Anda di halaman 1dari 29

REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN

“Dampak Bising Dan Kualitas Udara Pada Lingkungan Kota Denpasar”

Dosen Pengampuh: Rini Sriyani Nappu, ST., MT.

MUHAMAD SALAM FIRDAUS

E1A1 15 058

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Rekayasa Penyehatan Lingkungan (RPL) ini.
Ucapan terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada Ibu Rini Sriani Nappu,
ST., MT. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Penyehatan Lingkungan yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah , dan pengerjaan laporan ini.
Saya menyadari bahwa laporan Rekayasa Penyehatan Lingkungan (RPL) ini
masih jauh dari kesempurnaan untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Sesungguhhnya ilmu dan
kesempurnaan itu datangnya hanya dari Allah SWT dan kesalahan itu datangnya
dari kami pribadi dan syaitan, akhir kata kami ucapkan semoga Allah SWT
membalas kebaikan kita dan semoga skripsi ini dapat berguna dikemudian hari.

Kendari, 22 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...…………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2

1.3 Tujuan ........................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pencemaran Udara ................. Error! Bookmark not defined.

2.2 Sumber Pencemaran Udara ..................... Error! Bookmark not defined.

2.3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara ..................................................................5

2.4 Komponen Pencemaran Udara ................ Error! Bookmark not defined.

2.5 Permasalahan Lingkungan Dan Dampaknya ............................................7

2.6 Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara ...........Error! Bookmark not


defined.6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Data Parimeter Kualitas Udara ................................................................19

3.2 Upaya untuk Mengurangi Dampak Pencemaran Udara Error! Bookmark


not defined.2

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................24

4.2 Saran ........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bidang transportasi, khususnya didaerah perkotaan, kemajuan ini


terlihat dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada dan terus
bertambah dari tahun ke tahun. Kemajuan ini juga seiring dengan mening-
katnya populasi penduduk perkotaan, meningkatnya ekonomi masyarakat
serta aktivitas kerja yang tinggi. Meningkatnya ekonomi masyarakat
perkotaan juga menjadi salah satu alasan semakin cepatnya pening-katan
jumlah kendaraan bermotor ditambah lagi dengan berbagai kemudahan yang
diberikan dealer untuk dapat memperoleh kendaraan. Aktivitas kerja
masyarakat kota yang tinggi, sangat bergantung pada sarana hampir tidak ada
pembangunan jalan baru. Ada juga jalan yang baru, tapi tidak secara langsung
menjadi jalur utama kendaraan umum.
Kota Denpasar merupakan salah satu pusat kota yang teramai di
Bali. Sebagai salah satu tujuan wisata Kota dan Puri, Denpasar sangat
mengandalkan keindahan dan keunikan lingkungan alam dan budaya, yang
didukung oleh program “Desa Lestari”. Terkait dengan keunikan tadi,
pariwisata Kota Denpasar sangat rentan oleh isu-isu lingkungan seperti
sanitasi lingkungan, pencemaran lingkungan, serta kerusakan lingkungan
yang mengganggu keindahan dan kelestarian alam lingkungan Kota Denpasar
yang berpengaruh pada budayanya. Karena itu sangat penting dilakukan
tindakan-tindakan pencegahan, pengendalian dan penanggulangan
pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta pemulihan kerusakan kualitas
lingkungan baik darat, perairan, dan udara.

1
Kondisi-kondisi diatas melatarbelakangi penulis untuk mengetahui
berapa besarnya konsentrasi polutan yang terjadi di Kota Denpasar, Provinsi
Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Laporan ini pada dasarnya ditujukan untuk mengetahui peningkatkan


kualitas udara Kota Denpasar pasca pemberlakuan bensin tanpa timbal (Pb)
untuk kehidupan meliputi upaya pengukuran dan pemantauan kualitas udara,
identifikasi tempat pencemaran yang diperkirakan tinggi, dan analisis
pengendalian pada sumber pencemar termasuk usaha-usaha pencegahan,
penanggulangan, pemulihan, dan pelestarian lingkungan untuk Kebisingan
dan kualitas udara.

1.3 Tujuan

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan


informasi data untuk : Pengaruh pemakaian bensin tanpa timbal terhadap
kualitas udara di Kota Denpasar, sebagai tindak lanjut dari Rekomendasi dari
SLHD Kota Denpasar pada 2005, dan memberikan gambaran yang pasti
kepada Pemerintah Kota Denpasar mengenai penurunan pencemaran udara
oleh timbal (Pb) dan peningkatan kebisingan serta analisis pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan kebisingan dan kualitas udara serta usaha-
usaha pelestarian lingkungan di Kota Denpasar.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pencemaran Udara


Seperti dikutip dari Wikipedia, pengertian pencemaran udara adalah
kehadiran substansi fisik, biologi, atau kimia di lapisan udara bumi dalam
jumlah yang bisa membahayakan kesehatan seluruh komponen biotik
penyusun ekosistem, mengganggu keindahan dan kenyamanan, dan merusak
properti.

Pencemaran udara timbul akibat adanya sumber-sumber pencemaran,


baik yang bersifat alami ataupun karena kegiatan manusia. Beberapa
pengertian gangguan fisik seperti pencemaran suara, pencemaran panas,
pencemaran radiasi dan pencemaran cahaya di anggap sebagai bagian dari
pencemaran udara. Adapun karena sifat alami udara yang bisa menyebar tanpa
batasan ruang, membuat dampak pencemaran udara bisa bersifat lokal,
regional, maupun global.

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Atau dalam kata lain dapat diartikan sebagai perusakan
terhadap udara karena disebabkan oleh berbagai sumber yang dapat merusak
bagi kesahatan makhluk hidup maupun benda mati. Pencemaran udara dapat
bersumber dari berbagai macam, antara lain : asap kendaraan bermotor, asap
pabrik, limbah indutri, limbah rumah tangga dan lain-lain.

Efek dari pencemrana udara juga sudah dapat dirasakan pada saat ini,
banyaknya penyakit yang bersumber dari udara, peningkatan jumlah pengidap
ispa dan juga bertambahnya jumlah orang yang tua sebelum waktunya menjadi
efek negatif dari pencemaran udara. Udara yang kurang baik dapat menjadi

3
salah satu efek pencemaran udara dan menjadikan bumi kita semakin rusak
oleh tangan-tangan orang yang jahil, yang ingin memperkaya dirinya sendiri
tanpa memikirkan apa yang terjadi oleh perbuatannya.

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23


tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang
berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian,
dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang
mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

2.2 Sumber Pencemaran Udara


Pencemaran Lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan ke
dalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan
tersebut. Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.
4 tahun 1982, pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.

Yang dikatakan sebagai polutan adalah suatu zat atau bahan yang
kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang
tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan

4
kimia, debu, panas dan suara. Polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan
menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah
merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407
tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,
pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia.

Sumber pencemar di udara dapat digolongkan menjadi 2 yaitu kegiatan


yang bersifat alami (natural) dan kegiatan antropogenik. Contoh sumber alami
adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik,
debu, spora tumbuhan, dan lain sebagainya. Sedangkan pencemaran
antropogenik banyak dihasilkan dari aktivitas transportasi, industri,
rokok, dari persampahan, baik akibat dekomposisi ataupun pembakaran, dan
rumah tangga.

2.3 Jenis-jenis Pencemaran Udara


Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001): 1)
berdasarkan bentuk, ada gas dan partikel. Gas adalah uap yang dihasilkan dari
zat padat atau zat cair karena dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya:
CO2, CO, SOx, NOx. Partikel adalah suatu bentuk pencemaran udara yang
berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan,

5
cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu,
asap, kabut, dan lain-lain, .

Berdasarkan tempat, yaitu: pencemaran udara dalam ruang (indoor air


pollution) yang disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop,
sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya.

Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur
tradisional ketika memasak, dan pencemaran udara luar ruang (outdoor air
pollution) yang disebut juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun
kendaraan bermotor,
Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan ada empat, yaitu:
Irritansia adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh,
seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida. Aspeksia, adalah keadaan dimana
darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas
penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan CH4. Anestesia adalah zat yang
mempunyai efek membius dan biasanya merupakan pencemaran udara dalam
ruang. Contohnya; Formaldehide dan Alkohol. Toksis adalah zat pencemar
yang menyebabkan keracunan. Zat penyebabnya seperti Timbal, Cadmium,
Fluor, dan Insektisida,.

Berdasarkan susunan kimia, ada anorganik adalah zat pencemar yang


tidak mengandung karbon seperti asbestos, ammonia, asam sulfat dan organic
adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida, herbisida,
beberapa jenis alkohol,

Berdasarkan asalnya, ada primer dan sekunder. Primer adalah suatu


bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang menyebabkan
konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya: CO2, yang
meningkat diatas konsentrasi normal. Sekunder, adalah senyawa kimia

6
berbahaya yang timbul dari hasil reaksi anatara zat polutan primer dengan
komponen alamiah. Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN).

2.4 Komponen Pencemaran Udara


Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bertambah rata-rata 12% per
tahun dalam kurun waktu 2000-2003. Sementara itu, pertumbuhan kendaraan
penumpang dan komersial diproyeksikan mencapai berturut-turut 10% dan 15%
per tahun antara tahun 2004-2006. Pada tahun 2004, total penjualan kendaraan
penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan kendaraan komersial (bus dan truk)
mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan selama tahun 2006 jumlah
penjualan kendaraan penumpang dan komersial diperkirakan mencapai
550.000 dan 600.000 unit. Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia
dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber


Pencemar Transportasi di Indonesia

No Komponen Persentase
Pencemar (%)
1 CO 70,50
2 NOx 8,89
3 Sox 0,88
4 HC 18,34
5 Partikel 1,33
Total 100
Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

2.5 Permasalahan Lingkungan Dan Dampaknya


Salah satu permasalahan lingkungan dapat terjadi karena polusi
udara yang dihasilkan oleh industri. Meskipun saat ini telah banyak aturan yang
diadakan perkenaan dengan asap yang dihasilkan oleh industri, namun hal ini
tidak terjadi begitu saja. Manusia umumnya akan mengantisipasi, bila telah

7
merasakan akibat dari perbuatannya. Ada beberapa peristiwa yang terjadi
diakibatkan polusi udara yang sangat mematikan, bahkan menyebabkan
kematian ribuan orang, yaitu great smoke of London (1952) dan Donora
Smog (1948).
2.5.1 Great Smoke of London
Revolusi industri yang terjadi di Inggris telah membawa perubahan
pada gaya hidup masyarakatnya, baik dalam skala rumah tangga maupun
industri. Penggunaan bahan bakar berbasiskan batu bara menjadi sumber
utama masyarakat di London pada sekitar tahun 1500-an. Semenjak
penggunaan batu bara sebagai sumber bahan bakar, telah terjadi beberapa
kali peristiwa kabut asap yang disebabkan oleh pembakaran batu bara.
Pada Desember 1952 yang merupakan musim dingin,
meningkatkan pembakaran di skala rumah tangga (untuk penghangat)
dan industri. Ribuan rumah tangga menghasilkan asap yang berasal dari
batu bara. Namun bukannya sebagai penghangat, lebih banyak asap yang
dihasilkan dari pembakaran ini. Tidak pernah ada peristiwa yang lebih
berbahaya dan mematikan dari pada peristiwa di tahun 1952 ini.
Pada peristiwa ini ribuan ton jelaga hitam, tar, dan SO2 telah
terakumulasi di udara akibat pembakaran batu bara. Konsentrasi bahan-
bahan tersebut mencapai 3000-14.000 gr/m3 di udara, sekitar 50 kali
diatas ambang batas normal pada saat itu. Sebuah kabut cahaya telah
berdiam di kota itu sejak tanggal 5 Desember, asap dan uap dari
pembakaran tetap bergerak dan membentuk asap padat. Salah satu faktor
yang menyebabkan peristiwa ini juga adalah cuaca yang sangat dingin
saat musim salju saat itu. Terjadi inversi temperatur, sehingga asap yang
dihasilkan dari pembakaran akan terjebak dan terakumulasi. Peristiwa
mematikan yang terjadi disebabkan penyakit
pneumonia, bronchitis, tubercolosis, kerusakan jantung, asma dan
kematian karena keracunan yang berasal dari asap tersebut. Ketika asap
menyebar ke seluruh London, 4000 orang meninggal, beberapa berita
menyatakan total korban jiwa dari peristiwa ini mencapai 12.000 jiwa.

8
2.5.2 Donora Smog
Asap yang menyebabkan peristiwa ini pertama kali terlihat pada
tanggal 27 Oktober 1948 di Donora, Pennysylvania. Akibat dari
peristiwa ini banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh asma
dan penyakit pernafasan lainnya, 20 orang meninggal dan sepertiga dari
penduduk kota sakit. Dampak dari peristiwa ini juga masih terlihat
sepuluh tahun kemudian, dimana tingkat kematian di kota tersebut
meningkat dengan pesat.
Donora Zinc Works yang merupakanindustri besi di Amerika
membuat emisi yang menghasilkan HF dan SO2 . Peristiwa ini
disebabkan emisi tersebut terjebak karena terjadinya inversi temperatur,
dimana asap manjadi bertemperatur lebih tinggi, udara terjebak di dalam
bongkahan tersebut, serta tercampurnya polutan kedalam asap.
Peristiwa ini berhasil diatasi dengan waktu yang cukup cepat,
dengan menghentikan untuk sementara kegiatan di industri tsb. Dengan
hal ini, jumlah korban yang lebih buruk dapat dicegah hingga tanggal 31
Oktober 1948. Donora smog merupakan salah satu peristiwa paling
mematikan disebabkan oleh polusi udara.
Dari peristiwa Great Smoke of London, pemerintah setempat
langsung mengambil tindakan untuk membersihkan udara nasional.
Peristiwa yang mematikan tersebut terjadi karena kelalaian masyarakat
akan berbahayanya pembakaran bahan bakar, pulusi udara terhadap
kesehatan. Pada tahun 1968 Clean Air Act memberikan standar polusi
udara yang dapat dibuang ke udara bebas, serta menyarankan rumah
tangga untuk menggunakan bahan bakar pemanas yang lebih ramah
lingkungan seperti gas, minyak, dan listrik.
Peristiwa Donora Smog yang juga mengakibatkan kematian yang
fatal, telah mendapat perhatian serius dari pemerintah AS saat itu.
Industri besi yang merupakan sumber pencemaran telah dihukum, dan
dikenakan denda, juga pelaku sebanyak 80 orang yang terlibat. Semenjak

9
peristiwa itu juga aksi dan tindakan untuk menjaga lingkungan
khususnya polusi udara terus digalakkan.
Dari kedua peristiwa di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan
polusi udara dan zat beracun dalam asap tsb terjadi di kota-kota besar di
dunia. Meskipun peristiwa mematikan seperti itu tidak terjadi lagi hari-
hari ini, namun permasalahan lingkungan karena polusi udara di kota-
kota besar tetap terjadi.
Untuk mencegah dan mengurangi dampak dari polusi udara yang
terjadi dan semakin pesat di berbagai belahan dunia, maka pada tahun
1974 UNEP(The United Nations of Environment Programme) dan WHO
(World Health Organizations) menginisiasi program sistem pengawasan
terhadap keadaan lingkungan global. Organisasi ini telah memantau
keadaan udara di lebih dari 50 kota di 35 negara berkembang. Fokus
pertama adalah memantau kadar SO2 yang terakumulasi dengan high-
volume sample matter serta Pb dalam polutan. Hasil dari pendataan ini
sangat bermanfaat untuk menganalisa permasalahan udara secara global.
Pantauan dilanjutkan dengan mendata kandungan NO2, CO dan O3 di
udara.
Selain itu pada konferensi Lingkungan Internasional yang
diadakan pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, permasalahan polusi udara
di perkotaan juga mendapat sorotan yang penting. Meskipun polusi
udara hanya merupakan salah satu permasalahan yang terjadi selain
kontaminasi perairan, hal ini merupakan salah satu kontroversi politik
yang menjadi fokus di kota-kota besar. Pemantauan terhadap kandungan
polutan udara yang ada di beberapa kota besar terus dilakukan.
Umumnya polutan yang tinggi terjadi di negara-negara berkembang,
yang polutan nya berasal dari industri ataupun pembakaran melalui
kendaraan bermotor.
Hingga saat ini, usaha pengurangan polutan di kota-kota besar
dilakukan secara parsial oleh kebijakan masing-masing kota. Peraturan
mengenai udara buang yang boleh dihasilkan industri, filtrasi asap yang

10
dihasilkan oleh kendaraan bermotor, hingga pengurangan penggunaan
kendaraan bermotor terus dilakukan. Selain itu penanaman pohon yang
dapat mengurangi polutan di perkotaan merupakan salah satu kebijakan
di berbagai kota. Sistem pengawasan lokal di masing-masing kota juga
dilakukan dengan pemasangan alat pemantauan komposisi udara di
perkotaan.

2.5.3 Dampak Pencemaran Udara Bagi Alam


Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan alam, antara lain:hujan asam, penipisan lapisan ozon dan
pemanasan global.
1. Hujan Asam
Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat
keasaman) kurang dari 5,6.

Gambar 2.1 Skema Terjadinya Hujan Asam

SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran
batubara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke

11
udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh
makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap di tanah
sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan
NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun.
Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah
menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai
hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-
butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya
gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang
tidak stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di
lapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi.
Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar
ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi
kehidupan.

Gambar 2.2 Proses Kerusakan Ozon Oleh Klorin

Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS


(Ozone Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon)

12
ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon
menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat
membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya
ikatan O3 menjadi O2. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai
lubang ozon (ozone hole).
Diyakini bahwa penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah
gas CFC baik CFC-11(CFCl2) dan CFC-12 (CF2Cl2). Gas ini banyak
dipergunakan dalam industri untuk pendingin yang lebih dikenal
dengan istilah freon (Graedel and Crutzen, 1990).

3. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh
dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.

Gambar 2.3 Peristiwa Efek Rumah Kaca

Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang


masuk ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena
meningkatnya CO2 di lapisan atmosfer maka pantulan radiasi

13
matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali
dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi
menjadi semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama
dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di
dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan di
luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk
ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar.

2.5.4 Dampak Pencemaran Udara Bagi Manusia


Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran
udara juga membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup
(organisme), baik hewan, tumbuhan dan manusia. Dampak pencemaran
udara bagi manusia, antara lain:
1. Karbon monoksida (CO)
Mampu mengikat Hb (hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke
jaringan tubuh terhambat. Hal tersebut menimbulkan gangguan
kesehatan berupa; rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala,
mual, menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur.
Selain itu, fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah. Bila
keracunan berat (70 – 80 % Hb dalam darah telah mengikat CO), dapat
menyebabkan pingsan dan diikuti dengan kematian.
2. Nitrogen dioksida (SO2)
Dapat menyebabkan timbulnya serangan asma.
3. Hidrokarbon (HC)
Menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung.
4. Chlorofluorocarbon (CFC)
Menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-
orang berkulit terang, katarak dan melemahnya sistem daya tahan
tubuh.
5. Timbal (Pb)

14
Menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan
mental serta mempengaruhi kecerdasan otak.
6. Ozon (O3)
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar
dan memperkecil paru-paru.
7. NOx
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.

2.5.5 Dampak Pencemaran Bagi Hewan


Dampak pencemaran lingkungan bagi hewan adalah sebagai
berikut:
1. Penipisan lapisan ozon
Menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan
putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem
perairan karena penurunan jumlah fitoplankton.
2. Hujan asam
Menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem
air terganggu.
3. Pemanasan global
Penurunan hasil panen perikanan. Selain membawa dampak
negatif pada kehidupan hewan, pencemaran udara juga mampu
merusakkan bangunan dan candi-candi. Iklim dunia yang berubah
polanya mengakibatkan timbulnya kemarau panjang, bencana alam
dan naiknya permukaan laut. Kemarau panjang memicu terjadinya
kebakaran hutan dan menurunnya produksi panen, bencana alam
(banjir, gempa, tsunami) banyak terjadi dan permukaan laut yang
meninggi akan mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil dan
daerah-daerah pesisir pantai.

15
2.5.6 Dampak Pencemaran Udara Bagi Tumbuhan
Dampak pencemaran udara terhadap kehidupan tumbuhan, antara
lain:
1. Hujan Asam
- Merusak kehidupan ekosistem perairan, menghancurkan jaringan
tumbuhan (karena memindahkan zat hara di daun dan menghalangi
pengambilan Nitrogen) dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Melarutkan kalsium, potasium dan nutrient lain yang berada dalam
tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya
pohon akan mati.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Merusak tanaman, mengurangi hasil panen (produksi bahan
makanan, seperti beras, jagung dan kedelai), penurunan jumlah
fitoplankton yang merupakan produsen bagi rantai makanan di laut.
3. Pemanasan Global
Penurunan hasil panen pertanian dan perubahan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dapat berubah
karena kemampuan setiap jenis tumbuhan untuk bertahan hidup
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.
4. Gas CFC
Mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di laut
punah, terjadi mutasi genetic (perubahan sifat organisme).

2.6 Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara


Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan
(preventif) yang dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan tindakan
kuratif yang dilakukan sesudah terjadinya pencemaran.
2.6.1 Usaha Preventif (Sebelum Pencemaran)
1. Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah
lingkungan

16
2. Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat
3. Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industry atau usaha yang menghasilkan limbah
4. Tidak membakar sampah di pekarangan rumah
5. Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan
membatasi penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari
6. Tidak merokok di dalam ruangan
7. Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot
8. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan
9. Ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon
pelindung
10. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar
secara sembarangan
11. Mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam
penyemprotan ruang
12. Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC
13. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC
14. Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4
2.6.2 Usaha Kuratif (Sesudah Pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu
dilakukan beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan lingkungan,
dengan cara:
1. menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
2. kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
3. melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.

17
4. menggunakan penyaring pada cerobong-cerobong di kilang minyak
atau pabrik yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab
pencemaran udara.
5. mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau
teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan setelah adanya
musibah/kejadian akibat pencemaran udara, misalnya menemukan
bahan bakar dengan kandungan timbal yang rendah (BBG).

18
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan Jurnal yang dibuat oleh Anak Agung Gede Sugiarta, (2008).
Dengan judul Penelitian “Dampak Bising dan Kualitas Udara Pada Lingkungan
Kota Denpasar.”

3.1 Data Parimeter Kualitas Udara


3.1.1 Debu

Untuk parameter Kualitas udara yaitu debu total, dari hasil analisis
pengujian kualitas udara, terlihat bahwa konsentrasinya pada empat lokasi
pengambilan sampel yaitu di lokasi depan Kantor Camat Denpasar Barat
(Jln. Gunung Agung), di depan Kantor Walikota Denpasar (Jln.
Gadjah Mada), di depan GOR Ngurah Rai Denpasar (Jln. Melati) dan
di SMA N 2 Denpasar (Jln. Sudirman Denpasar), ternyata konsentrasi
parameter debunya semua berada diatas standar baku mutu lingkungan
yang diperbolehkan (Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000,
untuk debu total adalah sebesar 230 μg/m3.
Adanya kandungan debu dalam atmosfer/udara ambien sebagian
besar disebabkan karena konstribusi zat pencemar partikulat yang
bersumber dari kendaraan bermotor, mengingat semua lokasi
pengambilan sampel yang berada ditepi jalan utama pusat kota yang
banyak dilalui oleh kendaraan bermotor terutama kendaraan besar
(seperti mobil penumpang, bus, truk dan kendaraan berat lainnya).
Sebagian besar partikel halus ini berasal dari senyawa Sulfur dan
senyawa Nitrogen yang dalam selang waktu beberapa jam atau beberapa
hari berubah dari gas menjadi padat.
Berdasarlkan hasil analisis pengujian kualitas udara untuk semua
parameter debu pada 4 lokasi sampling menunjukkan nilai sudah di atas

19
standar baku mutu lingkungan yang diperbolehkan yaitu Keputusan
Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000.
3.1.2 Timbal (Pb)

Untuk parameter Timbal (Pb), dari4 (empat) lokasi pengambilan


sampel konsentrasi Timbalnya menunjukkan nilai dibawah standar baku
mutu lingkungan yang diijinkan (Keputusan Gubernur Bali No. 515
Tahun 2000 konsentrasi Timbal/Pb yang diperbolehkan sebesar 2
μg/m3). Konsentrasi timbal yang tertinggi sebesar 0,843 μg/m3 di
Depan GOR Ngurah Rai (Jl. Melati – Jl. Mawar) dan yang terendah
sebesar 0,555 μg/m3 di Depan Kantor Walikot Denpasar (Jl. Gajah
Mada). Adanya konsentrasi dari Timbal di udara merupakan
konstribusi dari gas buang kendaraan bermotor yang dalam bahan
bakarnya terutama bensin masih mengandung timbal walaupun kecil
sekali kandungannya dalam bahan bakar (0.014 μg/m3), karena sifat dari
gas Timbal adalah bersifat akumulatif (Kurniawan, 2001). Logam berat
yang berwarna kelabu keperakan dan sangat beracun yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Peningkatan
kandungan Pb dalam darah akan dapat menyebabkan orang merasa
pusing-pusing, mual bahkan muntah, dan pada ibu hamil akan dapat
mengakibatkan keguguran.
3.1.3 Karbon Monoksida (CO)
Konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) pada ke-4 lokasi
sampling semuanya masih berada di bawah standar baku mutu yang
diperbolehkan ( SK Gubernur Bali No 515 Tahun 2000, konsentrasi gas
CO yang diperbolehkan 30.000 μg/m3). Konsentrasi CO yang tertinggi
sebesar 1280 μg/m3 di Depan GOR Ngurah Rai (Jl. Melati – Jl. Mawar)
dan yang terendah sebesar 1013,33 μg/m3 di Depan Kantor Walikota
Denpasar (Jl. Gajah Mada). Adanya konsentrasi gas Karbon Monoksida
di udara ambien lebih banyak disebabkan dari konstribusi asap
kendaraan bermotor yang banyak melintas di lokasi sampling. Menurut

20
Kurniawan (2001), sebagian besar gas CO yang ada di udara perkotaan
berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi
yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang ikut
sebagai penyumbang gas CO di Atmosfer. Pada bahan bakar yang
banyak mengandung karbon (seperti bensin dan solar) terbakar dengan
tidak sempurna maka akan menghasilkan suatu senyawa berupa gas
yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering kita kenal dengan
sebutnya gas CO (karbon Monoksida). Selain dari asap kendaraan
bermotor sumber pencemar lain terhadap gas CO ini adalah hasil
pembakaran pada pembakaran sampah pertanian dan pembakaran
limbah padat lainnya. Dampak dari peningkatan kadar CO dalam
darah akan dapat mengikat kadar oksigen dalam darah dan dapat
mengurangi pasokan oksigen keseluruh tubuh, yang pada akhirnya
akan dapat menyebabkan rasa pusing bahkan pingsan.
3.1.4 Sulfur Dioksida (SO2)
Parameter kimia lainnya adalah Sulfur Dioksida, dari hasil
analisis sampel udara terlihat bawah konsentrasi gas SO2 di keempat
lokasi sampling masih di bawah standar baku mutu lingkungan yaitu 900
μg/m3 (Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000). Gas Sulfur
Dioksida ini terbentuk ketika sulfur bubuk berwarna kuning keemasan
yang terdapat dalam batu bara dan Bahan bakar terbakar. Sumber lain dari
gas Sulfur Diokasida ini selain asap kendaraan bermotor adalah dari
pemanasan dalam rumah tangga dan pembakaran sampah/arang kayu.
Setelah berjam-jam atau berhari-hari tercampur di udara, sulfur dioksida
ini membentuk partikel yang amat halus yang disebut sulfat dan dapat
menembus bagian terdalam paru-paru dan bercampur dengan air didalam
paru-paru membentuk asam belerang, tetapi bila diudara sulfat ini akan
bereaksi dengan air di atmosfer dan akan mengakibatkan terjadinya hujan
asam. Selain pengaruhnya terhadap kesehatan manusia, Sulfur Dioksida
juga berpengaruh terhadap tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap
hewan hampir menyerupai pengaruh SO2 pada manusia. Pada tumbuh-

21
tumbuhan, Sulfur Dioksida berpengaruh terjadinya perubahan warna
daun dari hijau dapat berubah menjadi kuning atau terjadinya bercak-
bercak putih pada daun tanaman.
3.1.5 Sulfur Dioksida (SO2)
Dari hasil analisis kualitas udara konsentrasi gas Nitrogen Dioksida
(NO2) di keempat lokasi pengambilan sampel masih berada dibawah
standar baku mutu lingkungan (Keputusan Gubernur Bali No. 515
Tahun 2000 yaitu sebesar 400 μg/m3). Adanya konsentrasi gas Nitrogen
Dioksida di udara selain disebabkan dari asap kendaraan
bermotor/transportasi (sebesar 39,3 %) juga dari proses pembakaran
sampah, arang kayu dan pembakaran gas alam. Konsentrasi NO2 di udara
dalam suatu tempat bervariasi sepanjang hari tergantung dari sinar
matahari dan mobilitas kendaraan dan aktivitas penduduknya. Dari
perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata
NO2 diatmosfer kira-kira adalah 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO
adalah 4 hari, dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila bercampur
dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam.

3.2 Upaya untuk Mengurangi Dampak Pencemaran Udara


Terkait akan hasil penelitian di atas terhadap kebisingan dan kualitas
udara, secara keseluruhan dapat dilakukan beberapa cara/langkah untuk
pencegahan dan penanggulangan peningkatan kebisingan dan penurunan
kualitas udara yaitu :
1. Melakukan pengaturan arus lalu lintas agar tidak terlalu padat atau
menumpuk pada satu jalur padat;
2. Membuat Pedestarian pada jalur lalu lintas yang padat seperti di Jalan
Gajah Mada, Jalan P.B. Sudirman,Jalan Kamboja, dan lain-lain;
3. Melakukan pengaturan jam kerja yang berbeda-beda untuk masing-masing
instansi sehingga tidak terjadi kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu
saja;
4. Turut membantu pemerintah Kota Denpasar dan dukungan berbagai

22
kalangan dan sekolah untuk turut melaksanakan hari tanpa kendaraan
bermotor;
5. Untuk Dinas Perhubungan, perlu dilakukan pengujian asap yang ketat
terhadap semua kendaraan umum dan pribadi serta pembatasan umur
kendaraan yang laik operasi di Kota Denpasar (misalkan Kendaraan umum
maksimal 10 tahun dari tahun produksi pertama kalinya);
6. Melakukan penghijauan masal dimasing-masing ruas jalan protocol
sehingga tercipta udara yang bersih dan nyaman bagi pejalan kaki.

23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran terhadap kualitas lingkungan untuk komponen
udara dan kebisingan, hasil analisis laboratorium secara menyeluruh untuk
semua parameter – parameter di wilayah pemerintah Kota Denpasar dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kualitas Udara di Kota Denpasar untuk parameter Kualitas udara yaitu debu
total, konsentrasinya di udara ambient sudah melebihi standar Baku Mutu
Lingkungan untuk semua lokasi sampling di Kota Denpasar, sedangkan
untuk parameter lainnya yaitu : Timbal (Pb), Carbon Monoksida (CO),
Sulfur Diokasida (SO2), dan Nitrogen Dioksida (NO2), Konsentrasi gas-gas
tersebut masih dibawah standar Baku Mutu Lingkungan.
2. Konsentrasi gas-gas polutan pada Hari- hari tertentu, terjadi perbedaan yang
signifikan, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan roda
empat (4) yang beroperasional dan kendaran bermotor lainnya yang ada di
Kota Denpasar (0,1%).
3. Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara
menyeluruh oleh Pemerintah Kota Denpasar dan masyarakat untuk
mengurangi peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara di Kota
Denpasar.

4.2 Saran
Untuk menjaga kualitas udara yang dicanangkan dalam program langit
biru dan mengurangi kebisingan, maka perlu dilakukan upaya-upaya
pengelolaan dan pemantauan serta penetapan kebijakan yang medukung
program tersebut, yang antara lain adalah sebagi berikut .
1. Perlu dilakukan koordinasi dengan dinas perhubungan Kota Denpasar
umur membatasi umur kendaraan yang beroperasi di jalan umum sehingga
dapat mengurangi emisi gas buang;

24
2. Melibatkan pihak swasta, Sekolah- sekolah Menengah Atas dan Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta untuk ikut melaksanakan hari tanpa mobil.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anak Agung, G.S. 2008. Dampak Bising dan Kualitas Udara Pada Lingkungan
Kota Denpasar. Universitas Udayana, Denpasar – Bali.

Indah, P. 2000. Metode dan Teknik Analisa Komponen Udara. Materi kursus :
AMDAL B, BPG Yangbatu, Denpasar – Bali.

Kurniawan, B. 2001. Pengendalian Pencemaran Udara. Lokakarya : Monitoring


Kualitas Udara Ambien, 30-31 Oktober 2001, Wisma Shanti Graha,
Sudirman- Denpasar.

SLHD. 2004. Status Lingkungan Hidup Daerah, Kota Denpasar.

Sugiarta, A.A.G. 2002. Dampak Koalitas Udara. Materi kursus: AMDAL A, BPG
Yangbatu, Denpasar-Bali

Sugiarta, A.A.G. 2004. “Dampak Bensin Tanpa Timbal (Pb) terhadap Kualitas
Udara Kota Denpasar”. Journal Lingkungan Hidup : Bumi Lestari.
Volume 4 Nomor 2, Periode Agustus 2004

Srikandi, F. 1992. Polusi Udara dan Air.Penerbit : Kanisius, Yogyakarta,


bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizo, Institut
Pertanian Bogor.

26

Anda mungkin juga menyukai