Anda di halaman 1dari 23

ASPEK LEGAL

JASA KONSTRUKSI

Semester : VII
Bobot : 3 SKS
Sifat : Matkul Pilihan

Pertemuan/Tatap Muka : 1 (sesi pertama)


(KONTRAK PERKULIAHAN & PENGANTAR ALJK)
CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar manajemen
konstruksi dan kepemimpinan baik dalam pekerjaan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan operasional konstruksi
• Mahasiswa mampu mengambil komitmen profesional dan tanggung
jawab etis pekerjaan
• Mampu memahami, menjelaskan dan menyusun kontrak kerja
konstruksi
• Mahasiswa mampu memahami cara mengatasi sengketa dalam suatu
proyek konstruksi
MATERI
PERTEMUAN TOPIK
Pertemuan ke-1 : Pengantar dan Perkembangan Jasa Konstruksi
Pertemuan ke-2 : Gambaran Umum Jasa Konstruksi
Pertemuan ke-3 : Pengadaan Barang dan Jasa
Pertemuan ke-4 : Bentuk Kontrak Konstruksi di Indonesia (1)
Pertemuan ke-5 : Bentuk Kontrak Konstruksi di Indonesia (2)
Pertemuan ke-6 : Bentuk Kontrak Konstruksi Internasional
Pertemuan ke-7 : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Pertemuan ke-8 : UTS
Pertemuan ke-9 : Penyusunan Kontrak Konstruksi
Pertemuan ke-10 : Teknik dan Strategi Negosiasi Kontrak
Pertemuan ke-11 : Kegagalan Bangunan / Konstruksi
Pertemuan ke-12 : Pereselisihan dan Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pertemuan ke-13 : Penegakan Hukum Dalam Layanan Jasa Konstruksi
Pertemuan ke-14 : Peran Masyarakat dan Pemerintah Dalam Jasa Konstruksi
Pertemuan ke-15 : Peran Konsultan Hukum dalam Jasa Konstruksi
Pertemuan ke-16 : UAS
UNSUR PENILAIAN

• KEHADIRAN (PRESENSI) :5 %
• KUIS, TUGAS DLL : 15 %
• UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) : 40 %
• UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) : 40 %
APA PENDAPAT ANDA
• MENGAPA LEGALITAS DALAM KONSTRUKSI
DIPERLUKAN ?

• Indonesia negara hukum  segala hal dan aspek-aspek


dasar didalam kehidupan warga dan negara Indonesia
diatur oleh hukum
• Dasar atau landasan jika seorang insiyur sipil akan
merencanakan suatu proyek
• Menjadi factor pertimbangan pengambilan keputusan
• Memahami tentang hal-hal yang boleh dan tidak
• Menghindari penipuan/kecurangan dalam proyek
APAKAH PROYEK PERLU PAYUNG HUKUM ?
• TENTU, hukum sangat diperlukan karena hukumlah yang
akan menentukan kebenaran
• SANGAT membantu dan menolong pihak-pihak yang
terlibat dalam urusan tentang hukum kontruksi
• Kontrak
• KKN dalam Proyek
• Kegagalan dalam proyek
• Hak dan kewajiban stakeholder dalam proyek
• Claim arbitrase Negosiasi
• Resiko lain dalam Proyek
ASPEK HUKUM YANG MENIMBULKAN
DAMPAK HUKUM
 Penghentian sementara pekerjaan (suspension of
work)
 Pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak
 Ganti rugi keterlambatan (liquidated damages)
 Penyelesaian perselisihan (settlement of dispute)
 Keadaan memaksa (force majeure)
 Hukum yang berlaku (governing law)
 Bahasa kontrak (contract language)
 Domisili
 Pengesampingan pasal 1266 KUHPerdata bila
menghendaki pemutusan kontrak tanpa melalui
pengadilan
ASPEK LEGAL
JASA KONSTRUKSI

Semester : VII
Bobot : 3 SKS
Sifat : Matkul Pilihan

Pertemuan/Tatap Muka : 1 (sesi kedua)


(PERKEMBANGAN JASA KONSTRUKSI di INDONESIA)
JASA KONSTRUKSI
• Pengertia Jasa Konstruksi adalah layanan jasa
konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan
jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi

• Pengguna Jasa Perorangan dan/Badan Usaha yang berbadan


• Penyedia Jasa hukum maupun non badan hukum

Penyedia JaKon (perorangan) :


konstruksi/proyek resiko kecil, teknologi
sederhana dan biaya kecil
Resiko besar, teknologi modern dan biaya
besar : BU dengan bentuk PT atau lainnya
PERANAN JASA KONSTRUKSI
• Jasa konstruksi punya peranan penting dan strategis
dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang
terwujudnya tujuan pembangunan nasional yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
• Perlu pengaturan secara rinci dan jelas mengenai jasa
konstruksi, yang kemudian dituangkan dalam di dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi
PERKEMBANGAN INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA
 Periode 1945 – 1950
Industri jasa konstruksi belum bangkit, krn masih disibukkan dgn usaha Belanda ingin
menjajah kembali (Agresi Militer). Setelah Tahun 1950, RIS mjd NKRI barulah muncul
perusahaan konstruksi : NV de Hollandshe Beton Maatschappij (PT. Hutama Karya),
NV Volker Associate (PT. Adhi Karya), NV Nederlandshe Aanneming Maatschappij (PT.
Nindya Karya), NV Volker Aanneming Maatschappij (PT. Waskita Karya)

 Periode 1951 – 1959


Industri konstruksi belum bangkit krn kabinet blm stabil, bentuk kontrak mengacu pada
warisan Belanda : Burgelijk Wet Boek AV 42

 Periode 1960 – 1966


Pembangunan baru dimulai : Proyek Monas, Hotel Indonesia, GBK, Jemb Semanggi.
Bentuk kontrak yg digunakan pd umumnya cost plus fee, di mana pekerjaan ditujuk
langsung oleh pemerintah dan sektor swasta belum ikut serta
PERKEMBANGAN INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA
 Periode 1967 – 1996
Awal kebangkitan industri konstruksi, Program Pemerintah : Pembangunan Jangka Panjang Tahap
I (PJP I) Tahun 1969 – 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna Lima Tahun
(REPELITA) dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun 1994 – 2019. Konstruksi
menjadi ‘Lokomotif Pembangunan” krn memberi peningkatan pendapatan domestik bruto

 Periode 1996 – 2002


Pada pertengahan Tahun 1997 terjadi krisis moneter yg mengakibatkan Industri jasa konstruksi
mengalami goncangan dan menurun drastis. Pada Tahun 1999, Pemerintah menerbitkan Undang
– Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah
sebagai peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No. 28, 29 dan 30 Tahun 2000 namun peraturan ini
belum teruji apakah dpt memenuhi kebutuhan industri konstruksi di masa mendatang

 Periode 2002 – sekarang


Industri konstruksi semakin pesat, dengan munculnya proyek strategis nasional : Jalan Tol Trans
Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Energi Listrik 35.000 watt PLTU PLTA, Bendungan dll. Kemudian
pemerintah menerbitkan UU No. 2 Tahun 2017 ttg Jasa Konstruksi sbg pengganti UU No. 18 Tahun
1999 beserta peraturan pelengkapnya : PP, Kepres dan Permen tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Konstruksi
PELAKU JASA KONSTRUKSI
• Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari
pengguna jasa dan penyedia jasa
• Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang
perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan
hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum
• Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan
hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang
berisiko kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang
berbiaya kecil
• Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar
dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya
besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang
berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang
dipersamakan
PERIZINAN DALAM JASA KONSTRUKSI
Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus :
• memenuhi ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi
• memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi

Standar klasifikasi dan kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap
badan usaha baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi

Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga, melalui
kegiatan registrasi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi Dengan demikian, hanya
badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa
konstruksi

Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (PP
28/2000) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP 28/2000
(PP 4/2010)
LELANG / TENDER
• Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip
persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan
umum atau terbatas, dan dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat
dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau penunjukkan langsung
• Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang,
keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja penyedia jasa
• Badan-badan usaha yang dimilki oleh satu atau kelompok orang yang sama atau
berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti pelelangan untuk satu
pekerjaan konstruksi secara bersamaan
KONTRAK KERJA
• Definisi : Berdasarkan Pasal 1 UU No. 18/1999, disebutkan
bahwa kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
• Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi
• Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan
dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
PERJALANAN ASPEK HUKUM KONSTRUKSI
• Sejarah kontrak konstruksi  CODE HAMMURABI (4000 SM)
• Jika ada pemborong bangunan, kemudian bangunan tsb roboh menimpa
anak pemiliknya maka anak dari pemborong juga harus di hukum mati
• Perkembangan konstruksi Indonesia maju pesat >< hukumnya masih
mengikuti peraturan jaman Belanda : Burgerlijk Wet Boek
• Banyak GREY AREA  tdk fleksibel sesuai dengan perkembangan
teknologi konstruksi
• Kontrak pemborongan/konstruksi sbg solusi agar masing2 pihak ada
pegangan jika terjadi perselisihan
• Terbit UU No. 18 Tahun 1999 yg diperbarui UU No. 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Kontruksi
• Peran lawyer di bidang konstruksi semakin di butuhkan
HUKUM KONSTRUKSI
• Sejarah Hukum Konstruksi Kategori Hukum Barat
a. kaidah hukum di Indonesia tp berasal dr hukum yg berlaku di
Eropa (Pemerintah Hindia Belanda : Burgerlijk Wet Boek 1848)
b. terdapat kaidah ttg pemborongan kerja dan perjanjian umum
c. masih berlaku dan tanpa perubahan sampai skrg
d. muncul UU Jasa Konstruksi, yang bertentangan tdk berlaku lagi

• Sejarah Hukum Konstruksi Kategori Hukum Tradisional


a. kaidah hukum tradisional di bid. Konstruksi disebut hukum adat
b. Hukum adat tdk tercatat banyak dalam sejarahnya
c. bangunan seperti candi, masjid, keraton, benteng merupakan bukti
hukum adat telah berjalan pd saat konstruksi dikarenakan telah terjadi
interaksi yuridis antara satu dgn yg lain
ASPEK HUKUM DALAM JASA KONSTRUKSI
• Keperdataan ; menyangkut tentang sahnya suatu perjanjian yang
berkaitan dengan kontrak pekerjaan jasa konstruksi, yang memenuhi
legalitas perusahaan, perizinan, sertifikasi dan harus merupakan
kelengkapan hukum para pihak dalam perjanjian
• Administrasi Negara; menyangkut tantanan administrasi yang harus
dilakukan dalam memenuhi proses pelaksanaan kontrak dan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang konstruksi.
• Ketenagakerjaan : menyangkut tentang aturan ketenagakerjaaan
terhadap para pekerja pelaksana jasa konstruksi
• Pidana : menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan
yang menyangkut ranah pidana
DASAR HUKUM JASA KONSTRUKSI
• Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
• Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
• PP No.28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi
• PP No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
• PP No.30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
• Kepres RI No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berikut perubahannya
FENOMENA DALAM BIDANG HUKUM KONSTRUKSI
• Keterlibatan lebih banyak pihak
• Meningkatnya elemen profesionalisme
• Eksistensi kontrak yang lebih detil dan kompleks
• Tendensi untuk menggunakan model kontrak yang sudah baku (eg.
FIDIC, JCT dll)
SANKSI
Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran Undang-
Undang Jasa Konstruksi :
• Peringatan tertulis
• Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
• Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi
• Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi
dikenakan bagi pengguna jasa
• Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi
• Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi
TERIMA KASIH
semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai