Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA MANAJEMEN KONSTRUKSI

DALAM SUATU PEKERJAAN

OLEH:
I GUSTI AYU PUTU WAHYUNDARI
NIP. 198805122010122005

BALAI WILAYAH SUNGAI BALI-PENIDA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya saya
dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul “Pentingnya Manajemen Konstruksi dalam Suatu Pekerjaan”.

Karya Tulis ini disusun dalam rangka Penyusunan Dupak Tahun 2021. Harapan kami karya tulis
ini juga dapat digunakan sebagai dukungan dalam melakukan pengelolaan terhadap sungai khususnya
Tukad Badung di Balai Wilayah Sungai Bali-Penida.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Denpasar, Agustus 2021

I Gusti Ayu Putu Wahyundari, ST, MT


NIP. 19880512 201012 2 005
Pentingnya Manajemen Konstruksi dalam Suatu Pekerjaan

Manajemen konstruksi merupakan pengelolaan konstruksi mulai dari perencanaan,


pengadaan, persiapan pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan sampai dengan diterimanya hasil
pekerjaan oleh pemilik pekerjaan. Dalam perencanaan pengadaan mulai diidentifikasi kebutuhan
suatu proyek konstruksi, juga mulai ditetapkan cara pengadaan sampai dengan berapa anggaran
yang akan diperlukan untuk melakukan pengadaan tersebut. Setelah dilakukan perencanaan
pengadaan, persiapan dan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan, dimana pelaksanaan pengadaan
ini bisa dilakukan dengan swakelola (dikerjakan sendiri) maupun melalui penyedia (pemilihan
barang/jasa). Dalam hal pengadaan secara swakelola, PPK bersama tim melakukan secara mandiri
mulai dari perencanaan, penetapan sasaran, penyusunan rencana kegiatan, jadwal kegiatan, RAB
sampai dengan pelaksanaan dan pengawasannya sampai dengan pengendalian, pelaporan dan
pertanggung jawaban pekerjaan tersebut. Namun, seringkali pengadaan secara swakelola ini
menjadi boomerang bagi PPK itu sendiri terkait kurang rapinya administrasi yang dilakukan
walaupun pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Maka dari itu, banyak
kegiatan swakelola yang dialihkan menjadi kegiatan kontraktual atau melalui penyedia jasa.
Dengan pengadaan dan pelaksanaan melalui penyedia diharapkan pekerjaan yang dilaksanakan
dapat terkontrol lebih baik, baik dari segi mutu, waktu dan biaya.

Jenis Pengadaan dan PBJ dibagi menjadi 4, antara lain:

1. Pengadaan barang, yakni pengadaan suatu barang yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang, misalnya bahan baku, barang
setengah jadi, barang jadi/peralatan, dan mahluk hidup
2. Pekerjaan Konstruksi, yakni kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangungan kembali suatu bangunan, misalnya
pembangunan bendungan, saluran irigasi, revetment pantai, dsb.
3. Jasa Konsultansi, yakni jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir atau brainware. Jasa
konsultansi ini bisa berupa perencanaan (misalnya FS, DED) maupun pengawasan/ supervise
proyek konstruksi.
4. Jasa Lainnya, yaitu jasa non-konsultasi/ jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus, dan/atau keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal
luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Saat ini juga telah diinstruksikan pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang
dan Bangun (Design and Build), dimana pekerjaan perancangan terintegrasi dengan pelaksanaan
konstruksi. Hal ini tentu mempersingkat proses pengadaan barang/ jasanya. Dalam hal menentukan
pekerjaan yang bisa dilakukan secara Design and Build mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
masuk dalam kategori pekerjaan kompleks, pekerjaan yang mengharuskan pemakaian teknologi
tinggi, beresiko tinggi, memakai peralatan yang didisain khusus. Atau merupakan pekerjaan
mendesak yang memerlukan penanganan secepatnya.

Dalam Pelaksanaan Konstruksi dibagi menjadi 3 tahap, yakni

1. Tahap Pra Kontrak, dimana dalam tahap ini dilakukan persiapan dan pengadaan barang dan
jasa. Dalam hal pemilihan penyedia dilakukan oleh pokja pengadaan dengan prinsip
pengadaan yang efektif, efisien, transparan, terbuka, bersaing, adul dan akuntabel.
Pelaksanaan proses pengadaan ini harus memenuhi etika pengadaan, yakni dilakukan secara
tertib & tanggung jawab, profesional, mandiri &jujur, menghindari conflict of interest,
menghindari penyalahgunaan wewenang, tidak menerima, menawarkan/ menjanjikan.
Output dari tahap ini adala usulan pemenang sampai dengan pre award metting/ rapat
persiapan penunjukan penyedia yang dilakukan antara pokja pengadaan, PPK dan calon
penyedia jasa yang menjadi pemenang dalam pemilihan yang dilakukan oleh pokja
pengadaan.
Hal- hal yang dibahas dalam Pre Award Meeting ini antara lain:
- Ketentuan mengenai bentuk,nilai, masa berlaku, dan batas waktu penyerahan
jaminan pelaksanaan
- Jenis asuransi yang harus disiapkan sebelum tandatangan kontrak
- Harga satuan timpang
- Ketentuan perhitungan eskalasi
- Hal-hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada waktu evaluasi penawaran
- Hal-hal lain yang dinilai perlu agar PPK benar-benar yakin dalam menunjuk
penyedia jasa tersebut.
Dalam suatu kasus, jika ada penyedia jasa yang telah melakukan tanda tangan kontrak dan
telah melakukan pekerjaannya beberapa waktu, namum dalam pelaksanaan tersebut
melakukan kesalahan fatal sehingga PPK memutuskan kontraknya, pemenang kedua/
cadangan dalam pemilihan paket tersebut tidak bisa menggantikan posisi penyedia yang putus
kontrak tersebut. Di sinilah pentingnya Pre Award Meeting tersebut untuk memastikan
pemilihan penyedia tersebut telah sesuai persyaratan yang dituangkan dalam dokumen.

2. Tahap Kontrak, dimana dalam tahap ini dilakukan Penunjukan Penyedia Jasa, Rapat
Persiapan Penandatanganan Kontrak, dan Pelaksanaan Kontrak. Dalam rapat ini PPK dan
penyedia wajib memeriksa konsep Kontrak meliputi substansi, bahasa, redaksional, angka dan
huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar Dokumen Kontrak. Dalam hal
penandatangan kontrak hanya dilakukan jika DIPA dari pekerjaan tersebut telah terbit.
Kontrak itu sendiri merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Dimana penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai
diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat
ahli hukum Kontrak. Untuk sahnya persetujuan diperlukan beberapa syarat yakni kesepakatan,
kecakapan untuk membuat suatu perikatan atau ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang/
memenuhi syarat.

Setelah penandatangan kontrak, dilakukan Pre Construction Meeting (PCM) yang merupakan
rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan antara PPK, Penyedia Jasa dan tim teknis dari PPK itu
sendiri. Hal-hal yang perlu dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan
konstruksi antara lain:
– Stuktur organisasi proyek
– Penyamaan presepsi tentang pasal-pasal yang tertuang dalam dokumen kontrak
– Usulan-usulan perubahan mengenai isi dalam pasal-pasal dokumen kontrak, jika ada
– Pembahasan prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, misalnya bagaimana
request pekerjaan sampai dengan persetujuan dari pemilik proyek.
– Presentasi penyedia jasa dalam rencana penanganan pekerjaan melalui program untuk
penyedia jasa (Rencana Mutu Kontrak). Dalam RMK ini juga memuat jadwal
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sampai dengan metode yang digunakan.
3. Tahap Pasca Kontrak, merupakan kegiatan yang terjadi setelah selesainya pelaksanaan
kontrak. Tahap ini bisa berupa kegagalan bangunan maupun sengketa kontrak. Apabila terjadi
kegagalan bangunan maka PPK dan/atau penyedia terhitung sejak tanggal penandatanganan
berita acara penyerahan akhir bertanggung jawab atas kegagalan bangunan sesuai dengan
kesalahan masing-masing selama umur konstruksi yang tercantum dalam SSKK, namun tidak
lebih dari 10 tahun masa konstruksi. Untuk sengketa konstruksi dapat terjadi karena perbedaan
pemahaman atau perselisihan pendapat yang dapat terjadi akibat beberapa factor yakni factor
tekni, waktu, dan biaya. Penyelesaian Sengketa Kontrak ini dapat dilakukan melalui layanan
penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, atau penyelesaian melalui pengadilan.

Dalam manajemen konstruksi salah satu hal yang harus diperhitungkan adalah
manajemen risiko. Bukan tanpa tujuan, manajemen resiko proyek dilakukan untuk meningkatkan
peluang positif dan meminimalisir peluang negative atau merugikan yang mungkin benar-benar
terjadi dalam proyek kita. Bukan hanya negative, resiko sendiri memang ada yang dikategorikan
positif, dimana risiko posited ini juga seringkali disebut sebagai peluang (opportunities).
Penanganan respon untuk jenis risiko positif dan risiko negative pun tentu berbeda, dan inilah yang
harus dipersiapkan dengan baik lewat manajemen risiko proyek.

5 Kesalahan Fatal yang membuat manajemen resiko tidak optimal, antara lain:

1. Hanya Berfokus Pada Risiko Ekstrem


Seringkali kita berpikir bahwa risiko hanyalah tentang cara menghadapi risiko atau
kejadian ekstrem adalah pola piker yang harus dihindari. Dengan memusatkan perhatian kita
hanya pada risiko ekstrem, kita dapat menjadi rentan dengan abai pada peluang-peluang isiko
lainnya yang mungkin tidak terlihat karena probabilitasnya dinilai rendah. Padahal, ada
beberapa kasus risiko proyek ekstrem yang terjadi sebagai dampak dari risiko berprobabilitas
rendah. Karena tidak diidentifikasi yang kemudian menyebabkan tidak siapnya langkah
penanganannya, buka tidak mungkin risiko ini bisa memicu dampak yang besar ke depannya.

2. Meremehkan Dampak Risiko


Salah satu kesalahan dalam manajemen risiko proyek yang juga sering terjadi adalah
meremehkan dampak risiko. Ketika dampaknya diremehkan, perhitungn factor risiko menjadi
tidak akurat, penentuan prioritas menjadi cacat dan seluruh proses manajemen risiko terancam.
Ada 4 (empat) kemungkinan konsekuensi untuk setiap peristiwa risiko yakni biaya,
fungsionalitas jadwal dan kualitas. Masing-masing perlu dipertimbangkan ketika memutuskan
nilai dampak risiko. Namun, penting juga untuk memprioritaskan dampak ini berdasarkan apa
yang paling penting bagi proyek. Jika prioritas terpenting proyej adalah ketepatan waktu
penyelesaian, maka daftar risiko yang berpotensi menunda wati harus diberi nilai atau boboy
dampak yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang berdampak biaya.

3. Meyakini Pengalaman Masa Lalu Akan Berlaku di Manajemen Risiko Saat Ini
Ada banyak aspek di dunia saat ini yang bergerak cepat dan berubah sepanjang waktu
dan hal itu membuat respon kita pada suau hal tentu berubah. Jadi, jangan terpaku pada
preseden penanganan risiko di proyek sebelumnya sebagai landasan dalam mengelola proyek
saat ini.

4. Tidak Mendelegasikan Setiap anggota Tim Untuk Setiap Risiko


Seringkali manajer proyek tidak efektif dalam mendelegasikan tugas pengelolaan
risiko kepada tim dan akhirnya mengambil tanggung jawab besar itu sendiri. Slah satu langkah
dari perencanaan respons risiko adalah dengan menetapkan kepemilikan atau penanggung
jawab setiap risiko kepada seorang individu atau anggota tim.
Nantinya setiap penanggung jawab akan bertanggung jawab untuk membuat rencana respons
risiko, memantau risiko dan melaporkan status risiko terkini. Hal ini tentu akan berjalan jauh
lebih efisien untuk memantau pergerakan risiko yang akan mempengaruhi kesuksesan proyek.
Namun, pastikan kita telah menunjuk penanggung jawab risiko yang berkompeten untuk
menangani risiko tersebut.

5. Tidak Menganggap Manajemen Risiko Sebagai Proses Berkelanjutan


Manajemen risiko adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Sayangnya, beberapa
manajer proyek menempatkan manajemen risko sebagi tugas yang memiliki batasan waktu
mulai dan selesai karena dianggap sebagai bagian dari perencanaan proyek. Padahal, risiko
adalah elemen yang aka nada selalm proyek berlangsung.
Dari materi yang telah disampaikan, dapat kita simpulkan bahwa Manajemen Konstruksi
begitu penting dalam kegiatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Mulai dari perencaan
hingga pelaksanaan harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku agar pekerjaan yang dilakukan dapat selesai dengan tepat mutu, waktu dan biaya.
Tepat mutu artinya menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan spektek dan ketentuan lain yang
telah dipersyaratkan. Tepat waktu adalah pekerjaan bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang
direncanakan, sedangkan tepat biaya adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan yang
diperhitungkan sehingga tidak terjadi pemborosan negara. Dengan dilakukannya manajemen
konstruksi yang baik, pekerjaan yang dihasilkan tentu juga baik.

Anda mungkin juga menyukai