Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Komunikasi

Proyek

01
Modul ke:

Pengenalan dan Konsep Manajemen Komunikasi Proyek

Fakultas
Teknik Ir. MADJUMSYAH HARIADI, MT. IPM.

Program Studi
Teknik Sipil
Manajemen Komunikasi Proyek
Manajemen Komunikasi Proyek
Mahasiswa Mengerti dan Memahami Manajemen Komunikasi Proyek
Manajemen Komunikasi Proyek

Dalam Undang – Undang Jasa Konstruksi terdapat pihak – pihak yang terlibat
dalam Industri Konstruksi diantaranya adalah :
1. Pengguna Jasa, merupakan pihak yang memiliki ide/gagasan untuk melaksanakan
proyek konstruksi. Pada umumnya pihak Pengguna Jasa juga merupakan Pihak yang
bertanggung jawab atas ketersediaan Dana untuk pembayaran kepada Penyedia Jasa
dan Ijin dari Instansi terkait.
2. Penyedia Jasa, merupakan pihak yang ditunjuk oleh Pengguna Jasa untuk dapat
melaksanakan tugasnya pada proyek konstruksi dalam mewujudkan ide/gagasan dari
pihak Pengguna Jasa
Penyedia Jasa terbagi menjadi beberapa layanan, diantaranya sebagai berikut :
1. Penyedia Jasa Perencana atau disebut Konsultan Perencana
2. Penyedia Jasa Pengawasan atau disebut Konsultan Pengawas
3. Penyedia Jasa Pelaksana atau disebut Kontraktor
Manajemen Komunikasi Proyek

Tahapan Initiating (Awal)


Proyek Konstruksi dimulai dengan
adanya Ide/Gagasan (Tahapan Inisiasi) dari
Pemilik Proyek/Pengguna Jasa terkait
dengan keberlangsungan usaha ataupun hal
lainnya, baik sebagai kebutuhan primer
maupun sekunder. Tahapan awal/inisiasi
dilakukan oleh pemilik proyek dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi dan
hukum yang berlaku.
Manajemen Komunikasi Proyek

Komunikasi yang dapat dilakukan oleh Pemilik Proyek adalah komunikasi internal dalam
struktur organisasi terkait dengan visi dan misi Perusahaan. Umumnya, komunikasi ini
dilakukan antar pejabat perusahaan dengan tujuan agar kebijakan yang akan diambil dapat
mendukung proyek yang dicanangkan. Informasi yang akan tersirkulasi terutama mengenai
Biaya dan Profit Proyek. Bagi Pemilik Proyek, profit yang dimaksud tidak selalu berupa
keuntungan secara finansial akan tetapi dapat juga berupa layanan kepada masyarakat
umum sebagai bentuk kontribusi perusahaan terhadap lingkungan.

Form untuk proyek harus dibuatkan oleh PIC perusahaan sebagai Dokumentasi Internal
dalam tahapan Initiating. Adapun komunikasi tahap ini akan dievaluasi oleh tim pengawas
internal sebelum dilanjutkan menuju tahapan perencanaan
Manajemen Komunikasi Proyek

Tahapan Planning (Perencanaan)


Pada tahap ini, ide/gagasan dari Pemilik Proyek kemudian dituangkan dalam
perencanaan internal terlebih dahulu. Setelah terkonsep, Pemilik Proyek akan melaksanakan
pelelangan untuk mendapatkan jasa dari Penyedia Jasa Perencana (Konsultan Perencana).
Prinsip dari tahap ini adalah perencanaan secara struktur, biaya, mutu dan waktu
penyelesaian pekerjaan.

Untuk proyek konstruksi Bangunan Gedung Tinggi (50 lantai) misalnya, perencanaan secara
struktur akan dilakukan terhadap Beban :
1. Beban Mati
2. Beban Hidup
3. Beban Gempa
4. Beban Angin
Manajemen Komunikasi Proyek

Kriteria Perencanaan Struktur dilampirkan dalam suatu Dokumen Perencanaan, yang


terdiri dari :
1. Parameter Pembebanan
2. Kriteria Bangunan Gedung
3. Mutu Beton
4. Mutu Besi Tulangan
5. Mutu Bahan Konstruksi
6. Test Tanah
7. Perhitungan Simulasi Struktur Bangunan Tahan Gempa (Reaksi, Gaya Lintang, Gaya
Normal, Momen)
8. Test Tunnel (Angin)
Pihak Owner dapat melakukan komunikasi dengan Konsultan Perencana yang telah
ditunjuk sebelumnya untuk mendapatkan informasi kelayakan pakai gedung secara
struktur.
Manajemen Komunikasi Proyek

Tahapan Executing (Pelaksanaan)


Pada tahap ini Penyedia Jasa Pelaksana (Kontraktor) telah terpilih untuk
melaksanakan atas apa yang telah direncanakan. Komunikasi antara Owner dan Kontraktor
akan sangat padat, dikarenakan uraian pekerjaan yang begitu kompleks beserta
administrasinya. Kontraktor akan lebih melakukan pengendalian terhadap Biaya, Mutu dan
Waktu, namun terkadang mengabaikan pentingnya Komunikasi dengan pihak Owner. Banyak
perselisihan timbul dari hal ini, sehingga tidak sedikit menimbulkan sengketa yang
berkepanjangan.

Komunikasi yang buruk memberikan konsekuensi kepada kedua belah pihak berupa Biaya
dan Waktu Tambahan. Image dari perusahaan akan dinilai oleh masyarakat konstruksi
lainnya bilamana terjadi sengketa konstruksi antara Owner dan Kontraktor.

Tidak hanya komunikasi antara Owner dengan Kontraktor, namun juga komunikasi yang baik
dalam tahap ini harus dilakukan antara Owner dengan Penyedia Jasa Pengawasan (Konsultan
Pengawas)
Manajemen Komunikasi Proyek

Tahapan Monitoring and Controlling (Pengawasan dan Pengendalian)


Masing – masing Stakeholder dalam proyek konstruksi secara internal harus juga
membangun komunikasi yang baik antar bagian didalamnya. Bilamana suatu proyek memiliki
Kontraktor dengan komunikasi yang baik di Internalnya, pihak Owner akan lebih mudah
dalam mewujudkan sasaran proyek.

Pengawasan dan Pengendalian harus dilakukan untuk tujuan menjaga batasan Biaya, Mutu
dan Waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan. Sekalipun terjadi perubahan maka
besarannya tidak signifikan, dalam arti masih dalam tingkat kewajaran. Banyak kegiatan
dalam proyek konstruksi tidak teridentifikasi dalam tahap perencanaan, sehingga Kontrak
Konstruksi dilakukan perubahan yang disebut Addendum Kontrak. Komunikasi yang dibangun
dalam tahap ini adalah verifikasi berupa Dokumen dan Fisik yang diajukan stakeholder oleh
PIC yang telah ditunjuk.
Manajemen Komunikasi Proyek

Misal : Pekerjaan Timbunan Tanah


Verifikasi Dokumen
1. Form Permintaan Pekerjaan (Request of Work)
2. Form Tes Lolos Bahan Penimbunan (Material Approval)
3. Form Tes Lolos Alat Pemadatan (Equipment Approval)
4. Form Tes Alat Laboratorium/Lapangan (Calibration Test)
5. Form Persetujuan Metode Pelaksanaan (Approval of Work Method)

Verifikasi Fisik
1. Cek Fisik Material Timbunan
2. Cek Fisik Alat Pemadatan
3. Cek Fisik Alat Tes Laboratorium/Lapangan
4. Analisa Metode Pekerjaan
Manajemen Komunikasi Proyek

Tahapan Closing (Penutup)


Beberapa hambatan terjadi selama proyek berlangsung, apabila proyek tersebut dinyatakan
selesai maka akan diadakan proses Penutupan Proyek. Setelah penetapan atas selesainya
proyek, maka periode selanjutnya tidak lagi dikatakan sebagai tahapan proyek. Dengan
demikian maka Kewajiban dan Hak antar Stakeholder akan dianggap telah terpenuhi
sebagaimana tertuang dalam Kontrak Konstruksi.

Dalam periode pelaksanaan memang hambatan tidak dapat dihindarkan baik oleh Pengguna
Jasa maupun Penyedia Jasa, karena sifat proyek adalah Unik, tidak akan pernah sama antara
satu proyek dengan proyek lainnya sekalipun perbedaannya hanya Lokasi Pekerjaan.
Terima Kasih
Ir. MADJUMSYAH HARIADI, MT. IPM.

Anda mungkin juga menyukai