OLEH:
ADZAR E1A114001
ASWANDRI E1A114003
ANDRIYANTO E1A115006
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan karunia-Nya lah sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Aspek Hukum Kontrak
Konstruksi dengan judul “Dasar – dasar hukum dan aturan perundang – undangan
konstruksi indonesia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Apa saja dasar – dasar hukum dan aturan perundang – undangan
konstruksi Indonesia?
2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan hukum konstruksi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dasar – dasar hukum dan aturan perundang –
undangan konstruksi Indonesia.
2.1. Manfaat
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami peranan hukum konstruksi di Indonesia.
2. Dapat memahami dasar – dasar hukum dan aturan perundang –
undangan konstruksi Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hirarki Perundang – undangan Indonesia
Indonesia adalah Negara Hukum. Seluruh aspek di negara kita harus
mempunyai dasar hukum, termasuk dalam hal industri konstruksi.
Sebelum itu, kita perlu mengetahui bahwa ada hirarki hukum
perundang-undangan RI. Hal ini secara jelas tercantum dalam UU No.
12/2011
1. Undang Undang Dasar RI tahun 1945, merupakan hukum dasar dalam
peraturan perundang-undangan. Seluruh Peraturan RI tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945
2. Ketetapan MPR (TAP MPR)
3. Undang-Undang (UU) atau PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang)
4. PP (Peraturan Pemerintah)
5. PERPRES (Peraturan Presiden)
6. PERDA (Peraturan Daerah) termasuk di dalamnya Qanun yang berlaku
di Nangroe Aceh Darussalam dan Perdassus/Perdasi yang berlaku di
Provinsi Papua dan Papua Barat
Hirarki ini menunjukkan tingkat kekuatan hukum tersebut. Hirarki
yang lebih tinggi artinya lebih kuat di mata hukum.Hirarki yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang hirarkinya berada di lebih
atas.
3
perlu pengaturan secara rinci dan jelas mengenai konstruksi, yang kemudian
dituangkan dalam di dalam Undang-Undang.
Saat ini, Hukum Konstruksi mengatur berbagai jenis kegiatan dalam
industri konstruksi di Indonesia, sepertiL
1. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
2. Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi
3. Bentuk-Bentuk Kontrak Konstruksi
4. Aspek Keuangan dan Perbankan Konstruksi
5. Aspek Perpajakan Dalam Kontrak Konstruksi
6. Klaim Konstruksi
7. Proses Penyelesaian Sengketa Konstruksi
8. Lembaga dan Para Pihak dalam Kontrak Konstruksi
4
sekarang (UU No.18/1999 dan PP No.29/2000) tetap berlaku karena belum
pernah dicabut.
5
Lingkup pengaturan usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi
meliputi usaha jasa konstruksi, tenaga kerja konstruksi, peran
masyarakat jasa konstruksi, dan penerapan sanksi.
6
Dalam PP ini dijelaskan bahwa PP ini merupakan perubahan
ketiga dari PP No. 29 tahun 2000. Dimana perubahan kedua pada PP
No. 79/2015 dan kepertaman pada PP No. 59/2010
7
b. Instruksi Presiden Nomor 01/2015 tentang Percepatan Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.
c. Instruksi Presiden Nomor 3/2016 tentang Penyederhanaan Perizinan
Pembangunan Perumahan.
8
m. Peraturan Menteri Nomor 43/PRT/M/2007 Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi
n. Peraturan Menteri Nomor 24/PRT/M/2008 Pedoman Pemeliharaan
dan Perawatan Bangunan Gedung
o. Peraturan Menteri Nomor 16/PRT/M/2010 Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
p. Peraturan Menteri Nomor 19/PRT/M/2011 Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
q. Peraturan Menteri Nomor 27/PRT/M/2015 Bendungan
r. Peraturan Menteri Nomor 27/PRT/M/2018 Sertifikat Laik Fungsi
Bangunan Gedung
9
2.3.9. Surat Edaran Sekjen
a. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 01/SE/SJ/2014 Penggunaan
Peralatan Listrik pada Bangunan Gedung
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penulisan makalah ini
adalah.
a. Hukum – hukum maupun peraturan perundang – undangan mengenai
konstruksi dirasa sangatlah penting guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional, di mana pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
b. Hukum – hukum konstruksi yang berlaku di Indonesia diantaranya
mengatur mengenai pelaksanaan teknis pembangunan, pengadaan barang
dan jasa, dan lain sebagainya yang semua itu diatur di dalam undang –
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden,
instruksi presiden, peraturan Menteri, keputusan Menteri, instruksi
Menteri, dan surat edaran.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah hendaknya peraturan
perundang – undangan mengenai konstruksi di Indonesia setiap tahunnya
disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada.
11
DAFTAR PUSTAKA
12