Anda di halaman 1dari 15

Makalah

DASAR – DASAR HUKUM DAN ATURAN PERUNDANG – UNDANGAN


KONSTRUKSI INDONESIA

OLEH:

DAYANU SISWANTO ODE E1A113006

ADZAR E1A114001

ASWANDRI E1A114003

LA ODE MUHAMAD SALEH E1A114030

RYSKI MANUFAN PANDRA E1A114050

ANAK AGUNG GEDE SUPRADNYANA E1A115002

ANDRIYANTO E1A115006

BASHAR LA NSELE E1A115008

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan karunia-Nya lah sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Aspek Hukum Kontrak
Konstruksi dengan judul “Dasar – dasar hukum dan aturan perundang – undangan
konstruksi indonesia”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam menulis makalah
ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, Februari 2019

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Hirarki Perundang – undangan Indonesia ......................................................3
2.2 Peranan Hukum Konstruksi di Indonesia .......................................................3
2.3 Hukum Konstruksi Indonesia yang Berlaku ...................................................4
BAB III PENUTUP ................................................................................................4
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................11
3.2 Saran .............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sangat berkembang pesat,
setelah bangkit dari krisis moneter pada tahun 1998. Dalam
perkembangannya, Industri Konstruksi adalah salah satu aspek yang
menunjang pesatnya pertumbuhan ekonomi tanah air. Karena industri
konstruksi menyerap tenaga kerja yang besar, sumber daya yang besar
sehingga mendorong perumbuhan ekonomi tanah air. Sebagai buktinya, pada
saat krisis moneter saja, walaupun banyak perusahaan yang gulung tikar,
industri konstruksi lah yang mampu masih bertahan dan cepat pulih.
Tahun 2019 ini industri konstruksi terus berkembang pesat seiring
dengan perkembangan teknologi dan informasi. Namun, perkembangan
tersebut tidak seiring dengan peningkatan kualitas dan kinerja yang
menyangkut mutu, produk, ketepatan waktu pelaksanaan, efisiensi dan
efektifitas sumber daya yang dipakau, modal, teknologi, dsb yang disesiakan
oleh Penyedia Jasa Konstruksi. Untuk mengendalikan dan mengatur kinerja
Penyedia Jasa Konstruksi dan meminimalkan kerugian bagi Pengguna Jasa
Konstruksi serta agar penyelenggaraan kegiatan konstruksi lebih teratur dan
terarah, maka Pemerintah RI mengeluarkan beberapa kebijakan berupa
peraturan mengenai konstruksi di Indonesia.
Peraturan yang dibentuk bertujuan untuk memberikan kejelasan
badan hokum yang menaungi konstruksi di Indonesia. Oleh karena itu perlu
kita ketahui bersama asar – dasar hukum dan aturan perundang – undangan
apa saja yang mengatur konstruksi di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan hokum konstruksi di Indonesia?

1
2. Apa saja dasar – dasar hukum dan aturan perundang – undangan
konstruksi Indonesia?

2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan hukum konstruksi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dasar – dasar hukum dan aturan perundang –
undangan konstruksi Indonesia.

2.1. Manfaat
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami peranan hukum konstruksi di Indonesia.
2. Dapat memahami dasar – dasar hukum dan aturan perundang –
undangan konstruksi Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hirarki Perundang – undangan Indonesia
Indonesia adalah Negara Hukum. Seluruh aspek di negara kita harus
mempunyai dasar hukum, termasuk dalam hal industri konstruksi.
Sebelum itu, kita perlu mengetahui bahwa ada hirarki hukum
perundang-undangan RI. Hal ini secara jelas tercantum dalam UU No.
12/2011
1. Undang Undang Dasar RI tahun 1945, merupakan hukum dasar dalam
peraturan perundang-undangan. Seluruh Peraturan RI tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945
2. Ketetapan MPR (TAP MPR)
3. Undang-Undang (UU) atau PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang)
4. PP (Peraturan Pemerintah)
5. PERPRES (Peraturan Presiden)
6. PERDA (Peraturan Daerah) termasuk di dalamnya Qanun yang berlaku
di Nangroe Aceh Darussalam dan Perdassus/Perdasi yang berlaku di
Provinsi Papua dan Papua Barat
Hirarki ini menunjukkan tingkat kekuatan hukum tersebut. Hirarki
yang lebih tinggi artinya lebih kuat di mata hukum.Hirarki yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang hirarkinya berada di lebih
atas.

2.2. Peranan Hukum Konstruksi di Indonesia


Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional, di mana pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, dirasakan

3
perlu pengaturan secara rinci dan jelas mengenai konstruksi, yang kemudian
dituangkan dalam di dalam Undang-Undang.
Saat ini, Hukum Konstruksi mengatur berbagai jenis kegiatan dalam
industri konstruksi di Indonesia, sepertiL
1. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
2. Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi
3. Bentuk-Bentuk Kontrak Konstruksi
4. Aspek Keuangan dan Perbankan Konstruksi
5. Aspek Perpajakan Dalam Kontrak Konstruksi
6. Klaim Konstruksi
7. Proses Penyelesaian Sengketa Konstruksi
8. Lembaga dan Para Pihak dalam Kontrak Konstruksi

2.3. Hukum Konstruksi Indonesia yang Berlaku

2.3.1. Syarat – Syarat Umum (AV) 41


Syarat-syarat Umum (AV) 41 selengkapnya bernama : “Algemene
voorwarden voor de uitvoering bij aanneming van openbare werken” atau
dalam bahasa Indonesia: “Syarat-syarat Umum untuk pelaksanaan
bangunan umum yang dilelangkan”.
Syarat-syarat Umum ini ditetapkan dengan Surat Keputusan
Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 28 Mei 1941, No.4. Oleh sebab itu
dikenal dengan nama sebutan SU (AV) 41.
Pertimbangan untuk menetapkan SU (AV)41 ini adalah keperluan
untuk mengatur hak-hak dan kewajiban yang seimbang antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Konon kabarnya Asosiasi Kontraktor Hindia Belanda ikut
membantu menyusun dan merumuskan SU (AV) 41 ini.
Walaupun SU (AV) 41 merupakan hasil karya dimasa Pemerintah
kolonial Belanda, namun beberapa ketentuan yang baik dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

4
sekarang (UU No.18/1999 dan PP No.29/2000) tetap berlaku karena belum
pernah dicabut.

2.3.2. Undang Undang


a. Undang – Undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi.
UUJK No. 18 Tahun 1999 ini mengatur kontrak proyek
konstruksi di Indonesia terutama yang asal dananya berasal dari
pemerintah/kas negara. UUJK mengatur hubungan antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa Konstruksi seperti misalnya yang tertulis dalam
UUJK No.18/1999 Pasal 22 ayat 2.

b. Undang – Undang No. 10 Tahun 2010


Tata Cara Pemilihan Pengurus, Masa Bakti, Tugas Pokok Dan
Fungsi, Serta Mekanisme Kerja Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi

c. Undang – Undang No. 2 Tahun 2017


Dalam undang – undang ini dijelaskan bahwa UU No. 18 tahun
1999tentang jasa konstruksi belum dapat memenuhi kebutuhan tata
kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraanjasa
konstruksi.

2.3.3. Peraturan Pemerintah


Peraturan pemerintah ini merupakan peraturan pendukung atas
peraturan jasa konstruksi yang tertulis dalam UU Jasa Konstruksi No 18
Tahun 1999.
1. PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi

5
Lingkup pengaturan usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi
meliputi usaha jasa konstruksi, tenaga kerja konstruksi, peran
masyarakat jasa konstruksi, dan penerapan sanksi.

2. PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi


Lingkup pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
meliputi pemilihan penyedia jasa, kontrak kerja konstruksi,
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegagalan bangunan,
penyelesaian sengketa, larangan persekongkolan, dan sanksi
administratif.

3. PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa


Konstruksi
Lingkup pengaturan pembinaan jasa konstruksi meliputi bentuk
pembinaan, pihak yang dibina, penyelenggara pembinaan, serta
pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembinaan.

4. PP No. 51/2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari


Usaha Jasa Konstruksi

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40/2009 tentang Perubahan Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi

6. Peraturan Pemerintah Nomor 92/2010 tentang Perubahan keduanAtas


Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha Dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Perubahan pertama pada PP no.
04/2010

7. Peraturan Pemerintah No. 54/2016

6
Dalam PP ini dijelaskan bahwa PP ini merupakan perubahan
ketiga dari PP No. 29 tahun 2000. Dimana perubahan kedua pada PP
No. 79/2015 dan kepertaman pada PP No. 59/2010

2.3.4. Peraturan Presiden


1. Perpres 80/2003 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Seperti tercantum dalam pasal 2, maksud diberlakukannya
Keputusan Presiden ini adalah untuk mengatur pelaksanaan
pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
APBN/APBD.
Tujuan diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah agar
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya
dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan
bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

2. Perpres 16/2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Merupakan Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang mempunyai
peran penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional untuk
peningkatan pelayanan publik dan pengembangan perekonomian
nasional dan daerah, perlu pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang
memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya
(value for money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan
produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil,
dan Usaha Menengah serta pembangunan berkelanjutan.

2.3.5. Instruksi Menteri


a. Instruksi Presiden Nomor 2/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

7
b. Instruksi Presiden Nomor 01/2015 tentang Percepatan Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.
c. Instruksi Presiden Nomor 3/2016 tentang Penyederhanaan Perizinan
Pembangunan Perumahan.

2.3.6. Peraturan Menteri


a. Peraturan Menteri Nomor 207/PRT/M/2005 tentang Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik
b. Peraturan Menteri Nomor 38/PRT/M/2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengendalian dan Resiko Atas Penyediaan Infrastruktur
c. Peraturan Menteri Nomor 28/PRT/M/2006 tentang Perizinan
Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
d. Peraturan Menteri Nomor 29/PRT/M/2006 Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
e. Peraturan Menteri Nomor 35/PRT/M/2006 Peningkatan Pemanfaatan
Aspal Buton Untuk Pemeliharaan Dan Pembangunan Jalan
f. Peraturan Menteri Nomor 02/PRT/M/2007 Petunjuk Teknis
Pemeliharaan Jalan Tol dan Jalan Penghubung.
g. Peraturan Menteri Nomor 01/PRT/M/2007 Petunjuk Teknis
Penelitian, Pengembangan dan Pemberdayaan Di Bidang Jalan Tol.
h. Peraturan Menteri Nomor 05/PRT/M/2007 Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi
i. Peraturan Menteri Nomor 26/PRT/M/2007 Pedoman Tim Ahli
Bangunan Gedung
j. Peraturan Menteri Nomor 25/PRT/M/2007 Pedoman Sertifikat Laik
Fungsi Bangunan Gedung
k. Peraturan Menteri Nomor 24/PRT/M/2007 Pedoman Teknis izin
Mendirikan Bangunan Gedung
l. Peraturan Menteri Nomor 45/PRT/M/2007 Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara

8
m. Peraturan Menteri Nomor 43/PRT/M/2007 Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi
n. Peraturan Menteri Nomor 24/PRT/M/2008 Pedoman Pemeliharaan
dan Perawatan Bangunan Gedung
o. Peraturan Menteri Nomor 16/PRT/M/2010 Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
p. Peraturan Menteri Nomor 19/PRT/M/2011 Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
q. Peraturan Menteri Nomor 27/PRT/M/2015 Bendungan
r. Peraturan Menteri Nomor 27/PRT/M/2018 Sertifikat Laik Fungsi
Bangunan Gedung

2.3.7. Keputusan Menteri


a. Keputusan Menteri Nomor 567/KPTS/M/2010 Rencana Umum
Jaringan Jalan Nasional
b. Keputusan Menteri Nomor 66/KPTS/M/2018 Komite keselamatan
Konstruksi
c. Keputusan Menteri Nomor 93/KPTS/M/2019 Komite Keselamatan
Bangunan Gedung

2.3.8. Surat Edaran Menteri


a. Surat Edaran Menteri Nomor 57/SE/M/2015 Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (E-Procurement)
b. Surat Edaran Menteri Nomor 17/SE/M/2017 Perjanjian Antara
Penyedia Jasa dengan Sub Penyedia Jasa Dalam Pelaksanaan
Pekerjaan Jasa Konstruksi
c. Surat Edaran Menteri Nomor 02/SE/M/2018 Pemberlakukan 4
(Empat) Pedoman Bidang Jalan dan Jembatan

9
2.3.9. Surat Edaran Sekjen
a. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 01/SE/SJ/2014 Penggunaan
Peralatan Listrik pada Bangunan Gedung

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penulisan makalah ini
adalah.
a. Hukum – hukum maupun peraturan perundang – undangan mengenai
konstruksi dirasa sangatlah penting guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional, di mana pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
b. Hukum – hukum konstruksi yang berlaku di Indonesia diantaranya
mengatur mengenai pelaksanaan teknis pembangunan, pengadaan barang
dan jasa, dan lain sebagainya yang semua itu diatur di dalam undang –
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden,
instruksi presiden, peraturan Menteri, keputusan Menteri, instruksi
Menteri, dan surat edaran.

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah hendaknya peraturan
perundang – undangan mengenai konstruksi di Indonesia setiap tahunnya
disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. PERATURAN JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA.


http://kuliahinsinyur.blogspot.com

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat Republik Indonesia. http://jdih.pu.go.id

Wahyu Eva. 2016. HUKUM KONSTRUKSI DI INDONESIA.


http://vhava.mhs.narotama.ac.id

Yasin, Nazarkhan. 2009. TINJAUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


TENTANG JASA KONSTRUKSI. http://yandhiwijaya-
civilengineering.blogspot.com

12

Anda mungkin juga menyukai