Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Aspek Hukum dalam


Pembangunan

Cara-cara Penyelesaian
Sengketa Konstruksi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
Teknik Teknik Sipil 11054 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT.

Abstract Kompetensi
Mata Kuliah ini memberikan pemahaman Mahasiswa mengetahui peraturan
bagi mahasiswa tentang Aspek Hukum perundang undangan terkait dengan
kegiatan membangun atau kegiatan
proyek konstruksi.
PENDAHULUAN

Ada fenomena bahwa posisi Penyedia Jasa dipandang lebih lemah daripada posisi
Pengguna Jasa. Dengan kata lain posisi Pengguna Jasa lebih dominan dari pada posisi
Penyedia Jasa. Penyedia Jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draf kontrak yang
dibuat Pengguna Jasa karena Pengguna Jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dari
Penyedia Jasa. Mungkin hal ini diwarisi dari pengertian bahwa dahulu Pengguna Jasa
disebut Bouwheer (Majikan Bangunan) sehingga sebagimana biasa “majikan” selalu lebih
“kuasa”.
Peraturan perundang-undangan yang baku untuk mengatur hak-hak dan kewajiban
para pelaku industri jasa konstruksi sampai lahirnya Undang-Undang No. 18/1999 tentang
Jasa Konstruksi, belum ada sehingga asas “Kebebasan Berkontrak” sebagaimana diatur
oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1338 dipakai sebagai satu-
satunya asas dalam penyusunan kontrak. Sengketa yang terjadi dapat merugikan kedua
pihak oleh karena itu perlu untuk mengetahui sengketa yang dapat terjadi pada proyek
konstruksi termasuk didalamnya cara penyelesaiannya.

Sengketa proyek konstruksi yang terdiri dari:


1. Sengketa Konstruksi yang meliputi sengketa berdasarkan kontrak konstruksi, sengketa
yang tidak berdasarkan kontrak konstruksi.
2. Penyelesaian sengketa dan alternatifnya;

SENGKETA KONSTRUKSI

Sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan


suatu usaha jasa konstruksi antara para pihak yang tersebut dalam suatu kontrak konstruksi
yang di dunia Barat disebut construction dispute. Sengketa konstruksi yang dimaksudkan di
sini adalah sengketa di bidang perdata yang menurut UU no.30/1999 Pasal 5 diizinkan untuk
diselesaikan melalui Arbitrase atau Jalur Alternatif Penyelesaian Sengketa. (Nazarkhan
Yasin. 2004, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi)
Konstruksi dimaksud adalah kegiatan jasa konstruksi yang meliputi; Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Pengawasan pekerjaan konstruksi. Undang-undang tentang Jasa
Konstruksi No.18 tahun 1999 dalam Ketentuan Umum menyebutkan bahwa Jasa Konstruksi
adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan pengertian pekerjaan konstruksi adalah seluruh atau sebahagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-
masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
(Undang-Undang Jasa Konstruksi No.18 tahun 1999)
Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena klaim yang tidak dilayani
misalnya keterlambatan pembayaran, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan
penafsiran dokumen kontrak, ketidak mampuan baik teknis maupun manajerial dari para
pihak. Selain itu sengketa konstruksi dapat pula terjadi apabila pengguna jasa ternyata tidak
melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik dan mungkin tidak memiliki dukungan
dana yang cukup.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sengketa konstruksi timbul karena salah satu
pihak telah melakukan tindakan cidera (wanprestasi atau default).

Sengketa tidak berdasarkan adanya Kontrak Konstruksi


Terdapat aturan hukum yang mengatur agar kegiatan manusia dapat berjalan dengan
lancar, termasuk aturan hukum yang berlaku dalam bangunan. Pemerintah berperan sebagai
badan yang mengeluarkan peraturan termasuk peraturan yang mengatur pelaksanaan
pembangunan (misalnya masalah perijinan). Sengketa dapat timbul dengan pihak
pemerintah bila pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan bangunan dianggap tidak
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Mutiasari,2006)

Sengketa berdasarkan Kontrak Konstruksi


Dalam tahapan penyelenggaraan bangunan, selain harus mengikuti peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah juga harus mengikuti peraturan yang telah disepakati
bersama dan dituangkan dalam kontrak. Sengketa dapat terjadi di antara pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak, dan sengketa yang terjadi harus segera diselesaikan dan tidak
menghambat tahapan penyelenggaraan bangunan.

Selanjutnya, diperlukan pula pengertian mengenai jenis, penyebab, jenis penyelesaian dan
lembaga penyelesaian sengketa. Berdasarkan hasil penelitiahn yang telah dilakukan
sebelumnya dan literature yang ada (Soekirno,2006; Julianta,2005; Andi,2005; Yasin,2004;
Rostiyanti,1998) yang dikutip dalam Mutiara, 2006 didapatkan definisi jenis sengketa
konstruksi, penyebab sengketa konstruksi dan jenis penyelesaian serta lembaga
penyelesaian sengketa konstruksi sebagai berikut:

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
1. Jenis sengketa
Jenis sengketa adalah perubahan kontrak yang diminta (klaim) secara tertulis, yang diajukan
oleh salah satu pihak pada pihak lain sebagai kompensasi atas “kerugian” atau
ketidaksesuaian implementasi suatu kontrak konstruksi. Sengketa dapat disebabkan oleh
berbagai jenis sengketa, jenis sengketa tersebut dikelompokkan menjadi 4 jenis sengketa
yaitu:
a) Biaya:
• Perubahan nilai kontrak
• Perubahan harga satuan pekerjaan
• Perubahan nilai angsuran pembayaran
b) Waktu:
• Perubahan waktu kontrak
• Perubahan jadwal kegiatan
• Perubahan jadwal pembayaran
c) Lingkup pekerjaan:
• Perubahan jenis pekerjaan
• Perubahan volume
• Perubahan mutu/kualitas
• Perubahan metode pelaksanaan konstruksi
d) Gabungan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan (jasa)
• Kombinasi perubahan biaya dan waktu
• Kombinasi perubahan biaya dan lingkup pekerjaan
• Kombinasi perubahan waktu dan lingkup pekerjaan
• Kombinasi perubahan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan

2. Penyebab sengketa
Penyebab sengketa adalah sumber timbulnya permintaan kompensasi secara tertulis atas
“kerugian” atau ketidaksesuaia implementasi suatu kontrak konstruksi oleh salah satu pihak
pada pihak lain. Sengketa dapat disebabkan oleh banyak hal, penyebab sengketa tersebut
dikelompokkan menjadi 9 (Sembilan) penyebab sengketa sebagai berikut:
a) Penyebab sengketa berkaitan dengan perizinan:
• Pemberian izin
• Permintaan izin
• Tidak adanya izin

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
b) Penyebab sengketa berkaitan dengan surat perjanjian kerjasama (kontrak):
• Isi surat kontrak tidak jelas
• Isi surat kontrak tidak lengkap
c) Penyebab sengketa berkaitan dengan persyaratan kontrak:
• Isi persyaratan kontrak tidak jelas
• Isi persyaratan kontrak tidak lengkap
d) Penyebab sengketa berkaitan dengan gambar:
• Gambar rencana tidak jelas
• Gambar rencana tidak lengkap
• Gambar kerja tidak jelas
• Gambar kerja tidak lengkap
e) Penyebab sengketa berkaitan dengan spesifikasi:
• Spesifikasi tidak jelas
• Spesifikasi tidak lengkap
• Perubahan spesifikasi
• Persyaratan spesifikasi tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
f) Penyebab sengketa berkaitan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB):
• RAB tidak jelas
• RAB tidak lengkap
• Pengukuran hasil pekerjaan
g) Penyebab sengketa berkaitan dengan administrasi kontrak:
• Berita acara
• Laporan
• Foto/film
h) Penyebab sengketa berkaitan dengan kondisi lapangan:
• Kondisi lapangan tidak sesuai denngan kontrak
• Perubahan kondisi lapangan
• Kondisi lapangan tidak memungkinkan
i) Penyebab sengketa berkaitan dengan kondisi eksternal:
• Perubahan kebijakan pemerintah
• Perubahan harga atau biaya
• pendanaan

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
3. Jenis penyelesaian sengketa
Secara umum jenis penyelesaian sengketa di luar pengadilan (cara litigasi) yaitu (UU RI
nomor 18 tahun 1999; UU RI nomor 30 tahun 1999)
a) Negosiasi
Negosiasi dapat diartikan sebagai suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa
melalui proses peradilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja
sama yang lebih harmonis dan kreatif. Negosiasi tidak melibatkan pihak ketiga namun
memerlukan orang yang tepat untuk bernegosiasi.
b) Mediasi
Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan kesepakatan bersama
melalui mediator yang bersifat netral, dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi
para pihak tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan
suasana keterbukaan, kejujuran dan tukar pendapat untuk tercapainya mufakat.
c) Konsiliasi
Konsiliasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan cara mempertemukan keinginan
para pihak dengan menyerahkannya kepada suatu komisi/pihak ketiga yang ditunjuk atas
kesepakatan para pihak yang bertindak sebagai konsiliator. Peranan konsiliator yaitu
menyusun dan merumuskan upaya penyelesaian untuk ditawarkan kepada para pihak.
d) Arbitrase
Arbitrase adalah perjanjian perdata dimana para pihak sepakaat untuk menyelesaikan
sengketa yang terjadi antara mereka yang mungkin akan timbul dikemudian hari yang
diputuskan oleh seorang ketiga, atau penyelesaian sengketa oleh seorang atau beberapa
orang wasit (arbitrator) yang bersama-sama ditunjuk oleh pihak yang berperkara dengan
tidak diselesaikan melalui pengadilan tetapi secara musyawarah dengan menunjukan pihak
ketiga, hal mana dituangkan dalam salah satu bagian dari kontrak. Badan arbitrase terdiri
dari arbitrator yaitu pengacara, kontraktor, konsultan (engineer) dan konsultan hakim. Arbiter
harus memiliki pengetahuan bidang konstruksi dan memahami permasalahan sengketa yang
dihadapi.
Terdapat jenis penyelesaian sengketa di luar pengadilan (cara litigasi) lainnya yang
digunakan di luar negeri, yaitu Eastern Distric of New York, 1993; Thomas B. Treacy, 1995;
Frederick S. Keith, P. E.,1997) Court-Annexed Arbitration, Early Neutral Evaluation,
Mediation, Concensual Jury or Court Trial before a United States Magistrate Judge,
Settlement Conferences, Special Masters, Arbritration, Dispute Review Board (by ASCE
committee on Contract Administration), Minitrial Summary Jury Trial dan Private Judging.

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
4. Lembaga penyelesaian sengketa
Lembaga penyelesaian sengketa adalah lembaga yang dapat membantu
menyelesaikan sengketa yang terjadi. Lembaga penyelesaian sengketa menurut Soekirno,
2006; Widjaja, 2002; Emirzon, 2001; Margono, 2000 yang dikutip dari Mutiara, 2006 adalah
sebagai berikut:
a) Negosiator
b) Mediator
c) Konsiliator
d) Lembaga Arbitrase

PENYELESAIAN SENGKETA
Perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak dalam suatu
proyek bila tidak diselesaikan akan menimbulkan klaim dimana hal ini membutuhkan
tambahan biaya dan waktu bahkan dapat mempengaruhi kredibilitas pihak-pihak tersebut.
Oleh karena itu klaim sebisa mungkin dihindari dengan meminimumkan kemungkinan yang
terjadi, karena klaim bukanlah hal yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak (ahuja & Walsh, 1983).
Ada beberapa cara yang dilakukan pihak yang terlibat dalam kontrak untuk
mengantisipasi terjadinya klaim.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
- dokumentasi,
- pengetahuan tentang kontrak,
- gambaran yang Jelas tentang perubahan order,
- rencana dan penjadwalan,
- tindakan Proaktif dan presenvation of rights.

Untuk menghindari terjadinya klaim diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam


mempersiapkan suatu dokumentasi. Adanya dokumentasi yang baik, lengkap dan benar
dapat dipakai sebagai alat atau dasar untuk mengetahui adanya kejadian atau perubahan
baik yang berupa kemajuan maupun keterlambatan dari proyek tersebut.
Dokumentasi juga dapat digunakan sebagai dasar untuk membenarkan atau menolak
tindakan dari salah satu pihak untuk meminta tambahan waktu dan uang. Dokumen tentang
kontrak harus dibaca secara keseluruhan dan dimengerti sebelum melakukan penawaran
untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu (Jergeas,
1994). Perubahan order dapat mengakibatkan perubahan pada dokumen kontrak karena
perubahan order dapat menyebabkan perubahan pada harga yang telah disepakati,
perubahan jadwal pembayaran perubahan pada jadwal penyelesaian pekerjaan dan

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
perubahan pada rencana dan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak (Fisk, 1997).
Perubahan order ini tidak hanya mengakibatkan adanya tambahan biaya saja tetapi juga
akan mengakibatkan tambahan beban pekerjaan, tambahan biaya administrasi, biaya dari
adanya tambahan waktu dan biaya-biaya (Jergear & Hartman, 1994).
Semua pihak yang terlibat dalam suatu kontrak pada dasarnya ingin mendapatkan
keuntungan dan sedapat mungkin mengurangi tanggung jawab terhadap kemungkinan
terjadinya klaim. Manajer poryek harus mempertimbangkan hal-hal di bawah ini untuk
melindungi keuntungan kontraktor dan mengurangi tanggung jawab.
Semua tindakan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan dapat
menyebabkan terjadinya klaim harus dicatat dan dilengkapi dengan waktu kejadiannya, hal-
hal seperti melakukan pekerjaan yang berbeda dari gambar dan spesifikasi, menggunakan
cara atau metode yang berbeda atau lebih mahal, bekerja diluar rencana yang ditetapkan,
permintaan untuk berhenti bekerja merupakan tindakan-tindakan yang harus dihindarkan
untuk menghindari terjadinya klaim (Jergeas, 1994)
Dalam menghadapai masalah konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian
dengan musyawarah jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim. Tujuan yang hendak dicapai
bukanlah untuk membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada.
Banyak cara untuk menyelesaikan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap
terbuka (open minded) dan keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak
terlibat. Adanya kesadaran bahwa dalam menyelesaikan proyek tepat waku, cost dan
standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya
(Wahyuni, 1996). Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang sudah dipenuhi, maka
perselisihan tersebut tidak akan selesai.
Jika klaim konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak-pihak yang
terlibat harus dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam
hal ini adalah :
- Negosiasi,
- Mediasi,
- Arbitrasi dan
- Litigasi.

Yang dimaksud dengan negosiasi adalah cara penyelesaian yang hanya melibatkan
kedua belah pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain. Hal ini mirip
dengan musyawarah dan mufakat yang ada di Indonesia, dimana keinginan untuk
berkompromi, adanya unsur saling memberi dan menerima serta kesediaan untuk sedikit
menyingkirkan ukuran kuat dan lemah adalah persyaratan keberhasilan cara ini. Di dalam
negosiasi ini kontraktor dan pemilik memakai arsitek dan insinyur sebagai penengah.

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Biasanya kontraktor diminta mengajukan klaim kepada arsitek/insinyur yang diangkat
menjadi negosiator. Arsitek/Insinyur ini akan mengambil keputusan yang sifatnya tidak
mengikat, kecuali keputusan tentang „efek arstistik‟ yang konsisten dengan apa yang telah
ada dalam dokumen kontrak.
Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah di awal perselisihan berlangsung.
Mediasi ini melibatkan pihak ketiga yang tidak memihak dan dapat diterima kedua belah
pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini akan berusaha menolong pihak-pihak yang
berselisih untuk mencapai persetujuan penyelesaian, meskipun mediator ini tidak
mempunyai kekuatan untuk memutuskan penyelesaian masalah tersebut. Mediasi sama
menguntungkannya dengan arbitrasi. Mediasi dapat menyelesaikan masalah dengan cepat,
murah, tertutup dan ditangani oleh para ahli. Tetapi yang menjadi masalah adalah keputusan
mediasi ini tidak mengikat. Jadi apabila persetujuan tidak dapat dicapai, seluruh usaha
mediasi hanya akan membuang-buang uang dan waktu.
Arbitrasi adalah metode penyelesaian masalah yang dibentuk melalui kontrak dan
melibatkan para ahli dibidang konstruksi. Para ahli tersebut bergabung dalam badan
arbitrase. Badan ini akan mengatur pihak-pihak yang telah menandatangani kontrak dengan
klausul arbitrasi didalamnya untuk melakukan arbitrasi dan menegakkan keputusan
arbitrator. Hal yang menguntungkan dari cara arbitrasi ini adalah sifat penyelesaiannya yang
cepat dan murah jika dibandingkan dengan litigasi. Selain itu, cara arbitrasi ini dilakukan
secara tertutup serta dilakukan oleh seorang arbitrator yang dipilih berdasarkan keahlian.
Keputusan arbitrasi yang bersifat final dan mengikat merupakan alasan penting
digunakannya cara ini untukmenyelesaikan masalah. Keputusan pengadilan biasanya
terbuka untuk proses peradilan yang lebih panjang. Hal ini menghasilkan penundaan yang
lama dan memakan biaya dalam penyelesaian masalah. Sedangkan keputusan dari arbitrasi
ini tidak dapat dirubah tanpa semua pihak setuju untuk membuka kembali kasusnya.
Litigasi adalah proses penyelesaian masalah yang melibatkan pengadilan. Proses ini
sebaiknya diambil sebagai jalan akhir bila keseluruhan proses diatas tidak dapat
menghasilkan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak yang bersengketa. Proses
pengadilan ini tentu saja akan mengakibatkan salah satu pihak menang dan yang lain kalah.
Biasanya perselisihan yang terjadi disidangkan pada system yuridis di daerah mana masalah
tersebut terjadi. Pada suatu wilayah tertentu pengadilan wilayah tersebut mendapat
yuridikasi atas suatu masalah bila salah satu pihak berkantor di wilayah tersebut atau
proyeknya sendiri ada pada daerah itu. Jika kedua belah pihak yang berselisih berkantor
pusat di daerah lain, maka pihak yang memulai litigasi yang memilih forum dimana litigasi itu
berlangsung. Lama waktu penyelesaian merupakan hal yang patut diperhitungkan dalam
penggunaan cara ini. Tergantung dari yuridiksinya, suatu perselisihan konstruksi yang
kompleks dapat menghabiskan waktu antara 2 sampai 6 tahun sebelum mencapai

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
pengadilan (Arditi, 1996). Proses penggalian fakta yang panjang dan detil membuat litigasi ini
menjadi sangat mahal. Untungnya, bila ada kesalahan pengadilan dalam peryataannya atau
dalam penggunaan prinsip-prisip hukum, pihakpihak yang melakukan litigasi tentunya dapat
naik banding.
Sengketa konstruksi dapat diselesaikan melalui beberapa pilihan yang disepakati
oleh para pihak yaitu melalui :
Badan Peradilan (Pengadilan);
Arbitrase (Lembaga atau Ad Hoc);
Alternatif Penyelesaian Sengketa (konsultasi, negosiasi, mediasi, konsilisasi).

Penyelesaian sengketa harus secara tegas dicantumkan dalam kontrak konstruksi


dan sengketa yang dimaksud adalah sengketa perdata (bukan pidana). Misalnya, pilihan
penyelesaian sengketa tercantum dalam kontrak adalah Arbitrase. Dalam hal ini pengadilan
tidak berwenang untuk mengadili sengketa tersebut sesuai Undang-Undang No.30/1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 3.

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Karena berbagai kelemahan yang melekat pada badan pengadilan dalam


menyelesaikan sengketa, baik kelemahan yang dapat diperbaiki ataupun tidak, maka banyak
kalangan yang ingin mencari cara lain atau institusi lain dalam menyelesaikan sengketa di
luar badan-badan pengadilan. Dan model penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
sangat populer adalah apa yang disebut dengan “arbitrase” itu. Akan tetapi, institusi arbitrase
bukan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadian. Masih banyak
alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, sungguhpun tidak sepopuler lembaga
arbitrase.
Penyelesaian sengketa alternatif mempunyai kadar keterikatan kepada aturan main
yang bervariasi, dan yang paling kaku dalam menjalankan aturan main sampai kepada yang
paling relaks. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja penyelesai
sengketa alternatif juga mempunyai kadar yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
a. Apakah para pihak dapat diwakili oleh pengacaranya atau para pihak sendiri y yang
tampil
b. Apakah partisipasi dalam penyelesaian sengketa alternatif tertentu wajib dilakukan
oleh para pihak atau hanya bersifat sukarela.
c. Apakah putusan dibuat oleh para pihak sendiri atau oleh pihak ketiga.
d. Apakah prosedur yang digunakan bersifat formal atau tidak formal.

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
e. Apakah dasar untuk menjatuhkan putusan adalah aturan hukum atau ada kriteria
lain.
f. Apakah putusan dapat dieksekusi secara hukum atau tidak.(Kanowitz, Leo,1985 6).
g. Tidak semua model penyelesaian sengketa alternatif baik untuk para pihak yang
bersengketa.

Suatu penyelesaian sengketa alternatif yang baik setidak-tidaknya haruslah memenuhi


prinsip-prinsip sebagai berikut haruslah efisien dan segi waktu, haruslah hemat biaya,
haruslah dapat diakses oleh para pihak. (Misalnya tempatnya jangan terlalu jauh), haruslah
melindungi hak-hak dan para pihak yang bersengketa, haruslah dapat menghasilkan putusan
yang adil dan jujur, Badan atau orang yang menyelesaikan sengketa haruslah terpercaya di
mata masyarakat dan di mata para pihak yang bersengkata, putusannya haruslah final dan
mengikat, putusannya haruslah dapat bahkan mudah dieksekusi, putusannya haruslah
sesuai dengan perasaan keadilan dan komuniti di mana penyelesaian sengketa alternative
tersebut terdapat. (Kanowitz, Leo, 1985:14). Sebagaimana diketahui bahwa masing-masing
alternatif penyelesaian sengketa yang ada nilai plus minusnya.
Di samping itu, model-model alternatif penyelesaian sengketa yang bersifat campuran
di antara berbagai model, juga sering diketemukan. Misalnya apa yang disebut dengan
“Med-Arb” yang merupakan bentuk kombinasi antara model mediasi dengan model arbitrase.
Atau apa yang disebut dengan “Judicial Arbitration” atau “Court-Annexed Arbitration, yang
merupakan bentuk hibrida dan badan pengadilan dan arbitrase. Akan tetapi, apabila tidak
berhasil akan dilanjutkan ke dalam bentuk arbitrase di mana pihak konsiliator akan berubah
fungsinya menjadi arbiter.

LANDASAN HUKUM
Adapun beberapa landasan hukum yang dapat menjadi dasar atau rujukan dalam
penyelesaian sengketa konstruksi di bidang investasi infrastruktur di Indonesia, meliputi :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
beserta Penjelasannya;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa;
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3956) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 59 Tahun 2010;

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Ke-4
Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 200 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
5. Peraturan Menteri PU Nomor 07/PRT/M/2014 Tentang Perubahan Kedua Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi;
6. Peraturan Lembaga LPJK Nomor 04 tahun 2014 tentang Penilai Ahli;
7. Lain-lain (seperti FIDIC dll)

PEMILIHAN CARA PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI


1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi beserta Penjelasannya
Bab IV : Pengikatan Pekerjaan Konstruksi
Bagian Ketiga: Kontrak Kerja Konstruksi
Pasal 22 ayat (2) :
Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai
penyelesaian perselisihan, yang memuat tentang tata cara penyelesaian perselisihan
akibatketidaksepakatan.
- Penjelasan Pasal 22 (2) h:
Penyelesaian perselisihan memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan yang diakibatkan oleh ketidaksepakatan dalam hal pengertian, penafsiran,
atau pelaksanaan berbagai ketentuan dalam kontrak kerja konstruksi serta ketentuan
tentang tempat dan cara penyelesaian.
Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain musyawarah, mediasi,
arbitrase, ataupun pengadilan.
Pasal 33 ayat (2):
Tugas lembaga yang menyelenggarakan peran masyarakat jasa konstruksi dalam
melaksanakan pengembangan jasa konstruksi adalah:
(e) mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi dan penilai ahli dibidang
jasa konstruksi.
Pasal 25 ayat (3):
Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak
ketiga selaku penilai ahli.
- Penjelasan Pasal 25 (3):
Penetapan kegagalan hasil pekerjaan konstruksi oleh pihak ketiga sebagai penilai ahli
dimaksudkan untuk menjaga objektivitas dalam penilaian dan penetapan suatu
kegagalan

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
hasil pekerjaan konstruksi.
Penilai ahli terdiri dari orang perseorangan, atau kelompok orang, atau lembaga yang
disepakati para pihak, yang bersifat independen dan mampu memberikan penilaian
secara objektif dan profesional.
Pasal 36 :
(1) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di
luarpengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak
berlakuterhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
sebagaimana
diatur dalamKitab Undang-Undang Hukum Pidana.
(3) Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan
hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu
atau
parapihak yang bersengketa.
Pasal 37 :
(1) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk
masalahmasalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan.
(2) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak.
(3) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk oleh
Pemerintahdan/atau masyarakat jasa konstruksi.

2. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pasal 1 ayat (1)
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa.
Pasal 1 ayat (10)
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Pasal 34 ayat (1) :
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan dengan menggunakan
lembaga arbitrase nasional atauinternasional berdasarkan kesepakatan para pihak.

3. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan


Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010
BAB IV. PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 49
(1) Penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di luar pengadilan
dapat dilakukan dengan cara :
a. melalui pihak ketiga yaitu :
1) mediasi (yang ditunjuk oleh para pihak atau oleh Lembaga Arbitrase dan
Lembaga AlternatifPenyelesaian Sengketa);
2) konsiliasi; atau
b. arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase AdHoc.
(2) Penyelesaian sengketa secara mediasi atau konsiliasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf adapat dibantu penilai ahli untuk memberikan pertimbangan
profesional aspek tertentu sesuaikebutuhan.

4. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Ke-4 Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah; Paragraf Ketujuh : Penyelesaian Perselisihan
Pasal 94
(2) Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam Penyediaan Barang/Jasa
Pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui
musyawarah untuk mufakat.
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase,
alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturaperundangundangan.
5. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standar
Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi, terakhir diubah
dengan Peraturan Menteri PU Nomor 07/PRT/M/2014 (Perubahan Kedua) H.
Penyelesaian Perselisihan

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Penyelesaian Perselisihan
1. Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara damai
semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan Kontrak ini atau
interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam Kontrak dapat
dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelesaian perselisihan atau
sengketa yang dipilih ditetapkan dalam SSKK.(pen. SSKK = Syarat-Syarat Khusus
Kontrak)

6. Menurut Peraturan Lembaga LPJK Nomor 04 tahun 2014 tentang Penilai Ahli
Pasal 1 (5)
Penilai Ahli adalah seseorang yang mempunyai kompetensi penilaian ahli di bidang jasa
konstruksi.
Pasal 4 :
(1) Penilai Ahli berperan dalam kegiatan penilaian ahli atas kejadian Kegagalan
Bangunan,Kegagalan Pekerjaan Konstruksi, beda pendapat antar para pihak dalam
pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi, penyelesaian sengketa konstruksi dan proses
peradilan.
(2) Penilaian ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh 1 (satu) atau
lebih Penilai Ahli.
Pasal 5 : Tugas Penilai Ahli
(1) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian Kegagalan Bangunan adalah :
a. memberikan penilaian dan penetapan:
b. sebab-sebab terjadinya Kegagalan Bangunan;
c. bagian-bagian yang tidak lagi berfungsi akibat Kegagalan Bangunan;
d. pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi, serta
tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan;
e. besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak
atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan; dan
f. jangka waktu pembayaran kerugian.
(2) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian Kegagalan Pekerjaan Konstruksi adalah
memberikan penilaian dan rekomendasi:
a. sebab-sebab terjadinya Kegagalan Pekerjaan Konstruksi;
b. bagian-bagian yang tidak lagi berfungsi akibat Kegagalan Pekerjaan Konstruksi;
c. pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Pekerjaan Konstruksi yang terjadi,
serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; dan

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
d. besarnya kerugian, serta usulan cara perbaikan kegagalan pekerjaan konstruksi
(3) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian beda pendapat antar para pihak, adalah:
a. memberikan interpretasi kontraktual secara berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja
Konstruksi;
b. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas permasalahan beda pendapat untuk
tercapainya kesepakatan;
c. memberikan usulan penyelesaian untuk tercapainya kesepakatan; dan/atau
d. merumuskan hasil kesepakatan para pihak.
(4) Tugas Penilai Ahli dalam hal kejadian penyelesaian sengketa konstruksi adalah
sebagai Mediator atau Konsiliator.
(5) Tugas Penilai Ahli sebagai Mediator sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. memfasilitasi para pihak dalam rangka penyelesaian sengketa;
b. menengahi setiap perbedaan pendapat dalam berargumentasi;
c. memberikan interpretasi kontraktual secara berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja
Konstruksi; dan
d. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas permasalahan penyelesaian sengketa
untuk tercapainya kesepakatan;
(6) Tugas Penilai Ahli sebagai Konsiliator sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. memfasilitasi para pihak dalam rangka penyelesaian sengketa;
b. menengahi setiap perbedaan pendapat dalam berargumentasi;
c. memberikan interpretasi kontraktual secara berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja
Konstruksi;
d. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas permasalahan penyelesaian sengketa
untuk tercapainya kesepakatan;
e. memberikan usulan penyelesaian untuk tercapainya kesepakatan; dan
f. merumuskan hasil kesepakatan para pihak.
(7) Tugas Penilai Ahli dalam proses arbitrase dan proses peradilan adalah memberikan
keterangan ahli selaku saksi ahli.

7. Menurut Peraturan lainnya (seperti FIDIC dll)


FIDIC
(FIDIC, Federation International des Ingenieurs-Conseils atau International
Federation of Consulting Engineers. yang berkedudukan di Lausanne, Swiss, dan didirikan
dalam tahun 1913 oleh negara-negara Perancis, Belgia dan Swiss. Dalam
perkembangannya, FIDIC merupakan perkumpulan dari assosiasi-assosiasi nasional para
konsultan (Consulting engineers) seluruh dunia. Didukung oleh ilmu pengetahuan dan
pengalaman professional yang sedemikian luas dari anggota-anggotanya, FIDIC telah

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
menerbitkan berbagai bentuk standar dari dokumen dan persyaratan kontrak, conditions of
contract, untuk proyek-proyek pekerjaan sipil (civil engineering construction) sejak 1957
yang secara terus menerus direvisi dan diperbaiki sesuai perkembangan industri konstruksi)
Berdasarkan Persyaratan Kontrak untuk Pelaksanaan Konstruksi, Multilateral
Developmen Bank (MDB) Harmonised Edition Maret-2006, pada Klausul No.20 : KLAIM,
SENGKETA DAN ARBITRASEdiatur bahwa bilamana terjadi sengketa konstruksi maka
penyelesaiannya melibatkan Sebuah Dewan Sengketa yang anggotanya (berjumlah ganjil)
ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa.
Dewan Sengketa dalam menyelesaikan sebuah sengketa akan mengupayakan cara-
cara damai atau musyawarah. Namun bila cara damai/musyawarah tidak tercapai, maka
dapat ditempuh penyelesaian melalui forum Arbitrase. Dapat dipilih arbitrase nasional atau
arbitrase internasional.

IV. KESIMPULAN dan RANGKUMAN


Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena klaim yang tidak dilayani misalnya
keterlambatan pembayaran, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan
penafsiran dokumen kontrak, ketidak mampuan baik teknis maupun manajerial dari para
pihak. Selain itu sengketa konstruksi dapat pula terjadi apabila pengguna jasa ternyata
tidak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik dan mungkin tidak memiliki
dukungan dana yang cukup.
2. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase lebih disukai, dalam Undang-Undang Arbitrase
Baru 1999, dinyatakan antara lain bahwa dibandingkan dengan berperkara biasa memalui
pengadilan negeri, arbitrase lebih diutamakan oleh pelaku bisnis internasional. Salah satu
sebab adalah karena “lebih cepat, murah dan sederhana”.
3. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa konstruksi di
bidang investasi infrastruktur yang terjadi antara para pihak yang melakukan
kesepakatan/perjanjian/kontrak kerjasama dapat diselesaikan melalui dua pilihan jalur
penyelesaian yaitu melalui jalur pengadilan atau jalur non pengadilan. Untuk penyelesaian
melalui jalur pengadilan diselenggarakan dengan mengikuti tata cara peradilan pada
umumnya, sedangkan penyelesaian melalui jalur non pengadilan mencakup penyelesaian
melalui cara musyawarah, konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitraseatau
melibatkan penilaian ahli. Dalam halmenggunakan cara melalui arbitrase dapat dipilih
lembaga arbitrase nasional atau internasional berdasarkan kesepakatan para pihak.

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Oleh: James Thoengsal, S.T., M.T., IPP
E-Journal: Dep.Teknik Sipil, Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) Makassar.
http://jamesthoengsal.blogspot.co.id/p/blog-page_55.html
http://triwahyuhadisaputra.blogspot.co.id/2012/06/administrasi-kontrak-konstruksi.html
Bahan Kuliah : Novita Riasari, ST. MT

2017 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Konstruksi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai