Abstrak
Konsep dari adanya Digital-Government sebagai salah satu pemanfaatan dalam pemerintah
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintah terhadap informasi menyertakan akses yang lebih simpel dalam memanfaatkan
teknologi baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan Digital
Government di Desa Legokhuni, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat seperti upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik di era 4.0. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data dan teknik yang digunakan
adalah observasi, wawancara langsung, dan studi literatur termasuk regulasi terkait, konten
media informasi terkait fokus, dan riset masalah juga merujuk pada metode Kuliah Kerja
Nyata Sisdamas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan digital di Desa Legokhuni
adalah masih dalam tahap katalogisasi, dimana tahap ini merupakan hubungan komunikasi
yang dibangun oleh pemerintah dengan masyarakat secara satu arah sebagai proses Digital
Government. Dalam bentuk digital semua gambaran pengumuman informasi diposting.
Artikel penelitian ini menyimpulkan bahwa Desa Legokhuni dalam implementasi digital
government memperhatikan kesiapan pemerintah faktor, termasuk kesiapan sumber daya,
kesiapan TI, kesiapan kognitif, kesiapan inovasi, kesiapan kemitraan, kesiapan budaya, dan
kesiapan struktural.
Kata Kunci : Pemerintahan Daerah, Digital Government, Pelayanan Publik, Desa Digital
Pendahuluan
Penggunaan teknologi dan informasi telah menjadi kebutuhan bagi setiap individu, orang
bisnis, pendidikan dunia dan pemerintah. Hal ini mendorong pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi untuk berkembang dengan sangat cepat. Pendistribusian informasi dan data tidak
mengenal batas waktu, tempat, wilayah dan negara. Semua dapat diakses secara online tanpa dinding
pemisah dan dapat dilakukan oleh semua orang selama mereka terhubung ke internet.
Dari perspektif manajemen publik, Digital Government adalah penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan aktivitas organisasi sektor publik (Irawati &
Munajat, 2018). Penggunaan TIK dalam pemerintahan sebagai konsep digital pemerintah hadir untuk
membantu pemerintah mengoptimalkan kinerja penyampaian layanan secara efektif dan efisien.
Salah satu cara pemerintah memanfaatkan teknologi baru adalah dengan membuat informasi dan
layanan pemerintah lebih mudah diakses oleh publik dan meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan (undangar & Solomon, 2020). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di
Indonesia memberikan peluang bagi pemerintah untuk melakukan inovasi pengembangan perangkat
pemerintah melalui penerapan sistem ini.
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau Government, lembaga eksekutif
pemerintahan yang memanfaatkan TIK untuk melayani instansi pemerintah, pegawai negeri sipil
nasional, pengusaha, masyarakat dan pihak lain (Perpres No. 95 Tahun 2018). SPBE memberikan
kesempatan untuk mendorong dan memungkinkan penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka,
partisipatif, inovatif dan akuntabel, meningkatkan kerjasama antar instansi pemerintah dalam
penyelenggaraan urusan dan amanat pemerintahan untuk mencapai tujuan yang sama, meningkatkan
kualitas dan cakupan pelayanan publik, serta mencakup masyarakat yang lebih luas. Mengurangi
tingkat penyalahgunaan kekuasaan. Melalui penerapan sistem pengaduan dan pemantauan
masyarakat berbasis elektronik, hal ini terwujud dalam bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Pemerintah setempat menggunakan teknologi digital untuk mengadaptasi struktur organisasi
dan proses yang mendasari pengiriman layanan publik (Pittaway & Montazemi, 2020). Pemerintah
gubernur West Java menerbitkan program layanan DIGITAL pada tahun 2019 yang mencakup
program bendera "desa DIGITAL ", program pemberdayaan dan perbaikan standar hidup masyarakat
pedesaan melalui literatur, IoT, dan berbagai inovasi DIGITAL. Desa Digital bertujuan untuk
menciptakan desa independen Digital di jawa barat sehingga dapat meningkatkan standar hidup
masyarakat. Program desa pintar adalah salah satu inovasi yang diprakarsai oleh departemen
komunikasi dan informasi (Diskominfo) dari indekregensi purwakensi untuk terus berinovasi untuk
beradaptasi dengan percepatan teknologi komunikasi saat ini. Lembaga pemeringkat internasional
internasional indonesia TBK bii berhasil membukukan laba bersih sebesar 7,6 miliar atau 7,6 triliun.
Karena, menurut dia, di era digital ini, daerah desa harus buta internet. Tujuan program ini adalah
untuk membuat segala sesuatu tentang keuntungan dan produktivitas masyarakat pedesaan terlihat
oleh masyarakat yang lebih luas melalui dunia maya. Jadi, produk unggul ini dapat dipublikasikan
secara luas. Situs web indonesia, adalah layanan berbasis digital yang ditujukan untuk semua desa di
jakarta Purwakarta. Situs web khusus ini adalah jendela desa untuk mengembangkan peluang
pembangunan ekonomi melalui digitalisasi, yang di masa depan akan berfokus pada memfasilitasi
desa-desa untuk memperkenalkan produk unggul dari masyarakat di desa. Ini termasuk, antara lain,
untuk meningkatkan informasi tentang desa. Namun, yang lebih penting adalah membuka
kesempatan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pedesaan.
Desa Legokhuni merupakan salah satu desa yang terletak di distrik Wanayasa, provinsi
jakarta Purwakarta, jawa barat. Mata pencaharian rata-rata penduduk adalah petani. Desa ini
memiliki produk unggul, yaitu simping dan semprong. Dengan total area 145 hektar, memiliki
populasi 2.701 orang dibagi menjadi 3 dusun, 10 RT dan 3 RW. Di tahun 2019 Pemerintahan Daerah
Kabupaten Purwakarta menerbitkan wacana pembuatan website desaku untuk mewujudkan tata
Kelola yang lebih baik, namun sampai saat ini penduduk Desa Legohkuni Khususnya kesulitan
dalam mengikuti perkembangan informasi desanya, kesulitan berkomunikasi dengan perangkat desa
dan juga kesulitan mendapatkan pelayanan publik. kesulitan berkomunikasi dengan perangkat desa
dan juga kesulitan mendapatkan pelayanan publik. Atas dasar itu maka website Desaku di alamat
Webdesa Kab. Purwakarta (legokhuni.desa.id)) telah dionlinekan secara resmi pada tanggal 24
Februari 2021.
Situs web Desaku dibangun untuk menyampaikan informasi desa, mempromosikan potensi
regional, dan menyediakan interaksi yang mudah dan layanan administrasi antara pemerintah lokal
dan masyarakat menuju tata kelola yang baik. Harapannya adalah bahwa dengan situs web ini,
orang-orang yang berada di luar kota dan luar negeri dapat memantau perkembangan dan kondisi
desa mereka dari informasi yang disajikan, agenda acara desa, dapat berinteraksi dengan desa
melalui obrolan daring dan juga dengan mudah mendapatkan layanan publik lainnya. Tata kelola
yang baik di Indonesia telah diluncurkan sejak masuknya era reformasi.
Pada tahun 1998, sejak saat itu paradigma dalam sistem pemerintah indonesia telah lahir,
yaitu untuk meningkatkan layanan dan partisipasi masyarakat dalam kemajuan bangsa dan negara.
Paradigma ini di Indonesia disebut tata kelola yang baik. Tata kelola yang baik dalam realisasi yang
berhubungan dengan akuntabilitas publik dan transparansi memerlukan kebijakan yang diarahkan
menuju perubahan sistem.
Penggunaan layanan pemerintah digital secara aktual akan sangat menentukan tingkat
keberhasilan inisiatif tata kelola digital (Layne & A, 2001). Dengan demikian, mengembangkan
layanan tata kelola digital yang baik secara teknis penting, tetapi mencapai penggunaan warga negara
dalam tingkat yang tinggi juga sama pentingnya. Model kematangan pemerintahan digital ini
menggambarkan sejauh mana transformasi pelayanan publik dalam konsep pemerintah digital telah
dilaksanakan atau pada tahap apa. Model ini akan menjelaskan sejauh mana tata kelola digital
diimplementasikan antara pemerintah dan masyarakat.
Adanya transformasi digital menuntut organisasi pemerintah dan masyarakat untuk mau
mengikuti proses perubahan yang dibawa oleh digitalisasi. Dalam konteks ini, konsep "kesiapan"
atau "kesiapan digital" menjadi faktor yang sangat penting. Penerapan tata kelola digital di tingkat
pemerintah pusat dan daerah memerlukan beberapa persiapan dalam proses implementasinya.
Kesiapan digital ini digunakan untuk mendorong implementasi aplikasi digital sebaik mungkin di
tingkat desa. Kehadiran kesiapan digital dalam suatu organisasi mengacu pada persepsi Lokuge
tentang kesiapan digital suatu organisasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian
ini. Untuk menilai kesiapan suatu organisasi dalam proses digitalisasi dapat dilihat beberapa faktor
(Lokuge et al., 2019), yaitu:
1. Resource Readiness, Kesiapan sumber daya Kesiapan sumber daya digunakan untuk
menekankan fleksibilitas, dan organisasi harus mengalokasikan kembali sumber daya untuk
memfasilitasi tuntutan digital. Kesiapan sumber daya didefinisikan sebagai fleksibilitas
kumpulan sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang membentuk dasar untuk
memungkinkan inovasi digital. Intinya di sini adalah fleksibilitas daripada kegunaan. Tiga
langkah yang diambil dari penyiapan sumber daya ini antara lain: sumber daya keuangan
yang fleksibel, sumber daya manusia yang fleksibel, dan sumber daya infrastruktur.
2. IT Readiness, didefinisikan sebagai kekuatan untuk inovasi digital. Tiga langkah
dikembangkan untuk mengukur kesiapan TI, menggunakan stabilitas sistem, ketersediaan
teknologi digital, dan stabilitas infrastruktur.
3. Cognitive Readiness, Kesiapan kognitif didefinisikan sebagai kekuatan basis pengetahuan
dalam suatu organisasi untuk memfasilitasi digitalisasi. Menggunakan alat yang cocok untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan beradaptasi karyawan, tiga ukuran
dikembangkan untuk mengukur kesiapan kognitif.
4. Patnership Readiness, kesiapan kolaboratif didefinisikan sebagai hubungan pemangku
kepentingan eksternal dengan inovasi digital organisasi, dan terkait dengan tiga jenis
kemitraan yang diperlukan untuk inovasi digital. Kesiapan kemitraan mencakup tiga ukuran:
kesiapan hubungan vendor TI dengan konsultan manajemen dan kesiapan untuk bermitra
dengan pelanggan atau pemasok.
5. Innovation valance, Konsep harga inovasi diadaptasi dari konsep perubahan harga.
InnovationNet mengukur antusiasme pemangku kepentingan terhadap inovasi digital. Ini
berkaitan dengan sikap karyawan, motivasi dan pemberdayaan terhadap inovasi digital. Tiga
metrik dikembangkan untuk mengukur perubahan nilai sikap dan pemberdayaan karyawan.
6. Culture readiness, Kesiapan budaya didefinisikan sebagai kekuatan nilai inti organisasi yang
mengedepankan inovasi digital. Budaya organisasi disorot sebagai faktor penting dalam
setiap inovasi. Tiga ukuran digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang budaya: ide
bersama di tempat kerja yang terhubung, budaya pengambilan keputusan yang
terdesentralisasi, dan penghindaran risiko.
7. Strategic Readiness, Kesiapan strategis didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas
manajemen yang dilakukan organisasi untuk mempromosikan inovasi digital. Persiapan
strategis memberikan pengetahuan untuk mengkomunikasikan rencana aksi dan
mengembangkan pedoman kepatuhan inovasi digital. Tiga ukuran dikembangkan dan
dimasukkan ke dalam model apriori: komunikasi yang bertujuan, relevan, dan strategis.
Metode Pengabdian
Dalam mejalankan pengabdian ini serta memberdayakan masyarakat khususnya di bidang
teknologi informasi, maka dalam artikel ini kami akan membahas penggunaan layanan informasi
melalui web yang di sediakan oleh perangkat pemerintahan di era digital. Adapun data yang
diperoleh untuk penyusunan artikel ini berasal dari studi literatur dan wawancara dengan aparatur
desa legokhuni.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di Desa Legokhuni tentang Digital Government
Desa Legokhuni sendiri masih dalam tahap pengembangan karena ada beberapa faktor pendukung
untuk mewujudkan Digital Government tersebut dengan ketersediannya teknologi yang ada di kantor
pemerintahan dan masyarakatpun mendukung dengan proses digitalisasi tersebut, tetapi ada faktor
yang menghambat dari proses digitaliasasi tersebut ialah terbatasanya aparat pemerintah terhadap
pengaplikasian web yang tersedia serta kurangnya sumberdaya manusia yang paham akan IT selain
itu terbatasnya jaringan internet yang tidak merata di seluruh Desa Legohini.
Referensi
Ahmad, M. (2020). Senantias. Implementasi Transformasi Digital Kementerian Agraria Untuk
Peningkatan Pelayanan Publik, 1–10.
Akbar, M. F., Jaya, F. H., & Putubasai, E. (2019). Implementasi Website Desa Dalam Pemberian
Pelayanan Informasi Pembangunan (Studi Pada Desa Hanura Kecamatan Teluk Pondan
Kabupaten Pesawaran). Jurnal Teknologi Dan Komunikasi Pemerintahan, 1(1), 42–51.
Anggita Doramia Lumbanraja. (2020). Urgensi Transformasi Pelayanan Publik Melalui E-
Government Pada New Normal Dan Reformasi Regulasi Birokrasi. Administrative Law &
Governance Journal, 3(2), 1–12.
Creswell W.John. (2019). Reasearch Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatid Dan
Campuran (Iv). Sage.
Gil-Garcia, J. R., & Flores-Zúñiga, M. Á. (2020). Towards A Comprehensive Understanding Of
Digital Government Success: Integrating Implementation And Adoption Factors. Government
Information Quarterly, 27(4), 1–15.
Hadi Krisnho, Listiano, A., & Taqwa Sihidi Irahad. (2020). Inovasi Dialogis: Menuju Transformasi
Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem Pelayanan Malang Online). Journal Of
Government And Civil Society, 4(1), 114–129.
Hadiono, K., & Chandra, R. (2020). Menyongsong Transformasi Digital (Pp. 81–85). Proceeding
Sendiu.
Ian Mcloughlin, Wilson, R., & Mike Martin. (2013). Digital Government At Work A Social
Informatics Perspective (1st Ed.). Oxford University Press.
Irawati, I., & Munajat, E. (2018). Electronic Government Assessment In West Java Province,
Indonesia Ira. Journal Of Theoretical And Applied Information Technology, 96(2), 1–17.
Layne, K., & A, J. L. (2001). Developing Fully Functional E-Government: A Four Stage Model.
Government Information Quarterly, 18(1), 1–15.
Padjadjaran, U. (2018). Menguatkan Desa Dengan Teknologi Digital.
Https://Www.Unpad.Ac.Id/2018/09/Menguatkan-Desa-Dengan-Teknologi-Digital/.
Peraturan Presiden Nomor 95, 1010 (2018).
Pinggar, H., & Salomo, R. V. (2020). Readiness Of Digitalization Services For Electronic Based
Government Systems In Agency For The Assessment And Application Of Technology
(Bppt). Jurnal Ilmu Administrasi Negara Dan Ilmu Komunikasi Restorika, 6(1), 1–13.
Rokhman, A., & Bahtaruddin. (2019). Model Keberlanjutan Desa Digital Berbasis Kompetensi
Sumber Daya Manusia (Sdm) Di Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas.
Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan Ix, 1–7.
Watrianthos, R., Nasution, A. P., & Saifullah, M. (2019). Model E-Government Pemerintahan Desa.
Majalah Ilmiah Unikom, 17(1).