Anda di halaman 1dari 3

Policy Brief

November 2018 Oleh: Bella Putri Ayuni, Ferawati Aini, Isma Ardayani

Percepatan Kebijakan Satu Peta Provinsi Riau

I. Membuat pola collaborative governance dalam penerapan Smart City secara terpadu (Government,
NGO, provate company, society, OPD)
II. Melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat atau sasaran dari aplikasi
III. Perlunya monitoring dan evaluasi dari sistem informasi
IV. Melakukan bimbingan teknis atau pelatihan terhadap sasaran dari program tersebut

Latar Belakang mengelola keterbatasan rasional atau


Di dunia internasional, e-Governance dikenal dengan sebutan ‘bounded
berkembang cukup pesat seiring dengan rationality’ dengan menawarkan fasilitas
perkembangan teknologi informasi dan dan alat bantu dalam proses pembuatan
komunikasi yang telah menimbulkan keputusan (Simon. 1976,p.286).
peningkatan tuntutan publik atas perbaikan Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25
pelayanan publik oleh pemerintah. Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Berbagai negara telah melakukan disebutkan pengertian pelayanan publik
serangkaian upaya untuk menerapkan sebagai berikut: “Pelayanan publik adalah
prinsip – prinsip Good Governance serta kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
memanfaatkan peningkatan teknologi rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
komunikasi dan informasi untuk sesuai dengan peraturan perundang-
menyelenggarakan e-Governance. Wacana undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan / atau
mengenai Good Governance sektor publik
pelayanan administratif yang disediakan
di Indonesia sudah mulai dikembangkan
oleh penyelenggara pelayanan publik.”
oleh beberapa pihak walaupun belum
Dalam pelayanan publik diperlukan adanya
adanya kebijakan pemerintah yang secara
pemanfaatan teknologi informasi untuk
formal mengharuskan penerapan prinsip –
mempermudah serta meningkatkan efisiensi
prinsip e-Governance dalam tata kelola dan efektivitas kegiatan pelayanan publik
pemerintahan. Di Indonesia masih jarang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
sekali membahas tentang e-Governance, setempat. Adapun penyelenggara layanan
akan tetapi pemerintah telah publik ini merupakan peran pemerintah
memperkenalkan e-Government melalui setempat. Kebijakan yang mengarah pada
Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang layanan publik yang berbasis pada teknologi
Kebijakan dan Strategi Nasional yakni e-government yang biasanya mengacu
Pengembangan e-Government. pada penggunaan teknologi informasi
Adanya keterkaitan penerapan e- meliputi teknologi informasi dan komunikasi
Governance dengan perkembangan dan teknologi komunikasi berbasis web lain
teknologi informasi dan komunikasi, untuk meningkatkan dan mengembangkan
dalam studi manajemen dan kebijakan efisiensi dan efektivitas pelayanan di sektor
publik teknologi dipandang sebagai publik (Harris, 2000 dalam Sharma dkk,
instrument untuk membantu dan 2012).
Tinjauan Smart penerapannya belum terpadu sehingga
Collaborative Governance keberjalanan dari progam sistem informasi
Dalam konsep governance paling dasar, tersebut belum maksimal. Ketika semua
terdapat tiga aktor penting yang saling program-program yang dijalankan sudah
berinteraksi dan menjalankan fungsinya menggunakan pemanfaatan ITE dan IOT.
masing-masing, yaitu pemerintah, Maka, diharapkan dalam penerapan smart
swasta dan masyarakat. Fungsi public service sistem informasi dibentuk
pemerintah menciptakan hukum-hukum BIMTEK kepada obyek dari program
yang bersifat kondusif dan menciptakan tersebut. Inisiasi dari adanya BIMTEK ini
lingkungan politik yang sesuai dengan berguna secara umum untuk
ketentuan negara, fungsi swasta untuk menyukseskan program dengan output
menciptakan lapangan pekerjaan dan obyek program dapat menggunakan sistem
pendapatan, dan fungsi masyarakat informasi dengan benar serta berjalan
adalah berperan dalam membangun secara optimal.
interaksi sosial, ekonomi, dan politik
serta mengajak masyarakat lainnya Penutup
untuk ikut berpartisipasi dalam aktifitas Sistem informasi yang di tawarkan di
sosial, ekonomi dan politik. beberapa daerah lewat kebijakan yang
dibuat membuktikan bahwa dalam
Dalam konsep good governance,
kebijakan tersebut belum efisien dan
pemerintah daerah merupakan salah satu
efektif dalam penerapannya. Kemudian
elemen dari sekian banyak stakeholder
hal tersebut berpengaruh terhadap pola
dalam proses penyelenggaraan pemerintah
collaborative governance yang juga belum
desa. Stakeholder yang lain dapat disebut
tercapai dengan baik di setiap daerahnya.
yang pertama, BPD (Badan Pemerintahan
Daerah) sebagai resprentasi masyarakat
Rekomendasi
politik, kedua, elemen masyarakat sipil
 Membuat pola collaborative
(desa adat, LSM, NGO dan kelompok-
kelompok sosial). governance dalam penerapan
Smart City secara terpadu
Pembahasan Sistem Informasi (Government, NGO, provate
Sistem informasi ini akan membuat company, society, OPD)
masyarakat semakin mudah ketika adanya  Melakukan sosialisasi dan edukasi
sikronisasi dalam pola collaborative
terhadap masyarakat atau sasaran
governance antar mitra, kesesuaian
dari aplikasi
implementasi program akan berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan program  Perlunya monitoring dan evaluasi
dengan dilaksanakan secara terpadu . dari sistem informasi
sosialisasi yang kurang mengenai suatu  Melakukan bimbingan teknis atau
program dapat menyebakan program tidak pelatihan terhadap sasaran dari
berjalan optimal maupun efektif dan program tersebut
efisien. Namun pada masing-masing
daerah terkendala dengan pola
collaborative governance yang
(CYB), I. A. (2008). Electronic Government for
Developing Countries. Geneva:
International Telecommunication Union.

Hardjaloka, L. (2014). Studi Penerapan E-


Government Di Indonesia Dan Negara
Lainnya Sebagai Solusi Pemberantasan
Korupsi Di Sektor Publik. Jurnal
Recgtsvinding Media Pembinaan Hukum
Nasional, Vol. 3 No.3 435-452.

Keta, M. (n.d.). Smart City, Smart Administration


And Sustainible Development . Romanian
Economic and Business Review, Vol. 10
No. 3 hal. 43-56.

http://www.dosenpendidikan.com/stakeh
older-pengertian-menurut-para-
ahli-contoh-hubungan-macam/

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertia
n-dan-4-ciri-inovasi-menurut-para-
ahli-terlengkap/

Akib, H. (2010). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN:


Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Jurnal
Administrasi Publik, 1-11.

Ansell, C., & Gash, A. (2007). Collaborative


Governance in Theory and Practice. Journal
Of Public Administration Research & Theory,
550.
T Rahmawati, S. (2015). Smart City. Makasar:
STIMIK HANDAYANI MAKASAR.

Rukayat, Y. (2017). Kualitas Pelayanan Publik


Bidang Administrasi Kependudukan di
Kecamatan Pasirjambu. Jurnal Ilmiah
Magister Ilmu Administrasi.

Saputro, H. E. (2017). Kualitas Pelayanan Publik.


Jurnal Profesional FIS UNIVED Vol. 2 No.1.

Simatupang, P. (2017). ANALISIS KEBIJAKAN;


KONSEP DASAR DAN PROSEDUR
PELAKSANAAN. Analisis Kebijakan
Pertanian, 1-21..

Anda mungkin juga menyukai