Abstact: Budgeting is one of the control mechanisms used by organizations. Technological developments
are increasingly massive, pushing the budgeting mechanism to start being carried out on a technology basis,
namely using e-budgeting. The electronic budgeting mechanism is crucial because, in the era of
digitalization, people are more demanding and open about information. This research is a literature review
with the technique of charting the field, which originates from scientific journal articles adapted to the topic
of research discussion. The results indicate that the implementation policy of e-budgeting is an alternative
that can promote transparency and accountability during budgeting, which can boost public trust. E-
budgeting also has the potential to minimize information asymmetry because it can encourage budgetary
participation. Moreover, e-budgeting can be a means of two-sided monitoring from internal and external to
form better governance.
Abstrak: Penganggaran merupakan salah satu mekanisme pengendalian bagi organisasi. Perkembangan
teknologi yang semakin massif mendorong mekanisme penganggaran mulai dilakukan dengan basis
teknologi yaitu e-budgeting. Mekanisme penganggaran elektronik menjadi bagian krusial karena pada era
digitalisasi masyarakat lebih menuntut adanya keterbukaan informasi. Penelitian ini merupakan penelitian
kajian literatur dengan teknik charting the field yang bersumber pada artikel jurnal ilmiah yang disesuaikan
dengan topik bahasan penelitian. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kebijakan penerapan e-
budgeting dalam proses penganggaran merupakan alternatif yang dapat memperkuat transparansi dan
akuntabilitas yang berpotensi mendorong kepercayaan publik. E-budgeting berpotensi meminimalkan
terjadinya asimetri informasi dan dapat mendorong terjadinya partisipasi anggaran. Lebih dari itu,
penerapan e-budgeting dapat menjadi sarana pengawasan dua sisi dari internal dan eksternal untuk
membentuk sistem tata kelola yang lebih baik.
1
Corresponding author’s email: frida.frohma@trunojoyo.ac.id
1|Page Journal of Public Accounting
P-ISSN: 2808-1935 E-ISSN: 2808-1951
Urgensi Implementasi Pengganggaran Elektronik (E-Budgeting) Pada Sektor Pemerintahan
merupakan sebuah cerminan penganggaran
Pendahuluan
partisipatif yang melibatkan semua elemen baik
Perkembangan teknologi yang semakin
vertikal maupun horizontal. Dengan demikian,
massif mendorong organisasi untuk mulai
adanya teknologi informasi diharapkan dapat
melaksanakan aktivitasnya dengan
mendorong tercapai akuntabilitas dan
menggunakan perkembangan teknologi
transparansi. government pemerintah lebih
(Rohma & Zakiyah, 2022). Pelaksanaan
cenderung melaksanakan kegiatan
aktivitas dengan melibatkan teknologi
operasionalnya berdasarkan paper-based
diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas
administration (Rohma, 2023).
dan transparansi karena adanya keterbukaan
Teknologi akan mempermudah baik
informasi publik kepada masyarakat secara
user maupun preparer dalam mempersiapkan
luas. Tuntutan akan keterbukaan informasi
dan memperoleh informasi publik. Pemerintah
publik menjadi sangat krusial sejak
dapat melaksanakan tugas dan kewajiban
diterbitkannya UU No. 14 tahun 2008 tentang
sebagai pelayan masyarakat dengan lebih
keterbukaan informasi publik. Informasi yang
efisien dengan menggunakan teknologi
berkaitan dengan badan publik merupakan
(Rohma et al., 2023). Vazquez et al (2012)
informasi yang wajib diketahui oleh
menjelaskan bahwa hadirnya pengelolaan
masyarakat. Berdasarkan perspektif keagenan
elektronik di pemerintah daerah menjadi
pada hubungan (Raharjo, 2007). Halim dan
sebuah perangkat yang dapat mengurangi
Kusufi (2014) menjelaskan bahwa prinsipal
diskresi oleh pejabat publik mengingat
(rakyat yang diwakili oleh DPRD)
teknologi akan menjadikan proses birokrasi
mempercayakan pengelolaan kekayaannya
menjadi lebih transparan, mudah, dan tidak
kepada agen (misalnya, pemerintah daerah/
dapat diintervensi pejabat publik. Tuntutan
gubernur/ bupati/ walikota) sehingga sangat
adanya teknologi informasi ini selaras dengan
jelas jika pemerintah perlu untuk melaporkan
Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan
pengelolaan kekayaannya kepada masyarakat
Strategi Nasional Pengembangan e-
dalam bentuk informasi baik keuangan maupun
government, pengembangan e-government
non keuangan guna mengukur kinerja agen
merupakan upaya untuk mengembangkan
sebagai bahan evaluasi oleh prinsipal.
penyelenggaraan kepemerintahan yang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
berbasis (menggunakan) elektronik dalam
Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 4 ayat 1 tentang
rangka meningkatkan kualitas layanan publik
Pengelolaan Keuangan Daerah, menjelaskan
secara efektif dan efisien. Melalui
bahwa pemerintah harus melaksanakan
pengembangan e-government dilakukan
pengelolaan keuangannya dengan transparan
penataan sistem manajemen dan proses kerja di
dan bertanggungjawab (akuntabel). Berbeda
lingkungan pemerintah dengan
dengan akuntabilitas sektor swasta yang
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
bersifat dual-accountability structure (kepada
informasi.
pemegang saham dan konsumen), akuntabilitas
Hardjaloka (2014), Tumpal dan
pada sektor publik bersifat multiple-
Simangunsong (2015) Rohma et al (2023)
accountability structure (Pohan, 2000). Proses
menjelaskan bahwa peluang diterapkannya
pengelolaan keuangan baik negara maupun
mekanisme pemerintahan berbasis
daerah tentu tidak terlepas dari proses
elektronik berpotensi meningkatkan efektivitas,
penganggaran. Proses penganggaran
efisiensi, mengurangi biaya, meningkatkan
merupakan proses yang cukup rumit
pelayanan, meningkatkan partisipasi
dikarenakan harus dilakukan dengan
masyarakat, meningkatkan transparansi untuk
musyawarah yang melibatkan berbagai pihak
mengurangi korupsi. pelaksanaan pelayanan
dan dengan pertimbangan-pertimbangan
yang diberikan oleh pemerintah. Dengan
mengenai kesejahteraan masyarakat secara
demikian, penelitian ini melakukan analisis
umum sehingga anggaran yang direncanakan
mengenai urgensi adanya mekanisme
dapat dilaksanakan dengan baik dan bersifat
penganggaran berbasis elektronik yang
akuntabel (Rohma et al., 2023).
dimungkinan dapat digunakan sebagai media
Keterlibatan masyarakat umum
2|Page Journal of Public Accounting
P-ISSN: 2808-1935 E-ISSN: 2808-1951
Urgensi Implementasi Pengganggaran Elektronik (E-Budgeting) Pada Sektor Pemerintahan
bagi pemerintah untuk melaksanakan prinsip pemerintah. Akan tetapi, besarnya potensi
akuntabilitas dan tranparansi penyimpangan yang terjadi selama penggaran
pertanggungjawaban secara vertikal maupun (i.e: senjangan anggaran) akibat adanya asimteri
horizontal. Penelitian ini dilakukan dengan informasi tidak dapat diabaikan (Rohma, 2022).
pendekatan telaah pustaka dengan teknik Perkembangan digitalisasi dengan adanya
charthing the field. keterbukaan informasi selama penganggaran
melalui penganggaran elektronik (e-budgeting)
Kajian Literatur dapat meminimalkan potensi penyimpangan
Pada upaya mencapai akuntabilitas dan pada kontrak keagenan selama penganggaran
transparansi kepada seluruh pemangku Metode penelitian yang digunakan dalam
kepentingan dan masyarakat terdapat unsur penelitian ini adalah kajian literatur dengan
pertanggungjawaban di dalamnya. Hal tersebut teknik charting the fielad yaitu mengumpulkan
sangat berkaitan dengan teori keagenan yang teori, data-data penelitian atau temuan pada
mengulas hubungan antara dua pihak yaitu penelitian sebelumnya dari berbagai sumber
pihak yang memberikan tanggungjawab dan yang berkaitan dengan topik penelitian yang
pihak yang menerima tanggungjawab (Rohma, akan dikaji. Kajian literatur dalam hal ini
2023; Rohma & Tyastutik, 2023). Wolk, Dodd, dilakukan tanpa melakukan uji empiris secara
dan Royzycki (2013), Kusufi et al (2020) dan spesifik, tidak diberlakukan acuan tahun hal ini
Rohma (2023) menjelaskan bahwa terdapat karena pergerakan digitalisasi di sektor publik
beberapa elemen penting dalam teori keagenan, tidak cukup massif. Dengan demikian, adanya
yaitu agen adalah seseorang yang bekerja untuk pembatasan dikhawatirkan tidak dapat
kepentingan orang lain, dan organisasi sebagai menangkap seluruh fenomena secara
sebuah “nexus” (persimpangan) hubungan komprehensif.
keagenan. Berbagai pihak yang ada dalam Penganggaran yang baik merupakan
hubungan keagenan akan berupaya salah satu refleksi dari tata kelola yang baik
memaksimalkan utilitinya masing-masing. pada suatu organisasi (Rohma, 2022). The
Pada konteks pemerintah daerah Organization for Economic Cooperation
apabila pihak eksekutif sebagai pelaksana tidak Development (OECD) menyebutkan bahwa
melaksanakan prinsip akuntabilitas kepada kritera tata kelola yang baik yaitu keadilan,
pihak legislatif serta mempunyai akses transparansi, akuntabilitas, dan
monopoli informasi, maka dapat terjadi pertanggungjawaban (Agoes, 2004). Badan
discretion dalam pengadministrasian Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan
pertanggungjawaban sehingga dapat bahwa terdapat 3 pilar yang mendorong tata
menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan kelola yang baik di pemerintah yaitu
misalkan mark up atau korupsi oleh pihak agen transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi.
(Mahmood 2004; Srivastava, 2016). Halim dan Anggarini dan Puranta (2010) menjelaskan
Abdullah (2006) menjelaskan bahwa otonomi bahwa pemerintah perlu memperhatikan
daerah di Indonesia memiliki implikasi besar beberapa kriteria dalam mendorong tata kelola
pada penggunaan perspektif teori keagenan yang baik yaitu transparansi, akuntabilitas,
dalam akuntansi sektor publik Hubungan teori kondisional, partisipatif, tidak diskriminatif
keagenan ini dengan pelaksanaan (kesamaan hak), keseimbangan hak dan
pengungkapan informasi adalah sangat nyata, kewajiban.
dimana pihak agen harus mengungkapkan Anggaran merupakan rencana yang
kegiatan pengelolaan sumberdayanya kepada disusun secara sistematis yang meliputi seluruh
pihak prinsipal dalam hal ini pemerintah kepada kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam
para pemangku kepentingan dan masyarakat unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk
secara luas. jangka waktu (periode) tertentu yang akan
Penganggaran memiliki peran penting datang (Munandar, 2001; Mardiasmo, 2009).
dalam menjelaskan tujuan dan target Anggaran publik merupakan ramalan
pengeluaran dan pendapatan pemerintah untuk
3 | Page Journal of Public Accounting
P-ISSN: 2808-1935 E-ISSN: 2808-1951
Urgensi Implementasi Pengganggaran Elektronik (E-Budgeting) Pada Sektor Pemerintahan
tahun fiskal berikutnya yang mungkin atau implementasi penggunaan sistem informasi di
tidak mungkin berkorespondensi dengan tahun pemerintahan diperlukan beberapa tahap yaitu
kalendar dan juga merefleksikan kebijakan pemerintah mempublikasikan informasi
pemerintah terhadap ekonomi (Hogye, 2002). keuangan melalui website, diharapkan adanya
Fungsi anggaran pada awalnya adalah interaksi antara masyarakat dan kantor
sebagai pedoman bagi pemerintah dalam pemerintah daerah melalui e-mail,masyarakat
mengelola negara atau daerah otonom untuk dalam suatu kota/ kabupaten yang
satu periode di masa yang akan datang, namun bersangkutan dapat melakukan transaksi
karena sebelum anggaran publik dijalankan dengan pemerintah secara timbal balik dan
harus mendapatkan persetujuan dari lembaga berkesinambungan, dan integrasi seluruh
perwakilan rakyat maka anggaran publik kantor pemerintahan, di mana masyarakat
berfungsi sebagai alat pengawasan masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh
terhadap kebijakan publik yang dipilih oleh kantor pemerintahan yang telah mempunyai
pemerintah. Selain itu, karena pada akhirnya pemakaian database bersama.
setiap anggaran publik harus Hardjaloka (2014) menjelaskan bahwa
dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh beberapa keterbatasan implementasi sistem
pemerintah kepada lembaga perwakilan rakyat informasi berabasis elektronik di pemerintah
berarti anggaran negara berfungsi sebagai alat yaitu minimnya peraturan daerah yang
pengawas bagi masyarakat terhadap mengatur mengenai penerapan sistem
kemampuan pemerintah dalam melaksanakan elektronik, belum ada tradisi saling berbagi
kebijakan yang telah dipilihnya (Suparmoko, informasi (no culture of sharing), Belum
1987). adanya tradisi mendokumentasikan (no culture
Anggaran partisipatif merupakan of documenting), kurangnya sumber daya
sebuah pendekatan untuk pengaturan anggaran manusia yang handal dan kemampuan
yang menggunakan proses pembuatan masyarakat dalam menggunakan teknologi,
keputusan secara bersama dimana seluruh infrastruktur yang mahal dan memadai, dan
pihak sependapat mengenai pengaturan target akses yang terbatas. Ketidakpuasan atas
anggaran (Atkinson, et al 2012). Pendekatan kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan
bottom up memungkinkan adanya partisipasi manajemen pelayanan publik maupun
dari pelaksana anggaran untuk berperan pada penggunaan anggaran belanja daerah
proses pencapaian tujuan organisasi (Setyorini (Sadjiarto, 2000). Padahal penganggaran di
et al, 2013). Berdasarkan teori keagenan, pemerintahan daerah merupakan instrumen
anggaran partisipatif merupakan proses utama atas manajamen keuangan dan realisasi
kerjasama antara agen dan prinsipal dalam tugas publik (Galinski, 2013). Hal tersebut
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan merupakan timbul akibat kurangnya
penganggaran daerah. Anggaran daerah akuntabilitas dan transparansi dari pemerintah.
disusun oleh eksekutif sebagai agen dan Indrajit (2007) menjelaskan bahwa
disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. kriteria partisipasi dalam sistem berbasis
Sari & Winarno (2012) menjelaskan elektronik yaitu akses langsung masyarakat
bahwa perkembangan sistem informasi di terhadap orang yang berkepentingan melalui
Indonesia secara kuantitas mulai meningkat we, pertimbangan umpan balik dan keinginan
meskipun secara kualitas belum memadai. masyarakat, pengaruh dan keterlibatan
Guna mendorong peningkatan pengembangan masyarakat dalam proses pengambilan
sistem informasi di Indonesia diperlukan keputusan, kemungkinan untuk
adanya komitmen dari pemerintah dalam memperdebatkan topik yang menyangkut
menyempurnakan pengembangan baik dari masyarakat umum (tersedianya fasilitas
segi infrastruktur, SDM, aplikasi, regulasi serta chatting, forum, atau milis). Indrajit (2007)
sosialisasi di internal pemerintah maupun menjelaskan bahwa sebuah negara
kepada masyarakat. Bastian (2003) memutuskan untuk menggunakan sistem
menjelaskan bahwa guna mendorong
4 | Page Journal of Public Accounting
P-ISSN: 2808-1935 E-ISSN: 2808-1951
Urgensi Implementasi Pengganggaran Elektronik (E-Budgeting) Pada Sektor Pemerintahan
berbasis elektronik dalam penganggaran
karena percaya bahwa dengan melibatkan
teknologi informasi dalam kerangka
manajemen pemerintahan maka akan
memberikan sejumlah manfaat salah satunya
dalam penganggaran. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah untuk menggunakan
penganggaran elektronik untuk mendorong
partisipasi anggaran dan meningkatkan
transparansi.
Adanya sistem penganggaran berbasis
elektronik membuat proses penyusunan
anggaran pemerintah daerah dapat dibuat
menjadi lebih interaktif melalui e-government
dengan menambah kolom permintaan
pertanyaan dan pemberian akses untuk
memberikan evaluasi dari masyarakat
(Rohma et al., 2023). Masyarakat akan merasa
menjadi sebuah pihak yang lebih memiliki
porsi dalam upaya pelaksanaan pembangunan
daerah melalui partisipasi anggaran daerah
(Nofianti & Suseno, 2014). Gambar 1
Gambar 1. Tampilan Website Penganggaran
merupakan contoh penerapan e- budgeting Elektronik
yang dikelola oleh pemerintah Kota Surabaya
sebagai salah satu kota yang telah Akuntabilitas dalam hubungan agen
menjalankan program sistem elektronik. dan prinsipal menjadi penting untuk
Melalui penerapan e-budgeting pemerintah menunjukkan bahwa agent telah melakukan
daerah dapat melaksanakan ketiga prinsip sesuatu sesuai dengan arahan prinsipal.
good governance yaitu partisipasi. Penyusunan laporan keuangan merupakan
salah satu bentuk transparansi yang merupakan
syarat pendukung adanya akuntabilitas
(Mardiasmo, 2006). Cooper & Ijiri (1984)
mendefinisikan akuntabilitas menjadi dua
bagian. Pertama, kewajiban agen, untuk
menyediakan laporan yang memuaskan, secara
periodik atas tindakan atau kegagalan atas
wewenang yang telah didelegasikan.
Kedua, pengukuran pertanggung-
jawaban atau kewajiban dengan yang lainnya,
mengekspresikan dalam unit moneter, properti,
atau dasar pengukuran lain. Mardiasmo (2009)
menjelaskan bahwa ada dua jenis akuntabilitas
publik yakni akuntabilitas vertikal dan
akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal
adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan
dana kepada otoritas yang paling tinggi,
misalnya pertaggungjawaban unit-unit kerja
kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah