Anda di halaman 1dari 72

LINGKUNGAN

JASA KONSTRUKSI
DAN ETIKA BISNIS
KONDISI JASA KONSTRUKSI NASIONAL SAAT INI

• Usaha Jasa Konstruksi telah meningkat secara kuantitatif,


namun belum secara kualititatif dan kinerja. Hal ini terjadi
karena mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian,
efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal dan
teknologi belum meningkat
• Pangsa pasar pekerjaan konstruksi berteknologi tinggi
banyak yang belum dapat dikuasai oleh usaha jasa
konstruksi nasional.
• Alasannya adalah karena belum diberlakukan persyaratan
usaha, keahlian dan keterampilan secara spesifik,
kesadaran hukum yang masih rendah.
Kondisi tersebut di atas dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :
1.Faktor Internal, yaitu :
• Masih lemahnya dalam hal manajemen, penguasaan
teknologi, pemodalan, tenaga ahli maupun tenaga
terampil yang masih terbatas
• Usaha Jasa Konstruksi belum tertata secara utuh dan
kokoh
2. Faktor Eksternal, yaitu :
• Hubungan kerja antara Pengguna dan Penyedia Jasa
belum SETARA
• Dukungan berbagai sektor secara langsung maupun
tidak langsung belum mantap
• Pembinaan Jasa Konstruksi belum Tertata secara
nasional
Diperlukan Iklim Usaha yang
Kondusif
1.Terbentuknya kepranataan usaha, yaitu :
• Persyaratan usaha yang mengatur klasifikasi dan kualifikasi
Keahlian dan Keterampilan
• Standar klasifikasi dan kualifiasi Keahlian dan Keterampilan
• Tanggungjawab Profesional
• Terwujudnya perlindungan bagi pekerja konstruksi (K3 dan
Jaminan Sosial)
• Terselenggaranya persaingan yang sehat
2.Dukungan pengembangan usaha, yaitu :
• Tersedianya Pemodalan
• Berfungsinya Asosiasi Perusahaan dan Asosiasi Profesi
dalam memenuhi kepentingan usahanya
3.Masyarakat mendorong terwujudnya tertib Jasa Konstruksi
Cakupan Pekerjaan Konstruksi
Dalam UU No. 2 tahun 2017:
• Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi
dan/atau pekerjaan konstruksi.
• Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
• Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.
Bentuk Usaha Jasa Konstruksi
Bisa berupa Badan Usaha atau Perorangan
Usaha Jasa
Persyaratan
Konstruksi
1.Badan Usaha selaku baik Perencana, Pelaksana maupun
Pengawas Konstruksi harus memenuhi perizinan usaha dan
memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi
• Klasifikasi adalah mengukur kemampuan melaksanakan
pekerjaan berdasarkan besarnya nilai pekerjaan
• Kualifikasi adalah mengukur kemampuan melaksanakan
berbagai sub pekerjaan
2.Orang Perseorangan, setiap orang yang bekerja di bidang
jasa konstruksi harus mempuyai :
• Sertifikat Keahlian bagi Perencana maupun Pengawas
• Sertifikat Keahlian dan Sertifikat Keterampilan bagi Pelaksana
(kontraktor)
Tanggungjawab Profesional
• Badan Usaha maupun Orang Perseorangan harus
tanggungjawab atas hasil kerjanya
• Tanggungjawab profesional dilandasi oleh Kaidah Keilmuan,
Ketentuan dan Kejujuran Intelektual
Peran Masyarakat
1.Hak Masyarakat
• Melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa
konstruksi
• Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dalaminya
2.Kewajiban Masyarakat
• Menjaga ketertiban pelaksanaan jasa konstruksi
• Turut mencegah terjadinya Pekerjaan Konstruksi yang membahayakan
kepentingan umum
3.Masyarakat Jasa Konstruksi, adalah masyarakat
yang mempunyai kepentingan atau kegiatan
dengan pekerjaan Jasa Konstruksi
4.Forum Jasa Konstruksi, ajang pertemuan antara
Asosiasi Perusahaan, Asosiasi Profesi, Asosiasi
Perusahaan dan Barang dan Mitra jasa konstruksi,
Masyarakat Intelektual, Organisasi
kemasyarakatan yang berkaitan dengan jasa
konstruksi dan Instansi Pemerintahan
5.Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Pengikatan Jasa Konstruksi
1. Para pihak yang melakukan pengikatan adalah antara
Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa :
• Pengguna Jasa adalah orang perseorangan atau badan
sebagai pemberi tugas atau pemilik proyek
• Penyedia Jasa adalah orang perseorangan atau badan
yang kegiatannya menyediakan layanan jasa
konstruksi
• Badan Usaha dapat berbentuk badan hukum seperti
PT (Perseroan Terbatas), Koperasi, CV, Firma
• Badan Hukum : adalah Instansti dan Lembaga-
lembaga Pemerintah.
2. Ketentuan Pengikatan :
 Kedudukan Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa
adalah sejajar
 Pengikatan hubungan kerja berdasarkan prinsip
persaingan sehat melalui cara pelelangan umum atau
pelelangan terbatas. Dalam keadaan tertentu melalui
pemilihan atau penunjukkan langsung
Keadaan Tertentu adalah bila :
 Penanganan darurat
 Pekerjaan yang kompleks, yang dapat
melaksanakan hanya terbatas atau hanya dapat
dikerjakan oleh pemegang hak
 Pekerjaannya perlu dirahasiakan
 Pekerjaannya berskala kecil
2. Kontrak Kerja Konstruksi :
 Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen
yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa
dan penyedia jasa.
 Bentuk-bentuk Kontrak Kerja Konstruksi :
 Berdasarkan Bentuk Imbalan (Lumpsum; Harga
Satuan; Biaya Tambahan Imbalan Jasa; Gabungan
antara Lumpsum dengan Harga Satuan)
 Berdasarkan Jangka Waktu Pelaksanaan (Tahun
Tunggal; Tahun Jamak)
 Berdasarkan Cara Pembayaran (Sesuai kemajuan
pekerjaan; Secara berkala)
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

1.Kegaiatan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi, meliputi :


• Pra Studi Kelayakan
• Studi Kelayakan
• Perencanaan Umum
• Perencanaan Teknik
• Pelaksanaan Fisik
• Pengawasan Pelaksanaan Fisik
Tahapan penyelenggaraan :
• Kegiatan Persiapan
• Kegiatan Pelaksanaan
• Kegiatan Pengakhiran/Penyerahan Pekerjaan
• Perencanaan Umum

2.Kewajiban Para Pihak


Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa memenuhi tanggung
jawab masing-masing sesuai kontrak kerja

2.Kegagalan Konstruksi
Akibat kesalahan Penyedia Jasa, harus mengganti atau
memperbaiki kegagalan tersebut dengan biaya sendiri
Kegagalan Bangunan
• Adalah keadaan bangunan yang setelah
diserah terimakan, menjadi tidak berfungsi
baik secara keseluruhan maupun sebagian
dan atau tidak sesuai dengan ketentuan
dalam kontrak atau pemanfaatannya
menyimpang sebagai akibat kesalahan
Penyedia Jasa atau Pengguna Jasa
• Jangka waktu pertanggungan atas
kegagalan bangunan adalah paling lama 10
tahun sejak penyerahan akhir
 Selama masa tanggungan di bawah 10
tahun dikenakan sanksi Profesi dan
Ganti Rugi
 Kegagalan lewat masa tanggunan
dikenakan sanksi Profesi
Penyelesaian Sengketa
• Sekalipun upaya-upaya untuk mengurangi kemungkinan
sengketa telah dilakukan namun terkadang masih tetap saja
terjadi perbedaan pendapat.
• Pada dasarnya penyelesaian sengketa dilakukan secara
bertahap :
1. Melalui perdamaian yaitu perundingan langsung para
pihak, penyedia jsan dan penguna jasa
2. Para pihak menunjuk atau meminta bantuan seseorang
atau penasihat ahli maupun mediator
3. Jika belum selesai juga, dapat ditunjuk seorang mediator
oleh Lembaga Arbitrase atas permintaan para pihak
4. Jika belum bisa selesai juga, maka para pihak dapat
meminta penyelesaian hukum melalui Lembaga Arbitrase
5. Bila belum dapat diselesaikan juga, maka dapat diajukan
melalui Pengadilan
Pengertian Proyek
• Proyek adalah sekumpulan kegiatan terorganisir yang
mengubah (transform) sejumlah sumber daya menjadi
satu atau lebih produk barang/jasa bernilai terukur
dalam sistem satu siklus dengan batasan waktu
(delivery), biaya (cost), dan kualitas (quality) yang
ditetapkan melalui perjanjian.
• Proyek ada karena adanya kebutuhan, baik kebutuhan
yang direncanakan maupun kebutuhan yang
belum/tidak direncanakan sebelumnya. Kebutuhan
biasanya berasal dari permintaan internal pemerintah
dan masyarakat sebagai akibat adanya pemicu
kebutuhan, seperti perlunya peningkatan kapasitas
dan kualitas (kinerja) pelayanan kepada masyarakat,
kebijakan pemerintah dan keputusan politis
pemerintah, dan pengaruh tuntutan masyarakat dan
lingkungan hidup
Berdasarkan kepada bentuk dan jenis kegiatan utamanya,
proyek dapat dikelompokkan menjadi:
1. Proyek rekayasa konstruksi (“proyek konstruksi”),
meliputi perencanaan, pengawasan, pelaksanaan,
pemeliharaan, renovasi, rehabilitas dan restorasi
bangunan konstruksi dan wujud fisik lainnya beserta
kelengkapan asesorisnya.
2. Proyek pengadaan barang, meliputi pengadaan benda dan
peranti, baik bergerak maupun tidak bergerak, dalam
berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku,
barang setengah jadi, barang jadi, lahan, dan peralatan
beserta kelengkapan asesorisnya.
3. Proyek teknologi informasi dan komunikasi, meliputi
pengadaan jaringan serta instalasi sarana prasarana
informasi dan telekomunikasi baik cetak, audio, video dan
internet (cyber).
4. Proyek sumber daya alam dan energi, meliputi eksplorasi,
eksploitasi, penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan
distribusi sumber daya alam dan energi
5. Proyek pendidikan dan pelatihan, meliputi pelaksanaan
kegiatan pendidikan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan
peningkatan kemampuan keahlian, kecakapan dan
keterampilan lainnya dalam berbagai bidang.
6. Proyek penelitian dan pengembangan, meliputi kegiatan
studi dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, sosial,
ekonomi, budaya, politik, manajemen, lingkungan hidup,
dan aspek kemasyarakatan lainnya
Pengertian Pekerjaan konstruksi
• Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-
masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain.
• Dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2017, disebutkan
pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau
pembuatan wujud fisik lainnya.
Pengertian Proyek Pemerintah
• Proyek Pemerintah adalah segala bentuk kegiatan untuk pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN dan/atau APBD,
baik yang dilaksanakan secara swakelola (direncanakan, dilaksanakan,
dan diawasi oleh pihak pemerintah sendiri atau pihak lain) maupun oleh
penyedia jasa (kontraktor).
• Terjaminnya pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara efektif dan
efisien dengan prinsip persaingan usaha sesat, transparan, terbuka, dan
perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaat
bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.
Pengertian Pemerintah
• Pemerintah selaku pemilik pekerjaan memiliki peran sangat penting
mulai dari perencanaan kebutuhan infrastruktur yang menyentuh
masyarakat, kemudian melakukan pemilihan penyedia jasa melalui
proses pelelangan, dan pengawasan pelaksanaan agar pelaksanaan
konstruksi dapat tepat harga, tepat mutu, tepat jumlah (kuantitas) dan
tepat waktu. Untuk itu, dibutuhkan tenaga-tenaga wakil pemerintah
yang handal dalam mengawal pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
dibiayai oleh pemerintah.
• Wakil pemerintah adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pejabat
Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
Pengertian Kontraktor Pelaksana
• Kontraktor pelaksana/penyedia jasa adalah orang atau badan yang
menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan
sesuai biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Kontraktor/penyedia jasa dapat berupa badan usaha atau orang
perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang
bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Pengertian Etika dalam Jasa
Konstruksi
• Etika dalam bisnis sering digambarkan sebagai "melakukan
hal yang benar“ dan dalam konteks pembangunan perilaku
etis yang diukur oleh tingkat kepercayaan dan integritas
dimana perusahaan dan/atau perorangan menjalankan usaha
• Etika di dalam bisnis berkaitan dengan perilaku yang baik
dan buruk, atau benar dan salah yang terjadi dalam konteks
bisnis.
• Elemen etika sebagai kompetensi perilaku, yang relevan dengan profesi
manajemen proyek dan dalam konteks proyek, didefinisikan sebagai
berikut : etika merangkul tindakan atau perilaku yang mewakili
kebebasan pribadi dan profesional serta batas-batas yang diterima
secara moral.
• Etika juga dapat dikatakan refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control” karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiriga dapat dikatan
Pentingnya Etika Profesi dalam
Jasa Konstruksi
• Selanjutnya, sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka
ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya.
• Tanpa etika profesi, apa yang semua dikenal sebagai sebuah profesi
yang terhormat akan segera jauh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak
diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir
dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas
diberikan kepada para elite profesional
Kode Etik menurut UU No.8 (Pokok-
Pokok Kepegawaian)
• Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
• Dengan adanya kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam diatas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya
hakiki.
• Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik
yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu
sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan
harapan untuk dilaksanakan dengan tekun dan juga konsekuen.
Tujuan Kode Etik Profesi

• Untuk menjunjung tinggi martabat profesi


• Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
• Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
• Untuk meningkatkan mutu profesi
• Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
• Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi
• Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
• Menentukan baku standar dirinya
Fungsi Kode Etik Profesi
• Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
• Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
• Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah
dibutuhkan dalam berbagai bidang.
Hal-hal yang Perlu Ditanamkan pada
Etika Profesi dalam Ilmu Teknik Sipil
• Kedisiplinan
Berusaha mendisiplinkan diri dengan menaati peraturan
yang kita buat sendiri. Membuat jadwal kegiatan dalam
sehari/seminggu/sebulan atau dalam kurun waktu tertentu
akan membantu dalam melatih disiplin. Dengan begitu, kita
akan berusaha bertindak/melakukan kegiatan sesuai jadwal
dan membuat hidup teratur tanpa adanya waktu yang
terbuang sia-sia.
• Kejujuran
Kejujuran merupakan kunci untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang lain. Sekali tidak jujur, selamanya
orang tidak akan percaya pada kita. Maka kejujuran perlu
ditanamkan pada setiap profesi.
• Kemandirian
Terdapat waktu dimana kita akan menerima banyak tuntutan
untuk mandiri, baik itu di kehidupan kerja maupun kehidupan
diluar kerja. Dalam kondisi seperti itu, kita harus bisa
mengerjakan sesuatu masalah dengan sendiri, tidak
bergantung pada orang lain, agar tidak mempersulit masalah
yang sudah ada. Kemandirian bukan berarti melatih kita untuk
individual dan egois, tetapi lebih menekankan pada penggalian
seluruh potensi yang dimiliki agar mampu menyelesaikan
setiap masalah.
• Keberanian mengambil resiko
Segala sesuatu yang dilakukan pasti ada resikonya. Orang
yang tidak pernah berhadapan dengan resiko berarti ia tidak
pernah melakukan apa-apa. Sebaliknya, orang yang banyak
menghadapi resiko berarti ia melalukan banyak hal. Tetapi bila
sudah niat dan sungguh-sungguh, apapun resikonya akan
dijalani dengan ikhlas dan lapang dada. Di balik setiap resiko,
suatu saat pasti ada manfaatnya yang bisa dipetik.
Pelanggaran Etika pada Proyek
Konstruksi
• Praktek perilaku tidak etis dalam industri
konstruksi yang dibuktikan oleh kontraktor adalah
rendahnya harga penawaran, dokumentasi yang
buruk, keterlambatan pembayaran, kurangnya etika
keselamatan kerja, perlakuan tidak adil dalam
tender, pemalsuan pengalaman dan kualifikasi
pesaing, dan kebijakan birokrasi pemerintah.
• Praktek yang tidak etis dapat mengakibatkan biaya
terbuang, pemerasan, penuntutan pidana, denda,
masuk daftar hitam, dan resiko reputasi
• Praktek tidak etis dapat terjadi pada setiap tahap
dari proyek konstruksi selama perencanaan dan
desain, pra-kualifikasi, pelaksanaan proyek,
Masalah Umum Etika Profesi
dalam industri konstruksi
• Sektor industri konstruksi memegang peranan penting dalam
pengembangan sosial dan ekonomi suatu negara.
• Ini sangat penting bahwa pertumbuhan ekonomi dari suatu negara
dapat diukur dengan pembangunan infrastruktur fisiknya, di negara
manapun manajemen proyek telah menjadi bagian penting bagi
perkembangan ekonominya.
• Di dalam dunia bisnis proyek konstruksi yang sangat kompetitif telah
menciptakan tekanan yang besar pada manajer proyek. Tekanan
berasal dari siklus proyek dan tujuan membangun, keuntungan dalam
organisasi bisnis, yang memaksa organisasi untuk mengejar praktik
yang tidak etis.
• Tetapi, di dalam praktek industri dimana ada persyaratan
bisnis yang ketat praktek tidak etis dapat ditekan.
• Seperti di negara-negara seperti Perancis dan Selandia Baru
dimana pelestarian lingkungan adalah merupakan prioritas
utama, sehingga spesifikasi desain konstruksi dan kontrol
pelaksanaan diperlukan untuk lulus pengawasan yang ketat,
dan praktek tersebut dapat menghindari kesalahan yang
dapat membahayakan keamanan lingkungan dan sosial.
• Telah diketahui bahwa pelaksanaan proyek konstruksi
terutama berfokus pada biaya, waktu, dan kualitas daripada
dampak sosial dan dampak jangka panjang dari proyek.
• Akibatnya, kegiatan yang tidak etis dalam proyek bisnis
dapat ditemukan dengan mudah, di mana situasi atau
masalah timbul karena praktek bisnis yang meragukan,
korupsi tinggi, atau pelanggaran hukum
• Suatu hasil penelitian menyatakan bahwa hal tersebut
dipandang sebagai kekurangan, perspektif praktisi saat ini
tidak juga mengidentifikasi peran etika dalam keberhasilan
proyek.
• Temuan dari penelitian yang dilakukan dalam industri
konstruksi di negara-negara lain, seperti di Amerika
Serikat, Australia, Afrika Selatan, Hong Kong, dan praktek
di Malaysia, memberikan bukti bahwa industri konstruksi
terkendala dengan masalah etika.
• Masalah umum etika professional dalam industri konstruksi
yang disorot adalah praktek tender, standar kualitas
pekerjaan konstruksi, budaya keselamatan, pembayaran,
korupsi, dan yang paling penting akuntabilitas publik untuk
uang yang dihabiskan untuk bangunan umum dan
infrastruktur, yang kemudian disimpulkan sebagai bentuk
perilaku yang tidak adil, kelalaian, konflik kepentingan, kolusi
tender, penipuan dan penyuapan.
• Dari hasil penelitian telah teridentifikasi etika sebagai
dimensi keempat yang penting dalam organisasi berbasis
proyek, dan pendekatan mempertimbangkan etika akan
menghasilkan keberlanjutan proyek, ini akan meningkatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan serta menciptakan
harmoni, kepercayaan, persaudaraan, nilai-nilai dan
moralitas di antara anggota tim
Perilaku Tidak Adil
Perilaku yang tidak adil dapat terjadi kompetisi (persaingan
tidak sehat) dalam kontrak (syarat kontrak yang tidak adil).
Kadang-kadang hal ini terjadi dengan membatasi panggilan
untuk penawaran tender, dengan mengirimkan undangan
kepada perusahaan yang tidak memiliki keahlian nyata,
sehingga muncul seolah-olah ada proses tender dengan
persaingan yang ketat.
Contoh kasus :
• Pra-kualifikasi dan proses penetapan daftar pendek
pemenang (shortlisting), dimanipulasi untuk menampi
kelompok penawar potensial
• informasi rahasia tentang proses seleksi tender atau
penawar lain dapat “bocor” ke penawar yang disukai.
• dlsb
Konflik Kepentingan
• Ini adalah situasi dimana seseorang dalam posisi kepercayaan,
seperti politisi atau eksekutif atau direktur, dari suatu perusahaan
bersaing kepentingan profesional atau pribadi, yang bisa
membuatnya berada pada posisi yang sulit dalam memenuhi
tugasnya untuk tidak memihak.
• Konflik kepentingan dapat membuat tampilan ketidakpantasan,
yang dapat merusak kepercayaan pada kemampuan seseorang
untuk bertindak dengan benar dalam jabatannya.
• Konflik kepentingan cenderung melibatkan interpretasi pribadi
yang menyatakan apakah perilaku tertentu umumnya dapat
diterima atau tidak, dan tidak memposisikan dengan
menyatakannya sebagai sesuatu perbuatan yang adalah ilegal
• Tanggung jawab harus secara jelas ditempatkan pada setiap
individu, untuk menyatakan semua kemungkinan potensi kasus
dengan interpretasi negatif, sebelum terlibat dalam aktivitas
proyek
• Terkait konteks “konflik konstruksi” perlu dicatat bahwa
para pihak dalam suatu perjanjian kontrak konstruksi terikat
oleh kontrak. Kegiatan dan hubungan mereka diatur oleh
kontrak dan hukum.
• Fakta dari isi kontrak, yaitu aturan perilaku para pihak, yang
ditentukan oleh kesepakatan antara para pihak dalam
proses komunikasi bukan oleh ketentuan tertulis formal
(misalnya, dokumen yang ditandatangani oleh para pihak).
• Banyak artikel tentang konflik dan perselisihan di industri
konstruksi secara eksklusif berurusan dengan keadaan
karakteristik konflik, dan cenderung mengabaikan penyebab
atau keliru terhadap keadaan yang relevan hadir sebagai
penyebab.
• Penyebab sebenarnya dari konflik yang terkait dengan
konstruksi adalah komunikasi yang tidak berhasil diantara
para peserta dalam sebuah proyek konstruksi
Etika Bisnis dan Etika
Profesional
• Bagaimana peran etika di dalam bisnis dan peran etika
profesional dapat mengontrol para individu menjalankan
prakteknya sehari-hari dalam berprofesi.
1. Etika Bisnis
Etika di dalam bisnis berkaitan dengan perilaku yang
baik dan buruk atau benar dan salah yang terjadi dalam
konteks bisnis. Konsep benar dan salah semakin sering
ditafsirkan saat ini untuk menyertakan pertanyaan-
pertanyaan yang lebih sulit dan halus terkait dengan
keadilan dan kesetaraan. Salah satu masalah utama
adalah bahwa hal itu tidak mempunyai standar atau
norma yang jelas dan harus digunakan, dengan demikian
pendekatan konvensional rentan terhadap relativisme
etis. Sehingga, kita dapat bingung, tidak pasti, dan tidak
nyaman ketika menghadapi dilema etika
2. Etika Profesional
Hampir setiap profesi memiliki kode etiknya, untuk
menyediakan kerangka kerja yang akan menghantarnya
pada pilihan etis yang baik. Oleh karena itu, etika profesi
adalah sistem norma untuk menangani dengan baik
moralitas dan perilaku profesional dalam praktek mereka
sehari-hari, dan untuk menganggap tanggung jawab
moral tidak hanya untuk individu, tetapi untuk semua
profesional yang berlatih dalam profesi tertentu
• Banyak pihak di industri konstruksi mengklaim bahwa kode
etik profesional dapat membantu mengurangi perilaku tidak
etis dari insinyur sipil, dan dapat meningkatkan tingkat etika
di antara pemain konstruksi.
• Seperti etika profesional, etika pribadi adalah refleksi dari
nilai-nilai keyakinan, kepribadian dan latar belakang.
Kecenderungan setiap orang terhadap perilaku etis sangat
mungkin dipengaruhi oleh sistem nilai yang dipantulkan oleh
organisasi yang mempekerjakan mereka.
• Ini sering mengakibatkan rasa pribadi seseorang tentang
apa yang benar dan salah menjadi terkubur di dalam sebuah
organisasi, tanpa kepatuhan terhadap etika profesi.
Etika dan Hukum
• Dalam proses globalisasi ekonomi, kita harus
memperhatikan moralisasi dari peran pemerintah.
• Pemerintah harus menggunakan kebijakannya untuk
mengatur hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan
yang berbeda, memotivasi berbagai pihak, dan mendorong
daya saing di bidang perekonomian, yang merupakan
korelasi yang benar-benar responsif antara pemerintah dan
tingkat perilaku etis.
• Etika hukum harus dilakukan dengan dianggap benar atau
salah, tetapi hukum mencerminkan etika masyarakat yang
dikodifikasi.
• Oleh karena itu, jika seseorang melanggar hukum atau
melanggar peraturan, dia juga berperilaku tidak etis.
Dilema Etika Professional Proyek Konstruksi
• Industri konstruksi menjadi lingkungan
penuh persaingan yang ketat, dan margin
keuntungan yang kecil. Hal ini menjadi
perhatian, yang berkaitan dengan perilaku
etis profesional di bidang konstruksi.
• Ada banyak pihak yang terlibat dalam
industri konstruksi, seperti klien, arsitek,
surveyor, insinyur sipil, dan insinyur lainnya
dan banyak upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan standar etika dan integritas
di kalangan profesional, di sektor
konstruksi di seluruh dunia.
• Klien sebagai kekuatan kemudi utama,
sehingga keterlibatan klien dalam setiap
Perilaku Etis sesuai dengan Prinsip-
prinsip Etika :

1. Kejujuran, yakni bertindak dengan kejujuran dan


menghindari perilaku yang mungkin mengakibatkan
secara langsung atau tidak langsung, dalam penipuan.
2. Kewajaran, yakni tidak berusaha untuk memperoleh
manfaat yang timbul secara langsung atau tidak langsung
dari perlakuan yang tidak adil dari orang lain.
3. Pengakuan, yakni menghindari tindakan-tindakan yang
mungkin mengakibatkan pihak lain kehilangan pengakuan
yang adil untuk pekerjaan mereka.
4. Keandalan, yakni mempertahankan keunggulan
keterampilan dan menyediakan layanan hanya dalam
wilayah kompetensi.
5. Integritas, yakni memperhatikan untuk kepentingan
masyarakat, khususnya orang-orang yang akan
menggunakan atau mendapatkan suatu kepentingan
proyek di masa depan.
6. Objektivitas, yakni mengidentifikasi setiap potensi
konflik kepentingan dan mengungkapkan konflik
kepada setiap orang yang akan terpengaruh.
7. Akuntabilitas, yakni memberikan informasi dan
peringatan dari hal-hal dalam pengetahuan Anda yang
berpotensi merugian orang lain, dan yang mungkin
dapat dipengaruhi oleh mereka. Peringatan harus
diberikan dalam waktu yang cukup untuk
memungkinkan pengambilan tindakan efektif untuk
menghindari kerugian.
• Secara umum, dilema etika adalah situasi yang kompleks
bagi seseorang dalam dunia bisnis, di mana keputusan harus
dibuat tentang tindakan yang memadai harus diambil dan
menjelaskan sebuah dilema, mungkin berasal dari konflik
antara kebenaran atau kesalahan tindakan, dan kebaikan
atau keburukan, sebagai konsekuensi dari tindakan.
• Dengan kata lain, melakukan apa yang secara moral benar
tampaknya menghasilkan hasil yang buruk dan melakukan
apa yang salah secara moral tampaknya menyebabkan efek
yang lebih baik.
Dampak Praktek Pelanggaran
Etika Proyek Konstruksi
• Kualitas sikap telah menjadi salah satu isu penting dalam lingkungan
konstruksi. Hal tersebut disebabkan sifat lingkungan konstruksi itu
sendiri, yang menghadapi masalah fragmentasi yang tinggi,
ketidakstabilan, produktifitas rendah, kualitas buruk, dan kurangnya
standar dalam mewujudkan produk akhir konstruksi.
• Budaya mutu dan kualitas sikap disini dipahami sebagai tindakan atau
perilaku, yang mementingkan aspek kualitas proyek konstruksi, dari
manajemen dan staf di organisasi.
• Kesamaan budaya mutu dan kualitas sikap yang positif, adalah faktor
utama dalam mengembangkan perubahan dalam lingkungan konstruksi,
khususnya untuk masalah kualitas konstruksi.
• Namun demikian, ada kendala dalam mengadopsi dan
menerapkan kualitas dalam lingkungan konstruksi sebagai
perusahaan yang berbeda, dengan memiliki budaya kualitas
dan sikap yang berbeda.
• Beberapa perusahaan menerapkan standar kualitas pada
proyeknya untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka dan
citra perusahaan, sedangkan bagi perusahaan lain persepsi
kualitas adalah untuk memenuhi persyaratan dan kewajiban
standar kualitas.
• Dampak pelanggaran etika terhadap proyek konstruksi
dapat berupa: dampak terhadap biaya, mutu proyek
kontruksi dan organisasi.
Contoh Kasus

PELANGGARAN ETIKA PEMUTUSAN HUBUNGAN


KONTRAK SECARA SEPIHAK PROYEK
PEMBANGUNAN KOS DE FREEZE
Oleh : Amirudin Kurdi
Deskripsi Proyek
Nama Proyek : Kos De Freeze (4 Lantai)
Alamat : Kelapa Dua Depok
Nilai Kontrak : 1.800.000.000
Kontraktor : PT. Xxxxxx (Disamarkan)
Owner : Ibu. Xxxxx (Disamarkan)
Luas Bangunan : 424 m2
Jenis Kontrak : Unit Price
Kasus Pelanggaran Etika Konstruksi :
1.Pada proyek pembangunan kost D’Freeze, kontrak awal menyebutkan
nilaiproyek sebesar 1,8 M dengan jangka waktu pengerjaan selama 9
bulan.
2.Saat progress mencapai 50%, kontraktor mengurangi pekerja
(tukang)dikarenakan masalah financial.
3.Pada saat itu juga kontraktor memberi pemberitahuan kepada owner
melalui email, bahwa pekerjaan akan terlambat selama 2 minggu
dengan alasan cuaca yang tidak mendukung.
4.Owner tidak memberi tanggapan kepada kontraktor selama 1 bulan.
5.Kontraktor tetap melanjutkan pekerjaan sampai progress 70%.
6.Saat progress 70% itu telah tercapai, owner secara sepihak memutus
kontrak melalui email dengan alasan kerjaan yang tidak sesuai
schedule, dan dana yang telah dikeluarkan oleh kontraktor untuk
progress payment tidak dibayarkan oleh owner.
PELANGGARAN ETIKA PROFESI PADA PROYEK HAMBALANG
OKTOBER 19, 2018 OLEH WARTAPLANOLOGI - DANINDRA IQBAL
ARROSYID (5161511028) - ETIKA PERENCANAAN
https://wartaplanologi.wordpress.com/2018/10/19/critical-review-
pelanggaran-etika-profesi-pada-proyek-hambalang/

Pembangunan Sport Center di Hambalang Bogor adalah salah


satu wujud kepedulian pemerintah untuk menjadikan olahraga
sebagai pendukung terwujudnya manusia Indonesia yang sehat.
Dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah
kebijakan pembangunan yaitu menumbuhkan budaya olahraga
guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga
memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup.
Sport Center Hambalang Bogor dibangun dengan tujuan
meningkatkan kemampuan para atlit Indonesia agar mampu
bersaing dengan atlit luar negeri terutama ketika bertanding
dengan atlit negara-negara tetangga. Selain itu,Pihak
Kemenpora menganggap Sekolah Atlet Ragunan, di Jakarta
Selatan tak lagi memadai dan semakin sesak, karena sejak
otonomi daerah diberlakukan harus berbagi dengan Pemda
DKI Jakarta, sehingga perlu dibangun satu sekolah olahraga
yang baru dengan fasilitas memadai dan bertaraf
internasional untuk para atlet berprestasi.
Namun dalam pelaksanaan pembangunan proyek sport
center Hambalang tersebut banyak sejumlah kasus dugaan
tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak petinggi
Negara dan BUMN terlibat, diantaranya para elite Partai
Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum qq
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah
Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT
Dutasari Citralaras, Direktur BUMN PT Adhi Karya dan lain
sebagainya.
• Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktor
dimana mereka merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan
PT Wijaya Karya yang diduga men-subtenderkan sebagian
proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M. Banyak
kasus pelanggaran etika profesi dalam pelaksanaan proyek
Hambalang yang di langgar oleh kontraktor bahkan
kontraktor BUMN sekelas PT. Adhi Karya dan PT. Wijaya
Karya guna memperoleh tender proyek tersebut. Berbagai
kecurangan diantaranya pemberian fee untuk memuluskan
jalannya proyek tersebut. Secara etika profesi kasus suap
/fee demi memenangkan suatu proyek adalah hal yang tidak
dibenarkan dan merupakan pelanggaran aturan dasar kode
etik atas dasar norma.
Review
Pelanggaran Kode Etik Profesi Pada Proyek Hambalang
1. Yang pertama yaitu Jenis badan hukum dari proyek
Hambalang adalah BUMN.BUMN merupakan perusahaan
yang mayoritas kepemilikannya milik pemerintah. Namun,
dalam kasus proyek hambalang ini ditemukan prosedur
prosedur yang tidak sesuai dengan prosedur seharusnya.
2.Yang kedua Ketidak Jujuran Hasil Survey (Lokasi Bukit
Hambalang Tidak Layak di Bangun Komlpek SportCentre)
• Salah satu kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh
seorang perencana / insinyur adalah melakukan survey
lokasi / study kelayakan untuk menentukan apakah layak
atau tidaknya kawasan tersebut dibangun sebuah gedung
atau bangunan lainnya sehingga bangunan tersebut
dapat kokoh berdiri sesuai dengan umur rencana.
• Namun pada kenyataanya sebagian lahan proyek Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional
Hambalang, Bogor, Jawa Barat, ternyata memiliki struktur
tanah yang sangat labil. Pertengahan Desember tahun lalu,
sebagian area di pusat olahraga tersebut ambles, yang
mengakibatkan dua bangunan, yakni gedung bulu tangkis
dan power house (rumah genset), hampir roboh.
3.Adanya Mark Up Anggaran Proyek
• Salah satu isu-isu yang melanggar kode etik profesi pada
peroses pembangunan sarana olah raga sport
centre adalah adanya Mark UpAnggaran proyek. Mark Up
anggaran proyek biasanya dilakukan kontraktor untuk
menghindari kerugian akibat naiknya harga barang/
material. Namun pada kasus proyek hambalang Mark
Up anggaran sengaja dilakukan oleh beberapa pihak untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Mark Up yang
seperti inti bisa dikategorikan dalam tindak pidana korupsi.
KRITIK
• Etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Kode
Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku.
• Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya
tidak dilakukan sebagai perencana dan pemegang
kepentingan dalam kasus proyek hambalang ini ditemukan
prosedur prosedur yang tidak sesuai dengan prosedur
seharusnya.
• Adanya Mark Upanggaran pada kasus proyek
hambalang. Mark Up anggaran sengaja dilakukan oleh
beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya demi kepentingan pribadi. Mark Up yang seperti
inti bisa dikategorikan dalam tindak pidana korupsi itu
termasuk pelanggaran etika dan norma hokum.
• Ketidak jujuran hasil survey/ penipuan data survey adalah
salah satu pelanggaran kode etik, Dalam hal ini konsultan
perencana tidak bertindak jujur tidak menunjukan hasil
survey yang sebenarnya karena pada kawasan hambalang
tidak layak untuk dibangun gedung sarana olah raga Sport
Centre.
• Seharusnya sebagai perencana harus lebih terbuka dengan
hasir survey yang ada, tidak mementingakan uang suap agar
terlihat baik kondisi tanahnya padahal kondisi tanah di
lokasi sangan labil dan tidak kuat untuk didirikan bangunan.
Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara
Internasional Denver
Diposting oleh anisa meiliani | Minggu, 10 Juni 2018
http://anisameiliani.blogspot.com/2018/06/pelanggaran-etika-
profesi.html

• Konstruksi beton digunakan untuk runway (landasan pacu),


taxiway (landasan parkir), dan apron (tempat parkir
pesawat) bandara.
• Kontraktor pelaksana adalah perusahaan “3B” dengan
menggunakan 2 subkontraktor.
• Kontraktor mengubah komposisi beton untuk runway dan
apron dengan memperbanyak kerikil, air dan pasir (jumlah
semen menjadi sedikit) dengan tujuan untuk mendapatkan
tambahan keuntungan.
• Dua subkontraktor mengajukan tuntutan hukum melawan
kontraktor yang mengerjakan perkerasan runway.
• Subkontraktor yang bertugas mensuplai materialkerikil dan
pasir mengklaim belum dibayar oleh kontraktor 3B karena
pembayaran saat itu dapatmeninggalkan jejak penggunaan
material dan komposisi beton yang tidak layak.
• Subkontraktor menyatakan bahwa mutu beton yang tidak
tepat dapat menghasilkan kekuatan uji yang benar namun
akan menghasilkan umur konstruksi yang lebih pendek.
• Selanjutnya hasil penyelidikan kejaksaan menyatakan
bahwa laporan inspeksi runway dipalsukan selama
pelaksanaan konstruksi.
• Laporan pengujian beton di laboratorium telah dipalsukan
untuk menyembunyikan beberapa hasil uji yang tidak masuk
spesifikasi.
• Karyawan laboratorium menyatakan bahwa perubahan data
uji adalah prosedur operasi standar di laboratorium tersebut.
Jika hasil suatu pengujian tidak konsisten dengan hasil
pengujian yang lain, maka hasilnya akan diubah untuk
menutupi perbedaan.
• Dalam hasil uji laboratorium juga ditemukan bahwa
kekuatan beton pada umur 7 hari lebih tinggi daripada umur
28 hari. Karyawan laboratorium mengindikasikan bahwa
hasil uji 7 hari telah diubah untuk membuat beton tampak
lebih kuat dari keadaan sebenarnya.
• Cara kontraktor 3B melakukan pengurangan kandungan
semen dalam beton
• Seorang operator kontraktor menjelaskan bahwa mereka
mendapat informasi tentang inspeksi yang akan diadakan.
Ketika pengawasan datang mereka menggunakan komposisi
yang benar sehingga beton tampak diformulasikan dengan
benar.
• Seorang operator komputer juga mengakui bahwa
dia diperintahkan untuk memasukkan data kandungan air
yang negatif sehingga akan muncul hasil kebutuhan semen
yang lebih sedikit.
Pelanggaran Kode Etik Engineering
(IKI BLOG)
• Pelanggaran Kode Etik Lapindo
• Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga
kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi
Kujung (batu gamping. Sumur tersebut akan dipasang
selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai
dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation
loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya
fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum
pengeboran menembus formasi Kujung.
• Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang
casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi
pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan
casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke
wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan
bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki,
mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang
rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara
formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).
• Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan
pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah.
Mereka membuat prognosis denganmengasumsikan zona pemboran
mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah
formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang
tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan
memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping
formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor
mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih
berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan
tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out)
tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).
• Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu
gamping.Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai,
padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping
formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong).Akibatnya lumpur yang
digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk
ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss
sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.
• Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi
Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor
berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur
standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out
Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur
pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan
mematikan kick
• Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi
bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas
sampai ke batas antara open-hole dengan
selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8
inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan
kondisi geologis tanah tidak stabil &
kemungkinan banyak terdapat rekahan alami
(natural fissures) yang bisa sampai ke
permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan
perjalanannya terus ke atas melalui lubang
sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka
fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha
mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu
melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah
mengapa surface blowout terjadi di berbagai
tempat di sekitar area sumur.
Pengamatan Kasus
• Seperti yang kita tahu, dalam masyarakat Engineer amat
dibutuhkan dan amat berperan dalam menyejahterakan
dan memudahkan kehidupan dalam masyarakat. Engineer
banyak dituntut untuk berpikir kritis, bukan secara asal-
asalan melainkan dengan bukti dan data yang telah
dihitung yang ditinjau secara matematika dan sains.
• Secara umum suatu tindakan akan memunculkan suatu
peraturan demikian pula pada Engineering, dimana para
Engineer dituntut untuk mengikuti Kode Etik Engineer.
Namun kebanyakan orang tidak sadar ataupun sengaja
melanggar kode etik tersebut, sehingga menimbulkan
masalah di masyarakat yang alhasil bukan membantu
namun semakin mempersulit masyarakat.
• Salah satu pelanggaran kode etik engineer yang cukup kita
kenal pada peristiwa blow out lumpur lapindo. Umumnya
bencana ini terjadi karena adanya mud volcano atau
lumpur bawah tanah. Yang kedua adalah karena fenomena
UGBO di mana fluida bawah tanah seperti air, minyak, atau
gas keluar tanpa melalui lubang pengeboran.
• Penjelasan ilmiah atau secara umum semata-mata akan membawa
kita pada kesimpulan bahwa banjir lumpur di Sidoarjo adalah
sebuah bencana alam. Namun dibalik itu semua pastilah ada factor
manusia yang bekerja dibelakangnya sehingga alam pun bertindak.
Aktivitas pengeboran, teknik apa yang digunakan, serta lokasi
pengeboran adalah keputusan-keputusan yang diambil oleh
manusia. Seperangkat keputusan inilah yang menjadi titik awal
terjadinya bencana, para ahli kebanyakan hanya menduga tanpa
memperhitungkan lebih dalam tentang pengeboran ini. Dari sudut
pandang ini, tragedi lumpur panas bukanlah bencana alam, tetapi
bencana teknologi yang terjadi karena kegagalan pengoperasian
sistem teknologi.
• Kasus lumpur Lapindo menunjukkan ketiadaan etika rekayasa yang
merupakan salah satu kode etik engineer. Dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pengeboran di Sidoarjo kebanyakan
ahli hanya berpikir kaku yang hanya berorientasi pada kebutuhan
industri tanpa pernah peduli implikasi dari teknologi yang mereka
gunakan di masyarakat. Mereka yang awalnya bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat malah sebaliknya menyusahkan
masyarakat dan juga menyulitkan pemerintah karena banyaknya
dana yang harus ditanggung oleh pemerintah
• Ketiadaan etika rekayasa adalah salah satu faktor yang mesti
menjadi pelajaran penting agar kasus seperti lumpur Lapindo tidak
terulang kembali. Masyarakat kita sudah terlalu letih dengan
berbagai bencana alam
KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan
bahwa kode etik Engineering merupakan pedoman mutu moral
Engineering didalam bermasyarakat yang di atur sesuai
dengan profesi masing-masing. Hanya kode etik yang
berisikan nilai-nilai dan cita-cita di terima oleh Engineering itu
sendiri serta menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan
dengan tekun dan konsekuen. Kode etik tidak akan efektif
kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah
karena tidak akan di jiwai oleh cita-cita dan nilai hidup dalam
kalangan Engineering itu sendiri.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai