E1A1 15 058
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Rekayasa Penyehatan Lingkungan (RPL) ini.
Ucapan terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada Ibu Rini Sriani Nappu,
ST., MT. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Penyehatan Lingkungan yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah , dan pengerjaan laporan ini.
Saya menyadari bahwa laporan Rekayasa Penyehatan Lingkungan (RPL) ini
masih jauh dari kesempurnaan untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Sesungguhhnya ilmu dan
kesempurnaan itu datangnya hanya dari Allah SWT dan kesalahan itu datangnya
dari kami pribadi dan syaitan, akhir kata kami ucapkan semoga Allah SWT
membalas kebaikan kita dan semoga skripsi ini dapat berguna dikemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...…………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kondisi-kondisi diatas melatarbelakangi penulis untuk mengetahui
berapa besarnya konsentrasi polutan yang terjadi di Kota Denpasar, Provinsi
Bali.
1.3 Tujuan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Atau dalam kata lain dapat diartikan sebagai perusakan
terhadap udara karena disebabkan oleh berbagai sumber yang dapat merusak
bagi kesahatan makhluk hidup maupun benda mati. Pencemaran udara dapat
bersumber dari berbagai macam, antara lain : asap kendaraan bermotor, asap
pabrik, limbah indutri, limbah rumah tangga dan lain-lain.
Efek dari pencemrana udara juga sudah dapat dirasakan pada saat ini,
banyaknya penyakit yang bersumber dari udara, peningkatan jumlah pengidap
ispa dan juga bertambahnya jumlah orang yang tua sebelum waktunya menjadi
efek negatif dari pencemaran udara. Udara yang kurang baik dapat menjadi
3
salah satu efek pencemaran udara dan menjadikan bumi kita semakin rusak
oleh tangan-tangan orang yang jahil, yang ingin memperkaya dirinya sendiri
tanpa memikirkan apa yang terjadi oleh perbuatannya.
Yang dikatakan sebagai polutan adalah suatu zat atau bahan yang
kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang
tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan
4
kimia, debu, panas dan suara. Polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan
menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah
merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
5
cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu,
asap, kabut, dan lain-lain, .
Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur
tradisional ketika memasak, dan pencemaran udara luar ruang (outdoor air
pollution) yang disebut juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun
kendaraan bermotor,
Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan ada empat, yaitu:
Irritansia adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh,
seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida. Aspeksia, adalah keadaan dimana
darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas
penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan CH4. Anestesia adalah zat yang
mempunyai efek membius dan biasanya merupakan pencemaran udara dalam
ruang. Contohnya; Formaldehide dan Alkohol. Toksis adalah zat pencemar
yang menyebabkan keracunan. Zat penyebabnya seperti Timbal, Cadmium,
Fluor, dan Insektisida,.
6
berbahaya yang timbul dari hasil reaksi anatara zat polutan primer dengan
komponen alamiah. Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN).
No Komponen Persentase
Pencemar (%)
1 CO 70,50
2 NOx 8,89
3 Sox 0,88
4 HC 18,34
5 Partikel 1,33
Total 100
Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan
7
merasakan akibat dari perbuatannya. Ada beberapa peristiwa yang terjadi
diakibatkan polusi udara yang sangat mematikan, bahkan menyebabkan
kematian ribuan orang, yaitu great smoke of London (1952) dan Donora
Smog (1948).
2.5.1 Great Smoke of London
Revolusi industri yang terjadi di Inggris telah membawa perubahan
pada gaya hidup masyarakatnya, baik dalam skala rumah tangga maupun
industri. Penggunaan bahan bakar berbasiskan batu bara menjadi sumber
utama masyarakat di London pada sekitar tahun 1500-an. Semenjak
penggunaan batu bara sebagai sumber bahan bakar, telah terjadi beberapa
kali peristiwa kabut asap yang disebabkan oleh pembakaran batu bara.
Pada Desember 1952 yang merupakan musim dingin,
meningkatkan pembakaran di skala rumah tangga (untuk penghangat)
dan industri. Ribuan rumah tangga menghasilkan asap yang berasal dari
batu bara. Namun bukannya sebagai penghangat, lebih banyak asap yang
dihasilkan dari pembakaran ini. Tidak pernah ada peristiwa yang lebih
berbahaya dan mematikan dari pada peristiwa di tahun 1952 ini.
Pada peristiwa ini ribuan ton jelaga hitam, tar, dan SO2 telah
terakumulasi di udara akibat pembakaran batu bara. Konsentrasi bahan-
bahan tersebut mencapai 3000-14.000 gr/m3 di udara, sekitar 50 kali
diatas ambang batas normal pada saat itu. Sebuah kabut cahaya telah
berdiam di kota itu sejak tanggal 5 Desember, asap dan uap dari
pembakaran tetap bergerak dan membentuk asap padat. Salah satu faktor
yang menyebabkan peristiwa ini juga adalah cuaca yang sangat dingin
saat musim salju saat itu. Terjadi inversi temperatur, sehingga asap yang
dihasilkan dari pembakaran akan terjebak dan terakumulasi. Peristiwa
mematikan yang terjadi disebabkan penyakit
pneumonia, bronchitis, tubercolosis, kerusakan jantung, asma dan
kematian karena keracunan yang berasal dari asap tersebut. Ketika asap
menyebar ke seluruh London, 4000 orang meninggal, beberapa berita
menyatakan total korban jiwa dari peristiwa ini mencapai 12.000 jiwa.
8
2.5.2 Donora Smog
Asap yang menyebabkan peristiwa ini pertama kali terlihat pada
tanggal 27 Oktober 1948 di Donora, Pennysylvania. Akibat dari
peristiwa ini banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh asma
dan penyakit pernafasan lainnya, 20 orang meninggal dan sepertiga dari
penduduk kota sakit. Dampak dari peristiwa ini juga masih terlihat
sepuluh tahun kemudian, dimana tingkat kematian di kota tersebut
meningkat dengan pesat.
Donora Zinc Works yang merupakanindustri besi di Amerika
membuat emisi yang menghasilkan HF dan SO2 . Peristiwa ini
disebabkan emisi tersebut terjebak karena terjadinya inversi temperatur,
dimana asap manjadi bertemperatur lebih tinggi, udara terjebak di dalam
bongkahan tersebut, serta tercampurnya polutan kedalam asap.
Peristiwa ini berhasil diatasi dengan waktu yang cukup cepat,
dengan menghentikan untuk sementara kegiatan di industri tsb. Dengan
hal ini, jumlah korban yang lebih buruk dapat dicegah hingga tanggal 31
Oktober 1948. Donora smog merupakan salah satu peristiwa paling
mematikan disebabkan oleh polusi udara.
Dari peristiwa Great Smoke of London, pemerintah setempat
langsung mengambil tindakan untuk membersihkan udara nasional.
Peristiwa yang mematikan tersebut terjadi karena kelalaian masyarakat
akan berbahayanya pembakaran bahan bakar, pulusi udara terhadap
kesehatan. Pada tahun 1968 Clean Air Act memberikan standar polusi
udara yang dapat dibuang ke udara bebas, serta menyarankan rumah
tangga untuk menggunakan bahan bakar pemanas yang lebih ramah
lingkungan seperti gas, minyak, dan listrik.
Peristiwa Donora Smog yang juga mengakibatkan kematian yang
fatal, telah mendapat perhatian serius dari pemerintah AS saat itu.
Industri besi yang merupakan sumber pencemaran telah dihukum, dan
dikenakan denda, juga pelaku sebanyak 80 orang yang terlibat. Semenjak
9
peristiwa itu juga aksi dan tindakan untuk menjaga lingkungan
khususnya polusi udara terus digalakkan.
Dari kedua peristiwa di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan
polusi udara dan zat beracun dalam asap tsb terjadi di kota-kota besar di
dunia. Meskipun peristiwa mematikan seperti itu tidak terjadi lagi hari-
hari ini, namun permasalahan lingkungan karena polusi udara di kota-
kota besar tetap terjadi.
Untuk mencegah dan mengurangi dampak dari polusi udara yang
terjadi dan semakin pesat di berbagai belahan dunia, maka pada tahun
1974 UNEP(The United Nations of Environment Programme) dan WHO
(World Health Organizations) menginisiasi program sistem pengawasan
terhadap keadaan lingkungan global. Organisasi ini telah memantau
keadaan udara di lebih dari 50 kota di 35 negara berkembang. Fokus
pertama adalah memantau kadar SO2 yang terakumulasi dengan high-
volume sample matter serta Pb dalam polutan. Hasil dari pendataan ini
sangat bermanfaat untuk menganalisa permasalahan udara secara global.
Pantauan dilanjutkan dengan mendata kandungan NO2, CO dan O3 di
udara.
Selain itu pada konferensi Lingkungan Internasional yang
diadakan pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, permasalahan polusi udara
di perkotaan juga mendapat sorotan yang penting. Meskipun polusi
udara hanya merupakan salah satu permasalahan yang terjadi selain
kontaminasi perairan, hal ini merupakan salah satu kontroversi politik
yang menjadi fokus di kota-kota besar. Pemantauan terhadap kandungan
polutan udara yang ada di beberapa kota besar terus dilakukan.
Umumnya polutan yang tinggi terjadi di negara-negara berkembang,
yang polutan nya berasal dari industri ataupun pembakaran melalui
kendaraan bermotor.
Hingga saat ini, usaha pengurangan polutan di kota-kota besar
dilakukan secara parsial oleh kebijakan masing-masing kota. Peraturan
mengenai udara buang yang boleh dihasilkan industri, filtrasi asap yang
10
dihasilkan oleh kendaraan bermotor, hingga pengurangan penggunaan
kendaraan bermotor terus dilakukan. Selain itu penanaman pohon yang
dapat mengurangi polutan di perkotaan merupakan salah satu kebijakan
di berbagai kota. Sistem pengawasan lokal di masing-masing kota juga
dilakukan dengan pemasangan alat pemantauan komposisi udara di
perkotaan.
SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran
batubara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke
11
udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh
makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap di tanah
sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan
NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun.
Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah
menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai
hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-
butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya
gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang
tidak stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di
lapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi.
Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar
ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi
kehidupan.
12
ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon
menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat
membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya
ikatan O3 menjadi O2. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai
lubang ozon (ozone hole).
Diyakini bahwa penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah
gas CFC baik CFC-11(CFCl2) dan CFC-12 (CF2Cl2). Gas ini banyak
dipergunakan dalam industri untuk pendingin yang lebih dikenal
dengan istilah freon (Graedel and Crutzen, 1990).
3. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh
dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.
13
matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali
dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi
menjadi semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama
dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di
dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan di
luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk
ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar.
14
Menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan
mental serta mempengaruhi kecerdasan otak.
6. Ozon (O3)
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar
dan memperkecil paru-paru.
7. NOx
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
15
2.5.6 Dampak Pencemaran Udara Bagi Tumbuhan
Dampak pencemaran udara terhadap kehidupan tumbuhan, antara
lain:
1. Hujan Asam
- Merusak kehidupan ekosistem perairan, menghancurkan jaringan
tumbuhan (karena memindahkan zat hara di daun dan menghalangi
pengambilan Nitrogen) dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Melarutkan kalsium, potasium dan nutrient lain yang berada dalam
tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya
pohon akan mati.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Merusak tanaman, mengurangi hasil panen (produksi bahan
makanan, seperti beras, jagung dan kedelai), penurunan jumlah
fitoplankton yang merupakan produsen bagi rantai makanan di laut.
3. Pemanasan Global
Penurunan hasil panen pertanian dan perubahan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dapat berubah
karena kemampuan setiap jenis tumbuhan untuk bertahan hidup
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.
4. Gas CFC
Mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di laut
punah, terjadi mutasi genetic (perubahan sifat organisme).
16
2. Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat
3. Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industry atau usaha yang menghasilkan limbah
4. Tidak membakar sampah di pekarangan rumah
5. Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan
membatasi penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari
6. Tidak merokok di dalam ruangan
7. Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot
8. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan
9. Ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon
pelindung
10. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar
secara sembarangan
11. Mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam
penyemprotan ruang
12. Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC
13. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC
14. Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4
2.6.2 Usaha Kuratif (Sesudah Pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu
dilakukan beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan lingkungan,
dengan cara:
1. menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
2. kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
3. melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.
17
4. menggunakan penyaring pada cerobong-cerobong di kilang minyak
atau pabrik yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab
pencemaran udara.
5. mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau
teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan setelah adanya
musibah/kejadian akibat pencemaran udara, misalnya menemukan
bahan bakar dengan kandungan timbal yang rendah (BBG).
18
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan Jurnal yang dibuat oleh Anak Agung Gede Sugiarta, (2008).
Dengan judul Penelitian “Dampak Bising dan Kualitas Udara Pada Lingkungan
Kota Denpasar.”
Untuk parameter Kualitas udara yaitu debu total, dari hasil analisis
pengujian kualitas udara, terlihat bahwa konsentrasinya pada empat lokasi
pengambilan sampel yaitu di lokasi depan Kantor Camat Denpasar Barat
(Jln. Gunung Agung), di depan Kantor Walikota Denpasar (Jln.
Gadjah Mada), di depan GOR Ngurah Rai Denpasar (Jln. Melati) dan
di SMA N 2 Denpasar (Jln. Sudirman Denpasar), ternyata konsentrasi
parameter debunya semua berada diatas standar baku mutu lingkungan
yang diperbolehkan (Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000,
untuk debu total adalah sebesar 230 μg/m3.
Adanya kandungan debu dalam atmosfer/udara ambien sebagian
besar disebabkan karena konstribusi zat pencemar partikulat yang
bersumber dari kendaraan bermotor, mengingat semua lokasi
pengambilan sampel yang berada ditepi jalan utama pusat kota yang
banyak dilalui oleh kendaraan bermotor terutama kendaraan besar
(seperti mobil penumpang, bus, truk dan kendaraan berat lainnya).
Sebagian besar partikel halus ini berasal dari senyawa Sulfur dan
senyawa Nitrogen yang dalam selang waktu beberapa jam atau beberapa
hari berubah dari gas menjadi padat.
Berdasarlkan hasil analisis pengujian kualitas udara untuk semua
parameter debu pada 4 lokasi sampling menunjukkan nilai sudah di atas
19
standar baku mutu lingkungan yang diperbolehkan yaitu Keputusan
Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000.
3.1.2 Timbal (Pb)
20
Kurniawan (2001), sebagian besar gas CO yang ada di udara perkotaan
berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi
yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang ikut
sebagai penyumbang gas CO di Atmosfer. Pada bahan bakar yang
banyak mengandung karbon (seperti bensin dan solar) terbakar dengan
tidak sempurna maka akan menghasilkan suatu senyawa berupa gas
yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering kita kenal dengan
sebutnya gas CO (karbon Monoksida). Selain dari asap kendaraan
bermotor sumber pencemar lain terhadap gas CO ini adalah hasil
pembakaran pada pembakaran sampah pertanian dan pembakaran
limbah padat lainnya. Dampak dari peningkatan kadar CO dalam
darah akan dapat mengikat kadar oksigen dalam darah dan dapat
mengurangi pasokan oksigen keseluruh tubuh, yang pada akhirnya
akan dapat menyebabkan rasa pusing bahkan pingsan.
3.1.4 Sulfur Dioksida (SO2)
Parameter kimia lainnya adalah Sulfur Dioksida, dari hasil
analisis sampel udara terlihat bawah konsentrasi gas SO2 di keempat
lokasi sampling masih di bawah standar baku mutu lingkungan yaitu 900
μg/m3 (Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000). Gas Sulfur
Dioksida ini terbentuk ketika sulfur bubuk berwarna kuning keemasan
yang terdapat dalam batu bara dan Bahan bakar terbakar. Sumber lain dari
gas Sulfur Diokasida ini selain asap kendaraan bermotor adalah dari
pemanasan dalam rumah tangga dan pembakaran sampah/arang kayu.
Setelah berjam-jam atau berhari-hari tercampur di udara, sulfur dioksida
ini membentuk partikel yang amat halus yang disebut sulfat dan dapat
menembus bagian terdalam paru-paru dan bercampur dengan air didalam
paru-paru membentuk asam belerang, tetapi bila diudara sulfat ini akan
bereaksi dengan air di atmosfer dan akan mengakibatkan terjadinya hujan
asam. Selain pengaruhnya terhadap kesehatan manusia, Sulfur Dioksida
juga berpengaruh terhadap tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap
hewan hampir menyerupai pengaruh SO2 pada manusia. Pada tumbuh-
21
tumbuhan, Sulfur Dioksida berpengaruh terjadinya perubahan warna
daun dari hijau dapat berubah menjadi kuning atau terjadinya bercak-
bercak putih pada daun tanaman.
3.1.5 Sulfur Dioksida (SO2)
Dari hasil analisis kualitas udara konsentrasi gas Nitrogen Dioksida
(NO2) di keempat lokasi pengambilan sampel masih berada dibawah
standar baku mutu lingkungan (Keputusan Gubernur Bali No. 515
Tahun 2000 yaitu sebesar 400 μg/m3). Adanya konsentrasi gas Nitrogen
Dioksida di udara selain disebabkan dari asap kendaraan
bermotor/transportasi (sebesar 39,3 %) juga dari proses pembakaran
sampah, arang kayu dan pembakaran gas alam. Konsentrasi NO2 di udara
dalam suatu tempat bervariasi sepanjang hari tergantung dari sinar
matahari dan mobilitas kendaraan dan aktivitas penduduknya. Dari
perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata
NO2 diatmosfer kira-kira adalah 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO
adalah 4 hari, dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila bercampur
dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam.
22
kalangan dan sekolah untuk turut melaksanakan hari tanpa kendaraan
bermotor;
5. Untuk Dinas Perhubungan, perlu dilakukan pengujian asap yang ketat
terhadap semua kendaraan umum dan pribadi serta pembatasan umur
kendaraan yang laik operasi di Kota Denpasar (misalkan Kendaraan umum
maksimal 10 tahun dari tahun produksi pertama kalinya);
6. Melakukan penghijauan masal dimasing-masing ruas jalan protocol
sehingga tercipta udara yang bersih dan nyaman bagi pejalan kaki.
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran terhadap kualitas lingkungan untuk komponen
udara dan kebisingan, hasil analisis laboratorium secara menyeluruh untuk
semua parameter – parameter di wilayah pemerintah Kota Denpasar dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kualitas Udara di Kota Denpasar untuk parameter Kualitas udara yaitu debu
total, konsentrasinya di udara ambient sudah melebihi standar Baku Mutu
Lingkungan untuk semua lokasi sampling di Kota Denpasar, sedangkan
untuk parameter lainnya yaitu : Timbal (Pb), Carbon Monoksida (CO),
Sulfur Diokasida (SO2), dan Nitrogen Dioksida (NO2), Konsentrasi gas-gas
tersebut masih dibawah standar Baku Mutu Lingkungan.
2. Konsentrasi gas-gas polutan pada Hari- hari tertentu, terjadi perbedaan yang
signifikan, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan roda
empat (4) yang beroperasional dan kendaran bermotor lainnya yang ada di
Kota Denpasar (0,1%).
3. Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara
menyeluruh oleh Pemerintah Kota Denpasar dan masyarakat untuk
mengurangi peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara di Kota
Denpasar.
4.2 Saran
Untuk menjaga kualitas udara yang dicanangkan dalam program langit
biru dan mengurangi kebisingan, maka perlu dilakukan upaya-upaya
pengelolaan dan pemantauan serta penetapan kebijakan yang medukung
program tersebut, yang antara lain adalah sebagi berikut .
1. Perlu dilakukan koordinasi dengan dinas perhubungan Kota Denpasar
umur membatasi umur kendaraan yang beroperasi di jalan umum sehingga
dapat mengurangi emisi gas buang;
24
2. Melibatkan pihak swasta, Sekolah- sekolah Menengah Atas dan Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta untuk ikut melaksanakan hari tanpa mobil.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anak Agung, G.S. 2008. Dampak Bising dan Kualitas Udara Pada Lingkungan
Kota Denpasar. Universitas Udayana, Denpasar – Bali.
Indah, P. 2000. Metode dan Teknik Analisa Komponen Udara. Materi kursus :
AMDAL B, BPG Yangbatu, Denpasar – Bali.
Sugiarta, A.A.G. 2002. Dampak Koalitas Udara. Materi kursus: AMDAL A, BPG
Yangbatu, Denpasar-Bali
Sugiarta, A.A.G. 2004. “Dampak Bensin Tanpa Timbal (Pb) terhadap Kualitas
Udara Kota Denpasar”. Journal Lingkungan Hidup : Bumi Lestari.
Volume 4 Nomor 2, Periode Agustus 2004
26