Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini perkembangan dibidang konstruksi sangat pesat ditandai oleh


banyaknya proyek berskala besar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, maupun
gabungan dari keduanya. Dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi, mempunyai
serangkaian aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya
dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Namun masih saja sering terjadi
keterlambatan dan penyimpangan kualitas konstruksi pada tahap pelaksanaan
proyek, hal ini bukan hanya disebabkan oleh faktor alam yaitu gangguan cuaca
seperti curah hujan yang sangat tinggi yang mempengaruhi intensitas kerja, selain itu
juga disebabkan oleh pengadaan bahan/material yang tidak sesuai dengan ketepatan
waktu pelaksanaan misalnya setelah berakhir pekerjaan yang satu dan akan dimulai
pekerjaan yang lain akibatnya pekerjaan yang akan dimulai terhenti karena
penyediaan bahan untuk pekerjaan tersebut tersendat atau tidak tepat waktu. Faktor
lain juga yang mempengaruhi keterlambatan terhadap waktu pelaksanaan adalah
peralatan yang digunakan kurang memadai selain itu juga sering terjadi kerusakan
misalnya pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan alat berat antara lain galian tanah,
timbunan tanah, pengangkutan tanah ataupun bahan/material. Pemberdayaan tenaga
kerja sebagai sumber daya manusia yang belum optimal juga mempengaruhi
keterlambatan terhadap waktu pelaksanaan Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas,
maka pelaksanaan suatu proyek mendapatkan perhatian.
Proyek adalah seluruh rangkaian kegiatan pekerjaan yang dikerjakan
dalam waktu terbatas dimana menggunakan sumber daya tertentu dengan harapan
untuk memperoleh hasil pada waktu tertentu. Sumber daya merupakan salah
satufaktor yang menentukan dalam suatu pekerjaan, baik segi modal, peralatan, cara
atau metode, material, maupun tenaga kerja. Sumber daya manusia sebagai tenaga
kerja akan sangat menentukan keberhasilan suatu proyek.Meskipun proyek
didukung oleh modal dan peralatan yang canggih, namun jika proyek ditangani oleh
tenaga kerja yang kemampuannya kurang atau seadanya maka akan menjadikan
kendala dalam suatu proyek. Maka untuk menghindari terjadinya masalah tersebut,
alangkah baiknya jika tenaga kerja yang digunakan mempunyai kemampuan yang
memadai sehingga diharapkan kedepannya akan tercapai pekerjaan yang optimal.
Pelaksanaan kerja pun tidak terlepas dari time scheduling(waktu penjadwalan)
antara tenaga kerja dan jam kerja yang telah diatur agar target pekerjaandapat
terlaksana secara efektif.Pengerjaan proyek jalan raya mempunyai tipe khusus
dimana kadang terjadi jam lembur atau waktu kerja yang diganti menjadi malam,
dalam pelaksanaannya faktor pengawasan dilakukan secara terus menerus
dikarenakan pola pengerjaan dan tahapan pekerjaan jalan dituntut sedemikian rupa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelaksanaan proyek pembangunan
2. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan proyek pembangunan
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari pelaksanaan proyek pembangunan
2. Dapat menjelaskan hambatan dalam pelaksanaan proyek pembangunan
BAB II
PEMBAHASAN
D. Pengertian Pelaksanaan Proyek Pembangunan

Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilakukan melalui
Swakelola dan/atau Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan penyedia barang/jasa
mempunyai perbedaan dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
dengan cara swakelola. Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1
Point 1 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dimaksud dengan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untukmemperoleh Barang/Jasa
oleh Kementerian/Lembaga/SatuanKerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya
(K/L/D/I) yang prosesnyadimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannyaseluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Berdasarkan Pasal
3 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 disebutkan bahwa : “ Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dilakukan melalui Swakelola dan/ataupemilihan Penyedia Barang/Jasa.”
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilakukan dengan
menggunakan penyedia barang/jasa mempunyai perbedaan dengan pelaksanaan
pengadaan barang/jasa pemerintah dengan cara swakelola. Pada penulisan kali ini
akan membahas lebih khusus tentang pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah dengan cara swakelola.
Istilah Swakelola menurut Pasal 26 Ayat (1) Perpres Nomor 54 Tahun
2010 : “Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I
sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.” Pasal 26 Ayat (3) Perpres Nomor 54 Tahun 2010 menyebutkan bahwa
Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan.
Prosedur ini yang berkaitan dengan hubungan kerja antara
kontraktor(intern)dengan pemilik proyek (extern)
1. Prosedur Intern (prosedur-prosedur yang digunakan oleh pihak kontraktor sendiri
dalam melakukan pekerjaan konstruksi)    
Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi kontraktor menempuh dua cara
pelaksanaan yaitu cara melaksanakan sendiri dan cara disub-kontrakkan.
Pekerjaan yang disubkontrakkan biasanya pekerjaan spesialis seperti
pemasangan listrik,  AC, lift. Bagian bangunan, pemasangan tiang pondasi,
rangka atap.   Pada bagian jalan, jembatan, gorong-gorong .

2. Prosedur Extern. (prosedur yang berkaitan dengan dengan pihak luar khususnya
pemilik atau  pemberi tugas)
Setelah kontrak ditandatangani maka seluruh pekerjaan dalam rangka membuat
bangunan menjadi tanggung jawab kontraktor. Dari sudut kontraktor tentu
penyerahan diinginkan menurut tahap pekerjaan yang telah selesai dilaporkan
kepada pemilik proyek untuk diperiksa dan mendapatkan
persetujuan/diterima atau tidak. Setelah diterima baru maka kontraktor perlu
persetujuan pekerjaan selanjutnya. Penyerahan secara bertahap dapat
dilakukan karena pekerjaan konstruksi mempunyai spesifikasi
tersendiri.Pemilihan cara penyerahan bertahap menyebabkan pihak pemilik
dan kontraktor harus selalu ada di lokasi pekerjaan.

Dalam pekerjaan konstruksi banyak pihak yang terkait dalam pekerjaan.


1. Hubungan kerja antara Pemilik dan Konsultan Perencana.

2. Hubungan kerja antara Pemilik dan konsultan Pengawas.

3. Hubungan kerja antara Pemilik dan Kontraktor.

4. Hubungan kerja antara Kontraktor dan Pengawas.

5. Hubungan kerja antar Kontraktor dan Sub kontraktor pemasok, mandor dan tenaga
kerja.

Unsur-unsur dalam rencana pelaksana kegiatan yang akan menjadi landasan atau
tolak ukur dalam proses pengendalian pelaksanaan proyek yaitu :
a. Rencana Kerja
b. Rencana Kebutuhan Tenaga
c. Rencana Kebutuhan Bahan
d. Rencana Kebutuhan Peralatan
e. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan
f. Rencana Waktu Pelaksanaan
g. Network Planning
PERENCANAAN PELAKSANAAN PROYEK
1. Organisasi Proyek.

     Pihak kontraktor menyusun organisasi serta menunjukkan Manajer Proyek dan
staf kepada Pemilik Proyek untuk mendapatkan persetujuan. Usul ini diterima
atau ditolak. Pemilik dapat menolak yang diusulkan Manajer Proyek kurang
mampu.Pengorganisasian adalah yang akan melaksanakan seluruh rencana.
Organisasi Proyek disusun berdasarkan.
a. Besar proyek yang dilaksanakan

b. Kontrak kerja yang dilaksanakan

c. Tingkat kesulitan proyek

     Dalam organisasi proyek perlu digambarkan hubungan kontraktor  dengan pihak-
pihak yang terlibat (pemberi kerja, konsultan, supplier, subkontraktor dan
manajer konstruksi) Dalam pekerjaan konstruksi ada berbagai organisasi
yang terkait. Secara bagan dapat dilihat kaitan organisasi. Struktur organisasi
pelaksanaan pekerjaan gedung tentu lain dengan struktur organisasi pekerjaan
jalan atau irigasi. Secara umum pelaksanaan konstruksi adalah sebagai
berikut.
Untuk Proyek Besar.
Untuk proyek sedang
Untuk Proyek Kecil
Setelah usulan organisasi disetujui, maka manajer proyek/pelaksana lapangan
membuat rencana kerja, gambar-gambar pelaksanaan , termasuk rencana
layout di site. Semua rencana itu harus disetujui oleh pengawas.Persetujuan
pengawas dinyatakan secara tertulis dan harus ditandatangani pada gambar
kerja tersebut.

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI.


Setelah menandatangani kontrak pekerjaan konstruksi maka pihak
kontraktor wajib untuk segera bekerja lapangan. Untuk dapat segera bekerja
banyak kegiatan yang harus dilakukan.  antara lain : membuat perencanaan
pelaksanaan pekerjaan, melengkapi semua dokumen yang diperlukan,
pengecekan di lapangan dan lain lain.Rencana pelaksanaan pekerjaan
konstruksi  yang harus disiapkan oleh kontraktor sangat banyak. Namun
demikian rencana-rencana itu dapat dikelompokkan dua katagori :
Rencana tersebut adalah :
a)      Rencana Teknis
     Rencana yang bersifat teknis adalah : Perencanaan Site (site Plan), gambar-
gambar bangunan  yang mendukung pelaksanaan seperti, gambar jalan kerja,
gambar bidang kerja, kantor, gudang. Dll.
b)      Rencana Manajerial,
     diantaranya perencanaan organisasi pelaksanaan, perencanaan waktu, perencanaan
sumber daya (tenaga kerja, bahan, alat dan anggaran pelaksanaan)
      Rencana-rencana ini sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan
dimulai.
Penyusunan Kegiatan Pelaksanaan.
A. Pengertian :  Kegiatan yang dilakukan mengikuti urutan pekerjaan yang sesuai
dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang ditetapkan.
B. Kegiatan Pelaksanaan : adalah kegiatan- kegiatan ysng dilakukan secara sistimatis
untuk mewujudkan bangunan sesuai dengan rencana.
Langkah dalam menyusun kegiatan pelaksanaan  adalah menginventarisasi dan
menyusun seluruh kegiatan dalam rangka menwujudkan suatu bangunan
dalam susunan yang urut.
CONTOHNYA
  Daftar Kegiatan Pelaksanaan pekerjaan membuat gedung yang tidak urut dan yang
urut.
Tidak Urut
1. Membersihkan dan meratakan tanah.

2. Menggali tanah untuk pondasi

3. Membuat dinding

4. Membuat pondasi

5. Membuat kerangka atap

6. Membuat lantai
Urut
1. Membersihkan dan meratakan tanah.

2. Menggali tanah untuk pondasi

3. Membuat pondasi

4. Membuat kerangka dinding dan atap

5. Memasang penutup atap

6. Membuat  lantai

Daftar kegiatan itu selain digunakan untuk membuat rencana waktu, dapat digunakan
pula dalam menghitung volume dan harga penawaran.
Contoh Daftar kegiatan pekerjaan rumah.
1. Pebersihan lahan.

2. Perataan lahan.

3. Uit set dan pasang Bouwplank

4. Galian tanah pondasi’

5. Pasang profil pondasi

6. Pasang pondasi

7. Urugan samping tanah pondasi.

8. Perataan dan pemadatan tanah lantai

9. Sloof dan trasram

10. Stel kosen

11. Pasang bata/dinding

12. Ring balok

13. Instalasi listrik

14. Plester

15. Rangka atap


16. Langit-langit/plafond

17. Lantai

18. Daun pintu

19. Finishing (cat, kunci-kunci dan lain-lain

Dalam menyelesaikan suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan efektif dan
efisien, diperlukan sistem manajemen yang baik. Untuk menerapkan sistem
manajemen yang baik, diperlukan berbagai metode sesuai jenis bangunan
yang diselesaikan. Pihak manajemen menyusun dan mengarahkan metode-
metode agar dapat menyelaraskan antara sumber daya dan penggunaan
peralatan untuk mencapai tujuan proyek. Banyak faktor yang mempengaruhi
ketepatan penggunaan peralatan dan pemanfaatan sumber daya di antaranya
biaya, waktu, dan sosial. Untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien,
maka manajemen konstruksi melibatkan tahapan-tahapan metode yang
standar digunakan pada setiap bangunan (rumah, gedung, dll). Metode-
metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan merupakan persiapan awal yang wajib dilakukan dalam


melaksanakan suatu proyek. Pada tahap ini, segala izin yang dibutuhkan
untuk proses pembangunan telah diurus serta segala sesuatu yang
menyangkut kelancaran pekerjaan pelaksanaan harus telah disiapkan di lokasi
sebelum melaksanakan pekerjaan. Penyusunan jadwal terinci, mobilisasi
peralatan dan tenaga kerja, hingga kelengkapan administrasi lapangan harus
sudah disiapkan sebelum memulai pekerjaan.

Kontraktor juga harus mempertimbangkan situasi lapangan sebagai berikut:

1. Volume pekerjaan yang merujuk pada batasan minimal yang wajib terpenuhi. Hal ini
agar proyek tidak menyimpang dari perencanaan.
2. Kontraktor meneliti situasi lapangan seperti kontur tanah, sifat dan luasan proyek
hingga hal-hal yang bersangkutan agar tidak berpengaruh pada estimasi biaya dan
waktu.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan proyek, kontraktor juga wajib
melakukan pengukuran yang sesuai dengan target dan estimasi waktu serta
biaya proyek.

Pada tahap ini, kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran dan mutu
bangunan yang sesuai dengan syarat dan rencana kerja. Akan tetapi, jika
terjadi ketidakcocokan, kontraktor tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan pembetulan sebelum mendapatkan persetujuan dari manajemen
konstruksi.

Selanjutnya, pada tahap ini perlu diambil langkah pembersihan yang mana kontraktor
wajib membersihkan lokasi proyek dari hal-hal yang dapat menghambat
proses pembangunan. Contohnya, lokasi harus bersih dari pepohonan sampai
ke akarnya agar tidak merusak struktur tanah pada bangunan. 

2. Pekerjaan Tanah dan Pasir

Tahap ini meliputi penggalian fondasi, hingga penimbunan galian serta pemadatan
setiap lapisan mencapai titik peil yang telah direncanakan. Dalam tahap ini,
terdapat beberapa ketentuan yang wajib di penuhi kontraktor seperti:

1. Memastikan posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam gambar serta mendapatkan
persetujuan dewan pengawas lapangan.
2. Penggalian tanah fondasi dimulai setelah pemasangan bouwplank dan patok-patok
disetujui direksi / pengawas lapangan. Fondasi yang dibangun menggunakan batu
gunung yang bermutu tinggi serta mengandung lumpur dan pada
bagian entrance menggunakan dengan batu bata.
3. Dasar galian harus mencapai tanah keras dan bersih dari akar-akar kayu, kotoran-
kotoran serta bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat)
4. Dilakukan pengurugan yang meliputi urugan pasir, urugan tanah dan urugan kembali
bekas tanah galian sesuai dengan gambar proyek.

3. Pekerjaan Pemasangan
Tahap ini meliputi pemasangan beton mulai dari beton yang bertulang hingga beton
yang tidak bertulang. Kualitas beton sangat tergantung pada bahan-bahan
yang digunakan, yaitu:

1. Portland Cement

Bangunan yang baik menggunakan semen yang memenuhi standar berdasarkan


Asosiasi Semen Indonesia. Dan juga, semen yang digunakan harus benar-
benar fresh atau belum mengeras. Dalam menjaga mutu semen agar tidak
cepat mengeras, kontraktor wajib memenuhi syarat penyimpanan semen
tersebut.

2. Air Tawar

Air yang dipilih sebagai bahan campuran kedua beton adalah air tawar yang
memenuhi syarat dari PBI 1971 yaitu tidak mengandung minyak, asam alkali,
dan bahan kimia lainnya yang merusak mutu beton.

3. Kerikil

Kerikil disebut juga dengan batu pecah. Dalam penggunaannya sebagai bahan
campuran beton, kerikil yang dipilih juga harus memenuhi syarat PBI 1971
yaitu memiliki gradasi yang baik, syarat kekerasan yang tinggi, tidak
terkandung lumpur > 1%, dan tidak berpori.

4. Pasir

Tidak berbeda dengan bahan lainnya, pasir juga harus memenuhi syarat mutu dari
PBI 1971 diantaranya adalah dapat berupa pasir buatan dari pecahan batu
atau pasir alam, memiliki gradasi yang baik, terdiri dari butir-butir tajam,
tidak berpori, serta tidak mengandung lumpur > 5%.

5. Besi Beton
Besi beton lebih dikenal sebagai baja tulangan. Besi beton yang baik juga harus
memenuhi syarat PBI 1971 diantaranya adalah bersih dari lapisan minyak /
karat / bebas cacat.

6. Kayu

Dalam pembuatan beton, kayu yang memenuhi syarat untuk digunakan adalah kayu
yang bentuk dan sifatnya tidak mengurangi mutu bangunan dan memenuhi
syarat dan ketentuan PPKI NI-5.

Setelah pemasangan beton, dilanjutkan dengan pekerjaan kuda-kuda atap yang


meliputi kuda-kuda, gording, atap penutup hingga seluruh detail sesuai
rancangan proyek. Perlu diketahui, bahan atap yang baik digunakan adalah
yang bertaraf Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti atap genteng
berbahan metal roof serta nok metal roof. Selain itu, atap harus ditopang
dengan kerangka berbahan kayu kelas 11 berkualitas baik.

4. Pekerjaan Lantai

Pemasangan lantai ditujukan berdasarkan petunjuk dari manajemen konstruksi serta


rancangan proyek. Jika lantai dilengkapi dengan keramik, maka kontraktor
harus mengikuti petunjuk dari manajemen konstruksi. Pada dasarnya,
pemasangan lantai keramik harus mengikuti aturan bahwa lantai keramik
harus bersih, tidak retak ataupun bergelombang. Apabila pemasangan
keramik tidak rapi atau tidak sesuai dengan rancangan proyek, maka wajib
dibongkar dan dipasang ulang.

5. Pekerjaan Instalasi Listrik

Salah satu komponen yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik. Pemasangan
instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan listrik yang berlaku di
Indonesia. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan
seluruh komponen-komponen kelistrikan tidak terkecuali sakelar, stop
kontak, lampu, panel listrik, hingga tahap percobaan sampai listrik dapat
menyala dengan baik.
6. Pekerjaan Penutup

Pekerjaan penutup ini meliputi pekerjaan pembersihan dan pemeliharaan. Pada masa
pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib membersihkan seluruh bagian dari
proyek yang meliputi lantai, dinding, atap, pintu, jendela, plafon dan lainnya
hingga bangunan siap untuk dihuni. Sedangkan pada masa pemeliharaan,
kontraktor berkewajiban mengganti material-material yang rusak ataupun
tidak berfungsi sebagai mana target proyek.

E. Hambatan Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan

Sejumlah masalah dan tantangan masih menjadi penghambat pembangunan infrastruktur di


Indonesia. Meskipun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 sudah ditetapkan arahan prioritas kebijakan pembangunan infrastruktur guna
menjawab sejumlah permasalahan yang ada. Menurut RPJMN tersebut, prioritas yang harus
dibangun adalah kondisi jalan yang tidak memadai, terbatasnya pembangunan jalur kereta
api, kinerja pelabuhan yang tidak berdaya saing, rendahnya rasio ketenagalistrikan dan
terbatasnya kapasitas sumber air. Dalam agenda Infrastructure Oulook Indonesia
2016 dengan tema Evaluasi Pembangunan Infrastruktur dan Prospek di 2016/2017, Rabu
(11/2) kemarin, dinyatakan bahwa ada 5 (lima) permasalahan utama pembangunan
infrastruktur di Indonesia. Hambatan tersebut meliputi :
1. Kurangnya koordinasi terkait pendistribusian kewenangan dan pengambil keputusan

2. Ketidaksesuaian perencanaan pendanaan dengan kebutuhan implementasi

3. Sulitnya proses pengaduan dan pembebasan lahan

4. Kurang memadainya kapasitas Kementerian/Lembaga dan/atau Penanggung jawab Proyek


dalam penyediaan infrastruktur terutama yang dilaksanakandengan skema Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)

5. Lambatnya proses penyusunan peraturan dan keberadaan peraturan yang tumpang tindih
sehingga menghambat investasi
Menurut Jennifer Greene dan Andrew Stellman, terdapat enam kendala dalam proyek:

1. Waktu
pada bagian ini, proyek harus selesai sesuai waktu yang direncanakan. Contoh kendala
waktu ialah Project Manager(PM) menyadari bahwa biaya project akan habis lebih cepat,
maka PM akan memajukan waktu pengerjaan, maka akan ada kendala waktu karena ada
kemungkinan waktunya tidak cukup.
2. Biaya
pada bagian ini, proyek harus sesuai dengan biaya personil maupun non personil yang
telah direncanakan. Contoh kendala biaya ialah PM tidak menambahkan biaya sewa
server pada perencanaan pryek, maka ketika server dibutuhkan hal ini menyebabkan
biaya proyek meningkat diluar rencana
3. Ruang lingkup
Pada bagian ini, proyek harus sesuai dengan ruang lingkup yang telah disepakati oleh
stakeholder. Contoh kendala ruang lingkup ialah PM menyadari proyek akan terlambat
dan over budget, maka PM berencana mengerjakan sesuai waktu pengerjaan walaupun
ada fitur yang tidak selelai. Hal ini berarti mempengaruhi ruang lingkup pekerjaan
4. Sumber daya
Pada bagian ini, proyek harus memiliki baik orang/personil maupun peralatan pelengkap
pengerjaan.contoh dari kendala sumber daya ialah perusahan tidak memiliki modal untuk
pengerjaan proyek, maka perusahaan memaksa karyawan pada departemen lain untuk
kerja paruh waktu untuk proyek ini. Hal ini akan mempengaruhi kinerja karyawan.
5. Kualitas
Pada bagian ini, proyek harus menghasilkan output dan berfungsi sesuai yang diharapkan
oleh stakeholder. Contoh kendala Kualitas ialah tim proyek menyarankan PM untuk
menambah tester untuk mencari kerusakan Server, akan tetapi PM menolak. Hal ini
mempengaruhi kualitas, selain itu jika berbicara mengenai test dan bug/cacat pada
pekerjaan, maka berkaitan dengan kualitas
6. Risiko
Pada bagian ini, proyek dapat berjalan lancar walaupun ada hambatan-hambatan. Contoh
kendala risiko ialah pada proyek konstruksi, PM berasumsi bahwa cuaca akan baik, akan
tetapi petir menghambat pengerjaan proyek.

Inilah kendala-kendala yang dapat mempengaruhi proyek, jika PM tidak


mengelola keenam kendala ini, maka boleh jadi proyek yang dijalani akan
telat, melebihi biaya, atau tidak disetujui konsumen.

Ketika terjadi perubahan pada proyek, maka PM harus mengetahui efek


perubahan bagi keenam kendala tersebut.

Seringkali kita mendengar tiga kendala dalam proyek, yaitu: biaya, ruang
lingkup, dan waktu. Akan tetapi, ketiga kendala tadi tidak akan cukup
untuk mengetahui kendala proyek secara menyeluruh sehingga boleh jadi
dapat mengakibatkan proyek tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, data dan informasi yang telah diperoleh dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : ƒ
a. Sistem kerja atau metode pelaksanaan pekerjaan yang profesional akan
memudahkan pelaksanan di lapangan sehingga schedule pekerjaan diharapkan
tidak mengalami keterlambatan. ƒ
b. Keberhasilan suatu proyek sangat ditentukan oleh perencanaan yang matang
serta kerja sama dan manajemen yang baik dari semua pihak.
c. ƒ Pengawasan yang intensif selama pelaksanaan proyek sangat diperlukan
dalam upaya menghindari penyimpangan anggaran . ƒ
d. Pengendalian mutu, waktu dan biaya secara teratur dan kontinue dapat
mengurangi kendala – kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan
proyek.
e. ƒ Fasilitas dan peralatan proyek yang memadai serta tenaga kerja yang
terampil ,berpengalaman dan disiplin sangat menentukan keberhasilan proyek
f. . ƒ Bahan - bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proyek harus
masuk dalam spesifikasi bahan standart dan disesuaikan dengan rencana beban
yang akan diterima.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : ƒ
a. Pihak perencana proyek harus mempertimbangkan dan memperhitungkan
segala kemungkinan dan resiko yang bisa terjadi, sehingga tidak
mengakibatkan kerugian dan kegagalan dalam pelaksanaan. ƒ
b. Pengawas lapangan hendaknya selalu berada di lokasi proyek untuk
mengontrol semua hasil pekerjaan sesuai dengan syarat – syarat yang telah
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai