Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.

1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Produktivitas Primer Berdasarkan Metode Oksigen


di Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Tri Riza Aprianto1, Asmika Harnalin Simarmata2, Tengku Dahril3
Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia Telepon/Fax: (0761)63274
1
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau
2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau
3
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau
e-mail: 1tririza.aprianto@student.unri.ac.id, 2asmika.harnalin@lecturerunri.ac.id,
3
tengku.dahril@lecturerunri.ac.id

Abstrak
Danau Tuok Tonga adalah salah satu danau oxbow yang berada di Kecamatan Siak
Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Danau ini digunakan oleh masyarakat setempat
sebagai tempat untuk menangkap ikan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai produktivitas primer perairan berdasarkan metode oksigen di Danau Tuok Tonga.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019. Sampel air diambil di tiga stasiun, yaitu
stasiun 1 (inlet), Stasiun 2 (lekukan danau) dan Stasiun 3 (ujung danau). Masing-masing
stasiun ditetapkan 2 titik sampling, yaitu permukaan dan kedalaman 2 Secchi yang dilakukan
sekali seminggu. Parameter kualitas air yang digunakan adalah karbondioksida bebas, suhu,
pH, kecerahan, kedalaman, nitrat dan fosfat. Analisis produktivitas primer menggunakan
formula Vollenweider (1969). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas primer berkisar
216,44-378,80 gC/m3/hari. Selanjutnya parameter kualitas air pendukung: kedalaman berkisar
125-284 cm, kecerahan 61,67-62,33 cm, suhu berkisar 29,67-31,67 oC, pH 5, oksigen terlarut
(DO) berkisar 3,37-4,94 mg/L, karbondioksida bebas berkisar 6,65-14,65 mg/L, nitrat berkisar
0,02-0,08 mg/L dan fosfat berkisar 0,03-0,15 mg/L. Berdasarkan produktivitas primer di
perairan Danau Tuok Tonga dikategorikan mesotrofik

Kata Kunci : Kualitas Air, Mesotrofik dan Danau Oxbow

Abstract
Tuok Tonga lake in one of the oxbow lakes located in Siak Hulu Sub-District, Kampar
District, Riau Province. This lake is used by the local community as a place to catch fish. A
research aimed to understand the primary productivity based on oxygen method. A research
was conducted in June-July 2019. Water samples were taken in three stations, that is Station 1
(inlet), Station 2 (middle of the lake), Station 3 (end of lake). In the each station there were 2
sampling point, in the surface and in the 2 Secchi depth was done once/week. Water quality
parameters measured were dissolved oxygen, carbondioxide, pH, temperature, transperancy,
depth, nitrate and phosphate. Primary productivity analyzed using the Vollenweider formula
(1969). Result shown that primary productivity was 216.44-378.80 gC/m3/day. Water quality
parameters were as follows: depth ranges 125-284 cm, transparency ranges 61.67-62.33 cm,
temperature 29.67-31.67oC, pH 5, dissolved oxygen 3.37-4.94 mg/L, carbondioxide 6.65-14.65
mg/L, nitrate 0.02-0.08 mg/L and phosphate 0.03-0.15 mg/L. Based on primary productivity in
Lake Tuok Tonga can be catorized as mesotrophic.

Keywords: Water Quality, Mesotrophic and Oxbow Lake

40
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

1. PENDAHULUAN
Danau Tuok Tonga adalah salah satu danau oxbow yang terdapat di Desa Buluh
Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Danau ini dikelilingi
oleh pepohonan tanaman hutan, memiliki luas 2,25 ha, panjang maksimal 300 m, lebar
maksimal 75 m, dan kedalaman mencapai 3,5 m tergantung musim. Sumber air danau
ini berasal dari air hujan dan limpahan dari sungai Kampar Kanan (BBKSDA Riau,
2018).
Danau oxbow merupakan ekosistem yang penting untuk mendukung
sumberdaya perikanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno et al., (2015) yang
menyatakan bahwa ekosistem oxbow merupakan areal pengasuhan (nursery ground),
daerah pemijahan (spawning ground), dan sebagai areal pembesaran atau tempat ikan
mencari makan (feeding ground).
Danau Tuok Tonga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat penangkapan
ikan, pemancingan, dan sebagai sumber air untuk perkebunan kelapa sawit yang ada di
sekitar danau. Kegiatan perkebunan yang terdapat di sekitar danau ini diberi pupuk
sehingga limpasan sisa pupuk akan masuk ke perairan ketika hujan.
Danau oxbow memiliki karakteristik yang unik yaitu pada waktu banjir, danau
akan bersatu dengan sungai induknya dan pada waktu kemarau, danau tidak terhubung
dengan sungai. Pada waktu banjir air dari Sungai Kampar masuk ke danau sehingga
mempengaruhi faktor biotik (fitoplankton dan ikan) maupun faktor abiotik (bahan
organik) di perairan Danau Tuok Tonga.
Masukan bahan organik dan anorganik tersebut akan mempengaruhi
keberadaan unsur hara di perairan. Jika unsur hara meningkat maka keberadaan
organisme yang memanfaatkannya yaitu fitoplankton akan semakin tinggi yang
berdampak pada nilai produktivitas primer di Danau Tuok Tonga. Menurut Asriyana
dan Yuliana (2012), produktivitas perairan merupakan laju penambatan atau
penyimpanan energi (cahaya matahari) oleh komunitas autotrof di dalam sebuah
ekosistem perairan.
Produktivitas primer dapat ditentukan dengan menggunakan metode klorofil-a,
metode 14C, metode pH dan metode oksigen. Masing-masing metode memiliki
kelemahan dan kelebihan. Metode klorofil-a memerlukan alat khusus untuk
mensentrifuge fitoplankton. Dimana dalam penggunaan centrifuge apabila perputaran
terlalu cepat dapat mengakibatkan kerusakan sel pada fitoplankton. Menurut Gaarder
dan Gran (1927) dari semua metode penentuan produktivitas primer tersebut metode
oksigen (O2) paling mudah dilakukan karena menggunakan peralatan yang sederhana
yaitu botol gelap dan botol terang.
Penelitian yang pernah dilakukan di oxbow yang sumber airnya dari Sungai
Kampar antara lain: Kualitas Air dan Keanekaragaman Jenis Fitoplankton di Danau
Pinang Luar oleh Junita (2017), Keaneka-ragaman Plankton di Danau Pinang Dalam
oleh Putri (2014), Kualitas Perairan Sungai Kampar Desa Buluh Cina oleh Radityo
(2011) dan Produktivitas Primer Secara Vertikal di Danau Baru oleh Ferdinand (2011).
Penelitian mengenai produktivitas perairan di Danau Touk Tonga yang menggunakan
metode oksigen belum pernah dilakukan. Padahal produktivitas primer penting di
suatu perairan untuk medukung aktivitas biologi yang ada di Danau Tuok Tonga, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian tentang produktivitas primer berdasarkan metode
oksigen di Danau Tuok Tonga Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui produktivitas primer berdasarkan metode
oksigen.

41
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019 di perairan Danau Tuok
Tonga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, Riau. Analisis
sampel air dan pengukuran beberapa parameter kualitas air (kecerahan, suhu, pH,
karbondioksida bebas, dan oksigen terlarut) dilakukan di lapangan. Perhitungan
produktivitas primer dan kelimpahan fitoplankton dilakukan di Laboratorium
Produktivitas Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Parameter
kualitas air yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Parameter yang Diamati, Satuan, Metode dan Analisis Sampel dalam
Penelitian
Parameter Satuan Metode Analisis
Sampel
A. Fisika
0
1. Suhu C Pemuaian Lapangan
2. Kecerahan cm Pemantulan Lapangan
Cahaya
3. Kedalaman cm Lapangan
B. Kimia
1. Derajat Keasaman (pH) - Perubahan Lapangan
Warna
2. Oksigen Terlarut (DO) mg/L Winkler Lapangan
3. CO2 mg/L Titrimetrik Lapangan
4. Nitrat mg/L Kolom Cu-Cd Labarotorium
5. Fosfat mg/L SnCl2 Laboratorium

Prosedur Penelitian
Penentuan lokasi pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi di lokasi penelitian, sehingga dapat
mewakili kondisi perairan secara keseluruhan (Hadiwigeno, 1990). Lokasi
pengambilan sampel dibagi dalam tiga stasiun dengan karakteristik yang dianggap
mewakili Danau Tuok Tonga, yaitu sebagai berikut:
Stasiun I : Pada stasiun ini tidak ada kegiatan apapun, namun di sekitar pinggiran
stasiun ini terdapat perkebunan kelapa sawit. Stasiun ini merupakan
tempat aliran air masuk (inlet) dari Sungai Kampar saat musim hujan.
Stasiun I berada pada titik koordinat 0o22’18,91”LS dan
101o31’18,62”BT
Stasiun II : Stasiun ini berada di bagian tengah danau, merupakan daerah terbuka
yang langsung terkena sinar matahari. Terdapat tumbuhan air di
pinggiran stasiun ini. Stasiun II berada pada posisi 0o22’12,19”LS dan
101o31’6,77”BT
Stasiun III : Pada daerah ini terdapat pepohonan yang terendam oleh air. Pada
stasiun ini terdapat daun-daun yang jatuh ke perairan berasal dari pohon
yang terendam. Stasiun III berada pada titik koordinat 0o22’17,54”LS dan
101o31’0,92s ”BT

42
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Untuk lebih jelasnya stasiun pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

Aliran air yang terputus

Timbuhan Air

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pengambilan dan Penanganan Sampel


Sampel air pada permukaan untuk analisis DO dan CO2 bebas diambil
menggunakan botol BOD volume 125 ml tanpa bubling dan dianalisis langsung di
lapangan menurut APHA (2012). Sampel untuk analisis nitrat diambil dengan
menggunakan botol sampel 100 ml lalu diawetkan dengan H2SO4. Sampel fosfat
diambil dengan menggunakan botol sampel 100 ml lalu diawetkan dengan HgCl2.
Pengambilan sampel pada kolom air menggunakan water sampler dengan cara
diturunkan sampai kedalaman yang telah ditentukan, setelah water sampler berada di
kedalaman yang ditentukan, messenger dilepaskan, sehingga water sampler tertutup,
lalu diangkat ke atas. Sebelum air sampel digunakan untuk pengukuran kualitas air,
terlebih dahulu diukur suhu dan pH dalam water sampler. Pengukuran suhu dan pH
dilakukan dengan mencelupkan thermometer dan kertas pH pada water sampler
kemudian dicatat hasilnya.

Prosedur Penanaman Botol dan Pengukuran Produktivitas Primer


Pengambilan sampel produktivitas primer pada permukaan dilakukan dengan
menggunakan botol BOD 250 mL dan untuk kolom air dilakukan dengan
menggunakan water sampler. Penanaman dilakukan dengan membuat kerangka yang
terbuat dari ban bekas sebagai pelampung, bambu sebagai penyangga botol BOD 250
mL, tali rafia uuntuk mengikat bambu dengan ban, setelah itu botol BOD ditanam.
Pengambilan sampel pada permukaan dilakukan dengan menggunakan botol
BOD sedangkan pada kolom air dengan menggunakan water sampler, kemudian air
sampel dimasukkan kedalam botol BOD yang berukuran 250 mL sebanyak 3 buah (2
botol terang dan 1 botol gelap) dijaga agar tidak terjadi bubling. Satu botol terang
langsung diukur sedangkan yang lain diinkubasi di dalam perairan selama 3 jam. Botol
BOD inisial yang tidak diinkubasi kemudian dianalisa untuk ditentukan konsentrasi
oksigen awalnya. Setelah ditanam selama 3 jam botol sampel diambil dan dilakukan
pengukuran DO dengan menggunakan metode Winkler.

43
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Produktivitas primer dapat diukur sebagai produktivitas kotor dan atau


produktivitas bersih, hubungan kedua produktivitas, menurut Haryadi (1992), adalah
sebagai berikut :
• Laju respirasi = I – D (mgO2/L)
• Produktivitas Primer Kotor (GPP) = L – D (mgO2/L)
• Produktivitas Primer Bersih (NPP) = L – I (mgO2/L)
Keterangan :
I = Oksigen dalam botol BOD inisial
L = Oksigen dalam botol BOD terang
D = Oksigen dalam botol BOD gelap

Nilai oksigen terlarut hasil pengukuran di atas kemudian dikonversi kesatuan


3
gC/m /hari dengan formula Volllenweider (1969) dalam Kaswaji (1993) yaitu :
"# %&'&( )*+ "# %&'&( ), :,<=>
GPP (gC/m3/hari) = -./. 0123.4.5..2 (7./) × ?@ × 4 × 1.000
Keterangan:
BT = Botol Terang
BG = Botol Gelap
GPP = Gross Photosintesis (foto-
sintesis kotor)
KF = Koefisien Fotosintesis (1,2)
4 = 12 jam dibagi dengan waktu
inkubasi (3 jam)
1.000 = Konversi dari liter ke ml

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian


Desa Buluh Cina secara geografis terletak di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
Kampar, dengan luas daerah 11.251 ha, yang terdiri dari 11.065,93 ha daratan dan
184,07 ha perairan umum. Secara geografis desa ini berada pada posisi 0o16’21”-
0o23’30”LU dan 101o27’44”-101o33’25”BT, dengan batas wilayah sebagai berikut:
sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pangkalan Baru. Jarak Desa Buluh Cina ke
ibukota provinsi 30 km bila ditempuh melalui jalan darat. Topografi dari Desa Buluh
Cina adalah daratan rendah, dengan ketinggian sekitar 31 m di atas permukaan laut
(Kantor Desa Buluh Cina, 2018).
Danau Tuok Tonga terletak di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar. Danau Tuok ini berbentuk seperti huruf U dimana daratan
sekelilingnya relatif tinggi. Karkterisitik kualitas air Danau Tuok Tonga dipengaruhi
oleh masukan air dari Sungai Kampar Kiri yang masuk ke dalam danau dan limpasan
air hujan. Jika volume air Sungai Kampar, maka akan terjadi limpahan air masuk ke
Danau Tuok Tonga, yang dihubungkan oleh saluran atau kanal kecil. Sedangkan jika
pada musim kemarau, danau tersebut relatif menjadi perairan tertutup.
Kegiatan penangkapan ikan secara tradisional yang dilakukan masyarakat masih
menggunakan alat tangkap yang sederhana yaitu berupa jaring, pancing dan lukah yang
semuanya terbuat dari bahan yang ramah lingkungan. Hasil tangkapan ikan di danau ini
berkisar 150 kg/tahun pada saat air surut, dan pada saat volume air naik hasil tangkapan
ikan berkisar 200 kg/tahun (Profil Desa Buluh Cina, 2018).

44
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Produktivitas Primer
Nilai produktivitas perairan yang diamati adalah pada kedalaman 15 cm (bagian
permukaan) dan 120 cm (kedalaman 2 Secchi). Nilai produktivitas primer rata-rata
yang diperoleh selama penelitian di Danau Tuok Tonga berkisar 253,51-454,74
gC/m3/hari. Rata-rata produktivitas primer di permukaan berkisar 389,22-454,74
gC/m3/hari dimana produk-tivitas primer tertinggi di Stasiun 3 (454,74 gC/m3/hari) dan
terendah di Stasiun 2 (389,22 gC/m3/hari). Pada kolom air rata-rata produktivitas
primer berkisar 253,51-286,77 gC/m3/hari dimana tertinggi di Stasiun 3 (286,77
gC/m3/hari) dan terendah di Stasiun 2 (253,51 gC/m3/hari).
Nilai produktivitas primer di permukaan lebih besar dibanding kolom air. Hal ini
diduga karena adanya pengaruh intensitas sinar matahari yang diterima perairan.
Intensitas sinar matahari akan menurun dengan bertambahnya kedalaman yang akan
mempengaruhi aktivitas foto-sintesis fitoplankton (Sulawesty, 2007). Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Sunarto (2004) yang menyatakan selain unsur hara, yang
menjadi faktor pembatas adalah cahaya matahari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 3.

Produktivitas Primer (mgC/m3/hari)


0.00 200.00 400.00
0 S1
Kedalaan (cm)

50 S2
S3
100

150

Nitrat (mg/L) Fosfat (mg/L)


0.00 0.05 0.10 0.00 0.10 0.20
Kedalaman (cm)

Kedalaman (cm)

0 S1 0 S1
S2 S2
50 50
S3 S3
100 100

150 150

Oksigen Terlarut (mg/L) Karbondioksida Bebas (mg/L)


0.00 2.00 4.00 6.00 0.00 10.00 20.00
Kedalaman (cm)

Kedalaman (cm)

0 S1 0 S1
S2 S2
50 50
S3 S3
100 100

150 150

Gambar 3. Rata-rata konsentrasi Produktivitas Primer dan Parameter Kualitas


Air Selama Penelitian

45
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Tingginya produktivitas primer di Stasiun 3 ini karena konsentrasi nitrat


(0,03-0,08 mg/L) dan fosfat (0,07-0,15 mg/L) yang relatif tinggi (Gambar 3).
Unsur hara (nitrat dan fosfat) ini akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan
fitoplankton yang menjadi produsen primer. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sihotang (2006) yang menyatakan nitrat dan fosfat berperan penting dalam
pertumbuhan produsen primer yaitu fitoplankton. Selain itu nilai kecerahan juga
relatif tinggi di Stasiun 3 yang mempengaaruhi pertumbuhan fito-plankton. Hal
ini sesuai dengan kelimpahan fitoplankton yang tertinggi terdapat di Stasiun 3 (Ulya,
2019). Pada saat pertumbuhan fitoplankton meningkat maka nilai produkivitas
primer juga akan meningkat (Gambar 3 dan Tabel 4).
Konsentrasi oksigen terlarut di perairan Danau Tuok Tonga selama
penelitian berkisar 3,37-4,94 mg/L. Konsentrasi tertinggi terdapat di Stasiun 3
(4,94 mg/L), hal ini sejalan dengan nilai produktivitas primer tertinggi terdapat di
Stasiun 3 (Gambar 3). Hal tersebut dijelaskan oleh Sitorus (2009), peningkatan
nilai produkti-vitas primer merupakan hasil proses fotosintesis sebanding dengan
jumlah oksigen yang dihasilkan, dan kandungan oksigen terlarut di perairan dapat
memberikan petunjuk tentang tingginya produktivitas primer disuatu perairan.
Konsentrasi terendah terdapat di Stasiun 1 kedalaman 2 Secchi (3,37 mg/L), hal
ini diduga karena konsentrasi nitrat (0,08 mg/L) dan fosfat (0,15 mg/L) yang
relatif lebih tinggi. Tingginya konsentrasi unsur hara (nitrat dan fosfat) merupakan
hasil dari proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang
memanfaatkan oksigen terlarut sehingga konsentrasi terlarut semakin berkurang.
Berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut selama penelitian di Danau Tuok
Tonga, sampai pada kedalaman 2 Secchi (3,37-4,94 mg/L) masih mendukung
untuk kehidupan organisme akuatik. Hal ini sesuai dengan Sihotang (2006) yang
menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang aman untuk organisme
adalah 2 mg/L masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika tidak
terdapat senyawa beracun (toksik).
Rendahnya produktivitas primer di Stasiun 2 ini disebabkan oleh rendahnya
konsentrasi nitrat (0,02 mg/L) dan fosfat (0,03 mg/L) di stasiun ini jika
dibandingkan dengan stasiun yang lain (Gambar 3). Unsur hara (nitrat dan fosfat)
ini akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan fitoplankton sebagai produsen primer.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sihotang (2006) yang menyatakan nitrat dan fosfat
berperan penting dalam pertumbuhan produsen primer yaitu fitoplankton. Jadi
meskipun nilai kecerahan mencukupi namun konsentrasi nitrat dan fosfat akan
menjadi faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan
kelimpahan fitoplank-ton yang terendah terdapat pada Stasiun 2 (Ulya, 2019).
Untuk lebih jelasnya mengenai kelimpahan fitoplankton dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Kelimpahan Fitoplankton Selama Penelitian di Danau Tuok


Tonga
Stasiun Kedalaman (cm) Kelimpahan Fitoplankton (sel/L)
15 114.015
1
120 69.100
15 112.633
2
120 59.426
15 129.908
3
120 72.555
Sumber: Ulya (2019)

Konsentrasi nitrat di Danau Tuok Tonga selama penelitian di permukaan selama


penelitian berkisar 0,03-0,07 mg/L, konsentrasi tertinggi di Stasiun 2 dan terendah di

46
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

stasiun 1. Pada kedalaman 2 kali Secchi berkisar 0,03-0,07 mg/L, konsentrasi tertinggi
di stasiun 2 dan terendah di stasiun 3. Sedangkan konsentrasi fosfat di Danau Tuok
Tonga pada permukaan berkisar 0,03-0,07 mg/L, konsentrasi tertinggi di Stasiun 1 dan
terendah di stasiun 2. Pada kedalaman 2 kali Secchi berkisar 0,04-0,15 mg/L,
konsentrasi tertinggi di stasiun 1 dan terendah di stasiun 2.
Dilihat dari Gambar 3 konsentrasi nitrat dan fosfat cenderung meningkat seiring
bertambahnya kedalaman. Rendahnya konsentrasi nitrat dan fosfat pada permukaan
dibandingkan kolom air diduga karena pada permukaan perairan nitrat dan fosfat lebih
banyak digunakan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan selnya. Hal ini didukung
dengan kelimpahan fitoplankton yang lebih tinggi pada permukaan perairan (Ulya,
2019). Hal ini sesuai dengan pendapat Sihotang (2006) yang menyatakan nitrat dan
fosfat berperan penting dalam pertumbuhan fitoplankton.
Tingginya konsentrasi nitrat dan fosfat di Stasiun 1 diduga karena letak stasiun
yang berada di inlet atau aliran air masuk dari Sungai Kampar menuju Danau Tuok
Tonga. Aliran air dari sungai akan membawa bahan-bahan organik maupun anorganik
dari sungai ke danau. Sehingga bahan-bahan organik maupun anorganik ini akan
mengendap di perairan dam selanjutnya didekomposisi oleh bakteri menjadi unsur hara
yaitu nitrat dan fosfat. Selain itu adanya perkebunan kelapa sawit di sekitar stasiun ini
memberikan limpasan berupa bahan anorganik dari sisa pupuk ke dalam perairan.
Konsentrasi nitrat dan fosfat yang paling rendah berada di Stasiun 2. Hal ini
dikarenakan pada Stasiun 2 merupakan area terbuka dan diduga karena pada stasiun ini
tidak terdapat aktivitas, sehingga masukan unsur hara disekitar stasiun relatif tidak ada.
Berdasarkan pendapat Wetzel dalam Sembiring (2012) konsentrasi nitrat di
perairan dikelompokkan dalam beberapa tingkat trofik, yaitu oligotrofik memiliki nitrat
0-1 mg/L, mesotrofik memiliki konsentrasi nitrat 1-5 mg/L dan eutrofik memiliki
konsentrasi nitrat antara 5-50 mg/L. Jika konsentrasi nitrat yang diperoleh dalam
penelitian ini dibandingkan dengan pendapat tersebut diatas maka tingkat kesuburan di
Danau Tuok Tonga berada pada tingkat kesuburan oligotrofik
Berdasarkan konsentrasi fosfat, Goldman dan Home (1983) menyatakan
bahwa kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi fosfat dapat dibagi atas lima
tingkatan yaitu: 0,000-0,020 mg/L (kesuburan rendah), 0,021-0,050 mg/L (kesuburan
sedang), 0,051-0,100 mg/L (kesuburan baik), 0,110-0,200 mg/L (kesuburan sangat
baik) dan >0,200 (kesuburan sangat baik sekali). Jika konsentrasi fosfat yang diperoleh
dalam penelitian ini dibandingkan dengan pendapat tersebut di atas maka tingkat
kesuburan di Danau Tuok Tonga termasuk tingkat kesuburan mesotrofik.
Konsentrasi karbondioksida bebas di setiap stasiun di Danau Tuok Tonga
berkisar antara 6,65-14,65 mg/L. Konsentrasi karbondioksida bebas tertinggi di Stasiun
3 permukaan dan terendah di Stasiun 1 kedalaman 2 Secchi. Dari Gambar 3 di atas
terlihat konsentrasi rata-rata karbondioksida bebas selama penelitian cenderung
meningkat dengan bertambahnya kedalaman atau karbondioksida bebas pada
permukaan lebih rendah dibandingkan kedalaman 2 kali Secchi. Tingginya konsentrasi
karbondioksida bebas di kedalaman 2 kali Secchi karena proses fotosintesis semakin
berkurang seiring bertambahanya kedalaman sedangkan proses respirasi tetap
berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (1984) menyatakan bahwa
dekomposisi bahan organik dan respirasi pada suatu perairan dapat meningkatkan
kandungan karbondioksida bebas pada suatu perairan. Sedangkan rendahnya
karbondioksida bebas di permukaan pada masing-masing stasiun disebabkan karena
difusi dan proses fotosintesis yang memanfaatkan karbondioksida bebas. Hal ini sesuai

47
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

dengan pendapat Effendi (2003) yang menyatakan bahwa konsentrasi karbondioksida


bebas di perairan dapat mengalami pengurangan, bahkan hilang akibat proses
fotosintesis.
Secara umum konsentrasi karbondioksida bebas yang diperoleh selama
penelitian masih mampu mendukung kehidupan organisme akuatik di dalamnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Boyd (1990) bahwa perairan yang diperuntukkan untuk
kegiatan perikanan sebaiknya mengandung konsentrasi karbon-dioksida bebas tidak
kurang dari 5 mg/L, sedangkan konsentrasi karbondioksida bebas yang lebih dari 12
mg/L masih dapat ditolerir organisme air asal didukung oleh konsentrasi oksigen
terlarut yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kecerahan Danau Tuok Tonga
berkisar 60-63 cm. Dari hasil penelitian kecerahan rata-rata tertinggi ditemukan di
Stasiun 2 (62,33 cm) dan terendah di Stasiun 1 (61,67 cm). Tingginya kecerahan di
Stasiun 2 karena stasiun ini terbuka dan relatif tenang sehingga penetrasi cahaya lebih
dalam dari stasiun lainnya akibatnya kecerahannya juga tinggi. Rendahnya kecerahan
di Stasiun 1 diduga karena pengaruh dari zat-zat tersuspensi didalamnya baik organik
maupun anorganik (Jeffries dan Mills, 1996). Berdasarkan kecerahan yang ditemukan
selama penelitian, perairan Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung kehidupan
organisme akuatik yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Harahap
(2014) yang menyatakan bahwa nilai kecerahan yang mendukung kehidupan
organisme di suatu perairan adalah >45 cm.
Nilai produktivitas primer di Danau Tuok Tonga tergolong rendah jika
dibandingkan dengan produktivitas primer di Waduk Jatibaring yaitu berkisar 342-
1233 gC/m3/hari (Rohmah et al, 2016) dan lebih tinggi dibandingkan dengan Danau
Tajwid 117-271 gC/m3/hari (Hutagaol, 2019). Perbedaan nilai produktivitas primer ini
disebabkan perbedaan ekologis dari masing-masing perairan seperti suhu, intensitas
cahaya, kekeruhan dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asriyana dan
Yuliana (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer perairan antara
lain; suhu, cahaya, zat hara, derajat keasaman (pH), turbulensi dan kedalaman kritis
serta berkurangnya pemangsaan.
Menurut Triyatmo (2001) kriteria kesuburan suatu perairan berdasarkan
produktivitas primer adalah 0-200 gC/m3/hari oligotrofik, 200-750 gC/m3/hari
mesotrofik dan >750 gC/m3/hari eutrofik. Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas
primer selama penelitian di Danau Tuok Tonga termasuk dalam kategori kesuburan
mesotrofik karena produktivitas primer berkisar 216,44-378,80 gC/m3/hari.
Parameter Kualitas Air Pendukung
Suhu
Suhu perairan Danau Tuok Tonga selama penelitian rata-rata berkisar 29,7-
o
31,7 C. Berdasarkan hasil pengukuran suhu selama penelitian di Danau Tuok Tonga,
tertinggi ditemukan di Stasiun 2 dan terendah di Stasiun 1. Suhu pada setiap stasiun
cenderung menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini disebabkan
semakin menurunnya intensitas cahaya di kolom air. Pernyataan tersebut didukung oleh
Simarmata et al., (2016) yang mengemukakan semakin bertambah kedalaman
intensitas cahaya matahari semakin berkurang.
Berdasarkan hasil pengukuran, kisaran suhu selama penelitian di Danau Tuok
Tonga masih dapat mendukung kehidupan organisme di perairan tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Boyd (1990) yang menyatakan suhu perairan daerah tropis
berkisar antara 25-32oC layak untuk kehidupan organisme perairan.

48
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Kedalaman
Kedalaman masing-masing stasiun di Danau Tuok Tonga selama penelitian
berkisar 125-284 cm. Kedalaman tertinggi ditemukan pada Stasiun 2 (284 cm) yang
merupakan bagian tengah dari Danau Tuok Tonga dan terendah di Stasiun 1 (125 cm)
yang merupakan aliran air masuk dari Danau Tuok Tonga.
Danau dikategorikan sebagai danau yang sangat dangkal jika memiliki
kedalaman kurang dari 10 meter. Jika kedalamannya antara 10-50 meter maka
termasuk kategori danau dangkal. Danau dengan kedalaman 50-100 meter merupakan
kategori medium. Kategori dalam yaitu jika danau memiliki kedalaman 100-200 m
(Purnomo, 1993). Apabila dilihat dari kedalaman Danau Tuok Tonga ini termasuk
perairan yang sangat dangkal.
Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengukuran rata-rata derajat keasaman (pH) di setiap stasiun Danau Tuok
Tonga selama penelitian yaitu 5. Derajat keasaman di semua Stasiun sama yaitu 5
(asam). Berdasarkan nilai pH di masing-masing stasiun terlihat bahwa perairan Danau
Tuok Tonga bersifat asam. Hal ini disebabkan perairan umum di Riau masih
dipengaruhi oleh rawa sekitarnya. Berdasarkan nilai derajat keasaman (pH) yang
ditemukan selama penelitian, Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung kehidupan
organisme akuatik di danau tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmawi (1983)
yang menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) perairan yang mendukung kehidupan
organisme akuatik adalah 5-9.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Produktivitas primer di Danau Tuok Tonga berdasarkan metode oksigen adalah
253,51-454,74 gC/m3/hari. Berdasarkan produktivitas primer dapat disimpulkan Danau
Tuok Tonga tergolong mesotrofik. Hasil pengamatan kualitas air pendukung selama
penelitian menunjukkan bahwa perairan Danau Tuok Tonga masih dapat mendukung
kehidupan organisme perairan tersebut.

Saran
Pada penelitian ini tidak menghitung klorofil-a sedangkan produktivitas primer
sangat erat kaitannya dengan kelimpahan fitoplankton (produsen primer) yang bisa
dilihat dari klorofil-a. Maka dari itu penulis menyarankan untuk dapat melakukan
penelitian lanjutan mengenai hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a di
Danau Tuok Tonga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung dan
membantu terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta.


Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.

49
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau. 2018. Taman Wisata Alam
Buluh Cina. (tidak diterbitkan).
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture. Albama Agricultural.
Experiment Stasion. Alabama.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Pengelolaan Sumber Daya Pada
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Goldman, C. R and A. J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill Book
Company. New York.
Hadiwigeno. 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum Bagi
Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta. (tidak diterbitkan).
Hutagaol, S.O. 2019. Produktivitas Primer Berdasarkan Metode Oksigen di Danau
Tajwid Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Skripsi
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak
dterbitkan).
Jeffries, D.S and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Applications.
John Wiley and Sons. Chichester. UK.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Profil Desa Buluh Cina. 2018. Data Monografi Desa Buluh Cina Kecamatan Siak
Hulu. Kabupaten Kampar. (tidak diterbitkan).
Purnomo, A.M.1993. Analisis Kualitas Air Untuk Keperluan Perikanan. Balai
Latihan Perikanan Darat Bogor. (tidak diterbitkan).
Rohmah W.S., Suryanti., dan M. R. Muskananfola. 2016 Pengaruh Kedalaman
Terhadap Nilai Produktivitas Primer di Waduk Jatibarang Semarang. Journal of
Maquares. 5(3): 150-156.
Sembiring, E.P. 2012. Perbedaan Kelimpahan Fitoplankton di Dalam dan di Luar
Keramba Jaring Apung Waduk Bandar Khayangan Kelurahan Lembah Sari
Kecamatan Rumbai Pesisir Kotamadya Pekanbaru. sSkripsi Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak
diterbitkan).
Sihotang C. 2006. Bahan Ajar Limnologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).
Simarmata, A., Sihotang, C., dan Siagian, M. 2016. Buku Ajar Limnologi. UR Press.
Pekanbaru.
Sitorus, M. 2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer dengan Konsentrasi
Klorofil a, dan Faktor Fisik Kimia di Perairan Danau Toba, Balige. Skripsi
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. (tidak
diterbitkan).
Sulawesty, F. 2007. Distribusi Vertikal Fitoplankton di Danau Singkarak. Jurnal
Limnotek, 14(1): 37-46.
Sunarto. 2004. Efisiensi Pemanfaatan Energi Cahaya Matahari oleh Fitoplankton
dalam Proses Fotosintesis. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Jurnal
Akuatik. 2(1): 2-4.
Triyatmo, B. 2001. Studi Kondisi Limnologis Waduk Sermo pada Tahap Pra-
Inundasi. Journal of Fisheries Science 3 (2) : 1-9.

50
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Ulya M. 2019. Status Kesuburan Danau Tuok Tonga Berdasarkan Fitoplankton Di


Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
(tidak dterbitkan).
Wetzel, R.G. 2001. Limnology Lake and River Ecosystem Third Edition.
Academic Press. London.

51

Anda mungkin juga menyukai