Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Sistem Informasi Keuangan Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran

Pada Instansi Pemerintah Pusat


(Studi Kasus Pada Penerapan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi
(SAKTI) di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)

Oleh :
NAMA : Mayong Rizma

NIM : 120113154

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

DENPASAR

2023
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 mengubah seluruh pola kegiatan masyarakat di Indonesia.
Selain ada perubahan pola kegiatan yang semula dilakukan secara langsung dengan
tatap muka menjadi secara tidak langsung atau dalam suatu jaringan (Online) juga turut
mendorong Revolusi 4.0 di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan di masyarakat secara
mayoritas berubah menjadi digital. Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh
Profesor Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution yang dirilis
pada tahun 2017. Dalam buku tersebut Schwab menjelaskan bahwa Revolusi Industri
4.0 yang berdasarkan kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik,
digital, dan biologi telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental serta
mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.1
Pada sektor pemerintah sejak tahun 2015 Kementerian Keuangan mulai
melaksanakan digitalisasi dalam bidang tata kelola keuangan pemerintah melalui uji
coba Aplikasi Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI).2 Aplikasi tersebut
merupakan suatu sistem aplikasi yang mengintegrasikan pelaksanaan perencanaan
anggaran sampai dengan pertanggungjawaban anggaran.3 Sejak uji coba yang
dilakukan pada tahun 2015, secara bertahap penerapan Aplikasi Sakti terus dilakukan
pada instansi pemerintah. Pasca Pandemi Covid-19 yang turut mendorong penerapan
digitalisasi pada seluruh sektor di Indonesia, pemerintah seolah dipaksa untuk
menerapkan kebijakan terkait digitalisasi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tahun
2020 Nomor 994 tentang Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik yang mendorong
adanya digitalisasi pada proses bisnis instansi pemerintah.4 Sejalan dengan hal
tersebut, Menteri Keuangan menguatkan penggunaan Aplikasi Sakit dalam proses
bisnis tata kelola keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
233/PMK.05/2015 tentang aplikasi sakti.5

1
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution.
2
Manurung, E. (2022). Aplikasi Sakti, Satu Aplikasi Keuangan Untuk Negeri. Antara News
3
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
4
Peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
5
Persetujuan Peninjauan Masa Kerja Kementerian Keuangan Republik Indonesia

1
Penggunaan sistem kerja berbasis elektronik tersebut juga mendukung
pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) guna
menjawab tantangan era Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity (VUCA) yang
disruptif melalui kebijakan Work from Home (WFH) dan Work From Anywhere (WFA)
dalam sistem kerja pegawai negeri. Hal tersebut sangatlah dapat mendorong efektivitas
dan efisiensi dalam meningkatkan ketercapaian target kinerja pegawai negeri di
Indonesia. Namun, penerapan sistem berbasis elektronik tersebut menjadi suatu
tantangan yang besar bagi berjalannya tata kelola pemerintah Republik Indonesia
dikarenakan adanya gap generasi dalam kepegawaian instansi pemerintah. Hasil
sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020
menunjukan bahwa penduduk Indonesia didominasi oleh generasi millennial dan Gen Z.
Namun berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara pada tahun 2014 Aparatur Sipil
Negara (ASN) didominasi oleh generasi X Fakta SDM tersebut menjadi faktor
pendorong dari berjalannya penerapan sistem informasi di instansi pemerintah.
Digitalisasi pada instansi pemerintah dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas kerja,
namun hal tersebut perlu dikuatkan oleh SDM yang mampu menyerap proses digitalisasi
tersebut. Dengan mayoritas generasi Generasi Baby Bomoomers pada ASN
mengakibatkan masih banyak ASN yang mengalami kesulitan dalam menggunakan
teknologi baru.6
Digitalisasi pelaksanaan tata kelola keuangan dimaksudkan untuk membantu
instansi pemerintahan dalam mengelola keuangan dengan lebih baik, akurat dan cepat
mulai dari penganggaran sampai dengan pelaksanaan anggaran, serta memastikan
adanya transparansi dalam penggunaan dana publik. Penggunaan sistem informasi
seperti SAKTI diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan pada
tingkat instansi pemerintahan dalam menghadapi era Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity (VUCA). Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka penelitian ini
diberi judul Pengaruh Sistem Informasi Keuangan Terhadap Efektivitas Pengelolaan
Keuangan (Studi Kasus Pada Penerapan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi
(SAKTI) di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).

6
Muhamad F (2020). Digitalisasi pelayanan pensiunan Negara pada Taspen

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan situasi dan penjelasan di atas, dalam penelitian ini penulis berfokus pada
dua rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan sistem aplikasi Sakti di Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme?
2. Bagaimana kualitas Pelaksanaan anggaran Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan aplikasi Sakti terhadap kualitas Pelaksanaan
anggaran di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme terhadap efektivitas
pengelolaan keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui dan menganalisis penggunaan sistem aplikasi sakti di Badan
nasional penanggulangan terorisme.
2. Untuk mengetahui kualitas Pelaksanaan anggaran Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penggunaan aplikasi Sakti terhadap
kualitas Pelaksanaan anggaran di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai sarana peningkatan pemahaman dan penambahan wawasan tentang
penggunaan sistem aplikasi pada instansi pemerintah.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya terkait dengan
digitalisasi pada sektor pemerintahan

3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sistem Informasi
Digitalisasi pada pola kerja di Indonesia pasca pandemi Covid-19 terus
meningkat. Digitalisasi membawa pola kerja yang semula tidak menggunakan teknologi
menjadi menggunakan teknologi digital yang saat ini dikenal dengan Revolusi Industri
4.0 yang mengedepankan lingkup digital dalam bekerja. Perubahan ini mendorong
terbangunnya sistem informasi yang kuat untuk mendukung terlaksananya pekerjaan.
Salah satu fungsi dari sistem informasi adalah untuk membantu atau mendorong
pekerjaan manusia agar berjalan lebih efektif dan efisien.7
Sistem informasi merupakan gabungan dari berbagai komponen teknologi
informasi yang saling bekerjasama dan menghasilkan suatu informasi guna untuk
memperoleh satu jalur komunikasi dalam suatu organisasi atau kelompok.8 Dalam
mendukung tata kelola keuangan, terdapat sistem informasi keuangan yang dibangun
yaitu berupa sistem informasi keuangan. Pane di tahun 2023 mengemukakan bahwa
Sistem informasi keuangan adalah sistem informasi yang memberikan informasi
kepada perorangan atau kelompok orang dalam perusahaan, yang berisi
permasalahan keuangan dan informasi tentang aliran uang bagi para pemakai
yang ada pada perusahaan.9
Dalam penelitiannya Hertati et.al mengemukakan bahwa sistem informasi
keuangan (SIK) adalah kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan
satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mengolah data keuangan
menjadi informasi keuangan yang diperlukan oleh manajemen dalam proses
pengambilan keputusan dibidang keuangan. Lebih lanjut Hertati menjelaskan bahwa
sistem informasi keuangan merupakan integrasi dari berbagai sistem pengolah transaksi
di berbagai fungsi operasional organisasi dan merupakan bagian terpenting dari sistem
informasi manajemen.10

7
Oktaviyana, A. (2023). Analisis Dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen. Circle Archive, 1(1).
8
Seah, J., & Ridho, M. R. (2020). Perancangan Sistem Informasi Persediaan Suku Cadang Untuk Alat Berat
Berbasis Desktop Pada Cv Batam Jaya. Computer and Science Industrial Engineering (COMASIE), 3(2),
1-9
9
Pane, W. A. S. (2023). SISTEM INFORMASI KEUANGAN. Circle Archive, 1(1).
10
Hertati, L., Fery, I., & Safkaur, O. (2020). Pengaruh komitmen organisasi terhadap sistem informasi
keuangan. Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi, 13(1), 125-136.

4
Burton et.al pada tahun 1992 menyampaikan bahwa sistem informasi yang
memberikan informasi kepada kelompok orang baik di dalam perusahaan maupun di
luar perusahaan mengenai masalah keuangan mengenai arus uang bagi para pemakai
diseluruh perusahaan. Terdapat tiga aspek utama dalam sistem informasi keuangan,
yaitu:11
a. Kualitas Sistem
Kualitas sistem bertujuan untuk melihat apakah sistem ini baik atau tidak dalam
mendukung pekerjaannya. Kualitas sistem diukur berdasarkan indikator berupa
Akurat, Tepat Waktu, dan Relevan.
b. Komponen Informasi
Komponen informasi bertujuan untuk melihat informasi apa yang tersaji dalam
sistem tersebut dan bagaimana informasi tersebut mendukung pekerjaan pengguna.
Komponen informasi diukur berdasarkan indikator berupa Akurat, Tepat Waktu, dan
Relevan.
c. Pengguna Sistem
Pengguna sistem merupakan SDM yang menggunakan sistem tersebut. Pengukuran
atas kemampuan SDM ini diukur dengan indikator kolektif (kemampuan SDMnya)
dan penegas (peraturan yang mengikat SDM).
Sejalan dengan penjelasan tersebut, Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi
merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan proses tata kelola keuangan negara
mulai dari proses perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran sampai dengan
pelaporan keuangan. Sistem tersebut digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
memproses dan mengelola informasi perusahaan dan data keuangan.12 SIK dapat
membantu instansi untuk mengambil keputusan yang lebih tepat dan efektif serta
meningkatkan faktor keberhasilan instansi dalam mendukung kegiatannya. Selain itu,
SIK membantu perusahaan dalam mengumpulkan, menganalisis, dan mengelola
informasi keuangan yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Berdasarkan penjelasan peneliti tersebut di atas, dibangunnya sistem informasi
keuangan memiliki tujuan untuk membantu mengelola dan mengendalikan keuangan
perusahaan secara efektif. Sistem informasi keuangan juga dapat membantu lembaga
pemerintah mengelola keuangan mereka dengan lebih baik, meningkatkan akurasi dan

11
Burton, F. G., Chen, Y., Grover, V., and Steward, K.A. 1992. An Application of Expectancy Theory for
Assesing User Motivation to Utilize an Expert System. Journal of Management Information System. 9 (3):
183-198.
12
Kementerian Keuangan Republik Indonesia

5
kecepatan pelaksanaan anggaran dan keuangan, serta memastikan transparansi dalam
penggunaan dana publik.

2. Kualitas Pelaksanaan Anggaran


Anggaran adalah rancangan yang disusun baik oleh pemerintah atau suatu
organisasi yang dimana untuk mengalokasikan sumber daya keuangan yang mereka
miliki agar mencapai tujuan yang telah ditentukan.13 Anggaran dapat berupa rencana
yang akan dibelanjakan atau diterima dalam jangka waktu tertentu. Dalam pengelolaan
keuangan pemerintah, anggaran merupakan hal yang penting untuk menjamin belanja
pemerintah dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sejalan dengan prioritas dan
kebutuhan masyarakat.
Pelaksanaan anggaran merupakan tahapan pengelolaan keuangan yang meliputi
penggunaan dana yang dialokasikan dalam rencana keuangan. Pelaksanaan anggaran
dilakukan oleh pengguna anggaran yang melaksanakan kegiatan yang dituangkan dalam
dokumen perencanaan anggaran seperti Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana
Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL).14 Tahapan pelaksanaan anggaran
tersebut melibatkan pengguna anggaran yang melakukan kegiatan berdasarkan
dokumen perencanaan. Dalam melaksanakan suatu program anggaran, pengguna
anggaran bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah
ditentukan. Adapun penggunaan dana tersebut haruslah dilakukan secara efektif,
mengikuti pedoman dan peraturan yang berlaku serta memastikan bahwa tujuan
rencana kerja pemerintah atau rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga
tercapai. Pemantauan dan pengawasan juga penting pada tahap ini untuk memastikan
transparansi, akuntabilitas dan penggunaan dana yang tepat.
Dalam hal pelaksanaan anggaran terdapat ketentuan yang menyatakan apakah
pelaksanaan anggaran tersebut berjalan dengan baik sesuai kaidah atau belum. Hal
tersebut memunculkan adanya penilaian kualitas dalam pelaksanaan anggaran. Kotler
(2004) menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk
atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau tersirat.15 sejalan dengan pengertian tersebut, dalam penelitiannya
Cahyadi (2016). Mengemukakan definisi strategis dari kualitas adalah segala sesuatu

13
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
14
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
15
Kotler, Philip. (2004). Manajeman Pemasaran. Jakarta: PT Indeks, p. 49.

6
yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of
customers).16
Dalam mengukur kualitas pelaksanaan anggaran berdasarkan Surat Edaran
Menteri Keuangan Nomor SE-8/MK.1/2020 tentang Tata Cara Perhitungan Indikator
Kinerja Utama Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian
Keuangan, Perhitungan Kualitas Pelaksanaan Anggaran (PKPA) diukur dengan
menggunakan dua tools yakni capaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)
dan Sistem Monitoring Kinerja Terpadu (SMART).17
a. Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)
(IKPA) atau Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Indikator yang ditetapkan
kementerian keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) bertujuan untuk
mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja kementerian Negara/
Lembaga dari sisi kualitas implementasi perencanaan anggaran, dan hasil
pelaksanaan anggaran.18 Penilaian Kinerja Pelaksanaan Anggaran diatur dengan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2021 tentang
Petunjuk Teknis Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja
Kementerian Negara/Lembaga. Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)
memiliki 4 aspek dan 13 indikator untuk mengukur kinerja pelaksanaan anggaran,
yaitu:
1) Aspek Kesesuaian Antara Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran;
2) Aspek Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan di Bidang
Pelaksanaan Anggaran;
3) Aspek Efektivitas Pelaksanaan Anggaran; dan
4) Aspek Efisiensi Pelaksanaan Anggaran.

b. Sistem Monitoring Kinerja Terpadu (SMART)

16
Cahyadi, R. (2016). Inovasi kualitas pelayanan publik pemerintah daerah. Fiat Justicia Jurnal Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung, 10(3), 569-586.
17
Pemerintah Indonesia. (2020). Tata Cara Perhitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas
Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan.
18
Kementerian Keuangan Republik Indonesia

7
Sistem Monitoring Kinerja Terpadu merupakan suatu sistem pengukuran dan
evaluasi kinerja anggaran yang pengukurannya diatur oleh Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 22/PMK.02/2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa terdapat 2
fungsi anggaran yaitu fungsi akuntabilitas dan fungsi peningkatan kualitas.
Fungsi yang pertama yaitu fungsi akuntabilitas (proving) bertujuan untuk
membuktikan dan mempertanggungjawabkan secara profesional kepada
pemangku kepentingan atas penggunaan anggaran. Sedangkan fungsi yang
kedua yaitu peningkatan kualitas (improving) bertujuan untuk mengukur
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, mengidentifikasi pendukung
dan kendala atas pelaksanaan anggaran dan sebagai bahan masukan untuk
penyusunan kebijakan.19 Dalam SMART aspek yang diukur adalah Capaian
Output, Besar Efisiensi, Konsistensi Penyerapan Anggaran Terhadap
Perencanaan, dan Penyerapan Anggaran.
Kualitas pelaksanaan anggaran merupakan ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/lembaga
berasal berbagai aspek, seperti kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas
pelaksanaan anggaran, pengelolaan keuangan negara, pengawasan intern
serta ekstern, pelayanan publik, manajemen sdm, pengadaan barang/jasa,
pengelolaan aset, pengelolaan utang, pengelolaan investasi, serta
pengelolaan risiko. Indikator Kinerja pelaksanaan anggaran (IKPA) artinya
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelaksanaan
anggaran, yang meliputi 13 indikator yang mencerminkan dimensi kualitas
pelaksanaan anggaran/ Tujuan dari pengukuran kualitas pelaksanaan
anggaran adalah untuk memastikan bahwa aturan yang telah disediakan bisa
dipergunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yg sudah
ditetapkan

19
Pemerintah Indonesia. (2021). Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Kementerian Keuangan.

8
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, Kualitas pelaksanaan anggaran adalah
suatu ukuran yang digunakan untuk menilai sejauh mana anggaran pemerintah
terlaksana sesuai dengan rencana yang dijalankan secara efisien, efektif,
transparan, dan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping
itu, kualitas pelaksanaan anggaran mencerminkan seberapa baik dana yang dikelola
dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

9
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Jurnal

No Judul/Penulis/Tahun/Penerbit Variabel Teknik Simpulan Perbedaan


Analisis

1 Efektivitas Analisis Efektivitas penerapan Objek Penelitian


Efektivitas Penerapan Sistem penerapan SIPKD Deskriptif SIPKD berpengaruh
(X) positif terhadap kualitas Variable Penelitian
Informasi Pengelolaan
Regresi laporan keuangan
Keuangan Daerah (SIPKD) Kualitas Laporan linear pemerintah daerah
Keuangan (Y) Sederhana
Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Siska Yulia Defitri / 2022 /
Universitas Mahaputra
Muhamad Yamin

2 Sistem Informasi Analisis Sistem Informasi Objek Penelitian


Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi (X) Kuantitatif Akuntansi Berpengaruh Variable Penelitian
Positif, Signifikan

10
Informasi Akuntansi, Sistem Sistem Regresi Terhadap Kualitas
Pengendaian Linear Pelaporan Keuangan
Pengendalian Internal, dan Internal (X2) Berganda Sistem Pengendalian
Kompetensi Sumber Daya Intern Berpengaruh
Kompetensi Positif, Signifikan
Manuasia Terhadap Kualitas Sumber Daya Terhadap Kualitas
Manusia (X3) Pelaporan Keuangan
Laporan Keuangan dengan
Kanwil Kemenag Jawa
Good Governance Norma Riza Kualitas Laporan Timur..
Keuangan (Y)
Umami Sarwono, Munari Munari
/2022 / Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
Jawa Timur

3 Pengaruh Penerapan Sistem akuntansi Analisis Penerapan sistem Objek Penelitian


keuangan daerah Kuantitatif pengendalian intern
Pemerintah, Sistem
(X) pemerintah Variable Penelitian
Pemanfaatan Teknologi Kompetensi Regresi memberikan pengaruh
aparatur (X2) Linear positif yang signifikan
Informasi, dan Kompetensi
Berganda terhadap kualitas
Aparatur Terhadap Kualitas Pemanfaatan pelaporan keuangan
teknologi pemerintah daerah oleh
Laporan Keuangan Pemerintah
informasi (X3) Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten Karo. Biro
Sistem Teknologi Informasi
(Studi Kasus Pada Dinas
pengendalian Penggunaan dinas
Kesehatan Kabupaten Karo) intern (X4) kesehatan daerah
mempunyai pengaruh

11
Purnama Sari Br Sinulingga, Kualitas Laporan positif yang signifikan
Keungan terhadap kualitas
Arthur Simanjuntak, Mitha
Pemerintah (Y) pelaporan keuangan
Christina Ginting/2019/ pemerintah daerah
Karo
Universitas Methodist Indonesia

4 Analisis Pengaruh Sistem Sistem Informasi Analisis Pemanfaatan sistem Objek Penelitian
Keungan (X) Kuantitatif informasi keuangan
Informasi Keuangan dan Sistem
daerah mempunyai Variable Penelitian
Pengendalian Internal Terhadap Sistem Regresi pengaruh yang
Pengendalian Linear signifikan dan positif
Kualitas Laporan Keuangan
Internal (X2) Berganda terhadap kualitas
Pemerintah Daerah informasi laporan
Kualitas Laporan keuangan pemerintah
(Studi pada Dinas Pemerintahan
Keungan daerah di wilayah
Kota Semarang) Pemerintah pelayanan Pemerintah
daerah (Y) Kota Semarang.
Lucki Bighandy Mardani / 2019 /
Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang

12
C. Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dijelaskan di atas, peneliti
menarik dimensi sistem informasi menjadi tiga aspek merujuk pada Burton et.al (1992),
sebagai berikut:
1. Kualitas Sistem;
2. Komponen Informasi; dan
3. Pengguna Sistem.
Sedangkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-8/MK.1/2020
tentang Tata Cara Perhitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas
Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan Dimensi kualitas
pelaksanaan anggaran dengan menggunakan Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
Kementerian Keuangan yang terdiri dari 2 aspek, yaitu:
1. Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran; dan
2. Nilai Sistem Monitoring Kinerja Terpadu.
Penerapan sistem informasi memiliki keterkaitan yang kuat dengan kualitas pelaksanaan
anggaran. Hal tersebut dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu bahwa sistem
informasi dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran (Defitri, 2022; Sarwono
et.al, 2022; Sinulingga et.al, 2019; dan Mardani, 2019). Berdasarkan simpulan awal
tersebut, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

13
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian di atas peneliti mengangkat Hipotesis penelitian
sebagai berikut:
H0: Sistem informasi keuangan Sakti berpengaruh signifikan terhadap kualitas
Pelaksanaan anggaran di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
H1: Sistem informasi keuangan Sakti tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas Pelaksanaan anggaran di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
E. Definisi Operasional
Penelitian ini membahas keterkaitan antara dua variabel yaitu Sistem Informasi
Keuangan sebagai variabel bebas (X) dan Kualitas Pelaksanaan Anggaran sebagai
variabel terikat (Y).
a. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2015:63), variabel independen atau bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang mengakibatkan variabel dependen atau terikat. Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah Sistem Informasi Keuangan.
Dalam variabel ini terdapat tiga poin yang dijelaskan di dalam tabel variabel
operasional.
b. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2015:63), variabel dependen atau terikat adalah variabel yang
berubah akibat pengaruh dari variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat
adalah Kualitas Pelaksanaan Anggaran dengan empat dimensi yang diukur.
Adapun penjelasan dimensi tersebut terdapat dalam tabel variabel operasional.

14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan
objek penelitian adalah penerapan sistem informasi pada proses perencanaan dan
pelaksanaan anggaran.
B. Populasi dan Sampel
a. Sugiyono (2019:126) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu,
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan didapatkan kesimpulannya. Penelitian ini
mengambil populasi berupa karyawan di Instansi Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) sebanyak 50 orang karyawan.
b. Sampel. Sugiyono (2019:127) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakter yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian adalah 50 orang
pegawai. Sampel diambil dari populasi yang betul – betul mewakili. Sugiyono
(2019:146) menyatakan jika populasi dibawah 100 maka sebaiknya populasi menjadi
sampel seluruhnya atau dikenal sampling jenuh.
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis data
menurut sumber dan menurut jenisnya. Penjelasan masing-masing jenis data adalah
sebagai berikut:
1. Data menurut sumber
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah oleh
instansi pemerintah sehingga data tersebut merupakan data jadi. Dalam hal ini Indikator
Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan
dikategorikan sebagai Data Sekunder.
2. Data menurut jenisnya
a. Data kualitatif merupakan data-data berupa angka yang dapat dihitung secara nyata;
dan
b. Data kuantitatif merupakan data-data yang tidak berupa angka melainkan berupa
informasi atau keterangan yang mendukung hasil penelitian.

15
D. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini berasal dari berbagai sumber, diantaranya:
1. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT);
2. Kementerian Keuangan; dan
3. Responden/Pihak.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah bersumber dari kuesioner.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan
seperangkat pertanyaan dengan kelengkapan penelitian didalamnya, sugiyono
(2019:143) pemilihan teknik pengumpulan data ini didasarkan pada efisiensi waktu
dalam pengumpulan hasil kuesioner.
F. Uji validitas
Validitas adalah kesesuaian antara data lapangan dengan data yang dilaporkan oleh
seorang peneliti (Sugiyono,2019). Sehingga uji validitas adalah suatu pengujian yang
dilakukan terhadap data yang diolah oleh peneliti. Uji validitas dilakukan dengan cara
penghitungan korelasi antar data pada masing - masing pertanyaan dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:

r = koefisien Korelasi S x = Jumlah Skor Dalam Distribusi X

n = Jumlah Responden S y = Jumlah Skor Dalam Distribusi Y

X = Skor Total Koresponden S x2 = Jumlah Kuadrat masing - masing X

Y = Skor Total Pertanyaan S y2 = Jumlah Kuadrat masing - masing Y


Menurut Sugiyono (2019:125) validitas menunjukan ketepatan antara data
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.
Dinyatakan valid apabila nilai koefisien berada > 0.3 dan tidak valid jika koefisien <0.3.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kuesioner dianggap valid apabila nilai korelasi hitung lebih
besar dari pada nilai korelasi tabel (valid = r hitung > r tabel).

G. Uji Asumsi Klasik


1. Uji normalitas
Priyatno (2018:127) menjelaskan uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara baik, secara normal atau

16
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi
secara normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji kolmogorov smirnov, uji
histogram P-Plot.

2. Uji heteroskedastisitas
Priyatno (2018:136) menjelaskan bahwa uji heteroskedastisitas adalah suatu
keadaan dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada
suatu pengamatan lainnya. Metode regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas.

H. Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik Deskriptif. Analisis Deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
data yang telah ada untuk dibuatkan kesimpulan atau hasil, Sugiyono (2019:81) .
Adapun kriteria untuk setiap pertanyaan jika dipersentasekan adalah sebagai berikut:
1. Nilai kumulatif adalah jumlah setiap jawaban yang berasal dari 50 orang pegawai.
2. Persentase adalah nilai kumulatif yang dikali 100%
3. Total kumulatif terbesar = 50 x 5 = 250
4. Total kumulatif terkecil = 50 x 1 = 50
5. Nilai persentase terbesar = (250/250) x 100% =100%
6. Nilai persentase terkecil = (50/250) x 100% = 20%
7. Interval pada skala pengukuran = 100% - 20% = 80% / 5 = 16. Sehingga kriteria
persentase adalah sebagai berikut:
TABEL 3.1
INTERPRETASI SKOR

No Persentase Penilaian Kriteria

1 20% - 36% Sangat Tidak Baik

2 37% - 52% Tidak Bak

3 53% - 68% Ragu - Ragu

4 69% - 84% Baik

5 85% - 100% Sangat Baik

17
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa garis kontinum sebagai berikut:

18
DAFTAR PUSTAKA
Burton, F. G., Chen, Y., Grover, V., and Steward, K.A. 1992. An Application of Expectancy Theory
for Assesing User Motivation to Utilize an Expert System. Journal of Management
Information System. 9 (3): 183-198.
Cahyadi, R. (2016). Inovasi kualitas pelayanan publik pemerintah daerah. Fiat Justicia Jurnal
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung, 10(3), 569-586.
Hertati, L., Fery, I., & Safkaur, O. (2020). Pengaruh komitmen organisasi terhadap sistem
informasi keuangan. Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi, 13(1), 125-136.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Kotler, Philip. (2004). Manajeman Pemasaran. Jakarta: PT Indeks, p. 49.
Manurung, E. (2022). Aplikasi Sakti, Satu Aplikasi Keuangan Untuk Negeri. Antara News
Muhamad F (2020). Digitalisasi pelayanan pensiunan Negara pada Taspen
Oktaviyana, A. (2023). Analisis Dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen. Circle
Archive, 1(1).
Pane, W. A. S. (2023). SISTEM INFORMASI KEUANGAN. Circle Archive, 1(1).
Pemerintah Indonesia. (2020). Tata Cara Perhitungan Indikator Kinerja Utama Persentase
Kualitas Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian Keuangan. Kementerian
Keuangan.
Pemerintah Indonesia. (2021). Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Kementerian Keuangan.
Peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Persetujuan Peninjauan Masa Kerja Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution.
Seah, J., & Ridho, M. R. (2020). Perancangan Sistem Informasi Persediaan Suku Cadang Untuk
Alat Berat Berbasis Desktop Pada Cv Batam Jaya. Computer and Science Industrial
Engineering (COMASIE), 3(2), 1-9

19

Anda mungkin juga menyukai