm,
titik 3 diair 0,034 Ppm, sedimen 0,091 Ppm dan bentos 0,182 Ppm, titik 4
diair 0,071 Ppm, sedimen 0,416 Ppm dan bentos 5,131 Ppm. Nilai ini
secara umum telah melebihi batas kadar total pestisida maksimum yang
diperbolehkan yaitu 0,1 Ppm. Hal ini mengambarkan bahwa aktifitas
pertanian disungai umbulrejo yang menggunkan pestisida organofosfat
(profenofos) telah mencari sungai tersebut.
2.1.3. Analisis Resiko Kesehatan Pencemaran Logam Berat pada Air, Sedimen,
dan Simping (Placuna Placenta) di Pesisir Tangerang

Penelitian ini dilakukan oleh Anna Rejeki Simbolan (Program


Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor) dan Departemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor (Etty Riani, Yusli
Wardiatno) pada tahun 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menganalisis resiko
kesehatan pencemaran logam berat pada air, sediimen dan simping
(Placuna

Placenta)

Pengambilan

Sampel

di

Pesisir

Kabupaten

ditentukan

dengan

Tangerang.
purposive

Metode
sampling.

Pengambilan sampel pada setiap muara diulang sebanyak tiga kali


dengan interval waktu pengambilan sampel selama 2 bulan.
Dengan demikian, kualitas air dan Pesisir Kabupaten Tangerang
secara umum masih dibawa baku mutu berdasarkan KepMenLH No. 51
tahun 2004. Tingkat resiko yang dikuantifikasi baik yang berasal dari
air, sedimen maupun simping menunjukan nilai yang diatas 1, artinya
masyarakat Pesisir Kabupaten Tangerang memiliki resiko kesehatan
akibat paparan logam berat. Resiko kesehatan dapat dikurangi bahkan
dicega dengan adanya manajemen resiko kesahatan dengan cara
mengurangi laju asupan simping dan pengendalian limbah dari sumber
pencemar. Dalam pengambilan sampel air dilakukan dengan cara
komposit. Pengambilan sampel simping dengan mengunakan jaring
penangkap (garok) dan sedimen dengan alat ekman grab.
2.1.4. Penelitian Daya Tambung Beban Pencemaran BOD dan Fecal Coliform
Sungai Plumbon Kota Semarang dengan Software Qval 2 E.
Penelitian ini dilakukan oleh Joshua Partogi utama, Syafrudin
dan Winarti Dwi Nugraha pada tahun 2015 dari Prongram Studi
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Sungai plumbon merupakan sugai utama dalam DAS Garang
yang terletak di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. DAS plumbon

memiliki luas 22,5 km2 dan panjang sungai utamanya 19,75 km.
Sungai plumbon di manfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai
sumber air baru pengelohan air minum, budi daya perikanan, pertanian
dan kegiatan MCK. Perkembangan aktifitas masyarakat berpotensi
meningkat beban cemaran BOD dan Fecal Colifrom yang masuk
disungai. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian daya tampung
beban cemaran indikator BOD dan Fecal Colifrom dengan
mengunakan Software Qval 2 E. Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air menjadi dasar baku mutu daya tampung beban
cemaran. Hasil simulasi pada kondisi debit minimum (musim
kemarau) beban cemaran BOD tidak memenuhi beban cemaran yang
di ijinkan kelas 1 dan kelas 2, sedangkan beban cemaran Fecal
Colifrom Sungai Plumbon tidak memenuhi selama beban cemaran
yang di ijinkan semua kelas. Hasil simulasi pada kondisi debit
maksimum (musim penghujan) beban cemaran BOD tidak memenuhi
beban cemaran yang di ijinkan kelas 1 dan kelas 2, sedangkan beban
cemaran Fecal Colifrom tidak memenuhi beban cemaran yang diijikan
semua kelas. Hasil simulasi pada kondisi debit eksiting beban cemaran
BOD dan Fecal Colifrom tidak memenuhi semua beban cemaran yang
di ijinkan semua kelas. Kondisi ini dipengaruhi oleh tinggi kualitas
beban cemaran domestic sungai. Berdasarkan hasil uji laboratorium
parameter fisika, kimia, dan mikro biologi, sungai plumbon termasuk
dalam sungai kategori kelas 3. Adapun strategi pengendalian beban
pencemaran air dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan limbah
melalui penyediaan sarana

sanitasi

secara komunal didaerah

pemukiman dan melakukan pemantauan secara rutin terhadap kualitas


air sungai.

2.1.5. Fluktuasi Konsentrasi TSS, COD, Nutrien (NH4+, NO3-, NO2-) dan
Colifrom Sebagai Kajian Kinerja Tiga Tipe Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik di Kota Semarang (Studi Kasus = IPAL MCK Da
dapsari, IPAL Shallow Sewarage Bayumanik 2013, IPAL Kombinasi
Bayumanik Mix).
Penelitian ini dilakukan oleh Kurnia Nur Windia Utami pada
tahun 2016 dari Prongram Studi S1 Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Pemerintah Indonesia melalui prongram senitasi Perkotaan
Berbasis Masyarakat (SPBM) telah membangun infrastruktrur sanitasi
berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Dosmetik secara
komunal. Namun dikhawatirkan pembangunan IPAL seiring IPAL
tersebut beroperasi. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari selasa
dan jumat selama akhir bulan Juni sampai awal bulan September
2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja IPAL
dengan menganalisis tingkat fluktuasi kosentrasi TSS, COD, Nutrient
(Ammonium, Nitrat, Nitrit) dan Eschericia coli serta efesiensi
penyesihannya. Jenis penelitian ini adalah deskriptive observational.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil
pengujian menunjukan bahwa IPAL Banyumanif Mix Tipe Kombinasi
merupakan tipe IPAL yang paling baik dan stabil dibandingkan IPAL
Banyumanik 2013 tipe Shallow Sewerage dan IPAL Dadapsari tipe
MCK, dengan nilai koefisiensi variasi efflvent untuk IPAL
Banyumanik Mix sebesar 42,45%, COD 14,18%, Ammonium 9,33%,
Nitrat 24,94%, Nitrit 18,59%.
2.2

Dasar Teori
2.2.1 Konduktivitas

Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (lautan,gas atau


logam) untuk menghantarkan arus listrik.Dalam suatu larutan,larutan
arus listrik dibawah oleh kation-kation dan anion-anion,sedangkan
dalam

logam

arus

listrik

dibawa

oleh

elektron-elektron

konduktivitas.Suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :


a)
b)
c)
d)

Konsentrasi;
Pergerakan ion-ion;
Valensi ion;
Suhu.
Setiap

unsur

atau

senyawa

kimia

mempunyai

derajat

konduktivitas yang sangat rendah,beberapa senyawa atau unsur kimia


yang terlarut dalam air dapat meningkatkan konduktivitas air.Pada
umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan
meningkatkan konduktivitas.
Perubahan

suhu

suatu

larutan

juga

mempengaruhi

konduktivitasnya,kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ionion

dalam

larutan,sehingga

meningkat.Temperatur
konduktivitas,peningkatan

konduktivitas

berhubungan

dari

secara

konduktivitas

suatu
linier

larutan
dengan

akibat

kenaikan

temperaturdapat dinyatakan dalam persen per derajat celcius (slope) air


murni mempunyai slope yang relative besar yaitu 5,2% per oC.Air pada
umumnya mempunyai slope antara 1,8 2 % per

C larutan

garam,asam atau alkali mempunyai slope sekitar 1,5% per oC.


Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan
NaCl,HCl,H2SO4 dan NaOH.Pengukuran dari konduktivitas secara luas
digunakan dalam industri suatu pengolahan air.Pengolahan air limbah
industri untuk menentukan tingkat kontaminasi air dan lain-lain.
Hantaran

listrik

merupakan

kebalikan

dari

tahanan

(resistanse),bila tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan

dasar hantaran adalah mho atau biasa juga ditulis siemen/cm,pada


pengukuran konduktivitas air dan larutan-larutan kimia umumnya
digunakan satuan volt atau mV.
Konduktivitas merujuk pada :
a) Konduktivitas listrik,ukuran kemampuan bahan untuk membuat
arus listrik;
b) Konduktivitas hidrolik,properti kemampuan bahan untuk mengirim
air;
c) Konduktivitas termal,properti intensif bahan yang menandakan
kemampuannya untuk membuat panas;
d) Konduktivitas Rayleigh,menjelaskan kelakuan apertur mengenai
aliran cairan atau gas.
2.2.2

Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasainan atau kadar garam terlarut
dalam air.Salinitas merupakan jumlah total dalam gram bahan-bahan
terlarut dalam satu kilogram air laut.Jika semua karbonat diubah
menjadi oksida,semua biomida dan yodium diubah menjadi klorida dan
semua bahan-bahan organikdioksidasi.
Tabel 2.1

Salinitas air berdasarkan presentase garam terlarut

Air tawar
Air Penyu
Air Saline
< 0,05 %
0,05-3%
3-5 %
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/salinitas

Brime
> 5%

Kandungan garam pada sebagian besar danau,sungai dan


saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar.Kandungan garam sebenarnya pada air ini,Secara
definisi kurang dari 0,05%,lebih dari 5% maka disebut brime.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan
garam 3,5%.Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan

memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya.Sebagai


contoh,laut mati yang memiliki kadar garam sekitar 30%.
Istilah

teknik

untuk

keasianan

lautan

merupakan

halinitas,dengan didasarkan bahasa halida-halida,terutama klorida


adalah aeron yang paling banyak dari elemen-elemen terlarut.Dalam
oseanografi,halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi
dalam bagian perseribu(part per thousand.ppt) atau permil ()kira
kira sama menurunkan oksigen terlarut di dalam air dengan cepat
maka uji terhadap bahan buangan tersebut perlu dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaaran perairan.
Dalam menentukan nilai oksigen terlarut menggunakan metode
titrasi

winkler

dilaboratorium,pada

atau

iodometri

metode

ini

yang

tata

kerja

biasa

dilakukan

berdasarkan

pada

kemampuan mengoksidasi oksigen terlarut.Prinsip analisis metode ini


adalah oksigen didalam sampel dan mengoksidasi MnSO 4yang
ditambahkan kedalam larutan pada keadaan alkalis,maka akan terjadi
endapan Mn(OH)2,dengan adanya oksigen akan di oksidasi menjadi
endapan MNO2.Dengan penambahan asam sulfat dan kalsium ioksida
maka akan di bebaskan iodin yang jumlahnya equivalen dengan
oksigen terlarut.Iodin yang di bebaskan tersebut kemudian dianalisis
dengan metode titrasi iodometri yaitu dengan menggunakan larutan
standar trosulfat dengan indikator amilum.Perhitungan oksigen terlarut
dapat dihitung dengan persamaan:

DO

=N

1000

Keterangan :
DO

= Oksigen terlarut

= Normalitas Natrium rhiosulfat (0,0080

1000

= 1000 ml

Sebelum tahun 1978,salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai


() dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampai
copenhagenwater,air laut buatan yang digunakan sebagai standar air
laut dunia.
Pada 1978,osenografer didefinisikan salinitas dalam Pratical
Salinity Units (PSU,Unit Salinitas Praktis),rasio konduktivitas sampel
air laut terhadap larutan KCL standar.Rasio tidak memiliki
unit,sehingga tidak bisa di nyatakan 35 PSU sama dengan 35 gram per
liter larutan yang dimana salinitas dapat mengacu pada tingkat
keasinan suatu larutan pada kandungan garam dalam tanah.
2.2.3

DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan
baik tanaman maupun hewan yang ada dalam air.Kandungan oksigen
didalam perairan sangat tergantung pada proses kimia,fisika dan
biokimia yang terjadi didalam air.Analisis terhadap oksigen terlarut
adalah kunci pada kegiatan pengawasan pencemaran air dan
pengawasan proses pengolahan air.Kehidupan yang ada di dalam air
tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi
oksigen minimal yang di butuhkan untuk kehidupan.Ikan merupakan
hewan

yang

memerlukan

oksigen

tertinggi,sedangkan

bakteri

memerlukan oksigen terkecil.


Konsentrasi oksigen terlarut untuk kehidupan biota tidak boleh
kurang dari 6 ppm.Oksigen terlarut dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air,yang jumlahnya tidak tetap tergantung dari
jumlah tanaman dan jumlah sinar yang dapat masuk kedalam perairan
tersebut untuk proses fotosintesis.Konsentrasi oksigen terlarut dalam
keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan udara.Pada
suhu 20oCdan tekanan 1 atm konsentrasi oksigen terlaurt dalam

keadaan jenuh yaitu 9,2 ppm,sedangkan pada suhu 50 oC dengan


tekanan yang merupakan sama dengan tingkat dari kejenuhannya sama
hanya 3,6 ppm.
Air di kategorikan sebagai air terpolusi jika konsentrasi
oksigen terlarut menurun sampai di bawah batas minimal yang
dibutuhkan untuk kehidupan biota didalam perairan tersebut.Penyebab
utama berkurangnya oksigen terlarut didalam air adalah bahan-bahan
buangan yang mengonsumsi oksigen.Bahan-bahan tersebut terdiri dari
bahan yang mudah dibusukkan atau dipecah oleh bakteri dengan
adanya oksigen,sehingga oksigen yang tersedia dikonsumsi oleh
bakteri yang aktif untuk memecah bahan-bahan yang berkurang
konsentrasi

oksigen

terlarutnya.Bahan-Bahan

buangan

yang

memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan organik,danada


beberapa bahan anorganik.
Polutan semacam itu berasal dari berbagai sumber yaitu :
kotoran hewan maupun manusia,tanaman-tanaman mati atau sampah
organic,bahan-bahan

dari

pengolahan

industri

pangan,pabik

kertas,pabrik pemotongan daging.Konsumsi bahan-bahan buangan


tersebut selain dipengaruhi oleh jumlah bahan buangan juga
dipengaruhi oleh jumlah air yang dicemari.Oleh karena itu pada
musim kemarau dimana air kali atau air danau surut,konsntrasi
buangan tersebut meningkat drastis.Akibat dari itu dimana perubahan
musim mengakibatkan konsentrasi oksigen terlarut menurun.
Kebanyakan bahan buangan yang memerlukan oksigen
mengandung karbon sebagai unsur yang terbanyak,salah satu reaksi
yang terjadi dengan adanya bakteri adalah oksidasi karbon menjadi
karbon karbondioksida sebagai berikut :

C + 02 bakteri CO2
Dalam situasi ini diperlukan 32 gram oksigen untuk
mengoksidasi 12 gram karbon.Jadi karbon memerlukan oksigen
sebanyak 3 kali beratnya untuk melangsungkan reaksi tersebut,atau
diperlukan 9 ppm oksigen untuk bereaksi dengan kira-kira 3 ppm
karbon terlarut.
Reaksi

diatas

tersebut

disebut

reaksi

pembakaran

sempurna.tetapi sebelum terbentuknya CO2 mungkin akan terbentuk


hasil-hasil oksidasi sementara seperti alkohol,asam amino,ammonia
dan hidrogen sulfida.Senyawa-senyawa tersebut selain berbau busuk
juga bersifat racun terhadap hewan dan manusia.
Karena bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen dapat
menurunkan oksigen teratur dalam air dengan cepat,maka uji terhadap
bahan-bahan buangan tersebut penting dilakukan untuk mengetahui
polusi air.Untuk mengetahui adanya polutan tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu uji BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan uji
COD (Chemical Oxygen Demand).Pada prinsipnya kedua uji tersebut
mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan tersebut melalui reaksi kimia (Dalam Uji COD).
Pada uji BOD mempunyai bebrapa kelemahan,diantaranya
adalah dalam uji BOD mempunyai berbagai macam kendala salah
satunya terhitungnya oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga
Intermediate Oxygen Demand.
2.2.4

BOD (Biological Oxygen Demand)


Pemerikasaan BOD dalam air limbah didasarkan atas reaksi
oksidasi zat-zat organik dengan oksigen dalam air dimana proses

tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah bakteri.BOD adalah


kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) semua zat-zat organik yang terlarut maupun
sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang dikonsumsi
oleh bakteri.
Penguraian zat-zat organik ini terjadi secara alami,aktifnya
bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengan
habis pula oksigen yang terkonsumsi.Menurut reaksi biokimia seperti
berikut :
Zat organic + mikroorganisme

O2

Zat-zat lain + CO2 + H2O

Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnnya


yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan akibatnya biota
yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup.Untuk limbah
domestik angka BOD telah rendah dikarenakan jumlah bakteri dalam
air kotor lebih banyak,otomatis konsumsi oleh bakteri lebih
besar.Penetapan angka BODs adalah rangkaian penetapan kadar
oksigen terlarut antara sampel pada hari kelima setelah inkrubasi pada
suhu 20oC.Rumus yang digunakan untuk menghitung BODs adalah :

BODs = {(CO-C5) K (Ap0 Ap5)}


Keterangan :
CO

= Kadar Oksigen terlarut nol lima hari dari sampel

C5= Kadar oksigen terlarut lima hari dari sampel


Ap0= Kadar oksigen terlarut nol dari larutan
Ap5= kadar oksigen terlaurt lima hari dari sampel
K = Faktor koneksi
P = Faktor pengencer
2.2.5

TSS ( Total Suspended Solid)

TSS ( Total Suspended Solid ) merupaka suatu cara untuk


menguji

kadar

makanan.Bahan

total

pelarutan

makanan

yang

terlarut

dalam

suatu

bahan

dicuci

terlalu

lama

akan

menyebabakan hilangnya kandungan gizi dalam jumlah banyak,selain


itu pemanasan yang terlalu lama juga dapat menyebabkan hilangnya
kandungan gizi dalam bahan makanan tersebut.Larutan adalah
campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.Zat yang
jumlahya lebih sedikit didalam larutan disebut zat terlarut atau
solute,sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat
lain dalam larutan disebut pelarut atau sulfen.
Zat padat tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis.Zat
padat tersuspensi dapat diklarifikasi sekali lagi antara lain menjadi zat
padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap
yang bersifat organis dan anorganis.Jumlah padatan tersuspensi akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan
mempengaruhi regenarsi oksigen serta fotosintesis.
Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik
terhadap kualitas kadar air karena dapat menyebabkan menurunnnya
kejernihan air dan dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk
melihat dan menangkap makanan serta menghalangi sniar matahari
masuk kedalam air.Endapan tersuspensi juga dapat menyumbat insang
ikan,mencegah telur berkembang.Ketika suspended solid tenang di
dasar laut (badan air),dapat menyembunyikan telur dan terjadi
pendangkalan pada badan air sehingga memerlukan penggerakan yang
menentukan biaya operasional tinggi.Kandungan TSS dalam badan air
sering

menunjukan

konsentrasi

yang

lebih

bakteri,nutrient,peptida,logam didalam air.


Tabel 2.2 Total Suspended Solid untuk pencemran air

tinggi

pada

Konsentrasi TSS (mg)


4

Kategori kualitas lingkungan


Sangat Baik

10

Baik

15

Cukup

20

Kurang

35
Sumber : https://ukurudaraair.com/blog/TSS
2.2.6

Sangta Kurang

TDS (Total Dissolved Solid)


Total Dissolved Solids alias disingkat TDS. Arti dari TDS
adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam,
serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut
diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi bendabenda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam
air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau
perbandingan rasio berat ion terhadap air.
Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari banyak
sumber, organik seperti daun, lumpur, plankton, serta limbah industri
dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan limbah rumah tangga,
pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan, sumber anorganik berasal
dari batuan dan udara yang mengandung kasium bikarbonat, nitrogen,
besi fosfor, sulfur, dan mineral lain. Semua benda ini berentuk garam,
yang merupakan kandungannya perpaduan antara logam dan non
logam. Garam-garam ini biasanya terlarut di dalam air dalam bentuk
ion, yang merupakan partikel yang memiliki kandungan positif dan
negatif. Air juga mengangkut logam seperti timah dan tembaga saat
perjalanannya di dalam pipa distribusi air minum.
Sesuai regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA)
USA, menyarankan bahwa kadar maksimal kontaminan pada air

minum adalah sebesar 500mg/liter (500 ppm). Kini banyak sumbersumber air yang mendekati ambang batas ini. Saat angka penunjukan
TDS mencapai 1000mg/L maka sangat dianjurkan untuk tidak
dikonsumsi manusia. Dengan angka TDS yang tinggi maka perlu
ditindaklanjuti, dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Umumnya,
tingginya angka TDS disebabkan oleh kandungan potassium, khlorida,
dan sodium yang terlarut di dalam air. Ion-ion ini memiliki efek jangka
pendek (short-term effect), tapi ion-ion yang bersifat toxic (seperti
timah arsenic, kadmium, nitrat dan banyak lainnya) banyak juga yang
terlarut di dalam air.
Tabel 2.3 Total Dissolved Solid untuk air
TDS (ppm)

Tingkat

Keterangan

0-50

Sangat Rendah

Air hasil Reverse Osmosis (RO)

50-150

Rendah

Air dari gunung

150-300

Sedang

Air yang biasa di konsumsi manusia

300-500

Berat

500 - keatas
Sangat Berat
Tidak boleh di konsumsi manusia
Sumber : http://ukurkadarair.com/blog/TDS
2.2.7

pH (potensial Hidrogen)
pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan.Pengukuran
pH (potensial Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat
asam atau alkali (atau basa). Jika larutan tersebut memiliki jumlah
molekul asam dan basa yang sama, pH dianggap netral. Air yang sangat
lembut umumnya asam, sedangkan air yang sangat keras umumnya
basa, meskipun kondisi yang tidak biasa dapat mengakibatkan
pengecualian.
Skala pH bersifat logaritmik dan ada dalam kisaran 0,0-14,0
sampai

7,0

dianggap

netral.

Pembacaan

kurang

dari

7,0

mengindikasikan bahwa larutan bersifat asam, sementara angka lebih


besar menunjukkan larutan bersifat alkali atau basa. Beberapa zat yang
ekstrim bisa mencetak lebih rendah dari 0 atau lebih besar dari 14,
tetapi kebanyakan jatuh dalam skala ini.
Sebuah skala logaritmik berarti bahwa ada perbedaan sepuluh
kali lipat antara setiap nomor penuh berturut-turut pada skala. Larutan
asam yang terbaca 4.0 merupakan peningkatan lebih sepuluh kali lipat
dalam molekul larutan asam 5.0. Perbedaan antara asam larutan 4.0 dan
6.0 adalah larutan 100 kali lebih besar (1010).
Asam klorida atau asam muriatic adalah larutan yang sangat
kaustik yang duduk di ujung ekstrim dari skala asam. Bahan kimia ini
sering digunakan untuk menurunkan pH air yang sangat basa, seperti
dalam pengobatan kolam renang dan akuarium. Hanya sejumlah kecil
asam klorida yang diperlukan, relatif terhadap jumlah air yang dirawat.
Juga asam rendah pada skala antara 1,5-2,0 adalah asam lambung, atau
asam lambung yang membantu kita mencerna makanan. Cola termasuk
dalam kisaran 2,5, bahkan lebih asam dari cuka sekitar 3,0! Mungkin
juga mengejutkan untuk mengetahui bir yang sedikit lebih asam
daripada hujan asam, dan kopi hanya sedikit kurang asam.
Air murni memiliki pH netral dan air liur manusia melayang
dekat dengan netral, sementara darah kita adalah sedikit basa. Air laut
berada pada skala antara 7,7 dan 8,3, dan produk-produk seperti sabun
tangan, amonia dan pemutih skor tinggi pada skala basa berjalan antara
9,0-12,5. Sangat basa adalah baking soda atau sodium bikarbonat sering
digunakan untuk meningkatkan basa air asam.
Para penggemar aquarium sangat bergantung pada pengukuran
yang tepat terkait untuk ikan menjaga tetap sehat. Tubuh besar air
seperti danau dan lautan memiliki fluktuasi pH yang sangat kecil,
sehingga ikan tidak toleran terhadap fluktuasi asam basa. Tanaman

yang membusuk, sisa makanan ikan dan bahkan limbah ikan semua
memiliki

kecenderungan

untuk

menciptakan

keasaman

dalam

akuarium, sedangkan beberapa jenis batu dan kerang dapat terus


melepaskan sejumlah jejak kalsium, meningkatkan alkalinitas.
Karena perlakuan kimia air dan faktor-faktor lain, air keran di
banyak kota-kota besar di seluruh Amerika Serikat cenderung basa
dengan pH mendekati 8,0. Meskipun minum air keran dengan
alkalinitas tidak berbahaya, menurunnya kualitas air keran selama
bertahun-tahun telah menghasilkan banyak orang memilih untuk
menyaring keran atau filter untuk menghilangkan klorin, chloramin,
pestisida dan zat lainnya. Filter ini tidak mengubah pH air.

Tabel 2.4 Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan


Nilai pH
6,0 6,5

Pengaruh Umum
Keanekaragaman benthos sedikit menurun.

5,5 6,0

Penurunan nilai keanekaragaman benthis semakin


tampak

5,0 - 5,5

Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis


benthos besar.

4,5 5,0

Penurunan keanekaragaman dan komposisi benthos


semakin besar yang diikuti dengan penurunan

kelimpahan total dan biomassa benthos.


Sumber : modifikasi Baker et al,1990 dalam Effendi,2003
2.2.8

Suhu
Suhu merupakan g faktor penting dalam keberlangsungan
proses biologi dan kimia yang terjadi di dalam air, seperti kehidupan dan

perkembangbiakan organisme air. Suhu mempengaruhi kandungan


oksigen di dalam air, proses fotosintesis tumbuhan air, laju metabolisme
organisme air dan kepekaan organisme terhadap polusi, parasit dan
penyakit. Pada kondisi air yang hangat, kapasitas oksigen terlarutnya
berkurang. Oleh sebab itu, pengukuran oksigen terlarut harus dilakukan
pada tempat yang sama dengan pengukuran suhu.
Suhu air bervariasi antar kedalaman sungai,Lebar dan
kedalaman sungai berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia dan
biologi sungai. Sungai yang lebar dan dangkal akan mendapatkan
cahaya matahari lebih banyak sehingga suhu air sungai meningkat.
Tabel 2.5 Standar untuk suhu pada kualitas air
Standar Suhu
+- 3oC

Keterangan
Untuk jenis air minum

38oC

Persyaratan untuk limbah cair industri

40oC

Jenis limbah cair golongan 2

Suhu Udara

Persyaratan untuk air sumur

+- 1-3oC
Standar untuk jenis air bangunan
Sumber : http://ukurkadarair.com/blog/suhu
Air limbah pada umumnya mempunyai suhu yang lebih tinggi
dari pada suhu udara setempat.Suhu air limbah merupakan parameter
penting,sebab efeknya dapat mengganggu biota tertentu.Temperatur
yang di keluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature
alami.Suhu

berfungsi

memperlihatkan

aktifitas

kimiawi

dan

biologis.Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi


sedimentasi.Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan
pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Pengambilan sampel
Adapun pengambiln sampel pada praktikum uji kualitas air di
laksanakan pada:
Hari,tanggal

: Minggu, 12 Juni 2016

Waktu

: 08.00-10.00 WITA

Tempat

: Jl. H. Banawula Sin Apoy


Lokasi pengambilan sampel uji kualitas air bertempat di Jl.

Bunggasi, tepatnya di sungai yang berada di sekitar bawah jembatan


depan rumah sakit umum Aliyah.
3.1.2

Analisa Pengukuran
Adapun analisa pengukuran di laksanakan pada :
Hari, tanggal

:Minggu, 12 Juni 2016

Waktu

: 10.00 WITA-selesai

Tempat

:Laboratorium

Penyehatan

Lingkungan,Fakultas

Teknik, Universitas Halu Oleo


Analisis pengukuran dibagi menjadi dua yaitu untukparameter
Do dan BOD di lakukan perlakuan awal di jalan Bunggasi di depan
RSU Aliyah. Sedangkan untuk pengukuran keseluruhannya di
laksanakan di laboratorium Penyehatan Lingkungan, Fakultas teknik,
Universitas Halu Oleo.
3.2 Alat

3.2.1 percobaan DO dan BOD


A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah:
1. Botol Steril

Gambar 3.1 Botol Steril


2. Gelas Ukur
Gelas ukur berfungsi mengukur volume sampel air

Gambar 3.2 Gelas ukur


3. Erlenmeyer
Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah untuk melakukan titrasi

Gambar 3.3 Erlenmeyer


4. pipet tetest
pipet tetes berfungsi sebagai wadah untuk melakukan titrasi

gambar 3.4 pipet tetes


5. Buret
Buret berfungsi untuk mengukur volume Tiosulfat

Gambar 3.5 Buret


B. Bahan
1. Larutan kanji

Gambar 3.6 Larutan Kanji

2. larutan MnSo4

Gambar 3.7 larutan MnSo4


3. Larutan H2SO4

Gambar 3.8 Larutan H2SO4


4. Larutan alkali iodide azide

Gambar 3.9 larutan alkali iodide azide


5. Larutan Natrium Tiosulfat

Gambar 3.10 larutan NatriumTiosulfat


6. Sampel air

Gambar 3.11 sampel air


3.2.2

Percobaan TSS dan TDS


A. Alat
1. Kertas saring
Berfungsi menyaring air sampel untuk mengetahui kadar TTS

Gambar 3.12 Kertas Saring

2. Cawan petri
Berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan sampel TDS

Gambar 3.13 Cawan petri


3. Pinset
berfungsi untuk mengambil kertas saring dan cawan petri dari oven

Gambar 3. 14 pinset
4. Gelas ukur

Berfungsi untuk menampung sampelair yang di saring dan menghitung


volume

Gambar 3.15 Gelas Ukur


5. Corong kimia
Berfungsi untuk dapat memudahkan penyaringan sampel air

Gambar 3.16 corong kimia


6. Oven
Berfungsi untuk menghilangkan kadar air pada kertas saring dan
cawan petri

7.

Gambar 3.17 Oven


Desikator
Berfungsi untuk mendininkan cawan petri dan kertas saring

Gambar 3. 18 Desikator

8. Timbangan
Berfungsi untuk mengukur berat cawan dan kertas saring

Gambar 3.19 timbangan


B. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah sampel air

Gambar 3.20 sampel air


3.2.3

Percoabaan mengukur PH, Salinitas, dan Konduktivitas


A. Alat
1. Jenco Model 6350 (portable Meter)
Berfungsi untuk mengukur kadar PH, Salinitas dan konduktivitas
Gambar 3.21 Jenco Model 6350

2. Fluke Thermometer
Berfungsi untuk mengukur suhu pada sungai tempat pengambilan
sampel air

Gambar 3.22 Fluke Termometer


3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Prosedur percobaan DO metode Titrasi
1. Ambil sampel air secara hati hati dengan botol DO( tidak ada
gelembung udara sedikit pun)

Gambar 3.23 pengambilan sampel

2. Tambahkan berturut-turut 2 ml MnSO4 kedalamSampel

Gambar 3.24 penambahan MnSO4


3. Tutup botol Do secara hati-hati sehingga tidak tersapat gelembung
udara,kemudian kocok higga beberapa saat.

Gambar 2.5 kocok botol


4. Diamkan beberapa saat sehingga terjadi pengendapan sempurna.
Buka tutup botol secara hati-hati dan tambahkan larutsn H2SO4
sebanyak 2 ml ke dalamsampel air

Gambar 3.26 penambahan larutan H2SO4

5. Tutup kembali botol tersebut, kemudian kocokkembali sehingga


semua endapan larutan tercampur secara sempurna

Gambar 3.27 kocok botol


6. Setelah itu masukkan sampel air dari botol DO ke dalam
Erlenmeyer

Gambar 3.28 sampel dalam Erlenmeyer


7. Kemudian tambahkan larutan kanji

Gambar 3.29 sampel akibat tambahan larutan kanji


8. Titrasi larutan dengan tiosulfat sampai warna biru berubah menjadi
bening

Gambar 3.30 sampel setelah di titrasi


9. Catat voume tiosulfat yang digunakan

Gambar 3.31 pencatatan volume tiosulfat


3.3.2 Prosedur BOD metode titrasi
1. Ambilsampel air secarahati-hati dengan botol BOD( tidak ada
gelembung udara sedikut pun)

Gambar 3.32 pengambilan sampel BOD


2. Setelah itu diinkubasi seama 5 hari pada sughu 20c
3. Setelah diinkubasi dilakukan pengukuran.
3.3.3

Prosedur percobaan TDS dan TSS


1. Memasukkan cawan dan kertas saring kedalam oven

Gambar 3.33 masukkan cawan petri dan kertas saring kedalam oven
2. Ambil cawan petri dan kertas saring denganmengunakan pinset lalu
masukkanke dalam desikator selama 20 menit

Gambar 3.34 masukkan cawan dan kertas saring ke dalam desikator


3. Timbang cawan dan kertassaring lalu di catat

Gambar 3.35 menimbang cawan dan kertas saring

4. Lipat kertas saring mengikuti bentuk corong lalu tempatkan kedalam


gelas ukur

Gambar 3.35 melipat kertas saring


5. Sampel air dimasukkan kedalam gelas ukur lalu di kocok

Gambar 3.36 mmemasukkan sampel


6. Saring air menggunakan kertas saring. Tunggu hingga benar-benar
berhentimenetes
7. Residu yang tertahan di kertas saring adalah TSS dan yang terlewat
kedalam gelas ukur adalah TDS
8. Memmasukkan sampel TDS ke dalam cawan petri

Gambar 3.37 memasukkan sampel TDS


9. Ambil kertas saring menggunakan pinset, dan memasukkan cawan
petri berisi sampel dan kertas saring kedalam oven selama 1,5 jam
dengan suhu 105c

Gambar 3.38 memasukkan ke dalam oven


10. Setelah di oven, ambil cawan dankertas saring dan masukkan kembali
kedalm desikator selam 20 menit

Gambar 3.39 memasukkan cawan dalam desikator


11. Timbang cawan dan kertas saring kemudia catat

Gambar 3.40 menimbang cawan dankertas saring


3.3.4 Mengukur kadar PH, Salinitas dan konduktivitas
1. Siapkan alat dan bahan

Gambar 3.41 persiapan alat dan bahan


2. Memasukkan sampel air kedalam gelas ukur

Gambar 3.42 sampel air didalam gelas ukur


3. Aktifkan portable meter dengan menekan tombol on. Masukkan
batang sensor berwarna hijau ke dalam gelas ukur yang berisi sampel
air untuk melakukan pembacaan nilai PH, kemudian catat.

Gambar 3.43 pengukuran nilai PH


4. Sambungkan konektor ujung batang sensorberwarna kuning dan
masukkan bersamaandengan batang sensor warna hijau. Pada saat
pembacaan tekan mode untuk melihat salinitas dan konduktivitas

Gambar 3.44 pengukuran salinitas dan konduktivitas

5. Salinitas di tandai dengan huruf ppt pada layar


6. Konduktivitas di tandai dengan huruf us pada layar dan dibaca
untuk simbolc yang tidak berkedip.
3.3.5

Mengukur suhu
1. Mengaktifkan alat dengan menekan tombol power

Gambar 3.45 mengaktifkan alat


2. Masukkan probe thermometer pada badan sungai tempat pengambilan sampel
uji dan kemudian lakukan pembacaan niali suhu yang tampil pada layar.

Gambar 3.46 pengukuran nilai suhu


BAB IV
HASILDAN PEMBAHASAN
4.1.1

Hasil pengujian
Tabel 4.1 pengujian kadar TSS dan TDS
Parameter

TSS

TDS

Volume Sampel

100

100

Berat kertas saring

1, 2270

1,2364

Berat cawan petri

35,1335

35,1399

Sumber: data hasil pengukuran,2016


4.1.2

Pengukuran kadar BOD dan DO


Table 4.2 pengujian kadar DO dan BOD
Volume

Parameter DO dan BOD

sampel (ml)
162

Ntio
0,025

Vtio
2,6

Ntio
0,025

Vtio
3,6

Sumber : data hasil pengukuran , 2016


4.1.3 Percobaan PH,Suhu,Salinitas dan konduktivitas
Tabel 4.3 data hasil pengukuran nilai PH,salinitasdan konduktivit
Sumber : hasil percobaan,2016
Percobaan

Volume
Sampel

pH

Salinitas

500

7,80

0,00

4.2 Analisa data


A. percobaanDO dan BOD
a. percobaan DO
1. menghitung factor Tio (f4)

F1

NTio
0,02
0,025
0,025
1

2. menghitung konsentrasi untuk F2


50.Vsampel
konsentrasi
F2 =

V sampel-4

Konduktivitas
0,22

Suhu
27,8

50.162

162-4

=51,266
F2 = konsentrasi F2
50
= 51,266
50
=1,025
3. Menghitung oksigen terlarut (DO0)
DO0 = F1xF2x4xVtio1
= 1 x 1,025 x 4 x 2.6
= 10.66 mg/l
4. Menghitung 0ksigen terlarut (DO5)
DO5= F1xF2x4xVtio2
=1x1,025x4x3.6
=14.76 mg/l
b. Percobaan BOD
Karena percobaad BOD dilakukan tanpa melakukan pengenceran,maka
rumus yang digunakan adalah:
BOD= DO0-DO5
=10.66 14.76
= -4,1 mg/l
B. Percobaan TSS dan TDS
1. Percobaan TSS
Dik = berat kertas kering (A)=1,22270 gr = 1227 mg

Berat kertas saring (B)=1,2364 gr = 1236.4 mg


Volume
=100ml
= 0,1 L
Dit=TSS=..?
TSS=B-A
V
= 1236.4-1227
0,1
= 94 mg/L
2. Percobaan TDS
Dik= berat cawan petri (A)=35.1335 gr= 35133.5 mg
Berat cawan petri (B)=35.1399 gr= 35139.9 mg
Volume
= 20 ml = 0,02 L
Dit =TDS..?
Penye:
TDS=B-A
V
=35139.9-35133.5
0,02
=320 mg/L
3. Indeks pencemaran untuk TSS
Dik= ci= 94 mg/L
Lij= 50 mg/L
Dit=pij..?
Pij=ci
Lij
= 94
50
= 1.8
4. Indeks pencemaran untuk TDS
Dik= ci=320 mg/L
Lij=1000mg/L
Dit= pij..?
Pij= ci
Lij
= 320
1000
=0.320
4.3 Pembahasan
4.3.1 Percobaan DOdan BOD

Pada penentuankadar DO(dissolved Oxygen) di dalam sampel


air digunakan metode titrasi dengan cara penambahan larutan
MnSO4,H2SO4,dan larutan alkali iodide azide dalam suasana asam
akan membebaskan iodium. Banyaknya iodium yang dibebaskan di
analisis dengan metode titrasi iodometrisdenga larutan standar tiosulfat
dan indicator larutan kanji. Penentuan kadar BOD didalam sampelair
dilakukan dengan cara inubasi selama 5 hari pada suhu 20c kadar
BOD diukur dengan menggunakan metode titrasi
Dari hasil analisa data,maka kualitas

sampel

air

dapatdijabarkan sebagai berikut:


a. Do
Dari hasil pegujian di Laboratorium, untuk kadar DO0 adalah
10,66 mg/L, sedangkan untuk kadar DO5 adalah 14.76 mg/L
.Nilai-nilai tersebut masih dalam taraf normal yaitu masih dalam
kategori tidak tercemar dan tercemar ringan
b. BOD
Dari hasil pengujian di Laboratorium, kadar BOD didapatkan
sebesar -4,1 mg/L. dalam kategori tidak tercemar
4.2.2

Percobaan TSS danTDS


Pada penentuan padatan yang tersuspensi yang terkandung
dalam air yang dianalisa pengendapan dilakukan dengan cara
menyaring sampel air hingga kandungannya terpisah dimana padatan
tersuspensi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan
padatan tersebut.
Sebelummelakukan penyaringan terlebih dahulu memasukkan
cawan petri dan kertas saring kedalam oven Selma 1jam dengan suhu
105c dan memasukkan lagi kedalam desikator selama 20 menit,
kemudian catat nilai A
Sampel air sebelum di masukkan ke dalam gelas ukur yang
sudah terpasang kertas saring terlebih dahulu di kocok, inibertujuan
untuk zat-zat yang terkandung didalamnya tersebar, lalu masukkan

sampel air tersebut sebanyak 1,5 ml, kemudian menunggu sampel air
tersebut benar-benar tidak menetes lagi padatan yang tersuspensi yang
berada dalam kertas saring di masukkan kedalam oven bersamaan
dengan cawan petri dan kertas saring sehinggga di peroleh berat
padatan tersuspensi yang akurat lalu masukkan kedalam desikator
selama 20 menit, kemudian ditimbang lalu di catat B
Adapun hasil percobaan di dapatkan nilai TSS yaitu 94
mg/L,sedangkan untuk kadar TDS yaitu 320 mg/L kualitas
pencemaran TSS yaitu 1.88 dan indeks pencemaran TDS yaitu 15.
Berdasarkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.
115 tahun 2005 tentang pedoman penentuan status mutu air, sampel air
untuk TSS=20 termasuk dalamkategori, kualitas lingkungan yang
kurang danTDS = 15 termasuk dalam kategori yang sangat rendah
4.2.3

Percobaan PH,Konduktivitas,Salinitas dan Suhu


Kualitas air secara umum merupakan mutu kondisi atau
kondisi air yang dilakukan dikaitkan dengan kegiatan atau keperluan
tertentu,dengan demikiankualitas air akan berbeda-beda dengan kelompok
lain.
Prktikum kualitas air menggunakan portable meter diawali
dengan mengambil samppel air pada kondisi yangtelah ditentukan
sebanyak 1500 ml, kemudian di masukkan kedalam gelas ukur yang
berukuran 500 ml kemudian mengkalibrasi alat dengan menggunakan
larutan PH, lalu dimasukkan kedalam gelas ukur yang

sudah berisi

sampel air lalu baca kadar PH, lalu angkat kembali sensor warna hijau
kemudian memasukkan kembali sensor hijau dan kuning secara
bersamaan lalu baca nilai Konduktivitas dan salinitas untuk percobaan
kadar suhu dilakukan dengan menggunakan alat probe thermometer di
badan singai langsung.
Berdasarkan pengujian diatas, maka hasil yang kami dapatkan
adalah sebagai berikut:

a. PH(derajat keasaman)
Pada pengukuran PH didpatkan hasil 7,80. Kadar keasaman ph
tersebut masuk dalam kategori basa. Dan masuk dalam keasaman
kualitas baik karena sesuai dengan standar yangtelah ditentukanoleh
pemerintah yaitu berkisar 6-8,5.
b. Konduktivitas
Berdasarkan hasil pengamatan

yang

dilakukan,

nilai

konduktivitas yang didapatkan yaitu 0,22. Nilai tersebut masuk dalam


klasifikasi air destilasi karena nilai daya hantar listriknya berada
diantara 0,5-5,0 ms.
c. salinitas
pada pengujian salinitas didapatkan nilai salinitas yaitu 0,00
berdasarkan nilai tersebut, air yang berada dalam pengambilan
sampelmasuk ke dalam spesifik air tawar karena kadar garamnya
0,05%
d. tempratur
pada hasil pengukuran

yang kami

lakukan didapatkan

suhunya yaitu 27,8c.nilai tersebut layak digunakan karena batas


mutuyang layak menurut pemerintah berkisar 27C-32C
dari hasil percobaan selanjutnya akan dibandingkan dengan data hasi
percobaan kelompok lain pada sungaiyang sama. Data yang akan
dibandingkan yaitu hasildari percobaan kelompok 3
table 4.4 hasilpengukuran kualitas air sungai

Satuan
parameter
PH

Salinitas

Mg/L

Konduktivitas

Suhu

TSS

Mg/L

Nilai
7,63
0
0,27
31
1000

TDS

Mg/L

5000

BOD

Mg/L

8,08

DO

Mg/L

-6,46

Sumber: hasilanalisa data,2016


a. Tingkat keasaman
Tingkat keasaman yang diperoleh kelompok 9 adalah 7,80 dan kelompok 3
sebesar 7.63
b. Salinitas
Pengukuran salinitas antara titk sungai yang ditinjau oleh kelompok 9 dan 3
memiliki nilai yang sama yaitu 0.00
c. Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas yang diperoleh kelompok 9 adalah 0,22 dan
kelompok 3 adalah 0,27
d. Suhu
Pengukuran suhu untuk kelompok 9 sebesar 27.8 C sedangkan kelompok 3
adalah 31.0 C
e. TSS
Pengukuran TSS yang diperoleh kelompok 9 sebesar 94 ml/L sedangkan
kelompok 3 1000mg/L
f. TDS
Pengukuran TDS oleh kelompok 9 adalah 320 mg/L sedangkan kelompok 3
adalah 5000 mg/L
g. DO
Kadar DO yang diperoleh kelompok 9 adalah 10,66 mg/L sementara
kelompok 3 sebesar 8,08 mg/L
h. BOD
Pengukuran kadar BOD yang diperoleh kelompok 9 adalah -4.1 mg/L
sedangkan kelompok 3 sebesar -6.46 mg/L

BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
Adapun kesimpulan yzng di peroleh dari hasil percobaan analisa
kualitas air pada sungai di jln. H Banawula sin apoy adalah:
1. Nilai Do yang di peroleh
10,66 mg/L termasukkategori tidak
tercemar
2. Niali BOD yang

diperoleh -4.1mg/L termasuk kategori tidak

tercemar
3. Nilai ph ysng di peroleh 7,80 termasuk dalam kategori basa
4. Nilai suhu yang di peroleh 27,8 c termasuk dalam kategori nilai
standar baku mutu air
5. Nilai TSS yang di peroleh 94 mg/L termasuk dalam kategori
lingkungan yang kurang
6. nilai TDS yang diperoleh 320 mg/Ltermasuk kategori yang sangat
rendah
7. nilai salinitas yang diperoleh 0,00 air termasuk dalam klasifikasi air
destilasi
8. nilai konduktivitas yang diperoleh nilai 0,22.
5.2saran
adapun saran dari kelompok kami ialah hendaknya asisten mengontrol
jalannya

praktikum

di

lapangan

sehingga

dapat

terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.

meminimalisir

Anda mungkin juga menyukai