KELOMPOK 10 :
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS SURABAYA
2017
LATAR BELAKANG
Terdapat berbagai model atau tipe perjanjian kerja sama antara pemerintah dengan swasta.
Produk perjanjian tersebut umumnya disesuaikan dengan sistem pembiayaannya. Build Operate
Transfer (selanjutnya disebut BOT) merupakan salah satu model perjanjian baru yang masih belum
dikenal masyarakat luas. Tipe perjanjian BOT merupakan model perjanjian yang melibatkan dua
pihak yaitu pengguna jasa, pada umumnya adalah pemerintah, dengan penyedia jasa yaitu pihak
swasta. Pengguna jasa memberikan kewenangan kepada penyedia jasa untuk membangun
infrastruktur dan mengoperasikannya selama jangka waktu tertentu (disebut juga masa konsesi) dan
penyedia jasa akan menyerahkan infrastruktur tersebut kepada pengguna jasa bila masa konsesi
telah habis.
Saat ini tidak ada peraturan yang mengatur mengenai BOT, namun perjanjian tersebut telah
diakui dalam peraturan perundang-undanganan di Indonesia. BOT disebutkan di dalam Pasal 27
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Dan Daerah
disebutkan bahwa Bentuk pemanfaatan barang milik Negara dan Daerah berupa sewa, pinjam
pakai, kerja sama pemanfaatan, Bangun Guna Serah (BOT), dan Bangun Serah Guna (BTO), atau
kerja sama penyediaan insfrastruktur.1
Perjanjian BOT juga telah diterapkan oleh Pemerintah Kota (selanjutnya disebut Pemkot)
Surabaya dalam menjalin kemitraan dengan pihak swasta, salah satunya adalah kemitraan untuk
pembangunan kembali Pasar Turi yang habis terbakar pada tahun 2009 silam. Untuk mewujudkan
hal tersebut, Pemkot Surabaya menjalin kemitraan dengan PT. Gala Mega Investment (selanjutnya
disebut PT. GMI) sebagai pengembang. Pihak PT. GMI diberi kewenangan untuk membangun Pasar
Turi diatas tanah milik Pemkot Surabaya, mengoperasikannya selama jangka waktu yang telah
disepakati, dan menyerahkannya kepada Pemkot Surabaya setelah masa konsesi habis.
Pembangunan mulai dilaksanakan oleh PT. GMI pada tahun 2011 dengan target akan selesai
pada tahun 2014. Pada kenyataannya pembangunan menghadapi berbagai macam kendala
sehingga tidak dapat diselesaikan tepat waktu. Hal tersebut menimbulkan keresahan bagi para
pedagang Pasar Turi yang berharap untuk segera dapat menempati stand dan kembali berdagang
di pasar yang baru. Ditambah lagi pihak pengembang mengharuskan pedagang Pasar Turi untuk
membeli stand dan bukannya menyewa, serta pemaksaan untuk melunasi angsurannya sebelum
bangunan pasar siap beroperasi. Hal tersebut tentu bertentangan dengan konsep BOT karena
bangunan tersebut nantinya akan diserahkan kepada Pemkot Surabaya sehingga seluruh stand
yang ada di dalamnya adalah Hak Milik Pemkot Surabaya dan para pedagang adalah sebagai pihak
penyewa.2
1
Lalu Hadi Adha, Kontrak Build Operate Transfer sebagai perjanjian kebijakan pemerntah
dengan pihak swasta, Jurnal Dinamika Hukum Volume 11 Nomor 3 September 2011
2
Arifah Alfiyanti, Gerakan Himpunan Pedagang Pasar Turi Surabaya Dalam Memperjuangkan
Hak-Hak Pedagang Pasar Turi, journal.unair.ac.id/gerakan-himpunan-pedagang-pasar-turi-
surabaya-dalam-memperjuangkan-hak-hak-pedagang-pasar-turi-article-8088-media-80-
category-8.html
PEMBAHASAN
3
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan
tentang Perjanjian BOT, Jakarta, 1997, Hal. 10
4
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/KMK.04/1995 tentang
Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam bentuk
perjanjian BOT
c. Legal Risk
Resiko yang berkaitan dengan hukum, karena pada dasarnya proyek ini didasarkan pada
sebuah perjanjian
d. Transaksi Risk
Berhubungan dengan persaingan penawaran proyek (bidding competition) termasuk di
dalamnya undangan lelang, penawaran serta negoisasi, berbagai dokumen proyek yang
terjadi pada awal proses BOT
e. Contruction Risk
Berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan apakah bangunan tersebut telah sesuai
dengan standar bangunan secara teknik. Bangunan akan diuji ketahanannya serta hal yang
berkaitan dengan lamanya waktu pembangunan.
f. Sosial Risk
Berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Apakah pada proyek ini mendapat
dukungan dari masyarakat ataupun sebaliknya. Pengaruh agama dan bu
g. Environtmental Risk
Berkaitan dengan lingkungan sekitar. Setiap proyek pembangunan harus mempunyai
kepedulian terhadap lingkungan. Melakukan AMDAL (analisis mengenai dampak
lingkungan), supaya tidak terjadi kerusakan lingkungan.
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian BOT Dalam Merevitalisasi Pasar Turi
Surabaya
Hubungan hukum Pemkot Surabaya sebagai pihak pertama dengan PT Gala Bumi
Perkasa sebagai pihak kedua telah menimbulkan hak dan kewajiban yaitu kewajiban bagi pihak
investor untuk melakukan pembangunan dan pengembangan pusat grosir yang telah disepakati
serta kewajiban pula bagi Pemkot Surabaya untuk memfasilitasi sesuai dengan yang
diperjanjikan sehingga perjanjian ini bisa digolongkan sebagai perjanjian timbal balik.
Hak dan kewajiban harus secara tegas dituangkan dalam perjanjian ini. Hal-hal yang
berkaitan waktu dan pelaksanaan perjanjian serta hal yang berkaitan dengan hak-hak eksklusif
yang dimiliki pihak investor terhadap tanah tersebut. penekanan terhadap hal tersebut
berdampak pada kelancaran pelaksanaanyya nanti, terutama yang berkaitan dengan
pembagian keuntungan dari masing-masing pihak.